Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

“Identifikasi Miskonsepsi Fisika Pada Materi Getaran Dan Gelombang

Cara Mengatasinya”

Dosen Pengampu :

Dra .Ida Wahyuni M.Pd

Disusun Oleh :

Kelompok 06

1. Fadillah Sendi Simamora (4201121025)


2. Siti Fahrani (4201121008)
3. Fandy Ocwando Riyanto (4203321016)
4. Wahida Hasibua ( 4201121026 )

FISIKA DIK A 2020

PROGRAM STUDI (S-1) PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
Rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Makalah dari mata kuliah Fisika SMA
hingga selesai.
Penulis juga menyadari bahwa tugas ini masih banyak kekurangan baik dari segi kata,
bahasa, dan juga susunan kalimat. Oleh karena itu penulis meminta maaf jika ada kesalahan
dalam penulisan, dan penulis juga mengharapkan saran dan sumbangan pemikiran yang
membangun guna kesempurnaan makalah ini kedepannya. Di samping itu ucapan terimakasih
juga kepada Dosen pengampu mata kuliah Ibu Dra.Ida Wahyuni, M.Pd. yang telah bersedia
membimbing penulis dalam menyelesaikan tugas ini.
Semoga tugas ini berguna kedepan dan menjadi bahan rujukan bagi penulis dalam setiap
penugasan di bidang Makalah dan semoga kedepan lebih baik lagi. Akhir kata penulis ucapkan
terimakasih.

Medan, 15 April 2021

Kelompok 6
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………………4

1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………4

1.2.Rumusan Masalah……………………………………………………………4

1.3 .Tujuan ………………………………………………………….4

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………4

2.1 Pengertian Miskonsepsi Fisika……………………………….6

2.2 Miskonsepsi Pada Getaran Dan Gelombang ……………………………6

2.3 Cara Mengatasi Miskonsespi Pada Getaran dan Gelombang ………………6

BAB III PENUTUP…………………………………………………………24

Kesimpulan …………………………………………………………………………24

Saran……………………………………………………………………….24

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….25
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Miskonsepsi atau konsepsi merupakan sebuah kejadian dimana seseorang salah menafsirkan
sebuah konsep. “Konsepsi merupakan tafsiran yang dilakukan oleh seseorang” (Tayubi, 2005).
Miskonsepsi atau salah konsep dapat dialami oleh siapa saja. Bukan hanya pada pelajaran fisika,
miskonsepsi juga dapat terjadi pada semua mata pelajaran.

Miskonsepsi didefinisikan sebagai kesalahan pemahaman yang mungkin terjadi selama atau
sebagai hasil dari pengajaran yang baru saja diberikan, berlawanan dengan konsepsi-konsepsi
ilmiah yang dibawa atau berkembang dalam waktu lama (Mosik, 2010).

Kesalahan yang terjadi ini bisa disebabkan karena pemahaman siswa itu sendiri. Setiap manusia
memliki pemikirannya sendiri dan terkadang membuat kesimpulan atas apa yang telah
dialaminya. Beberapa diantaranya menyimpulkan sebuah kejadian secara harfiah saja tanpa ada
telaah lebih lanjut dan tidak dihubungkan dengan konsep-konsep yang lainnya. Kelemahan ini
terjadi karena siswa tidak mampu menghubungkan atau tidak dapat menemukan korelasi antara
konsep yang satu dengan yang lainnya sehingga membuat mereka menjadi bingung, lalu sebuah
kesalahan pemahaman dapat terjadi disini.pada materi gelombang dan cahaya ditemukan semua
miskonsepsi yang saat ini sering terjadi pada guru dan siswa .salah satu penyebabnya adalah
ketidakmampuan guru dalam mengajar dengan baik dan juga menguasai bahan ajar .pada siswa
sangat banyak sekali .

1.2 Rumusan Masalah

01.Apa yang dimaksud dengan miskonsepsi fisika ?

02.Bagaimana Miskonsepsi pada gelombang dan cahaya?

03.Bagaimana cara mengatasi miskonsepsi pada gelombang dan cahaya ?

1.3 Tujuan

01.Mengidentifikasi miskonsepsi pada gelombang dan cahaya

02.Mengetahui penyebab miskonsepsi pada gelombang dan cahaya

03.Menjelaskan cara mengatasi miskonsepsi pada gelombang dan cahaya


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Miskonsepsi Fisika

Rowland (2004) menjelaskan bahwa miskonsepsi adalah perbedaan pandangan dalam suatu
konsep yang terjadi dalam proses pembentukan struktur kognitif siswa. Miskonsepsi
didefinisikan sebagai konsepsi siswa yang tidak cocok dengan konsepsi para ilmuwan, hanya
dapat diterima dalam kasus-kasus tertentu dan tidak berlaku untuk kasus-kasus lainnya serta
tidak dapat digeneralisasi. Konsepsi tersebut, pada umumnya dibangun berdasarkan akal sehat
(common sense) atau dibangun secara intuitif dalam upaya memberi makna terhadap dunia
pengalaman mereka sehari-hari, dan hanya merupakan eksplanasi pragmatis terhadap dunia
realita. Miskonsepsi siswa diperoleh melalui proses pembelajaran pada jenjang pendidikan
sebelumnya (Sadia, 2003).

Miskonsepsi merupakan suatu interpretasi konsep-konsep dalam suatu pernyataan yang tidak
dapat diterima. Rowland (2004) memandang miskonsepsi sebagai pengertian yang tidak akurat
akan konsep, penggunaan konsep yang salah, klasifikasi contoh-contoh yang salah, kekacauan
konsep-konsep yang berbeda dan hubungan hirarkis konsep-konsep yang tidak benar.
Berdasarkan pengertian di atas, miskonsepsi dapat diartikan sebagai suatu konsepsi yang tidak
sesuai dengan pengertian ilmiah atau pengertian yang diterima oleh para ilmuwan.

Miskonsepsi merupakan pemahaman keliru yang dikembangkan oleh siswa dan berbeda dengan
konsep yang dimiliki oleh ilmuwan (Kose, 2008). Berg (dalam Suastra, 1996) juga menyatakan
bahwa miskonsepsi siswa merupakan bagian dari suatu teori siswa yang dengan sendirinya
cukup logis dan konsisten. Beberapa karakteristik miskonsepsi adalah sebagai berikut: (1) tidak
dapat digeneralisasikan, (2) dibangun (dikonstruksi) atas dasar akal sehat (common sense), (3)
merupakan eksplanasi pragmatis dari suatu realita, (5) pengertian hanya ditunjukkan pada
jaminan keberhasilan tindakan (pragmative motive).

Menurut Duit (1996) konsepsi adalah representasi mental mengenai ciri-ciri dunia luar atau
domain-domain teoritik. Konsepsi merupakan perwujudan dari interpretasi seseorang terhadap
suatu objek yang diamatinya yang sering bahkan selalu muncul sebelum pembelajaran. Konsepsi
pembelajaran dapat dibedakan atas dua kelompok, yaitu prakonsepsi (preconception) dan
miskonsepsi (misconception). Prakonsepsi adalah konsepsi yang berdasarkan pengalaman formal
dalam kehidupan sehari-hari. Prakonsepsi siswa dalam pembelajaran sains dibangun oleh siswa.

Hal ini sesuai dengan pandangan konstruktivisme dalam pembelajaran, dimana siswa datang
dalam lingkungan belajar dengan prakonsepsi awal dan akan terbentuk kembali dengan adanya
interaksi sosial dan fisik di kelas sebagai akibat dari pembelajaran. Prakonsepsi siswa yang
menjadi fokus perhatian adalah konsep siswa yang berbeda dengan konsep ilmiah sehingga
menghambat proses pembelajaran (Hüseyin dan Sabri, 2007).

Lebih lanjut Duit (1996) memaparkan bahwa miskonsepsi adalah salah pemahaman yang
disebabkan oleh pembelajaran sebelumnya dan kesalahan yang berkaitan dengan prakonsepsi
pada umumnya. Beberapa pernyataan dalam miskonsepsi berdasarkan berbagai penelitian yang
relevan adalah sebagai berikut: (1) miskonsepsi siswa terjadi sebagai akibat perbedaan budaya,
agama, dan bahasa, (2) sebelum pembelajaran berlangsung miskonsepsi sudah terdapat dalam
pikiran siswa dan sangat sulit untuk mengubahnya, (3) bahasa sehari-hari, budaya, dan agama
dapat menyebabkan miskonsepsi, (4) berbagai miskonsepsi dapat terjadi saat menjelaskan suatu
fenomena alam, (5) miskonsepsi dapat terjadi setelah pembelajaran berlangsung. Miskonsepsi
baru juga bisa didapat oleh siswa selama pembelajaran berlangsung. Miskonsepsi ini terjadi
akibat miskonsepsi yang ada pada guru (Hüseyin dan Sabri, 2007).

Menurut Duit (1996) miskonsepsi sering diistilahkan sebagai kerangka kerja alternatif (alternatif
framework) alasanya, bahwa prakonsepsi yang dimiliki oleh para siswa dipandang sebagai
konsepsi yang benar menurut mereka sendiri yang dianggap bermanfaat dalam kehidupan
mereka sehari-hari.

Masril (2004) menyebutkan bahwa miskonsepsi merupakan ide atau kepercayaan yang berlainan
dengan konsep sains yang sebenarnya. Miskonsepsi adalah fenomena seseorang gagal
menerapkan teori di lapangan, karena pemahaman konsep yang tidak lengkap atau keliru dalam
interpretasinya. Pikatan (1999) juga menjelaskan, secara garis besar gagal konsepsi ini dapat
dipisahkan menjadi dua jenis yaitu, (1) gagal kondisi adalah kegagalan aplikasi akibat tidak
dikuasainya kondisi-kondisi yang melatarbelakangi sebuah teori, (2) gagal intuisi merupakan
kegagalan aplikasi akibat tidak dimilikinya intuisi atau konteks fisis sebagai pengalaman yang
terintegrasi dengan teori.
2.2 Miskonsepsi Pada Getaran Dan Gelombang

Pada materi kali ini ditemukan sejumlah miskonsepsi pada materi yang dialami oleh siswa
.berikut ini contohnya.

A.Getaran

Getaran adalah gerak bolak – bolik secara berkala melalui suatu titik keseimbangan. Pada
umumnya setiap benda dapat melakukan getaran. Suatu benda dikatakan bergetar bila benda itu
bergerak bolak bolik secara berkala melalui titik keseimbangan.

Pengertian Getaran

Getaran adalah suatu peristiwa gerak bolak balik secara teratur suatu benda melalui satu titik
seimbang. Karena terjadi dengan teratur, getaran sering juga disebut dengan gerak periodik. Kuat
atau lemahnya pergerakan benda tersebut dipengaruhi oleh jumlah energi yang diberikan.
Semakin besar energi yang diberikan maka semakin kuat pula getaran yang terjadi. Satu Getaran
sama dengan satu kali gerakan bolak balik penuh dari benda tersebut. Contoh sederhana getaran
yaitu gerakan pegas yang diberikan beban, misalnya pemanfaatan pegas untuk menjadi ayunan
anak.

Beberapa Contoh Getaran

Beberapa contoh getaran yang dapat kita jumpai dalam kehidupan sehari – hari antara lain :

 sinar gitar yang dipetik

 bandul jam dinding yang sedang bergoyang

 ayunan anak-anak yang sedang dimainkan

 mistar plastik yang dijepit pada salah satu ujungnya, lalu ujung lain diberi simpangan
dengan cara menariknya, kemudian dilepaskan tarikannya.

 Pegas yang diberi beban.

Getaran Pada Bandul Sederhana

Gambar dibawah ini ialah contoh getaran pada bandul sederhana, berdasarkan pada bandul
tersebut, Satu Kali Getaran ialah satu kali pergerakan bandul dari titik A – B – C – B – A. Satu
Kali getaran juga bisa dihitung titik mulainya dengan titik B atau Titik C.
Getaran Pada Pegas

Kemudian Pada Gambar kedua adalah contoh Getaran pada pegas yang diberikan beban. Satu
Kali Getaran pada Pegas Tersebut misalnya B – A – C – A – B. Satu Kali Getaran juga
bisa dihitung dari titik mulainya dengan titik A atau Titik C.

Amlitudo

Amplitudo yakni simpangan terjauh dari titik keseimbangan. Amplitudo bisa diartikan ialah jarak


paling jauh dari titik keseimbangan saat terjadi getaran. Perhatikan kembali Gambar pada bandul
dan pegas sederhana diatas.

 Pada Gambar Bandul, titik keseimbangannya adalah titik B, dan Amplitudonya adalah


BA dan BC. Karena semakin lama gerakan bandul akan semakin kecil, sehingga titik
getaran pertamalah yang merupakan amplitudo dari bandul tersebut.
 Pada Gambar Pegas, Titik keseimbangannya merupakan titik A, dan Amplitudonya
adalah adalah AB dan AC. Karena semakin lama gerakan pegas juga akan semakin
melemah, jadi getaran pertamalah yang merupakan amplitudo dari pegas tersebut.
Frekuensi Getaran yaitu banyaknya jumlah getaran yang terjadi dalam satu detik. Satuan
Frekuensi dalam Sistem Internasional yaitu Hertz (Hz). Dalam Fisika, Frekuensi disimbolkan
dengan huruf “f” dan Rumusnya adalah

Rumus Frekuensi Getaran

F=n/t

Keterangan :

f = Frekuensi (Satuannya Hertz disingkat Hz)


n = Jumlah Getaran
t = Waktu (Satuannya Sekon disingkat s)

Periode

Periode yaitu waktu yang diperlukan untuk melakukan satu kali getaran. Satuan Periode dalam
Sistem Internasional adalah Sekon (s). Dalam Fisika, Periode disimbolkan dengan huruf “T” dan
Rumusnya :

T=t/n

Keterangan :
T = Periode (Satuannya Sekon disingkat s)
t = Waktu (Satuannya Sekon disingkat s)
n = Jumlah Getaran

Periode dan Frekuensi saling berhubungan dan bisa dihubungkan satu dengan lainnya. Periode
adalah kebalikan dari frekuensi demikian pula sebaliknya. Oleh karena itu didapatkan persamaan
:
T = 1 / f dan F = 1 / T

Keterangan :
T = Periode (Satuannya Sekon disingkat s)
f = Frekuensi (Satuannya Hertz disingkat Hz)

Jenis Jenis Getaran


Secara umum dikenal dua macam jenis getaran berdasarkan proses terjadinya getaran, yakni :

 1. Getaran Bebas

Getaran Bebas, adalah getaran yang terjadi ketika sistem mekanis dimulai dengan adanya gaya
awal yang bekerja pada sistem itu sendiri, lalu dibiarkan bergetar secara bebas. Getaran bebas
akan menghasilkan frekuensi yang natural karena sifat dinamika dari distribusi massa dan
kekuatan yang membuat getaran.

Contohnya : Bandul yang ditarik kemudian dilepaskan dan dibiarkan menghasilkan getaran
sampai pergerakan bandul tersebut berhenti.

 2. Getaran Paksa

Getaran Paksa, ialah suatu getaran yang terjadi ketika gerakan bolak-balik karena adanya gaya
luar yang secara paksa menciptakan getaran pada sistem. Contohnya : yaitu getaran rumah yang
roboh ketika gempa

B.Gelombang

Gelombang adalah suatu usikan (getaran) yang merambat pada suatu medium, yang membawa
energi dari satu tempat ke tempat lainnya. Pada gelombang yang merambat adalah
gelombangnya, bukan zat medium perantaranya. Bentuk ideal dari suatu gelombang akan
mengikuti gerak sinusoide. Selain radiasi elektromagnetik, dan mungkin radiasi gravitasional,
yang bisa berjalan lewat vakum, gelombang juga terdapat pada medium (yang karena perubahan
bentuk dapat menghasilkan gaya memulihkan yang lentur) di mana mereka dapat berjalan dan
dapat memindahkan energi dari satu tempat kepada lain tanpa mengakibatkan partikel medium
berpindah secara permanen; yaitu tidak ada perpindahan secara masal. Malahan, setiap titik
khusus berosilasi di sekitar satu posisi tertentu.

Gelombang didefinisikan sebagai getaran yang merambat melalui medium, berupa zat padat,
cair, dan gas. Gelombang adalah getaran yang merambat. Bentuk ideal dari suatu gelombang
akan mengikuti gerak sinusoide. Selain radiasi elektromagnetik, dan mungkin radiasi
gravitasional, yang bisa berjalan lewat vakum, gelombang juga terdapat pada medium (yang
karena perubahan bentuk dapat menghasilkan gaya memulihkan yang lentur) di mana mereka
dapat berjalan dan dapat memindahkan energi dari satu tempat kepada lain tanpa mengakibatkan
partikel medium berpindah secara permanen; yaitu tidak ada perpindahan secara masal. Malahan,
setiap titik khusus berosilasi di sekitar satu posisi tertentu.

Suatu medium disebut:

1. linear jika gelombang yang berbeda di semua titik tertentu di medium bisa dijumlahkan
2. terbatas jika terbatas, selain itu disebut tak terbatas
3. seragam jika ciri fisiknya tidak berubah pada titik yang berbeda
4. isotropik jika ciri fisiknya “sama” pada arah yang berbeda

A.Jenis-Jenis Gelombang
Ditinjau dari zat penghantar atau juga medium yang dilalui dengan gelombang, kita dapat
membedakan Terdapat dua macam gelombang, ialah gelombang mekanik serta gelombang
elektromagnetik.
Gelombang terdiri dari dua jenis, yakni gelombang transversal (transverse wave) dan gelombang
longitudinal (longitudinal wave).

01.Gelombang Mekanik

Gelombang mekanik ialah gelombang yang dalam perambatannya memerlukan suatu medium


atau penghantar untuk dapat merambat. Medium gelombang mekanik juga dapat berupa zat
padat , zat cair , atau juga gas. Suara ataupun bunyi ialah salah satu contoh gelombang mekanik
yang dapat merambat melalui zat padat, cair atau gas tersebut. misalanya ialah dari gelombang
mekanik adalah gelombang pada tali, gelombang pada pegas, gelombang diatas permukaan air.

02.Gelombang Transversal

Gelombang transversal ialah gelombang yang arah getar dari tiap titik partikel dalam
medium(penghantar), tegak lurus dengan arah perambatan gelombang. Misalnya
ialah gelombang cahaya, gelombang permukaan air, serta gelombang pada tali. Untuk melihat
arah getar dari gelombang transversal dapat gunakan tali dengan cara salah satu ujung tali diikat
sedangkan ujung yang lain dibiarkan bebas.Pada kasus gelombang tali tesebut, gerakan tangan
naik turun akan mengakibatkan energi pada tali. Energi tersebut menggetarkan daerah di seluruh
tali sehingga daerah disekitarnya ikut pula bergetar naik turun, demikian seterusnya sampai
ujung tali. Pada gelombang transversal, satu panjang gelombang ialah  jarak yang sama dengan
satu bukit gelombang ditambah satu lembah gelombang.

Ciri yang dimiliki gelombang transversal ialah , terdapat satu bukit gelombang dan lembah
gelombang dan satu panjang gelombang (lamda) ialah jarak yang sama dengan satu bukit
gelombang dengan satu lembah gelombang.2.Gelombang LongitudinalGelombang longitudinal
ialah gelombang yang arah getarnya searah atau paralel dengan arah rambatannya. Misalnya
ialah gelombang pada pegas (slinki) serta gelombang cahaya. Ketika slinki di gerakkan kedepan
serta kebelakang, maka pada slinki akan terbentuk rapatan-rapatan dan juga renggangan-
renggangan. Pada gelombang longitudinal, satu panjang gelombang ialah jarak yang sama
dengan satu rapatan serta ditambah satu renggangan. Ciri yang dimiliki gelombang longitudinal,
terdapat rapatan serta renggangan dan satu panjang gelombang ialah jarak yang sama dengan
satu rapatan ditambah satu renggangan.

Gelombang transversal adalah gelombang yang arah rambatnya tegak lurus dengan arah
getarannya. Suatu gelombang dapat dikelompokkan menjadi gelombang trasnversal jika partikel-
partikel mediumnya bergetar ke atas dan ke bawah dalam arah tegak lurus terhadap gerak
gelombang. Contoh gelombang transversal adalah gelombang tali. Ketika kita menggerakan tali
naik turun, tampak bahwa tali bergerak naik turun dalam arah tegak lurus dengan arah gerak
Bentuk gelomban transversal tampak seperti gambar di bawah.

03.Gelombang Longitudinal

Gelombang elektromagnetik ialah  gelombang yang dapat merambat tanpa memerlukan


pengantar dan merupakan gelombang transversal. Namun gelombang elektromagnetik ini ialah
gelombang medan, bukan gelombang mekanik (materi). Pada gelombang elektromagnetik, pada
medan listrik E selalu tegak lurus arah medan magnetik B serta keduanya tegak lurus arah
rambat gelombang. Gangguan gelombang elektromagnetik terjadi dikarenakan medan listik dan
medan magnet, oleh karena itu gelombang elektromagnetik dapat merambat dalam ruang vakum.
Selain gelombang transversal, terdapat juga gelombang longitudinal. Jika pada gelombang
transversal arah getaran medium tegak lurus arah rambatan, maka pada gelombang longitudinal,
arah getaran medium sejajar dengan arah rambat gelombang. Jika dirimu bingung dengan
penjelasan ini, bayangkanlah getaran sebuah pegas. Perhatikan gambar di bawah.

Pada gambar di atas tampak bahwa arah getaran sejajar dengan arah rambatan gelombang.
Serangkaian rapatan dan regangan merambat sepanjang pegas. Rapatan merupakan daerah di
mana kumparan pegas saling mendekat, sedangkan regangan merupakan daerah di mana
kumparan pegas saling menjahui. Jika gelombang tranversal memiliki pola berupa puncak dan
lembah, maka gelombang longitudinal terdiri dari pola rapatan dan regangan. Panjang
gelombang adalah jarak antara rapatan yang berurutan atau regangan yang berurutan. Yang
dimaksudkan di sini adalah jarak dari dua titik yang sama dan berurutan pada rapatan atau
regangan (lihat contoh pada gambar di atas).

Salah satu contoh gelombang logitudinal adalah gelombang suara di udara. Udara sebagai
medium perambatan gelombang suara, merapat dan meregang sepanjang arah rambat gelombang
udara. Berbeda dengan gelombang air atau gelombang tali, gelombang bunyi tidak bisa kita lihat
menggunakan mata. Kamu suka denger musik kan? Coba sentuh loudspeaker ketika kamu
sedang memutar lagu. Semakin besar volume lagu yang diputar, semakin keras loudspeaker
bergetar. Kalau diperhatikan secara seksama, loudspeaker tersebut bergetar maju mundur. Dalam
hal ini loudspeaker berfungsi sebagai sumber gelombang bunyi dan memancarkan gelombang
bunyi (gelombang longitudinal) melalui medium udara. Mengenai gelombang bunyi
selengkapnya akan dipelajari pada pokok bahasan tersendiri.

Macam-macam gelombang

Gelombang Menurut arah getarnya:

 Gelombang transversal adalah gelombang yang arah getarnya tegak lurus terhadap arah
rambatannya. Contoh: gelombang pada tali , gelombang permukaan air, gelobang cahaya, dll.
 Gelombang longitudinal adalah gelombang yang arah getarnya sejajar atau berimpit dengan
arah rambatannya. Contoh: gelombang bunyi dan gelombang pada pegas.

Gelombang  Menurut amplitudo dan fasenya :

 Gelombang berjalan adalah gelombang yang amplitudo dan fasenya sama di setiap titik yang
dilalui gelombng.
 Gelombng diam (stasioner) adalah gelombang yang amplitudo dan fasenya berubah (tidak sama)
di setiap titik yang dilalui gelombang.

Gelombang Menurut medium perantaranya:

 Gelombang mekanik adalah gelombang yang didalam perambatannya memerlukan medium


perantara. Hampir semua gelombang merupakan gelombang mekanik.
 Gelombang elektromagnetik adalah gelombang yang didalam perambatannya tidak memerlukan
medium perantara. Contoh : sinar gamma (γ), sinar X, sinar ultra violet, cahaya tampak, infra
merah, gelombang radar, gelombang TV, gelombang radio.

Gelombang Stasioner (diam)

Gelombang stasioner ini dapat terjadi oleh karena interferensi (penggabungan dua gelombang
yaitu gelombang datang dan pantul). Pantulan gelombang yang terjadi dapat berupa pantulan
dengan ujung tetap dan dapat juga pantul pantul merupakan kelanjutan dari gelombang datang
(fasenya tetap), tetapi jika pantulan itu terjadi pada ujung tetap, maka gelombang pantul
mengalami pembalikan fase (berbeda fase 1800) terhadap gelombang datang.

Sifat-Sifat Gelombang
Pada pembahasan ini kita akan mempelajari sifat – sifat gelombang yang meliputi pemantulan,
pembiasan, disperse, interferensi, difraksi, dan polarisasi.

Pemantulan Gelombang (Refleksi Gelombang)


Pemantulan gelombang pada tangki riak, pada pemantulan ini diperoleh gelombang lingkaran
yang pusatnya adalah sumber gelombang S. Gelombang pantul yang dihasilkan oleh bidang lurus
juga berupa gelombang lingkaran S sebagai pusat lingkaran. Jarak S ke bidang pantul sama
dengan jarak s ke bidang pantul.

Menurut Hukum Snellius, gelombang dating, gelombang pantul, dan garis normal berada pada
satu bidang dan sudut dating akan sama dengan sudut pantul, seperti tampak pada gambar
berikut:

Untuk gelombang dua atau tiga dimensi seperti gelombang air, kita mengenal dengan istilah
sinar gelombang dan muka gelombang.

Muka Gelombang

Muka gelombang (Front wave) didefinisikan sebagai tempat kedududkan titik – titik yang
memiliki fase yang sama pada gelombang, pada gambar di samping ini menunjukkan lingkaran –
lingkaran tersebut merupakan muka gelombang. Jarak antara muka gelombang yang berdekatan
sama dengan satu gelombang (λ). Sinar gelombang adalah garis yang ditarik dengan arah tegak
lurus terhadap muka gelombang.

Bila gelombang melingkar merambat terus kesegala arah maka pada jarak yang jauh dari sumber
gelombang, kita akan melihat muka gelombang yang hampir lurus, seperti halnya gelombang air
laut yang sampai dipantai. Muka gelombang yang seperti ini disebut sebagai muka gelombang
bidang.

Gelombang Bunyi

Pada bab sebelum ini kita telah mempelajari bagaimana persamaan gelombang

seperti yang disajikan dalam persamaan (2.9) maupun persamaan (2.19). Pada bagian inikita
akan secara spesifik memperlajari persoalan gelombang bunyi. Kajian akan diawali dengan urian
penerapan hukum Hooke dan hukum Newton pada kasus perambatan gelombang longitudinal di
dalam batang, baru kemudian prinsip yang sama akan kita gunakan untuk membahas perambatan
gelombang bunyi di dalam fluida dimana dalam hal ini kita akan menggunakan medium gas
sebagai bahan kajian. 3.1. Perambatan Bunyi di dalam Batang Alasan mengapa kita mengkaji
terlebih dahulu perambatan gelombang longitudinal di dalam batang sebelum membahas hal
yang sama di dalam medium gas adalah karena prinsip-prinsip elastisitas jauh lebih mudah
dipahami, begitu pun dengan penjabaran matematikanya relatif lebih sederhana.

Dimisalkan kita memiliki sebuah batang dengan tampang lintang A dan densitas ρ sebagaimana
ditunjukkan dalam Gambar (3.1). Dalam hal ini kita memisalkan bahwa kepada batang tersebut
diberi gangguan berupa stress pada salah satu ujungnya, sehingga partikel-partikel di dalamnya
mengalami simpangan dari posisi setimbangnya lalu kemudian timbul perambatan gelombang di
sepanjang batang dalam arah yang sejajar dengan arah simpangan partikel-partikel penyusun
batang tersebut.

Kita dapat memandang Gambar (3.1) sebagai sebuah keadaan dimana sebuah gaya …………
bekerja pada tampang lintang dan mengarah normal ke sepanjang batang tersebut. Maka sesuai
dengan hukum Hooke,

 Keterangan:

Lamda = panjang gelombang


Omega = kecepatan sudut
k = konstanta
P = daya
R1 = jarak 1
R2 = jarak 2
W = berat
F = gaya pegas

x = perubahan panjang pegas


y = simpangan
Ep = energi potensial
E mek = energi mekanik
Ek = energi kinetik
A = amplitudo
t = waktu
m = massa
T = periode
l = panjang
f = frekuensi
Lo = panjang mula-mula
delta L = perubahan panjang
n = nada dasar ke..
Vp = kecepatan pendengar
Vs = kecepatan sumber bunyi
TI = taraf intensitas
Rumus Gelombang
Persamaan Getaran Harmonis

Energi kinetik(Ek) : F = t/T= q/360 = q/2p

Energi potensial (Ep) : DF = F1 – F2


Catatan : 0 £ F £ 1
jika F = 1 ¾ dapat ditulisF = ¾, sehingga q = 2p.¾ = 270°
jika F = 2 1/3 dapat ditulisF = ¾, sehingga q = 2p.¾ = 270°

Energi mekanis (EM) : F = m.ay


F = – mw².y = -K.y
CONTOH GETARAN HARMONIS

Energi Kinetik (Ek) ½ m.v² = ½ m.w².A² COS² w.t


=
Energi Potensial (Ep) = ½ K.y² = ½ m.w².A² sin² w.t
Energi Mekanik (EM) = Ek + Ep = ½ m.w².A²

Persamaan Gelombang Berjalan

y=Asin(awt-kx)
y=A sin 2p/T (t- x/v )
y=A sin 2p (t/T-x/l)Tanda (-) menyatakan gelombang merambat dari kiri ke kanan

A = amplitudo gelombang (m)


l = v.T = panjang gelombang (m)
v = cepat rambat gelombang (m/s)
k = 2p/l = bilangan gelombang (m’)
x = jarak suatu titik terhadap titik asal (m)

Beda fase gelombang


Sudut fase Fase
gelombang (q) gelombang (F) (AF)

DF= Dx/l =( X2-


q = 2p [(t/T) – (x/l) F = (t/T) – (x/l)
X1)/l

2.3 Cara Mengatasi Miskonsepsi Pada Getara Dan Gelombang

1)      Peta Konsep (Concept Maps)

Peta konsep dapat digunakan untuk mendeteksi miskonsepsi peserta didik dalam bidang

fisika. Peta konsep yang mengungkapkan hubungan berarti antara konsep-konsep dan

menekankan gagasan-gagasan pokok, yang disusun hirarkis, dengan jelas dapat mengungkapkan

miskonsepsi peserta didik yang digambarkan dalam peta konsep tersebut. Miskonsepsi peserta

didik dapat diidentifikasi dengan melihat apakah hubungan antara konsep-konsep itu benar atau

salah. Biasanya miskonsepsi dapat dilihat dalam proposisi yang salah dan tidak adanya hubungan
yang lengkap antar konsep. Untuk lebih melihat mengapa peserta didik beranggapan seperti itu,

ada baiknya peta konsep itu digabungkan dengan wawancara klinis. 

Dalam wawancara itu peserta didik diminta mengungkapkan gagasan-gagasannya, dan

mengapa ia punya gagasan tersebut. Menurut Feldsine, miskonsepsi dapat diidentifikasi dengan

mudah oleh guru dari peta konsep peserta didik dan dapat dibantu dengan interviu peserta didik,

mengapa ia mempunyai miskonsepsi itu. Dalam interviu itu si peneliti dapat mengerti lebih baik

mengapa peserta didik mempunyai miskonsepsi dan membantu untuk mengatasinya.

Dalam peta konsep peserta didik mempunyai miskonsepsi tentang gaya dapat

menimbulkan: perubahan bentuk, panjang arah, dan percepatan. Padahal yang benar, kecepatan

bukan percepatan yang ditimbulkan oleh gaya tersebut.    

2)      Tes Multiple Choice dengan Reasoning Terbuka

Menggunakan tes pilihan ganda (multiple choice) dengan pertanyaan terbuka dimana

peserta didik harus menjawab dan menulis mengapa ia mempunyai jawaban seperti itu. Jawaban-

jawaban yang salah dalam pilihan ganda ini selanjutnya dijadikan bahan tes berikutnya.

 3)      Tes Esai Tertulis

Guru dapat mempersiapkan suatu tes esai yang memuat beberapa konsep fisika yang

memang hendak diajarakan atau yang sudah diajarkan. Dari tes tersebut dapat diketahui

miskonsepsi yang dibawa peserta didik dan dalam bidang apa. Setelah ditemukan

miskonsepsinya, dapatlah beberapa peserta didik diwawancarai untuk lebih mandalami, mengapa

mereka mempunyai gagasan seperti itu. Dari wawancara itulah akan kentara dari mana

miskonsepsi itu dibawa.  

4)      Wawancara Diagnosis


 Wawancara berdasarkan beberapa konsep Fisika tertentu dapat dilakukan juga untuk

melihat konsep alternatif atau miskonsepsi pada peserta didik. Guru memilih beberapa konsep

fisika yang diperkiran sulit dimengerti peserta didik, atau beberapa konsep fisika yang pokok

dari bahan yang hendak diajarkan. Kemudian peserta didik diajak untuk mengekspresikan

gagasan mereka mengenai konsep-konsep di atas. Dari sisni dapat dimengerti konsep alternatif

yang ada sekaligus ditanyakan darimana mereka memperoleh konsep anternatif tersebut.    

5)      Diskusi dalam Kelas

Dalam kelas peserta didik diminta untuk mengungkapkan gagasan mereka tentang konsep

yang sudah diajarakn atau yang hendak diajarkan. Dari diskusi di kelas itu dapat dideteksi juga

apakah gagasan mereka itu tepat atau tidak. Dari diskusi itu, guru dapat mengerti konsep-konsep

alternatif yang dipunyai peserta didik. Cara ini lebih cocok digunakan pada kelas yang besar, dan

juga sebagai penjajakan awal. Yang perlu diperhatikan oleh guru adalah membantu agar setiap

peserta didik berani bicara mengungkapkan pikiran mereka tentang persoalan yang dibahas.

6)      Praktikum dengan Tanya Jawab

Praktikum yang disertai dengan tanya jawab antara guru dengan peserta didik yang

melakukan praktikum juga dapat digunakan untuk mendeteksi apakah peserta didik mempunyai

miskonsepsi tentang konsep pada praktikum itu atau tidak. Selama praktikum, guru selalu

bertanya bagaimana konsep peserta didik dan bagaimana peserta didik menjelaskan persoalan

dalam praktikum tersebut. Praktikum ini dapat diurutkan sebagai berikut:

1.      Guru mengungkapkan persoalan yang ingin dilakukan dalam praktikum. Misalnya, guru ingin

mengerti apa yang mempengaruhi gaya gesekan suaru benda.

2.      Peserta didik diminta untuk membuat hipotesis atau dugaan lebih dulu dan alasannya.
3.      Peserta didik melakukan praktikum. Selama itu guru dapat mengajukan pertanyaan sehingga

semakin mengerti konsep peserta didik tentang gaya gesek.

4.  Peserta didik menyimpulkan hasilnya. Guru dapat menanyakan apakah hasilnya sesuai dengan

hipotesis yang dipikirkan sebelumnya. Bila tidak sesuai, guru mempertanyakan mengapa hal itu

terjadi?

5.    Dari seluruh proses diatas, guru dapat mengerti apakah peserta didik mempunyai miskonsepsi

atau tidak, dan bagaimana miskonsepsi itu dapat diperbaiki.

Dari beberapa metode yang digunakan di atas dapat dirumuskan unsur yang penting

dalam metode tersebut:

1)      Peserta didik diberi kesempatan untuk mengungkapkan konsep atau gagasannya;

2)      Dari ungkapan itu dapat diketahui apakah ada konsep alternatif atau tidak;

3)      Diwawancarai untuk dimengerti dari mana mereka mendapatkan salah pengertian itu.

Berg (1991:5-7) menyimpulkan bahwa penelitian mengenai beberapa cara untuk

mengoreksi miskonsepsi belum menghasilkan cara ampuh untuk menghapusnya. Menurutnya 

miskonsepsi awet dan sulit diubah. Kadang-kadang berhasil mengoreksi miskonsepsi sehingga

peserta didik dapat menyelesaikan soal jenis tertentu, tetapi apabila peserta didik diberi soal yang

sedikit menyimpang, konsepsi yang salah muncul lagi. Atau peserta didik yang baik dapat

menerapkan konsep yang benar di sekolah, tetapi di luar sekolah mereka tetap pegang pada

konsepsi yang salah. Berg juga mengemukakan beberapa langkah yang dapat digunakan dalam

pembelajaran mengatasi miskonsepsi, tetapi menurutnya perlu disadari bahwa sebenarnya belum

ada cara yang efektif dan efisien.  

a.    Langkah pertama adalah mendeteksi pra-konsepsi peserta didik. Apa yang sudah ada dalam

kepala peserta didik sebelum kita mulai mengajar? Pra-konsepsi apakah yang sudah terbentuk
dalam kepala peserta didik oleh pengalaman dengan peristiwa-peristiwa yang akan dipelajari?

Apa kekurangan prakonsepsi tersebut? Prakonsepsi dapat diketahui dari literatur atau hasil-hasil

penelitian sebelumnya, test diagnostik,  pengamatan, membaca jawaban-jawaban yang diberikan

peserta didik langsung, dari peta konsep dan dari pengalaman guru. Literatur dan test diagnostik

sangat membantu, demikian juga membaca hasil tes esai peserta didik dengan cara yang kritis

dan santai. Fokuskan perhatian kepada jawaban peserta didik yang salah.

b.   Langkah kedua adalah merancang pengalaman belajar yang bertolak dari prakonsepsi tersebut

dan kemudian menghaluskan bagian yang sudah baik dan mengoreksi bagian konsep yang salah.

Prinsip utama dalam koreksi miskonsepsi adalah bahwa peserta didik diberi pengalaman belajar

yang menunjukkan pertentangan konsep mereka dengan peristiwa alam. Dengan demikian

diharapkan bahwa pertentangan pengalaman ini dengan konsep yang lama akan menyebabkan

koreksi konsepsi. Atau dengan memakai istilah Piaget dapat dikatakan bahwa pertentangan

pengalaman baru dengan konsep yang salah akan menyebabkan akomodasi, yaitu penyesuaian

struktur kognitif (otak) yang menghasilkan konsep baru yang lebih tepat, akan tetapi, belum

tentu pengalaman yang tidak cocok dengan pra konsepsi akan berhasil.

c.    Langkah ketiga adalah latihan pertanyaan dan soal untuk melatih konsep baru dan

menghaluskannya. Pertanyaan dan soal yang dipakai harus dipilih sedemikian rupa sehingga

perbedaan antara konsepsi yang benar dan konsepsi yang salah akan muncul dengan Jelas. Cara

mengajar yang tidak membantu adalah kalau guru hanya membahas soal tanpa memperhatikan

konsep (drill), atau hanya menulis banyak rumus di papan tulis, atau hanya berceramah tanpa

interaksi dengan murid.


BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Miskonsepsi merupakan suatu interpretasi konsep-konsep dalam suatu pernyataan yang tidak
dapat diterima. Rowland (2004) memandang miskonsepsi sebagai pengertian yang tidak akurat
akan konsep, penggunaan konsep yang salah, klasifikasi contoh-contoh yang salah, kekacauan
konsep-konsep yang berbeda dan hubungan hirarkis konsep-konsep yang tidak benar.
Berdasarkan pengertian di atas, miskonsepsi dapat diartikan sebagai suatu konsepsi yang tidak
sesuai dengan pengertian ilmiah atau pengertian yang diterima oleh para ilmuwan.Miskonsepsi
pada gelombang dan getaran sering terjadi pada guru dan murid .

Kebanyakan dari mereka tidak memahami rumus gelombang dan getaran serta memasukkan
rumus pada soal tersebut.Banyak juga otang yang mengalami kesulitan pada materi ini

Saran

Pada Materi Gelombang dan getaran para murid disarankan mencoba melakukan latihan soal
pada materi gelombang dan getaran ,serta memahami rumus-rumusnya ,para pelajar bisa
mendapat kan materi ini dari berbagai buku fisika sma lainnya serta juga dapat menanyakannya
pada guru.
DAFTAR PUSTAKA

http://mediafunia.blogspot.com/2013/01/miskonsepsi-dalam-pembelajaran-fisika.html

https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-gelombang/

https://www.gurupendidikan.co.id/getaran/

http://fisika-esbach.blogspot.com/2012/04/cara-mengatasi-miskonsepsi
Soal Dan Pembahasan Pada Gelombangn Dan Getaran

A.Soal Getaran

Contoh Soal Getaran


1. Sebuah bandul digetarkan sehingga selama 1 menit menghasilkan 40 getaran. Tentukan
periodenya?

Penyelesaian :

Diketahui :
t = 1 menit = 60 s
n = 40 getaran

Ditanya : T = ?

Jawab :

T= t/n

T=60/40= 1,5 s

Jadi, sebuah bandul mempunyai nilai periode nya 1,5 s

2. Dalam 1 sekon, lintasan yang ditempuh beban pada Gambar 1 adalah 2-1-3-1-21-3. Berapakah
frekuensi dan periode getaran tersebut?

Penyelesaian :

Jumlah getaran yang terjadi adalah 1,5 getaran. Waktu untuk menempuh 1,5 getaran adalah 1
sekon. Jadi frekuensi f = 1,5 getaran / sekon = 1,5 Hz. Dan periode T :

Jadi waktu yang diperlukan untuk menempuh satu getaran penuh adalah 0,67 sekon.

3. Pada selang waktu 2 sekon terjadi gerakan bolak – balik sebanyak 10 kali.

Tentukanlah frekuensi dan periodenya.

Penyelesaian :

Dalam 2 sekon terjadi 10 getaran. Berarti dalam 1 sekon terjadi 5 getaran, sehinga frekuensi f = 5
Hz, dan periode T :
Soal Gelombang

Contoh Soal dan Jawaban


Benda tergantung pada pegas

Contoh 01
 Suatu titik materi bergetar harmonis dan menghasilkan energi kinetik sama dengan tiga kali
energi potensialnya. Berapakah sudut simpangan pada saat itu ?

Jawab

Ek 3Ep ®½ mw²A² cos² q = 3. ½ mw²A² Sin²q

[sin q/cos q]² = 1/3 ®tg q = 1/Ö3 ® q = 30°

  Contoh 02.
Perioda sebuah ayunan sederhana di permukaan bumi adalah T detik. Bila ayunan ini berada
pada suatu ketinggian yang percepatan gravitasinya ¼ percepatan gravitasi di permukaan bumi,
maka perioda ayunan menjadi berapa T ?

Periode ayunan : T = 2p Ö(l/g) ® T » Ö(l/g)

T/T= Ö[(l/g’)/(l/g)] = Ö(g/g’) = Ö(1/¼) = Ö4 = 2 ®T’ = 2T

Persamaan Gelombang Berjalan

Contoh 01
 Sebuah sumber bunyi A menghasilkan gelombang berjalan dengan cepat rambat 80 m/det,
frekuensi 20 Hz den amplitudo 10 cm. Hitunglah fase den simpangan titik B yang berjarak 9
meter dari titik A, pada saat titik Asudah bergetar 16 kali !

Jawab:
f = 20 Hz ® perioda gelombang : T = 1/20 = 0,05 detik
panjang gelombang: l = v/f = 80/20 = 4 m

titik A bergetar 16 kali waktu getar t = 16/20 = 0,8 detik

fase titik B: simpangan titikB:

FB = t/T – x/l YB = A sin 2p (t/T – x/l)


= 0,8/0,05 – 9/4
= 10 sin 2p (¾)
= 13 ¾
= 10 sin 270 = -10 cm
= ¾ (ambil pecahaanya)

(tanda – menyatakan arah gerak titik B berlawanan dengan arah gerak awal titik A).

02.Perhatikan gambar dibawah

Jika waktu yang dibutuhkan gelombang tersebut menempuh jarak A sampai B adalah 5
s.Berapacepat rambat gelombang tersebut?

Diketahui

tAB = 5 s

n=2

½ λ =10

λ = 20 m

Penyelesaian

T = t/n

T = 10/2= 5s

v = λ/T

v = 20/5

v = 4 m/s

Jadi cepat rambat gelombang dari A ke B adalah 4 m/s


03.Sebuah gelombang mempunyai frekuensi 500 Hz.Gelombang Ini dipancarkan dari satu titik
ketitik lain yang terpisah 150.Jika kecepatan gelombang tersebut adalah 341 m/s,tentukan
panjang gelombang dan banyaknya gelombang yang terjadi pada kedua titik tersebut ?

Pembahasan :

341
Λ=
500
=0,682

Jumlah Gelombang (N)


N Λ=150
150 150
N= Λ = 0,682 =219,94
≅ 220

Jadi ,banyaknya gelombang yang terjadi adalah 220 gelombang

Anda mungkin juga menyukai