Anda di halaman 1dari 20

CRITICAL JOURNAL REPORT

PENGUKURAN DAN ASSESMENT PEMBELAJARAN FISIKA

Dosen Pengampu :

Dr. Wawan Bunawan, M.Pd., M.Si

DISUSUN OLEH :

RESTINA TIOLENTA SIHOMBING

4201121017

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEI 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur Saya ucapkan atas kehadirat Allah Yang maha kuasa, atas berkat
rahmat dan karunia-Nya, sehingga Saya masih diberikan kesempatan menyelesaikan
critical journal review ini.

Terimakasih kepada Dosen Dr. Wawan Bunawan, M.Si Yang telah memberikan
bimbingan dan arahan yang baik dalam mengerjakan critical journal ini dan juga telah
memberikan kesempatan dan kepercayaan kepada Saya dalam menulis critical journal
ini. Terimakasih juga kepada teman-teman yang turut membantu pembuatan makalah
CJR ini.

Saya menyadari bahwa dalam penyusunan tugas ini masih terdapat banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, Saya mengharapkan kritik serta
saran yang membangun guna menyempurnakan tugas ini dan dapat menjadi acuan dalam
menyusun tugas-tugas selanjutnya. Terimakasih

Medan, 24 Mei 2022

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jurnal merupakan majalah publikasi yang memuat KTI (Karya Tulis Ilmiah) yang
secara nyata mengandung data dan informasi yang mengajukan iptek dan ditulis sesuai
dengan kaidah-kaidah penulisan ilmiah serta diterbitkan secara berkala. Sekarang ini
banyak jurnal nasional online maupun non online yang terbit kurang memberikan
wawasan pengetahuan bukan hanya pada pendidik tapi juga bagi anak didik sehingga
kurang berminat terutama dalam membaca jurnal. Walaupun begitu banyak jurnal-jurnal
kurang menarik namun ada juga jurnal-jurnal yang baik dan menarik perhatian orang
untuk membaca salah satunya jurnal yang akan menjadi referensi Critical Journal
Review saat ini.
Jurnal ini sengaja dirivew dan disusun sedemikian rupa agar untuk membantu
mahasiswa sebagai calon pendidik yang tingkat keprofesionalisme yang berpengetahuan
dan wawasan luas tentang konsep pendidikan secara umum dan bagaimana harus
menerapkannya pada anak didiknya. Semoga dengan adanya Critical Journal Review ini
dapat membantu dan bermanfaat bagi semua orang yang membacanya.

1.2 Tujuan Penulisan CJR

1. Untuk memenuhi tugas KKNI CJR mata kuliah Pengukuran dan Asesment
Pembelajaran Fisika
2. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai Asesmen
3. Untuk menambah wawasan dalam pembuatan Critical Journal Review.

1.3 Manfaat Penulisan CJR

Untuk menambah wawasan mengenai pembuatan Critical Journal Review.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Jurnal Utama

1 Judul ANALISIS ASESMEN FORMATIF FISIKA SMA


BERBANTUAN KOMPUTER

2 Jurnal Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan

3 Download https://journal.uny.ac.id/index.php/jpep/article/view/1106

4 Volume dan Halaman Vol. 2, No.1 , Halaman 68-87

5 Tahun 2012

6 Penulis Sentot Kusairi

7 Reviewer Restina Tiolenta Sihombing

8 Tanggal 24 Mei 2022

9 Abstrak Penelitian

-Tujuan Penelitian 1) mengembangkan model analisis asesmen formatif


Fisika (AAFF) berbantuan komputer, (2) menemukan
kharakteristik model analisis asesmen formatif Fisika
berbantuan komputer, (3) menentukan kelayakan model
analisis asesmen formatif Fisika berbantuan komputer.

-Subjek Penelitian Siswa-siswi Sekolah Menengah Atas di Kota Malang

-Assesment Data Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian


pengembangan (research and development), dengan desain
pembelajaran (instructional design) oleh Dick dan Carey
-Kata Kunci analisis asesmen formatif fisika (AAFF)

10 Pendahuluan

-Latar Belakang Pentingnya peranan asesmen dalam pembelajaran telah


dan Teori ditekankan secara eksplisit dalam Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2007 tentang Standar
Penilaian Pendidikan. Pada bagian E tentang penilaian
oleh pendidik, disebutkan bahwa penilaian hasil belajar
oleh pendidik harus dilakukan secara berkesinambungan,
bertujuan untuk memantau proses dan kemajuan belajar
peserta didik, serta untuk meningkatkan efektivitas
kegiatan pembelajaran.

Dalam pembelajaran Fisika di SMA, asesmen formatif dan


analisis untuk mendapatkan informasi kekuatan dan
kelemahan belajar siswa sangat diperlukan mengingat
karakteristik materi pelajaran Fisika yang berjenjang.
Materi pelajaran pada bagian awal merupakan prasyarat
untuk mempelajari materi pelajaran berikutnya.

Asesmen merupakan kegiatan pengumpulan informasi


dalam rangka pengambilan keputusan-keputusan
berdasarkan informasi. Dalam konteks pembelajaran,
asesmen berarti pengumpulan berbagai informasi tentang
proses dan hasil belajar siswa dalam rangka menentukan
keputusankeputusan yang perlu dilakukan dalam
pembelajaran (Anderson, 2003: 4).

Asesmen merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari


proses pembelajaran. Popham (1995: 7) menyatakan
beberapa alasan tentang pentingnya pemahaman dan
pelaksanaan asesmen diantaranya adalah sebagai berikut:
(1) Asesmen merupakan piranti untuk mendiagnosis
kekuatan dan kelemahan siswa dalam proses
pembelajaran; (2) Asesmen berguna untuk memonitor
kemajuan siswa; (3) Asesmen membantu menentukan
tingkatan siswa; (4) Asesmen juga dapat menentukan
efektivitas pembelajaran yang telah dirancang. Selain
beberapa alasan klasik tersebut, alasan peningkatan
kualitas pembelajaran merupakan salah satu alasan
melaksanakan asesmen.

Berkaitan dengan ragam kegiatan asesmen yang dilakukan


dalam pembelajaran, asesmen dapat dipilah menjadi dua
bagian besar yakni asesmen sumatif dan asesmen formatif.
Asesmen sumatif merupakan kegiatan yang menghasilkan
angka dan tingkatan yang dimanfaatkan untuk menentukan
penampilan siswa. Pada akhirnya keputusan-keputusan
pada asesmen sumatif digunakan untuk menentukan
penghargaan pada siswa di akhir masa pembelajaran. Di
lain pihak, asesmen formatif merupakan kegiatan yang
memberikan umpan balik terhadap pembelajaran yang
dilakukan oleh siswa. William (Boyle&Fisher, 2007: 23)
menyebut asesmen untuk tujuan formatif sebagai
assessment for learning sedangkan asesmen sumatif
disebut sebagai assessment of learning.

11 Metode Penelitian

-Langkah Penelitian Penelitian tentang analisis asesmen formatif fisika (AAFF)


SMA berbantuan komputer ini menggunakan metode
penelitian pengembangan (research and development).
Model pengembangan yang diikuti adalah model
pengembangan desain pembelajaran yang dikemukakan
oleh Dick dan Carey. Dalam model desain pembelajaran
ini, siklus pengembangan terdiri atas 5 (lima) fase yakni:
(1) fase analisis kebutuhan (need analysis), (2) fase
analysis front-end (front-end analysis) (3) fase desain
(design), (4) fase pengembangan (development), dan (5)
fase implementasi (implementation), dan (5) fase evaluasi
(evaluation).

Penelitian dilaksanakan di beberapa Sekolah Menengah


Atas di Kota Malang mulai Maret 2010 sampai dengan
Agustus 2010. Sebagai validator dalam pengembangan
adalah kelompok diskusi guru fisika yang terdiri dari 6-8
orang guru fisika dari beberapa sekolah menengah yang
berbeda. Sebagai tim validasi produk dilibatkan beberapa
pakar pengembangan instrumen, pakar penilaian
pendidikan, dan pakar pembelajaran fisika. Guru SMA
yang tergabung dalam MGMP Fisika juga dilibatkan untuk
memberikan masukan pada produk yang telah
dikembangkan. Implementasi lapangan dilakukan dengan
melibatkan tujuh kelas fiska dari tujuh sekolah yang
berbeda. Untuk mengetahui efektivitas balikan yang
dihasilkan oleh perangkat lunak yang dikembangkan,
balikan diimplementasikan pada 3 kelas dari 3 sekolah
yang berbeda. Data-data yang didapatkan sebagian besar
dianalisis dengan analisis deskriptif kuantitatif.

-Hasil Penelitian Hasil pengembangan merupakan model AAF berbantuan


computer, dengan karakteristik (1) Model dapat menggali
kelemahan dan kesulitan belajar siswa, (2) Model analisis
dapat memberikan umpan balik pada siswa tentang hasil
tes, (3) Model AAFF dapat menghasilkan pengelompokan
siswa berdasarkan kesulitan belajar atau siswa yang
menderita miskonsepsi atau kesulitan tertentu, (4) model
dapat menentukan siswa yang menjawab tidak konsisten.
Hasil pengembangan produk akhir penelitian
pengembangan adalah sebuah perangkat lunak AAFF.
Perangkat lunak terbagi atas dua bagian utama yaitu bagian
desain tes dan bagian hasil analisis. Bagian desain tes
berguna untuk memasukkan berbagai data tentang tes yang
dilaksanakan dan data respon siswa, sedangkan bagian
hasil analisis terdiri dari beberapa jendela hasil analisa
yang dapat ditampilkan di layar dan juga dapat di cetak.
Berikut adalah contoh halaman sampul AAFF.
-Diskusi Penelitian

Terkait dengan kemanfaatan hasil analisis AAFF dalam


pembelajaran, sebagian responden guru menyatakan
bahwa hasil analisis sangat bermanfaaf untuk mengambil
keputusan berkaitan dengan
pembelajaran. Siswa juga merupakan salah satu pihak
yang mendapatkan manfaat dari pengembangan model
AAFF ini. Berkaitan dengan umpan balik hasil belajar
yang dibagikan kepada siswa, sebagian besar siswa
menyatakan bahwa umpan balik sangat bermanfaat untuk
mengetahui hasil belajar dan merencanakan belajar
berikutnya. Komentar siswa Sebagian besar menyatakan
bahwa model AAFF dapat membantu mereka mengetahui
kekuatan dan kelemahan belajar fisikanya. Grafik berikut
menunjukkan pendapat guru dan siswa tentang
kemanfaatan AAFF.

-Daftar Pustaka  Anderson, L. W., (2003). Clasroom Assessment:


enhancing the quality of teacher decision making,New
Jersey: Lawrence Erlbaum Associates, Inc
 Bose, J. ,& Rengel Z. (2009) A model formative
assessment strategy to promote student-centered self-
regulated learning in higher education[versi
elektronik]. US-China Education Review, 6 (12).
 Boyle, J. & Fisher, S. (2007). Educational Testing A
Competence Based Approach. Victoria: British
Psycological Society.
 Cowie, B. & Bell, B. (1999). A model of formative
education in science education. Assessment in
education, Maret 1999, 6, 1.
 Cox Jr. C. T, Cooper M. M., Pease R, Buchanan K,
Hernandez-Cruz L., Stevens R, Picione Thomas
Holme T., (2008). Advancements in
curriculum and assessment by the use of IMMEX
technology in the organic laboratory[ versi elektronik].
Chem. Educ. Res. Pract., 2008, 9, 25–34

12 Analisis Jurnal

-Kekuatan Penelitian Model AAFF memiliki beberapa keunggulan,


keunggulankeunggulan tersebut antara lain adalah sebagai
berikut: (1) Model AAFF menghasilkan keluaran berupa
profil kelas dan profil siswa yang menunjukkan kelemahan
dan kekuatan siswa dalam penguasaan materi
pembelajaran baik secara klasikal maupun individual; (2)
Model AAFF menghasilkan keluaran dalam bentuk umpan
balik hasil belajar siswa untuk masing-masing siswa; (3)
Model AAFF menghasilkan keluaran pengelompokan
siswa berdasarkan penampilan pada suatu butir dan pada
suatu indikator; (4) Pemanfaatan AAFF dalam
pembelajaran fisika akan membantu guru mengambil
keputusan tentang perencanaan pembelajaran yang efektif
dan remediasi yang lebih terarah; (5) Implementasi umpan
balik dapat memberikan gambaran pada siswa tentang
kelemahan dan kekuatannya dalam penguasaan materi
pembelajaran , memotivasi belajar siswa, dan memberikan
arahan belajar yang lebih efektif; (6) Pengelompokan
siswa berdasarkan kelemahan dan kekuatannya dapat
dimanfaatkan untuk mengelola tugas-tugas belajar yang
lebih efektif.

-Kelemahan Penelitian (1) AAFF tidak dapat digunakan secara langsung dengan
memanfaatkan tes pilihan ganda yang telah tersedia di
sekolah. Perlu adanya modifikasi soal yang tersedia untuk
dapat memanfaatkan secara optimal AAFF (2) Kualitas
hasil analisis model AAFF bergantung pada kualitas tes
pilihan ganda yang digunakan. (3) Model AAFF
mensyaratkan agar semua butir soal dijawab oleh siswa
dan tidak memungkinkan siswa mengosongi jawaban. (4)
Penyusunan tes pilihan ganda dengan persyaratan khusus
model AAFF menyulitkan guru, membebani tugas guru,
dan menyita banyak waktu. (5) Penyusunan data tes
AAFF memerlukan kecermatan dan memerlukan waktu.
(6) Penggunaan model AAFF membutuhkan kemampuan
ketrampilan dasar komputer.

13 Kesimpulan Penelitian ini telah berhasil mengembangkan dan menguji


kelayakan AAFF dalam membantu guru menganalisis
asesmen formatif dan memberikan umpan balik kepada
siswa secara lebih efektif dan efisien. Mengingat produk
yang dihasilkan membutuhkan instrumen yang khusus,
disarankan adanya kegiatan lanjutan untuk
mengembangkan butir soal yang sesuai.
.
14 Saran Kepada guru-guru SMA khususnya guru-guru fisika,
disarankan untuk memanfaatkan AAFF sebagai perangkat
untuk menganalisis hasil tes pilihan ganda. Penelitian
lanjutan disarankan juga dilakukan untuk menguji secara
lebih luas dan menyempurnakan pengembangan perangkat
lunak yang telah dilakukan.
15 Referensi Vendlinski, T. P., Niemi, D. M. Wang, J., Monempour, S.,
Juli 2008., Improving Formative Assessment Practice with
Educational Information Technology.
2.2 Jurnal Pembanding
1 Judul PENGARUH ASSESSMENT FOR LEARNING TERHADAP
KEMAMPUAN BERARGUMENTASI SISWA SEKOLAH
MENENGAH ATAS

2 Jurnal BIO-PEDAGOGI

3 Download https://jurnal.uns.ac.id/pdg/article/view/28902

4 Volume dan Halaman Volume No Halaman

5 Tahun 2016

6 Penulis Eka Rahmawati, dkk

7 Reviewer Restina Tiolenta Sihombing

8 Tanggal 24 Mei 2022

9 Abstrak Penelitian

-Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada


tidaknya pengaruh Assessment For Learning (AfL)
terhadap kemampuan berargumentasi siswa sekolah
menengah atas.

-Subjek Penelitian Siswa kelas X MIA 1 berjumlah 34 siswa dan X MIA 4


berjumlah 33 siswa

-Assesment Data Penelitan terdiri dari tiga tahap, yaitu persiapan, pelaksanaan, dan
penyusunan laporan. Pelaksaan penelitian terdiri dari pelaksaan
pretest, pelaksanaan pembelajaran plantae dan pelaksanaan
posttest. Desain penelitian menggunakan kuasi eksperimen
dengan nonequivalent control group design yang terdiri
dari kelompok kontrol dan kelompok perlakuan.
Kelompok kontrol adalah kelas X MIA 1 dan kelompok perlakuan
adalah kelas X MIA 4. Variabel penelitian terdiri dari variabel
bebas yaitu, pembelajaran yang menggunakan AfL dan
pembelajaran tanpa AfL sertavariabel terikat yaitu,
kemampuan berargumentasi siswa.

-Kata Kunci Assessment for Learning, argumentative skill

10 Pendahuluan

-Latar Belakang Kemampuan berargumentasi dalam penalaran ilmiah diistilahkan


dan Teori dengan argumentasi ilmiah. Argumentasi ilmiah adalah
argumentasi formal berbasis bukti (Schen, 2007) yang melibatkan
koordinasi data, klaim dan bukti untuk menghasilkan suatu
pengetahuan (Chen, 2011).

Fakta di lapangan menunjukkan bahwa


kemampuan berargumentasi siswa di Indonesia
masih perlu diperbaiki. Hal ini dapat dilihat dari
profil kemampuan berargumentasi siswa SMA di
Indonesia cenderung berargumentasi dengan tidak
tepat dan tanpa bukti yang mendukung (Viyanti,
2015). Kemampuan berargumentasi berdasarkan
informasi dan teori yang benar hanya dimiliki oleh
sebagian kecil siswa yakni kurang dari 40 % siswa
(Handayani & Sardiyanto, 2015; Pritasari,
Dwiastuti, Probosari & Sajidan, 2015). Berdasarkan
hasil literasi sains siswa Indonesia pada PISA tahun
2012, kemampuan berargumentasi siswa Indonesia
dalam bidang sains juga masih perlu diperbaiki.

Kemampuan berargumentasi siswa yang masih perlu perbaikan ini


disebabkan oleh kegiatan belajar mengajar yang tidak
memberikan kesempatan bagi siswa untuk berargumentasi.
Kegiatan pembelajaran tersebut adalah pembelajaran yang
terpusat pada guru dan tidak menggunakan teknik, metode, model
dan pendekatan pembelajaran untuk melatih siswa
berargumentasi. Pembelajaran tersebut menjadikan siswa tidak
terlatih untuk berargumentasi. Oleh karena itu, solusi bagi
permasalahan kemampuan berargumentasi dapat diselesaikan
dengan mempertimbangkan pendekatan, metode, model
dan teknik pembelajaran yang tepat untuk melatih
kemampuan berargumentasi.
Assesment yang diberikan sebagai solusi permasalahan
berargumentasi berupa Assessment for Learning (AfL) untuk
melatihkan kemampuan berargumentasi. AfL menekankan pada
penggunaan feed back dalam pembelajaran sebagai
umpan balik yang direfleksikan oleh siswa untuk
mengetahui seberapa jauh kemampuannya dalam
memahami pembelajaran (Basuki & Hariyanto, 2014). Feed back
pada AfL merupakan alat yang dipergunakan siswa untuk
merefleksikan dan memaknai konsep pembelajaran sehingga
siswa memperoleh pengetahuan yang benar. Pengetahuan
yang diperoleh dari hasil hasil refleksi feed back
AfL merupakan bekal bagi siswa untuk
berargumentasi.

11 Metode Penelitian

-Langkah Penelitian Penelitian dilakukan di SMA N A Surakarta pada semester genap,


yaitu bulan Maret sampai April tahun pelajaran 2015/2016.
Populasi penelitian adalah semua siswa kelas X yang berjumlah
348. Sampel penelitian adalah siswa kelas X MIA 1 berjumlah 34
siswa dan X MIA 4 berjumlah 33 siswa yang diambil
menggunakan teknik cluster sampling. Penelitan terdiri dari tiga
tahap, yaitu persiapan, pelaksanaan, dan penyusunan laporan.
Pelaksaan penelitian terdiri dari pelaksaan pretest, pelaksanaan
pembelajaran plantae dan pelaksanaan posttest.

Pengujian hipotesis menggunakan uji t dan paired sample t test


dengan program SPSS. Pengujian hipotesis dilaksanakan setelah
melakukan uji prasyarat analisis yaitu uji normalitas
menggunakan uji kolmogorov-smirnov dan uji homogenitas
menggunakan uji Levene. Analisis data dilakukan dengan analisis
kuantitatif menggunakan pengujian statistika inferensial.

-Hasil Penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan berargumentasi


siswa yang diukur menggunakan pretest dan posttest pada kelas
perlakuan lebih tinggi dibandingkan dengan kelas
kontrol yang ditunjukkan oleh Gambar 1
-Diskusi Penelitian Berdasarkan Tabel 1, pengujian normalitas menggunakan uji
kolmogorov-smirnov menghasilkan nilai signifikansi pada pretest
dan posttest kelas kontrol dan kelas perlakuan yang lebih besar
daripada α. Hasil tersebut menunjukkan bahwa data kemampuan
berargumentasi berdistribusi normal.

Berdasarkan Tabel 2, pengujian homogenitas menggunakan uji


levene menghasilkan nilai signifikansi pada pretest dan posttest
kelas control dan kelas perlakuan yang lebih besar daripada α.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa data kemampuan
berargumentasi homogen.

Tabel 3. menunjukkan bahwa pengujian hipotesis pada nilai


pretest kelas kontrol dan kelas perlakuan menghasilkan keputusan
H0 diterima yang berarti tidak berbeda nyata antara pretest pada
kelas kontrol dan kelas perlakuan. Tidak berbeda
nyata dalam pengujian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat
pengaruh AfL terhadap kemampuan berargumentasi siswa. Tabel
juga menunjukkan bahwa pengujian hipotesis pada nilai posttest
kelas kontrol dan kelas perlakuan menghasilkan keputusan H0
ditolak atau H1 diterima yang berarti berbeda nyata antara posttest
kelas kontrol dan kelas perlakuan. Berbeda nyata dalam pengujian
ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh AfL
terhadap kemampuan berargumentasi siswa.

Berdasarkan Tabel 4, pengujian hipotesis


pada nilai pretest dan nilai posttest kelas kontrol
menghasilkan keputusan H0 diterima yang berarti
tidak berbeda nyata antara pretest dan posttest kelas
kontrol. Tidak berbeda nyata dalam pengujian ini
menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh AfL
terhadap kemampuan berargumentasi siswa pada
kelas kontrol. Pengujian hipotesis pada nilai pretest
dan nilai posttest kelas perlakuan menghasilkan
keputusan H0 ditolak atau H1 diterima yang berarti
berbeda nyata antara pretest dan posttest kelas
perlakuan. Berbeda nyata menunjukkan bahwa
terdapat pengaruh AfL terhadap kemampuan
berargumentasi siswa pada kelas perlakuan

-Daftar Pustaka  Alfieri, L., Brooks, P.J., Aldrich, N.J., & Tenenbaum, H.R.
(2011). Does discoverybased instruction enhance learning?
Journal of Educational Psychology, 103, 1-18.
 Aufschnaiter, V. A., Eduran, S., Osborne, J., & Simon, S.
(2008). Arguing to learn and learning to argue: Case studies of
how students’ argumentation relates to their scientific
knowledge. Journal of Research in Science Teaching, 45, 101–
131.
 Baharuddin & Wahyuni, Esa Nur. (2010). Teori Belajar dan
Pembelajaran. Jogjakarta : Ar-Ruzz Media
 Basuki, Ismet & Hariyanto.( 2014). Asesmen Pembelajaran.
Bandung : PT Remaja Rosdakarya
 Block, R.M. (2012). A discussion of the effects of openbook
and closed-book exams on student achievement in an
introductory statistics course. Primus, 22(3), 228-238.
 Bricker, L.A. & Bell, P. (2008). Conceptualizations of
argumentation from science studies and the learning sciences
and their implications for the practices of science education.
Science Education, 92 (3), 473-498

12 Analisis Jurnal

-Kekuatan Penelitian AfL juga dapat menjadi sarana motivasi yang efektif apabila
diberikan dengan jelas, spesifik dan dalam waktu yang berdekatan
dengan kinerja (Kulik & Kulik dalam Slavin, 2011). Oleh karena
itu, AfL merupakan alat untuk memperoleh pengetahuan untuk
menunjang kemampuan berargumentasi.
-Kelemahan Penelitian Tidak terdapat kekurangan atau kelemahan dalam penelitian ini.

13 Kesimpulan Berdasarkan analisis hasil penelitian dan pembahasan, dapat


disimpulkan bahwa assessment for learning (AfL) berpengaruh
terhadap kemampuan berargumentasi siswa. AfL
berpengaruh terhadap kemampuan berargumentasi
karena secara konten, bentuk soal dan konsistensi pemberian
dirancang khusus untuk melatih kemampuan berargumentasi.
Selain itu, AfL menggunakan feed back untuk memberikan
informasi sebagai bahan refleksi siswa dalam memperbaiki dan
meningkatkan kemampuan berargumentasinya. Pelatihan
argumentasi menggunakan AfL merupakan aplikasi teori
behaviouristik dan teori scaffolding Vygotsky. Kemampuan
berargumentasi merupakan kemampuan berpikir yang termasuk
dalam aspek penalaran ilmiah dan literasi sains.
14 Saran Oleh karena itu, penelitian ini menunjukkan bahwa AfL yang
dapat mempengaruhi kemampuan berargumentasi juga
berpengaruh terhadap penalaran ilmiah siswa dan
kemampuan literasi sains siswa sekolah menengah
atas.
15 Referensi  Schen, M.S. (2007). Scientific reasoning skills development in
the introductory biology courses for undergraduates.
Unpublished doctoral dissertation. The Ohio State University,
Columbus, United States of America
 Shute, V.J. (2008). Focus on formative feedback. Review
of Educational Research, 78, 153-189.

Anda mungkin juga menyukai