Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

DUALISME GELOMBANG PARTIKEL

Dosen Pengampu : Dr. Eng. Jubaidah, M.Si

OLEH :

Nama Mahasiswa : 1. Abdul Rafid Fakhrun Gani (4201121007)


2. Elvina Simanullang (4203321017)
3. Fakhry Asad Agusfrianto (1305620012)
4. Restina Tiolenta Sihombing (4201121017)
5. Sampang Rotua Simanullang (4202421013)
Kelompok :B

Kelas : Pendidikan Fisika B St 2020

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2022
KATA PENGATAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
Rahmat dan Karunia-Nya kepada penyusun, sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik dan
tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya mungkin penyusun tidak akan sanggup untuk menyusun
makalah dengan baik. Penyusun juga berterima kasih pada Ibu DR. Eng. Jubaidah, M.Si, selaku Dosen
Pengampu mata kuliah Fisika Kuantum yang telah memberikan tugas ini kepada penyusun.
Adapun tujuan penyusun dalam menyusun makalah yaitu untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Fisika Kuantum, dan juga makalah ini dapat digunakan sebagai bahan diskusi, serta dapat
diaplikasikan sebagai bahan pembelajaran.
Makalah ini disusun oleh penyusun dari berbagai bahan referensi jurnal dan buku yang
berhubungan dengan judul makalah yang sebelumnya telah diberikan oleh dosen pengampu mata
kuliah Fisika Kuantum. Penyusun berusaha seobjektif mungkin dalam menyusun makalah yang
sederhana ini.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Segala kritik konstruktif
dan saran yang membangun selalu penyusun harapkan demi penyempurnaan makalah ini dikemudian
hari. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Akhir kata, penyusun ucapkan terima
kasih.

Medan, 13 September 2022


Penyusun

(Kelompok B)

i
DAFTAR ISI

KATA PENGATAR ......................................................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................................................... ii
BAB I .............................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................................. 2
1.3 Tujuan Penulisan .................................................................................................................... 2
BAB II ............................................................................................................................................. 3
PEMBAHASAN .............................................................................................................................. 3
2.1 Dualisme Partikel Gelombang ................................................................................................ 3
2.2 Sifat Gelombang Materi ......................................................................................................... 4
2.3 Prinsip Ketidakpastian Heisenberg ......................................................................................... 5
BAB III ........................................................................................................................................... 7
PENUTUP ....................................................................................................................................... 7
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................................ 7
3.2 Saran ...................................................................................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................... 8

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam fisika, dualisme partikel gelombang menyatakan bahwa setiap partikel dalam kondisi-
kondisi tertentu dapat menunjukkan sifat gelombang, dan sebaliknya setiap gelombang dalam konsisi
tertentu dapat menunjukkan sifat partikel. Gejala dualisme diawali dari sebuah fenomena efek
fotolistrik. Pada peristiwa efek fotolistrik, permukaan sebuah logam disinari oleh seberkas cahaya
yang menyebabkan elektron terpental keluar dari permukaan logam. Peristiwa efek fotolistrik tidak
dapat dijelaskan melalui teori gelombang, tetapi dapat dijelaskan melalui teori kuantum (Krane,
1992).

Penelitian mengenai Teori kuantum dimulai pada abad ke 20 yang dipelopori oleh Albert Einstein
dan Max Planck. Menurut teori kuantum, cahaya dipandang sebagai berkas–berkas energi yang lebih
dikenal sebagai foton. Teori tersebut memicu para ilmuwan untuk lebih meneliti mengenai foton,
salah satunya adalah A.H Compton pada tahun 1923 melalui peristiwa hamburan compton. Ia
menemukan bahwa cahaya memiliki sifat kembar sebagai gelombang dan sebagai partikel.
Berdasarkan eksperimen efek fotolistrik, pada tahun 1924 Louis de Broglie mengajukan postulat
bahwa materi yang mempunyai sifat partikel dapat berperilaku sebagai gelombang. Pendapat L de
Broglie ini kemudian dikenal sebagai Hipotesa de Broglie ( Thorton dan Rex, 2013).

Hipotesa de Broglie memicu para ahli untuk melakukan eksperimen, untuk membuktikan hipotesa
tersebut. Pada tahun 1927 Davisson dan Germer di Amerika Serikat dan dalam percobaanya Davisson
dan Germer secara bebas meyakinkan hipotesis de Broglie dengan menunjukkan berkas elektron
terdifraksi bila berkas itu dihamburkan oleh kisi atom yang teratur dari suatu kristal. Dengan adanya
eksperimen tersebut kita dapat mengamati partikel yang menunjukkan sifat gelombang. Eksperimen
tersebut kemudian disebut eksperimen Difraksi Elektron.

Fisika merupakan mata pelajaran yang mempelajari keadaan fisik dari suatu benda baik
perubahan bentuk, sifat, maupun keadaan benda yang dapat diamati. Pada bidang fisika terdapat teori-
teori yang diajukan oleh para ahli diantaranya postulat yang diajukan oleh Louis de Broglie. Maka
perlu pengkajian yang lebih mendalam agar dapat meningkatkan pemahaman mengenai hal tersebut.
Kita tahu bahwa tingkat kemampuan seseorang tidak samakarena sebagian orang sulit memahami
persamaan-persamaan matematis. Salah satu contohnya seperti persamaan Louis de Broglie mengenai
gelombang dan partikel yang dapat dijelaskan dengan menggunakan suatu persamaan differensial
parsial orde dua yang dikenal sebagai persamaan Schrodinger. Mengenai hal ini solusi yang tepat
yaitu menganalisis teori tersebut sehingga mudah dipahami bagi semua kalangan.

1
1.2 Rumusan Masalah
Adapun hal-hal yang menjadi rumusan masalah pada makalah ini, ialah

1. Apa yang dimaksud dengan Dualisme Gelombang Partikel ?


2. Apa yang dimaksud dengan Sifat Gelombang Materi ?
3. Apa yang dimaksud dengan Prinsip Ketidakpastian Heisenberg?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun Tujuan penulisan dari makalah ini ialah
1. Mengetahui ap aitu Dualisme Gelombang Partikel ?
2. Mengatahui apa itu Sifat Gelombang Materi ?
3. Mengetahui apa itu Prinsip Ketidakpastian Heisenberg?

2
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Dualisme Partikel Gelombang
Menurut asal kata, pengertian partikel dalam kbbi yaitu unsur dasar benda atau bagian benda
yang sangat kecil dan berdimensi. Partikel disebut materi yang sangat kecil seperti butir pasir,
elektron, atom atau molekul. Dualisme yaitu paham bahwa dl kehidupan ini ada dua prinsip yg saling
bertentangan. Jadi dualisme partikel yaitu dua paham yang berbeda mengenai suatu materi yaitu
partikel dan gelombang. Dualisme Gelombang Partikel menyatakan bahwa cahaya dan benda
memperlihatkan sifat gelombang dan partikel. Konsep utama dalam mekanika kuantum, dualitas
menyatakan kekurangan konsep mengenai "Partikel" dan "Gelombang" untuk menjelaskan
bagaimana perilaku objek kuantum. Ide awal dualitas ini muncul pada tahun 1600-an terjadi
perdebatan tentang sifat cahaya dan benda, ketika teori cahaya yang saling bersaing yang diusulkan
oleh Christiaan Huygens dan Isaac Newton. Melalui hasil riset Albert Einstein, Louis de Broglie dan
kawan-kawan, sampai saat ini para ilmuwan telah menerima suatu Gagasan mengenai Dualisme
Gelombang Partikel bahwa seluruh objek memiliki sifat gelombang dan partikel. Meskipun fenomena
ini hanya dapat terdeteksi dalam skala kecil, seperti atom. Dualitas gelombang partikel merupakan
dasar-dasar teori mekanika kuantum yang erat kaitanya dengan perkembangan kemajuan ilmu
pengetahuan manusia (Dualisme_gelombang_partikel_doc (1), n.d.).

Pada peristiwa efek fotolistrik, permukaan sebuah logam disinari oleh seberkas cahaya yang
menyebabkan elektron terpental keluar dari permukaan logam. Peristiwa efek fotolistrik tidak dapat
dijelaskan melalui teori gelombang, tetapi dapat dijelaskan melalui teori kuantum (Krane, 1992).
Sesuai dengan teori gelombang, gelombang cahaya yang menyebar keluar dari sumbernya sama
halnya dengan gelombang berupa riak air yang menjalar di permukaan kolam ketika sebuah ujung jari
dicelupkan lembut ke permukaan air kolam tersebut. Postulat Planck tentang radiasi dari suatu benda
berupa kuanta diskrit tidak sesuai dengan penjalaran atau rambatan cahaya sebagai gelombang. Tetapi
Einstein menduga bahwa cahaya merambat di dalam ruang dalam bentuk foton. Menurut teori
kuantum cahaya yang menyebar dari sumbernya merupakan sederetan dari suatu konsentrasi energi
yang terlokalisasi. Teori kuantum cahaya memperlakukan cahaya sebagai suatu fenomena partikel
dan konsep gelombang dengan frekuensi tertentu. Sehubungan dengan itu pertanyaan kita adalah
bagaimana konsep dualisme gelombang partikel itu? selanjutnya kita akan bahas lebih rinci perpaduan
teori tersebut.

“Teori kuantum cahaya memperlakukan cahaya “Teori kuantum cahaya memperlakukan


cahaya sebagai suatu fenomena partikel dan konsep gelombang dengan frekuensi tertentu”. Seperti
dibahas pada Medan elektromagnetik sesuai teori gelombang Maxwell (pada teori fisika klasik)
bahwa besarnya intensitas cahaya dari permukaan medan listrik adalah Dalam fisika
kuantum, dianalogikan bahwa intensitas foton yang jatuh ke permukaan bahan oleh sejumlah foton
per satuan luas permukaan (M2) per detik (t) adalah I = N hf, dengan N adalah jumlah foton. Oleh
sebab itu, seharusnya berlaku keadaan yang sama, sehingga Intensitas (I) foton = Intensitas (I)
gelombang cahaya.

3
Sesuai pada persamaan di atas dapat diinterpretasikan bahwa jika nilai N besar, dapat diartikan bahwa
gejala foton dapat dilihat sebagai gelombang terdistribusi kontinu yang polanya sesuai dengan
besarnya E0. Hal ini sebagai ciri-ciri dari teori gelombang cahaya. Jika N kecil (misalnya hanya ada
1 buah foton) pengamat akan melihat jatuhnya foton pada dinding atau bahan sebagai kilatan cahaya
yang singkat.

2.2 Sifat Gelombang Materi


Hipotesis tentang gelombang materi berasal dari gagasan foton Einstein. Kemudian
diterapkan Louis de Broglie pada 1922, sebelum Compton membuktikannya, untuk
menurunkan Hukum Wien (1896). Ini menyatakan bahwa "bagian tenaga elektromagnet yang
paling banyak dipancarkan benda (hitam) panas adalah yang frekuensinya sekitar 100 milyar
kali suhu mutlak (273 + suhu Celsius) benda itu". Pekerjaan ini ternyata memberi dampak yang
berkesan bagi de Broglie.

Pada musim panas 1923, de Broglie menyatakan, "secara tiba-tiba muncul gagasan untuk
memperluas perilaku rangkap (dual) cahaya mencangkup pula alam partikel". Ia kemudian
memberanikan diri dengan mengemukakan bahwa "partikel, seperti elektron juga berperilaku sebagai
gelombang". Gagasannya ini ia tuangkan dalam tiga makalah ringkas yang diterbitkan pada 1924;
salah satunya dalam jurnal vak fisika Perancis, Comptes Rendus.

Penyajiannya secara terinci dan lebih luas kemudian menjadi bahan tesis doktoralnya yang ia
pertahankan pada November 1924 di Sorbonne, Paris. Tesis ini berangkat dari dua persamaan yang
telah dirumuskan Einstein untuk foton, E=hf dan p=h/. Dalam kedua persamaan ini, perilaku yang
"berkaitan" dengan partikel (energi E dan momentum p) muncul di ruas kiri, sedangkan ruas kanan
dengan gelombang (frekuensi f dan panjang gelombang , baca: lambda). Besaran h adalah tetapan
alam yang ditemukan Planck, tetapan Planck. Secara tegas, de Broglie mengatakan bahwa hubungan
di atas juga berlaku untuk partikel. Ini merupakan maklumat teori yang melahirkan gelombang
partikel atau de Broglie. Untuk partikel, seperti elektron, momentum p adalah hasilkali massa
(sebanding dengan berat) dan lajunya. Louis de Broglie mengemukakan bahwa tidak hanya cahaya
yang memiliki sifat “mendua”, tetapi juga partikel. Suatu partikel dapat juga memiliki sifat
gelombang.

Menurut de Broglie suatu partikel yang memiliki momentum p jika dipandang sebagai
gelombang, mempunyai panjang gelombang: Panjang gelombang ini disebut panjang gelombang de
Broglie. Karena itu, panjang gelombang de Broglie berbanding terbalik dengan massa dan laju
partikel. Sebagai contoh, elektron dengan laju 100 cm per detik, panjang gelombangnya sekitar 0,7
mm.

Bohr mengajukan postulat kuantisasi momentum sudutnya, begitu saja tanpa memberikan
alasan fisis sama sekali. Louis de broglie dengan teori gelombang-partikelnya menjelaskan bahwa:
partikel (misalnya elektron) yang bergerak dengan kecepatan v kemungkinan memiliki sifat
gelombang dengan panjang gelombang, λ, yang sesuai. Hipotesis ini telah diuji oleh Davidsson-
Germer dan G.P.Thomson yang membuktikan adanya pola difraksi pada elektron seperti pada
gelombang.

4
2.3 Prinsip Ketidakpastian Heisenberg
Pada masa 1924-1925, Werner Heisenberg, anak dari seorang Profesor Greek dan Classic pada
Universitas Munich, menemukan teori lengkap mengenai mekanika kuantum yang dinamakan
mekanika matriks. Teori ini mengatasi sebagian problem pada teori atom Bohr, seperti postulat orbit
unobservable elektron. Formulasi Heisenberg pada intinya didasarkan pada pengukuran besaran-
besaran seperti probabilitas transisi lompatan elektron antara keadaan-keadaan kuantum. Oleh karena
probabilitas transisi tergantung pada keadaan mula dan akhir, mekanika Heisenberg memekai
variabel-variabel terdata dengan dua (2) subscript. Walaupun pada awalnya Heisenberg
mempresentasikan teorinya pada bentuk aljabar yang tak terkomunikasikan (rumit), Max Born sadar
bahwa teori yang demikian lebih elegan dijelaskan dalam bentuk matriks. Alhasil, Born, Heisenberg,
dan Pascual Jordan segera mencari jalan keluar yaitu mengembangkan teori yang lebih komprehensif
tentang matriks mekanik. Teori ini sebenarnya ialah hadiah untuk pakar fisika, namun masih
merupakan kerumitan besar sebab harus melibatkan matematika dengan tingkat kesusahan tinggi dan
sangat melelahkan para pakar fisika (physicists). Meski demikian, kita akan membahas penemuan
brilian Heisenberg yang lain, yaitu prinsip ketidakpastian, yang diperkenalkan pada tahun 1927.
Dalam papernya, Heisenberg mempublikasikan ide bahwa tidak mungkin menentukan secara
simultan dengan presisi yang luar biasa untuk posisi dan momentum suatu partikel.

Dengan perkataan lain, dapat dinyatakan prinsip ketidakpastian Heisenberg sebagai berikut : Jika
pengukuran posisi dengan ketelitian ᐃx dan secara simultan pengukuran momentum dengan ketelitian
ᐃp, maka produk kedua ketidakpastian tidak akan lebih kecil daripada ℏ, yakni:

ᐃp.ᐃx ≥ ћ

Dalam tiga dimensi hubungan ketidakpastian :

ᐃpx.ᐃx ≥ ћ
ᐃpy.ᐃy ≥ ћ
ᐃpz.ᐃz ≥ ћ
Hubungan antara Ketidakpastian Energi dengan Waktu

Hubungan ketidakpastian enegi kinetik E dari sebuah partikel yang bergerak dengan waktu t
dinyatakan dengan :

ᐃE.ᐃt ≥ ћ

dengan :

ᐃE : ketidakpastian energi dan

ᐃt : ketidakpastian waktu

Prinsip dari ketidakpastian bisa juga di terapkan dalam momentum anguler L dari partikel dan
posisi sudut anguler ϕ yang berbanding terbalik dengan L

Hubungannya dinyatakan dengan :


5
ᐃL.ᐃϕ ≥ ћ

dengan :

ᐃL : ketidakpastian momentum sudut

ᐃϕ : ketidakpastian posisi sudut

Catatan :

Dalam pernyataan hubungan ketidakpastian tak hanya dijelaskan ᐃx dan ᐃp, namun besaran ini dapat
dinyatakan dengan bermacam variasi . Jika pengukuran x dan ᐃx dan ᐃp dinyatakan sebagai deviasi
rata-rata (rms) suatu nilai, ini bisa di tunjukkan nilai minimum produk ketidakpastian di berikan oleh:

Dalam penyelesaian masalah untuk satu dimensi (dalam arah x) nilai terkecil dari perkalian bisa

dinyatakan dengan :

ᐃx.ᐃpx = ћ.

6
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dualisme partikel gelombang menyatakan bahwa setiap partikel dalam kondisi-kondisi tertentu
dapat menunjukkan sifat gelombang, dan sebaliknya setiap gelombang dalam konsisi tertentu
dapat menunjukkan sifat partikel. Gejala dualisme diawali dari sebuah fenomena efek
fotolistrik. Pada peristiwa efek fotolistrik, permukaan sebuah logam disinari oleh seberkas
cahaya yang menyebabkan elektron terpental keluar dari permukaan logam.

Dualitas gelombang-partikel menyatakan bahwa cahaya dan benda memperlihatkan sifat


gelombang dan partikel. Konsep utama dalam mekanika kuantum, dualitas menyatakan
kekurangan konsep konvensional seperti "partikel" dan "gelombang" untuk menjelaskan
perilaku objek kuantum.

3.2 Saran
Penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Penulis berusaha untuk memberikan
informasi dan kajian ilmu yang mutakhir bagi semua kalangan yang membaca. Namun untuk
itu diperlukan referensi atau sumber acuan lain bagi pembaca.

7
DAFTAR PUSTAKA

Beiser, Arthur. 1982 . Konsep Fisika Modern. Jakarta : Penerbit Erlangga


Ermiyati, L., & Oktova, R. (2018). Pengembangan Media Pembelajaran Interaktif Fisika
Modern Tentang Dualitas Partikel-Gelombang Menggunakan Perangkat Lunak Lectora Inspire
Untuk Mahasiswa S-1 Pendidikan Fisika. Berkala Fisika Indonesia: Jurnal Ilmiah Fisika,
Pembelajaran Dan Apliksinya, 10(1).
Krane, K.S. (1992). Fisika Modern. Terjemahan Hans J. Wospakrik. Jakarta: Universitas
Indonesia Press.
Murdani, E. (2020). Hakikat Fisika Dan Keterampilan Proses Sains. Jurnal Filsafat Indonesia,
3(3), 72-80.
PARTIKEL, F. D. D. G. FISIKA KUANTUM.
Rohadi, Nyoman. 2020. Prinsip Dasar Fisika Kuantum Berbasis Model Mental Fisika.

Anda mungkin juga menyukai