Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kimia merupakan ilmu yang termasuk kedalam rumpun IPA yang tidak hanya

mempelajari produk pengetahuan yang meliputi fakta, konsep, prinsip, hukum, dan

teori yang ditemukan oleh para ahli, tetapi juga mempelajari kimia sebagai proses dan

sikap ilmiah. Kimia sebagai proses lebih mengarahkan kepada kerja ilmiah, sehingga

memperoleh pengalaman dalam menerapkan metode ilmiah melalui percobaan atau

eksperimen. Sedangkan kimia sebagi sikap menekankan pemberian pengalaman

belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses

dan sikap ilmiah, seperti sikap ingin tahu, kerja sama, berpikir kritis, dan lain-lain.

Menurut Fadiawati (dalam Apriyani, 2017) dalam mempelajari kimia

pengetahuan bukanlah tujuan utama, melainkan hanya sebagai wahana untuk

mengembangkan sikap, dan keterampilan-keterampilan tertentu, terutama

keterampilan berpikir. Pembelajaran kimia sebagai proses, sikap, dan produk harus

disajikan secara utuh untuk menghasilkan siswa yang terampil, ini sangat relevan

dengan pembelajaran berbasis Keterampilan Proses Sains (KPS). Keterampilan

Proses Sains (KPS) merupakan keseluruhan keterampilan ilmiah yang terarah (baik

kognitif maupun psikomotor) yang dapat digunakan untuk menemukan suatu konsep,

prinsip atau teori, mengembangkan konsep yang telah ada sebelumnya, ataupun untuk

melakukan penyangkalan terhadap suatu penemuan (Wijaya, dkk, 2014).

1
KPS perlu dikembangkan melalui pengalaman langsung sebagai pengalaman

pembelajaran. Melalui pengalaman langsung seseorang dapat lebih menghayati

proses atau kegiatan yang sedang dilakukan (Rustaman, 2005). Keterampilan proses

terdiri dari keterampilan dasar (basic skills) dan keterampilan terintegrasi (integrated

skills). Keterampilan dasar terdiri dari 6 keterampilan, yakni mengamati,

mengklasifikasikan, mengkomunikasikan, mengukur, memprediksi, dan

menyimpulkan. Sedangkan keterampilan terintegrasi terdiri dari mengenali variabel,

membuat tabel data, membuat grafik, menggambar hubungan antar variabel,

mengumpulkan dan mengolah data, menganalisis data penelitian, menyusun

hipotesis, mendefinisikan variabel, merancang penelitian, dan bereksperimen

(Wijaya, dkk, 2014).

KPS pada siswa bukan merupakan keterampilan bawaan sejak kecil,

melainkan keterampilan yang perlu ditumbuh kembangkan ataupun dilatih dalam

proses pembelajaran. Maka untuk mengukur dan memperoleh informasi tentang

sejauh mana ketercapaian kompetensi siswa, serta dapat melatih keterampilan

berpikir siswa, diperlukan penilaian untuk menilai keseluruhan dalam pembelajaran

berupa asesmen (Rustaman, ).

Asesmen terhadap siswa harus memenuhi standar penilaian yang mencakup

kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Menurut Poerwanti (2001 dalam

Apriyani, 2017 ), asesmen dapat diartikan sebagai proses untuk mendapatkan

informasi dalam bentuk apapun yang dapat digunakan untuk dasar pengambilan

keputusan tentang siswa, baik yang menyangkut tentang kemampuannya, daya serap

2
materi pembelajarannya, kurikulumnya, program pembelajarannya, keadaan sekolah

maupun kebijakan sekolahnya, sehingga asesmen merupakan suatu proses yang dapat

digunakan sebagai tolak ukur dalam pembelajaran. Larutan elektrolit dan non

elektrolit salah satu kompetensi dasar yang harus dicapai siswa pada materi di kelas X

semester genap pada KD. Menganalisis sifat larutan elektrolit dan non elektrolit

berdasarkan daya hantar listriknya. KPS siswa di Indonesia masih rendah, slah satu

faktor penyebabnya adalah penilaian (asesmen) yang digunakan cenderung menuntut

siswa untuk menghafal dan tidak menilai KPS siswa. Hal ini di dukung oleh

penelitian dari Arifin (2009 dalam Apriyani, 2017 ) mengungkapkan bahwa banyak

kegiatan penilaian yang tidak menyeluruh atau hanya dilakukan di akhir

pembelajaran. Penilaian di akhir pembelajaran ini hanya mengetahui hasil

kemampuan kognitif siswa setelah menyelesaikan suatu kegiatan pembelajaran tanpa

melatih kemampuan sains siswa. Fakta tersebut juga diperkuat dengan hasil studi

pendahuluan yang dilakukan.

Salah satu masalah dalam pembelajaran pada pendidikan di sekolah dewasa ini

adalah masih rendahnya keterampilan proses sains dan hasil belajar siswa sedangkan

pembelajaran kimia di SMA diharapkan memenuhi komponen ilmiah yaitu sikap,

proses dan produk ilmiah berupa keterampilan sains dan hasil belajar Siswa. Tetapi

pada kenyataannya hal demikian masih kurang, khususnya di MAN I Negeri Kota

Bima yang belum mencapai target kurikulum yang diharapkan dan banyak siswa

yang melakukan remedial tiap diadakan ulangan harian. Berdasarkan informasi dan

observasi dengan guru mata pelajaran kimia bahwa kesulitan belajar materi larutan

3
elektrolit dan non elektrolit masih sering dialami pada siswa kelas X MAN I Negeri

Kota Bima. Hal ini mengakibatkan minimnya nilai kimia siswa pada materi pokok

tersebut terdapat 60% siswa yang belum tuntas. Hal ini disebabkan pada prakteknya

pembelajaran IPA sampai saat ini masih menghadapi banyak kendala. disebabkan

oleh beberapa masalah dalam proses pembelajaran,yaitu: 1) siswa kurang aktif dalam

mengikuti pembelajaran, (2) para siswa jarang mengajukan pertanyaan, (3) keaktifan

siswa dalam mengerjakan soal-soal latihan dalam proses pembelajaran masih kurang,

4) kemampuan siswa dalam praktikum masih rendah.

Berdasarkan fakta dan permasalahan diatas, maka perlu dikembangkan

instrument asesmen yang dapat mengukur keterampilan proses sains siswa pada

larutan elektrolit dan non elektrolit.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian tentang assesmen?

2. Bagaimanakah karakteristik asesmen berbasis keterampilan proses sains pada

materi larutan elektrolit dan larutan non elektrolit?

3. Bagaimanakah rubrik indikator asesmen berbasis keterampilan proses sains

pada materi larutan elektrolit dan larutan non elektrolit?

C. Tujuan

1. Mengetahui pengertian tentang assesmen

2. Mengetahui karakteristik asesmen berbasis keterampilan proses sains pada

materi larutan elektrolit dan larutan non elektrolit

4
3. Mengetahui rubrik indicator asesmen berbasis keterampilan proses sains pada

materi larutan elektrolit dan larutan non elektrolit

D. Manfaat Penelitian

1. Siswa

Asesmen keterampilan proses sains diharapkan dapat menilai

keterampilan berpikir siswa yang meliputi keterampilan mengamati,

mengklasifikasi, mengomunikasikan, memprediksi, dan menginferensi.

2. Guru

Asesmen keterampilan proses sains dapat dijadikan sebagai referensi

bagi guru dalam menyusun dan mengembangkan instrumen asesmen yang

lebih baik untuk pembelajaran kimia.

3. Sekolah

Asesmen keterampilan proses sains dapat dijadikan sebagai bahan

referensi bagi sekolah dalam pengembangan instrumen asesmen yang lebih

baik untuk diterapkan dalam sistem penilaian siswa.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Asesmen
Asesmen merupakan proses untuk mendapatkan informasi dalam bentuk

apapun yang dapat digunakan untuk dasar pengambilan keputusan tentang pencapaian

hasil belajar siswa. Sudaryono (2012 dalam Apriyani, 2017) dalam bukunya

menjelaskan bahwa asesmen merupakan istilah umum yang mencakup semua metode

yang digunakan untuk menilai kemampuan siswa. Jadi Asesmen juga diartikan

sebagai proses dalam pembelajaran yang dilakukan secara sistematis, digunakan

untuk mengungkap kemajuan siswa secara individu untuk menentukan hasil belajar

dalam rangka pencapain kurikulum ( Apriyani, 2017).

Penilaian atau asesmen memiliki beberapa fungsi yaitu :

1. Penilaian berfungsi selektif.

2. Penilaian berfungsi diagnostik.

3. Penilaian berfungsi sebagai penempatan

4. Penilaian berfungsi sebagai pengukur keberhasilan

Fungsi asesmen dijabarkan oleh Kunandar (2011) sebagai berikut.

a) Formatif, yaitu merupakan umpan balik bagi pendidik sebagai dasar untuk

memperbaiki proses belajar mengajar dan mengadakan program remidial bagi

siswa yang belum menguasai sepenuhnya materi yang dipelajari.

6
b) Sumatif, yaitu dapat mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap materi

pelajaran, menentukan angka nilai sebagai bahan keputusan kenaikan kelas dan

laporan perkembangan belajar siswa, serta dapat meningkatkan motivasi belajar

siswa.

c) Diagnostik, yaitu dapat mengetahui latar belakang siswa (psikologis fisik dan

lingkungan) yang mengalami kesulitan belajar

d) Seleksi dan penempatan, yaitu dapat dijadikan dasar untuk menyeleksi dan

menempatkan siswa sesuai dengan minat dan kemampuannya.

Buchori dalam Unodan Koni (2012), terdapat dua tujuan dalam mengadakan

penilaian, yaitu:

untuk mengetahui kemajuan anak atau murid setelah murid tersebut menyadari

pendidikan selama jangka waktu tertentu

untuk mengetahui tingkat efesiensi metode-metode pendidikan yang

dipergunakan pendidikan selama jangka waktu tertentu. Berdasarkan pedoman

penilaian Depdikbud dalam Jihad dan Haris (2012), dinyatakan bahwa tujuan

penilaian adalah untuk mengetahui kemajuan belajar siswa, untuk perbaikan,

dan peningkatan kegiatan belajar siswa sekaligus memberi umpan balik bagi

perbaikan pelaksanaan kegiatan belajar.

Sudjana (2005) mengatakan bahwa tujuan asesmen adalah :

1. Mendeskripsikan kecakapan belajar para siswa sehingga dapat diketahui kelebihan

dan kekurangannya dalam berbagai bidang studi atau mata pelajaran yang

ditempuh.

7
2. Mengetahui keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran di sekolah, yakni

seberapa jauh keefektifannya dalam mengubah tingkah laku para siswa ke arah

tujuan pendidikan yang diharapkan.

3. Menentukan tindak lanjut hasil asesmen, yakni melakukan perbaikan dan

penyempurnaan dalam hal program pendidikan dan pengajaran serta strategi

pelaksanaannya

4. Memberikan pertanggungjawaban (accountability) dari pihak sekolah kepada

pihak-pihak yang berkepentingan. Oleh karena itu, penggunaan jenis asesmen

yang tepat akan menentukan keberhasilan dalam memperoleh informasi yang

berkenaan dengan proses pembelajaran.

Prinsip-prinsip asesmen yaitu, (a) memandang kegitan belajar-mengajar

secara terpadu; (b) mengembangkan strategi yang mendorong dan memperkuat

penilaian sebagai cermin diri; (c) melakukan berbagai strategi penilaian di dalam

program pengajaran untuk menyediakan berbagai jenis informasi tentang hasil belajar

siswa; (d) mempertimbangkan berbagai kebutuhan khusus siswa;(e) mengembangkan

dan menyediakan system pencatatan yang bervariasi dalam pengamatan kegiatan

belajar siswa (Fauzi, 2015).

B. Karakteristik assesmen keterampilan proses sains

Pada hakikatnya, pembelajaran sains yang dilakukan guru akan melatihkan

banyak keterampilan kepada siswa. Salah satu keterampilan yang perlu diasah oleh

guru dalam pembelajaran sains adalah keterampilan proses sains (KPS).

8
Keterampilan Proses Sains (KPS) adalah kemampuan siswa untuk menerapkan

metode ilmiah dalam memahami, mengembangkan dan menemukan ilmu

pengetahuan. KPS merupakan pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada

proses IPA. Keterampilan proses sains melibatkan keterampilan kognitif, intelektual,

manual, dan sosial. Funk dalam Dimyati dan Mudjiono (2002) mengungkapkan

bahwa:

1. Pendekatan KPS dapat mengembangkan hakikat ilmu pengetahuan siswa. Siswa

terdorong untuk memperoleh ilmu pengetahuan dengan baik karena lebih

memahami fakta dan konsep ilmu pengetahuan

2. Pembelajaran melalui KPS akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk

bekerja dengan ilmu pengetahuan, tidak hanya menceritakan, dan atau

mendengarkan sejarah ilmu pengetahuan

3. KPS dapat digunakan oleh siswa untuk belajar proses dan sekaligus produk ilmu

pengetahuan. Pendekatan keterampilan proses sains dirancang dengan beberapa

tahapan yang diharapkan akan meningkatkan penguasaan konsep.

KPS didefinisikan sebagai adaptasi dari keterampilan yang digunakan oleh

ilmuwan untuk menyusun pengetahuan, memikirkan masalah dan membuat

kesimpulan. KPS perlu dilatihkan agar seseorang dapat mendefinisikan masalah yang

ada disekitar mereka, untuk mengamati, menganalisis, berhipotesis, bereksperimen,

menyimpulkan, menggeneralisasi, dan menghubungkan informasi yang mereka miliki

dengan keterampilan yang diperlukan. Beberapa alasan pentingnya meninjau

keterampilan proses sains dalam pembelajaran sains adalah:

9
a) Perkembangan IPTEK yang semakin cepat sehingga tidak memungkinkan guru

mengajarkan semua konsep dan fakta pada siswa

b) Siswa lebih memahami konsep yang rumit dan abstrak jika disertai dengan contoh

yang konkret

c) Penemuan dan perkembangan IPTEK yang bersifat relative

d) Pengembangan proses belajar mengajar yang tidak terlepas dari pengembangan

sikap dan nilai dalam diri siswa.

Selain itu, menurut Tawil dan Liliasari (2014), menyatakan bahwa penerapan

KPS dalam kegiatan pembelajaran didasarkan pada hal-hal berikut :

1) Percepatan perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi

2) Percepatan perubahan IPTEK ini, tidak memungkinkan bagi guru bertindak

sebagai satu-satunya orang yang menyalurkan semua fakta dan teoriteori. Untuk

mengatasi hal-hal ini perlu pengembangan keterampilan memperoleh dan

memproses semua fakta, konsep, dan prinsip pada diri siswa

3) Pengalaman intelektual, emosional, dan fisik dibutuhkan agar didapatkan hasil

belajar yang optimal. Ini berarti kegiatan pembelajaran yang mampu memberi

kesempatan kepada siswa memperlihatkan unjuk kerja melalui sejumlah

keterampilan memproses semua fakta, konsep, dan prinsip sangat dibutuhkan.

4) Penanaman sikap dan nilai sebagai pengabdi pencarian abadi kebenaran Ilmu Hal

ini menuntut adanya pengenalan terhadap tata cara pemprosesan dan pemerolehan

kebenaran ilmu yang bersifat kesementaraan. Hal ini akan mengarahkan siswa

pada kesadaran keterbatasan manusiawi dan keunggulan manusiawi, apabila

10
dibandingkan dengan keterbatasan dan keunggulan ilmu pengetahuan dan

teknologi.

Keterampilan proses sains terdiri dari keterampilan proses sains dasar (basic

science process skills) dan keterampilan terintegrasi (integratedscience process

skills). Keterampilan proses sains dasar meliputi keterampilan observasi atau

mengamati, inferensi, mengukur, berkomunikasi, mengelompokkan, memprediksi.

Keterampilan proses sains terintegrasi meliputi keterampilan menentukan variabel,

mendefinisikan secara operasional, merumuskan hipotesis, menafsirkan data,

bereksperimen, dan merumuskan model.

Menurut Semiawan (1992 dalam Apriyani, 2017 ), ada beberapa komponen

keterampilan proses sains yang perlu dikembangkan

yaitu :

a. Observasi atau pengamatan; observasi menyangkut perhitungan, pengukuran,

klasifikasi, maupun mencari hubungan antara ruang dan waktu

b. Pembuatan hipotesis

c. Perencanaan penelitian/eksperimen

d. Pengendalian variable

e. Interpretasi data

f. Menyusun kesimpulan sementara

g. Meramalkan

h. Menerapkan

i. Mengomunikasikan.

11
Beberapa keterampilan proses sains dan indikator menurut Tawil dan Liliasari

(2014),

NO KPS SUB KETERAMPILAN PROSES

1 Mengamati a. Menggunakan berbagai indera


(observasi) b. Mengumpulkan/menggunakan fakta yang relevan

2 Mengelompokan a. Mencatat setiap pengamatan secara terpisah


(klasifikasi) b. Mencari perbedaan dan persamaan
c. Mengontraskan ciri-ciri
d. Membandingkan
e. Mencari dasar pengelompokan atau penggolongan

3 Menafsirkan a. Menghubung-hubungkan hasil pengamatan


(interpretasi) b. Menemukan pola/keteraturan dalam suatu seri pengamatan
c. Menyimpulkan

Meramalkan a. Menggunakan pola-pola atau keteraturan hasil pengamatan


(prediksi) b. Mengemukakan apa yang mungkin terjadi pada
keadaan yang belum diamati

Melakukan Mendeskripsikan atau menggambarkan data


Komunikasi empiris hasil percobaan/pengamatan dengan
a. grafik/tabel/diagram atau mengubahnya dalam bentuk salah satunya
b. Menyusun dan menyampaikan laporan secara sistematis/ jelas
c. Menjelaskan hasil percobaan atau penyelidikan
d. Membaca grafik atau tabel atau diagram
e. Mendiskusikan hasil kegiatan suatu masalah/peristiwa

Mengajukan a. Bertanya apa, bagaimana dan mengapa


Pertanyaan b. Bertanya untuk meminta penjelasan
c. Mengajukan pertanyaan yang berlatar belakang hipotesis
Mengajukan a. Mengetahui bahwa ada lebih dari satu kemungkinan penjelasan dari
Hipotesis suatu kejadian
b. Menyadari bahwa suatu penjelasan perlu diuji kebenarannya dengan
memperoleh bukti lebih banyak atau melakukan cara pemecahan
masalah
Merencanakan a. Menentukan alat/ bahan/ sumber yang digunakan
percobaan/penelitian b. Menentukan variabel/ faktor penentu
c. Menentukan apa yang akan diukur, diamati, dicatat
d. Menentukan apa yang dilaksanakan berupa langkah kerja

12
Menggunakan a. Memakai alat/bahan
alat/bahan/sumber b. Mengetahui alasan mengapa menggunakan alat atau bahan/sumber
c. Mengetahui bagaimana menggunakan alat atau bahan/sumber
Menerapkan konsep a. Menggunakan konsep yang telah dipelajari pada situasi baru
b. Menggunakan konsep pada pengalaman baru untuk menjelaskan apa
yang sedang terjadi
Melaksanakan

percobaan/bereksperimen

Penjelasan dari setiap komponen keterampilan proses sains di atas menurut

Tawil dan Liliasari (2014) adalah sebagai berikut:

1. Mengamati

Pengamatan atau observasi disini yaitu penggunaan indera (mata, telinga,

penciuman, dan rangsangan) secara optimal dalam rangka memperoleh informasi

yang memadai. Di dalamnya terdapat kegiatan melihat, mencium, mendengar,

mencicipi, dan meraba. Hal-hal yang diamati dapat berupa gambar atau benda-benda

yang diberikan kepada anak pada waktu itu diuji kemudian anak diminta untuk

menuliskan hasil pengamatannya waktu itu. Kemampuan untuk membuat

pengamatan yang baik, sangat diperlukan untuk menumbuhkan keterampilan proses

yang lain, seperti berkomunikasi, mengklasifikasi, mengukur, menarik kesimpulan,

dan memprediksi.

2. Menginferensi atau menjelaskan

Inferensi sering dilakukan oleh para ilmuwan, ketika ilmuwan menginferensi,

mereka akan menarik kesimpulan, menginterpretasi, dan mencoba menjelaskan

pengamatan-pengamatan mereka. Inferensi biasanya akan membuat siswa lebih aktif

dalam mempelajari sains dan akan menuntut mereka pada pemahaman yang lebih

13
dalam tentang isinya (content), yang akhirnya akan membawa mereka lebih dalam

dan memiliki sikap yang positif terhadap disiplin ilmu ini.

3. Meramalkan (prediksi)

Prediksi atau meramalkan dalam sains dibuat atas dasar observasi dan

inferensi yang tersusun menjadi suatu hubungan antara peristiwa-peristiwa atau fakta-

fakta yang terobservasi. Keterampilan memprediksi merupakan suatu keterampilan

membuat/mengajukan perkiraan tentang sesuatu yang belum terjadi berdasarkan

suatu kecenderungan atau pola yang sudah ada, dan didasarkan atas hubungan logis

dari pengamatan yang telah diketahui.

4. Mengomunikasikan

Mengomunikasikan meliputi kegiatan menempatkan data-data ke dalam be

berapa bentuk yang dapat dimengerti oleh orang lain. Kegiatan ini melibatkan

kemampuan mengomunikasikan dalam bentuk kata-kata, grafik, bagan, maupun

tabel, secara lisan maupun tertulis.

C. Rubrik indikator penelitian keterampilan proses sains

Kompetensi keterampilan terdiri atas keterampilan abstrak dan keterampilan

konkrit. Keterampilan konkrit memerlukan keterampilan abstrak berupa pengetahuan,

kemampuan berpikir dan sikap. Keterampilan abstrak terutama terdiri dari

keterampilan berpikir sedangkan keterampilan konkrit berupa keterampilan

melakukan sesuatu dan menghasilkan sesuatu. Penilaian kompetensi keterampilan

dapat dilakukan dengan menggunakan:

14
1. Kinerja/Praktik

Penilaian kinerja atau praktik dilakukan dengan penilaian kinerja, yaitu

dengan cara mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu. Penilaian

ini cocok digunakan untuk menilai ketercapaian kompetensi yang menuntut peserta

didik melakukan tugas tertentu seperti: praktikum di laboratorium, praktik ibadah,

praktik olahraga, presentasi, bermain peran, memainkan alat musik, bernyanyi, dan

membaca puisi/ deklamasi.

Penilaian kinerja perlu mempertimbangkan hal-hal berikut.

a) Langkah-langkah kinerja yang perlu dilakukan peserta didik untuk menunjukkan

kinerja dari suatu kompetensi.

b) Kelengkapan dan ketepatan aspek yang akan dinilai dalam kinerja tersebut.

c) Kemampuan-kemampuan khusus yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas

d) Kemampuan yang akan dinilai tidak terlalu banyak, sehingga dapat diamati.

e) Kemampuan yang akan dinilai selanjutnya diurutkan berdasarkan langkah-

langkah pekerjaan yang akan diamati.

Pengamatan kinerja perlu dilakukan dalam berbagai konteks untuk

menetapkan tingkat pencapaian kemampuan tertentu. Contoh untuk menilai kinerja

di laboratorium dilakukan pengamatan terhadap penggunaan alat dan bahan

praktikum Untuk mengamati kinerja peserta didik dapat menggunakan instrumen

sebagai berikut:

15
1) Daftar cek

Dengan menggunakan daftar cek, peserta didik mendapat nilai bilakriteria

penguasaan kompetensi tertentu dapat diamati oleh penilai.

Nama Aspek yang dinilai


Peserta
didik
Menggunaka jas Membaca Membersihkan Menyimpan alat
lab prosedur kerja alat pada tempatnya

Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak

Keterangan: diisi dengan tanda cek ()

2) Skala Penilaian (Rating Scale)

Penilaian kinerja yang menggunakan skala penilaian memungkinkan penilai

memberi nilai tengah terhadap penguasaan kompetensi tertentu, karena pemberian

nilai secara kontinum di mana pilihan kategori nilai lebih dari dua. Skala penilaian

terentang dari cukup, baik, dan sangat baik

16
Aspek Skor
yang dinilai

1 2 3

Merancang
percobaan Alat cukup Alat cukup Alat cukup
Bahan cukup Bahan cukup Bahan cukup
Tujuan belum Tujuan ada Tujuan ada
dirumuskan Langkah kerja Langkah kerja
Langkah kerja ada ada
belum ada Hipotesis Hipotesis ada
Hipotesis belum ada
belum ada

Merangkai alat uji Rangkaian alat Rangkaian alat Rangkaian alat


elektrolit tidak sesuai tidak sesuai tidak sesuai
gambar, tidak gambar dan gambar dan
berfungsi berfungsi tetapi berfungsi tanpa
dibantu guru dibantu guru

Melakukan Elektroda Elektroda dicuci Elektroda dicuci


percobaan/ tidak dicuci sebelum sebelum
mencatat data sebelum dicelupkan ke dicelupkan ke
hasil pengamatan dicelupkan ke dalam larutan dalam larutan
dalam larutan lain lain
lain Pengamatan Pengamatan
Pengamatan teliti/sesuai teliti/sesuai
kurang fakta tetapi fakta tetapi
teliti/tidak mengandung tidak
sesuai fakta interprestasi mengandung
interprestasi
Mengolah Menyajikan Menyajikan Menyajikan data
menganalisa data data dalam data dalam dalam table
hasil percobaan table table ada analisa data
dan Tidak ada ada analisa data ada kesimpulan
menyimpulkan analisa data Tidak ada
Tidak ada kesimpulan
kesimpulan

17
Mempresentasikan menggunakan menggunakan menggunakan
hasil rancangan bahasa bahasa bahasa
dan laporan hasil Indonesia yang Indonesia yang Indonesia yang
percobaan kurang baik, baik, baik,
sederhana, dan sederhana, dan sederhana, dan
mudah mudah mudah
dimengerti dimengerti dimengerti
laporan laporan laporan
disajikan disajikan secara disajikan secara
secara sistematik sistematik
sistematik lancar berbicara lancer berbicara
kurang lancar tapi kurang dan santun
berbicara dan santun menghargai
kurang santun kurang pendapat orang
kurang menghargai lain
menghargai pendapat orang percaya diri
pendapat orang lain
lain kurang percaya
kurang percaya diri
diri
Total skor maksimum =15

jumlah skor yang diperoleh


Nilai = 100%
Total skor maksimum

Rentang nilai skor 60 = cukup

61 nilai < 80 = baik

81 nilai < 100 = sangat baik

18
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Asesmen juga diartikan sebagai proses dalam pembelajaran yang dilakukan

secara sistematis, digunakan untuk mengungkap kemajuan siswa secara

individu untuk menentukan hasil belajar

2. Karakteristik assesmen keterampilan proses sains; observasi, pembuatan

hipotesis, perencanaan penelitian/eksperimen, pengendalian variable,

interpretasi data, menyusun kesimpulan sementara, meramalkan, menerapkan

dan mengomunikasikan

3. Rubrik indikator penelitian keterampilan proses sains adalah pemberianbskor

pada setiap aspek yang dinilai

B. Saran

Penulis berharap makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan penulis

menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat kekurangan

untuk itu saran yang produktif sangat penulis harapkan demi kesempurnaan

makalah ini.

19
DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Kalorimeter

http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia_fisika1/termokimia

Nurtika, A. 2017. Pengembangan instrument assesmen kognitif berbasis keterampiran


sains pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit. Skripsi pendidikan
kimia.

Syahputra, Adi. 2016. Analisis perkembangan aspek keterampilan proses sains kimia
siswa melalui pembelajaran berbasis literasi sains dan teknologi di SMA
Muhammadiyah 11Padangsidimpuan. Jurnal eksakta Volume 2 nomor 1.

Wijaya, I., Suastr, I., dan Maderawa, I. 2014. pengaruh model pembelajaran
generatif terhadap keterampilan berpikir kreatif dan keterampilan proses
sains. e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Pendidikan IPA (Volume 4).

20

Anda mungkin juga menyukai