Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH PERSAMAAN DIFERENSIAL

Fungsi faktorial , fungsi gamma, fungsi beta, fungsi error, formula stirling, legendre,
leibnis rule dan formula Rodrigues

(Disusun untuk Memenuhi Tugas dalam Mata Kuliah Persamaan Diferensial)

Dosen Pengampu: Dr. Nurdin Siregar,M.Si

Disusun Oleh:

Intan Purnama Sari Siregar

4181121016

Fisika Dik A 2018

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat
dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah ini. Shalawat
beserta salam semoga senantiasa terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, kepada
keluarganya, para sahabatnya, dan kepada umatnya hingga akhir zaman.

Penulisan makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Mekanika
yang berjudul “persamaan diferensial ”. Dalam penyusunan dan penulisan makalah ini tidak
terlepas dari bantuan dan bimbingan, serta bantuan dari beberapa pihak. Oleh karena itu dalam
kesempatan ini dengan hormat penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Nurdin
Siregar,M.Si telah membantu dan membimbing kami dalam penyusunan da penulisan makalah.

Di dalam makalah ini juga penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan
untuk membuat makalah yang sempurna, oleh karena itu penulis meminta saran dan kritik yang
membangun agar makalah ini menjadi makalah yang lebih baik. Penulis harap makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembacanya.

Medan , maret 2020

Intan purnama sari siregar

i
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG..........................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH......................................................................................................1
C. TUJUAN PENULISAN MAKALAH..................................................................................2
BAB II.............................................................................................................................................3
PEMBAHASAN..............................................................................................................................3
BAB III..........................................................................................................................................13
PENUTUP.....................................................................................................................................13
3.1 KESIMPULAN....................................................................................................................13
3.2 SARAN................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dalam matematika, faktorial dari bilangan asli n adalah hasil perkalian antara bilagan
bulat positif yang kurang dari atau sama dengan n. Fugsi gamma adalah sebuah komponen
didalam berbagai fungsi distribusi peluang da dengan demikian fugsi gamma dapat diterapkan
pada cabang peluang dan statistika, serta kombinatorika. Dalam matematika, fungsi beta juga
disebut integral euler dari jenis pertama adalah khusus. Formula stirling yaitu perkiraan untuk
faktorial, ini adalah perkiraan baik yang mengarah ke hasil yang lebih akurat bahka untuk nilai n
kecil. Legendre adalah suatu persamaan diferensial orde dua persamaan diferensial biasa,
memiliki solusi dua independen linear. Dalam kalkulus, aturan leibnes untuk diferensial dibawah
tanda integral meyatakan integral dari bentuk mana saja .

Defenisi fungsi faktorial:

e
∞ −x
n
∫x dx=n !
0

Fungsi gamma:

−x
e

p−1
Γ( p)=∫ x dx
0 ; p>0

Fungsi beta:

ι
B (m, n )∫ x m− (1−x)n−1 dx
0

1
B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah agar penguraian makalah lebih terarah dan terfokus maka
rumusan masalahnya adalah:

1. Apa yang dimaksud dengan Fungsi faktorial , fungsi gamma, fungsi beta, fungsi error,
formula stirling, legendre, leibnis rule dan formula Rodrigues ?

1. Bagaimana cara penyelesaian permasalahan faktorial , fungsi gamma, fungsi beta, fungsi
error, formula stirling, legendre, leibnis rule dan formula Rodrigues?
2. Bagaimana pengaplikasian faktorial , fungsi gamma, fungsi beta, fungsi error, formula
stirling, legendre, leibnis rule dan formula Rodrigues?

C. TUJUAN PENULISAN MAKALAH

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memahami tentang faktorial , fungsi gamma, fungsi beta,
fungsi error, formula stirling, legendre, leibnis rule dan formula Rodrigues serta aplikasinya
dalam kehidupan sehari-hari. Dan diharapkan dengan makalah ini dapat menambah wawasan
para mahasiswa pendidikan fisika pada mata kuliah persamaan difarensial.

2
BAB II

PEMBAHASAN

Fungsi khusus dalam bentuk integral

 Fungsi faktorial
Berikut definisi dari fungsi faktorial

e
∞ −x
n
∫x dx=n !
0

Buktikan bahwa : 0!=1


∞ −x −x
e dx=∫ e
∞ −x
0 !∫ x n
0
dx= −e |∞0 =−(0−1)=1
0

Terbukti
 Fungsi gamma
−x
e

p−1
Γ( p)=∫ x dx
0 ; p>0
Hubungan fungsi gamma dengan fungsi faktori

e e
∞ −x ∞ −x
p−1 p
Γ( p+1)=∫ x dx=∫ x dx= p !
0 0

Γ ( p+1)=p !

Γ(1)=0!=1 Γ(2)=1!,=1
Γ(3 )=2 !,=2

 Fungsi beta

Dinyatakan dalam bentuk

3
ι
B (m, n )∫ x m− (1−x)n−1 dx
0

Dimana m>0 dan n>0

Hubungan fungsi dengan fungsi gamma

Γ (m). Γ (n)
B (m,n )=
Γ ( m+n )

Fungsi error

Untuk mendapatkan persamaan fungsi eror dapat menggunakan deret Mac. Laurin

Persamaan 1

2
−t 2 0 2 0 (−t 2 ) e0 ∞
(−1 )n t 2 n
e =e + ( −t ) e + + .. .=∑
2! n=0 n!

Maka fungsi eror didefinisikan sebagai persamaan

Persamaan 2

x
2 2
erf ( x )= ∫ e−t dt
√π 0
Fungsi eror diselesaikan dengan fungsi gmma

Persamaan 3

2 2 1
erf ( ∞ ) =2 √ π ∫ e−t dt= √n=1
√π 2

Fungsi distribusi gaussian kumulatif φ(x)

Persamaan 4

4
,

φ|x|=
1 ∫
√2π 0
e dt = 12 + 12 erf ( √x2 )
Persamaan 5

,
1
φ|x| =
1 ∫
2 √2 π →
e dt= 12 erf ( √x2 )
Notasi asimtotik

Notasi asimtotik menyatakan batas fungsi-fungsi tersebut, apabila nilai n semakin besar, jadi

notasi asimotik merupakan himpunan fungsi yang dibatasi oleh suatu fungsi Γ(1)=0!, yang
cukup besar.

Beberapa penerapan dalam buku mary lhos

Dari persamaan

Persamaan N

∞ −t 2
2
erfc|x|= ∫
√π x
e dt=1−erf |x|

Kemudian kita tinjau eksponensnialnya e-1, kita kalikan t/t agar bisa menurunkan dalam
persamaan

1 1 1 −1 −1
e−1= te −e=
t t dt 2
e ( )
1
dt
Kedua ruas kita kali dengan r2 sehingga dapat kita integrasikan

5
∞ ∞
∫ 12 e−t dt=∫ t 2 ddt −1
2

x r x t

2 (
−2
e dt )
1 −1 −1 −3
e| ( er 2 )|−∫ ( 2 e−2 )( 4
t 2 x r t
−t 2
e

1 −2 3 1
2
e − ∫
2x 2 xt

Formula Stirling

Sebuah persamaan yang mengandung 𝑜! Ataupun Γ(𝑝) tidak dapat secara sederhana

didiferensialkan. Disini kita menggunakan pendekatan untuk fungsi faktorial atau fungsi Γ
yang

disebut persamaan Stirling.

Persamaan ini didapatkan dengan fungsi gamma :


∞ ∞
Γ ( z+1 ) =z!=∫0 t z e−t dt=∫0 e z lnt−t dt ( 1)

Dengan melakukan subtitusi t=z+ y √ z ,dt= √ z dy:



z!=∫− e zln ( z+ y √ z )−( z+ y √ y ) √ z dy

Untuk z dengan nilai besar, bentuk logaritma dapat diekspansi menurut deret pangkat
2
y y y
(
ln ( z + y √ z )=ln z +ln 1+
√z
=ln z+ − +. ..
√z 2z )
Sehingga :

y2

z! ~∫−√ z e
zlnz+ y √ z− ()
2
−z− y √ z
√ zdy
y2

=e zlnz+ y z
√ z ( )

√ ∫ √ e dy

2
− z

y2

=e z e−z z
√ ∫ e [
( ) ∞
dy−
−∞
(
∫ dy
e
) −
2 −z −

−∞
y2
2
]
6
Untuk integral pertama didapatkan √2𝜋. Untuk integral kedua bernilai nol untuk 𝑝 → ∞, dan kita

dapatkan formula Stirling :

z! ~ z z e−z √2 πz ( 2)
Adapun untuk ekspansi asymtot Γ(z + 1) didapatkan :
1 1
Γ ( z+1 ) =z !=z e
z −z
(
√2 πz 1+ +
12 z 288 z2
+. .. ) (3)

Bagian pertama yang merupakan formula Stirling merupakan pendekatan yang baik
digunakan

untuk z bernilai besar dan bagian keduanya dapat digunakan untuk memperkirakan
kesalahan

relatif fungsi tersebut.

Bentuk yang sering dijumpai dalam formula Stirling adalah nilai ln z! dengan nilai z besar.
Pada kasus ini, formula Stirling memberikan hubungan:

ln z!=ln ( z z e−z √2 πz )=ln z z +ln e−z +ln √2 πz


¿ z ln z−z+ln √ 2 πz
Karena nilai z besar, bagian ln √2𝜋z dapat diabaikan sehingga didapatkan persamaan umum :

ln z!=z ln z −z ( 4)
Persamaan Diferensial Legendre

Persamaan diferensial Legendre memiliki bentuk umum :

(1−x )2 y - 2 ital xy'+l left (l+1 right )y=0 matrix { {} # {} # left (1 right ){}} } {¿
l adalah konstanta. Titik singularnya x = −1,1, ∞. Pada penggunaan normalnya, variabel
biasanya berbentuk kosinus dari sudut kordinat bola yang implikasinya −1 ≤ x ≤ 1. Solusi dari
persamaan diferensial ini disebut fungsi Legendre.

Solusi umumnya didapatkan dengan menggunakan konsep ekspansi deret y = ∑anxn

Substitusikan untuk nilai y”,y’ dan y pada persamaan (1) didapatkan :



∑ [ n ( n−1 ) an x n−2−n ( n−1 ) an x n−2 nan x n+l ( l+1 ) an x n ]=0
n=0

7
Melakukan simplifikasi :

∑ { ( n+2 ) ( n+1 ) an+2− [ n ( n+1 )−l (l+1 ) ] an } x n=0
n=0

Sehingga didapat hubungan rekursif :

[ n ( n+1 )−l ( l+1 ) ]


an+2 = an ( 2)
( n+1 ) ( n+2 )

Nilai n = 0,1,2, …. Jika


a0 =1 dan a1 =0 solusi pertama didapat :

x2 x4
y 1 ( x )=1−l ( l+ 1 ) +l ( l+ 1 )( l−2 )( l+3 ) −. . . ( 3)
2! 4!

Seta jika
a0 =0 dan a 1=1 solsi yang didapat:

x3 x5
y 2 ( x )=x−( l−1 ) ( l+2 ) + ( l−1 ) (l+2 ) ( l−3 ) −.. . (4 )
3! 5!
Persamaan tersebut konvergen unutuk |x| < 1 sehingga radius konvergensinya bersatu. Karena
kedua persamaan tersebut bebas secara linear satu sama lain, solusi umum dari persamaan (1)

diperoleh : y ( x )=c 1 y 1 ( x ) +c 2 y 2 ( x )

Dalam banyak aplikasi fisis, parameter l pada persamaan Legendre adalah bilangan bulat
l = 0,1,2, …. Berdampak pada hubungan rekursif :

[ l ( l+ 1 )−l ( l +1 ) ] a =0
al+2 = 1
(l+1 ) ( l +2 )

Membuat deretnya terhenti dan didapatkan solusi polynomial dengan orde l. Secara terpisah, saat
l genap, y1(x )tereduksi menjadi sebuah polynomial sementara saat l ganjil, , y2(x ) yang
menjadi polynomial. Solusi ini disebut polynomial Legendre berorde 𝑚. Beberapa
1 1
p0 ( x )=1 ; p 1 ( x ) = ( 3 x 2 −1 ) ; p x ( 3 )= ( 5 x3 −3 x )
polynomial Legendre awal : 2 2

Persamaan Diferensial Bessel

Persamaan Bessel memiliki bentuk umum :


2
x y+ ital xy'+ left (x rSup { size 8{2} } - v rSup { size 8{2} } right )y=0 matrix { {} # {} # {} # left (1 right ){}} } {¿

8
Memiliki singularitas dititik x = 0, ∞. Parameter v sebuah konstanta yang ≥ 0. Digunakan pada
persamaan fisis mirip dengan persamaan Legendre, namun untuk kordinat silinder. Persamaan
tersebut dapat disederhanakan :

y+{ 1} over {x} y'+left(1- { vrSup{size8{2} } over {xrSup{size8{2} } right)y=0matrix{ }# {}# {}# left(2right){} }{¿
σ ∞

dengan menggunakan solusi deret


y=x ∑n=0 a n x n yang disubstitusi pada persamaan (2)
2−σ
dan dikalikan dengan x didapatkan :
∞ ∞
∑ [ ( σ +n ) ( σ +n−1 )+ ( σ +n ) −v ] an x + ∑ an x n+2 =0 2 n

n=0 n=0

0
Perhatikan koefisien dari x didapatkan hubungan :

σ 2 −v 2=0

Sehingga σ =±v . Untuk koefisien dari pangkat lebih tinggi :

[ ( σ +1 )2 −v 2 ] a1=0
[ ( σ + n )2−v 2 ] a n +a n−2=0 n≥2

Dengan substitusi σ =±v didapatkan hubungan rekursif :

( 1±2 v ) a1 =0 ( 2. 3 )

n ( n±2 v ) a n +a n−2 =0 n≥2 ( 2. 4 )

Persamaan (2.4) memberikan dampak


a1 =0

Sekarang solusi umum dari persamaan Bessel terdapat dua syarat : saat v sebuah bilangan bulat
dan saat bukan bilangan bulat.

Atau

Penggunaan Fungsi Bessel

 Mencari solusi separasi variabel dari persamaan Laplace dan Helmholtz dalam koordinat
silinder dan sferis
 Khususnya penting dalam berbagai problem seperti propagasi gelombang, potensial
statik dan sebagainya.

9
„ Contoh dalam koordinat Silinder:

- Electromagnetic waves in a cylindrical waveguide


- Heat conduction in a cylindrical object.
- Modes of vibration of a thin circular (or annular) artificial membrane.
- Diffusion problems on a lattice.

Persamaan Diferensial Bessel

„Fungsi Bessel, pertama kali didefinisikan oleh seorang ahli Matematik Daniel Bernoulli dan
diperluas oleh Friedrich Bessel, merupakan solusi persamaan diferensial:

d2 y dy ( 2 2)
x2 +x + x −α y=0 ( 1)
dx 2 dx

Untuk αreal atau kompleks. Kasus paling umum apabila α adalah bilangan bulat n.

Fungsi generator

Lihat fungsi dengan 2 variabel:

g ( x , y )=e x / 2
( ) (t −1/ t )
( 2)

Ekspansikan berdasarkan deret Laurent akan didapat:


n=∞
( x / 2) ( t−1/t )
e = ∑ J n ( x ) tn (3 )
n=−∞

Jn(x ) tn
yang merupakan koefisien adalah fungsi Bessel jenis pertama dari orde bilangan
bulat n.

n=∞
( x /2) ( t−1/t )
e = ∑ J n ( x ) tn
n=−∞


x s t −s
e
( x /2 )( t−1/t )
=e x /2 t−1/2t
e = ∑ (−1 )
r=0 2 s!
s
()
Untuk suatu s tertentu, kita dapatkan t n ( n≥0 ) dari:

10
n+s n+s s −s
x t x t
()2 ( n+s ) !
(−1 )s
2 s!()
Sehingga koefisien tn menjadi :

(−1 )s x n+2s
J n ( x )= ∑
s=0 s! ( n+s ) ! 2() (4 )

Kalau n<0 :

(−1 )s x n+2s
J n ( x )= ∑
s=0 s! ( n+s ) ! 2
()
Karena ( s−n ) !→∞ kalau s=0,1,2,..., ( n−1 ) ; maka

(−1 )s x n+2 s
J −n ( x )= ∑
s=0 s! ( n+s ) ! 2
()
Sehingga dapat disimpulkan :

J −n ( x )=(−1 )n j n ( x ) untuk n bilangan bulat (5)

Kembali kefungsi generator:


n=∞
g ( x , y )=e ( x /2 ) ( t−1/t )= ∑ Jn ( x ) t n
n=−∞

Bila kita diferensialkan secara parsial terhadap

∂ g ( x , y )=1 x 1+ 1 e ( x /2 )( t−1/t )
∂t 2 t2 ( )
n=∞
¿ ∑ nJ n ( x ) t n−1
n=−∞

n−1
Digabung akan diperoleh (misal untuk koefisien t :

2n
J −n ( x ) +J n+1 ( x )= J (x) (6)
x n

2n
J −n ( x ) +J n+1 ( x )= J (x)
Persamaan x n disebut dengan persamaan rekursi.

11
Disini apabila
J 0 dan J 1 diketahui maka J 2 dapat dicari, dan seterusnya.

Hal ini sangat bermanfaat, khususnya kalau kita menggunakan komputer digital.

Kalau fungsi generator kita diferensialkan terhadap x, kita dapatkan:


n=∞
∂ g ( x , y )= 1 t− 1 e ( x /2 )( t−1/t )=
∂x 2 ( )
t
∑ J 'n ( x ) tn
n=−∞

Kita dapat hubungkan

J n−1 ( x )−J n+1 ( x )=2 J ' n ( x ) ( 7)

Kasus spesial untuk hal ini :

J ' 0 ( x )=−J 1 ( x )

Gabungan pers. (2.6) dan (2.7) menghasilkan :

n
J n−1 ( x )= J ( x ) +J ' n ( x ) ( 8)
x n
n
Kalikan dengan x dan disusun kembali menghasilkan (buktikan!):

d n
[ x J n ( x ) ]=x n J n−1 ( x ) ( 9)
dx

Kurangi pers.(2.7) dengan (2.6) bagi 2 menghasilkan :

n
J n+1 ( x )= J n ( x ) −J ' n ( x ) (10 )
x

d −n
x J n ( x ) ]=−x−n J n+1 ( x ) ( 11 )
Lalu buktikan dx [

Persamaan (2.6) s.d. (2.11) merupakan hubungan rekursi fungsi Bessel.

Selanjutnya kita akan kembali bahas persamaan differensial Bessel.

Hubungan rekursi (2.8) dapat ditulis kembali, dengan n tidak harus bilangan bulat, sebut saja ν,
fungsi menjadi Zν

xZ ' v ( x )=xZ v −1 ( x ) −vZ v ( x ) ( 12 )

12
Dst. (lihat Arfken), maka akan diperoleh persamaan diferensial orde-2 yang merupakan
persamaan Bessel:
2
x Z rSub { size 8{v} } + ital xZ' rSub { size 8{v} } + left (x rSup { size 8{2} } - v rSup { size 8{2} } right )Z rSub { size 8{v} } =0 matrix { {} # {} # {} # left (13 right ){} } {¿

13
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Fungsi khusus dalam bentuk integral: Fungsi faktorial, fungsi gamma dan juga fungsi beta,
fungsi error, formula stirling, legendre, leibnis rule dan formula Rodrigues. Dalam matematika,
faktorial dari bilangan asli n adalah hasil perkalian antara bilagan bulat positif yang kurang dari
atau sama dengan n. Fugsi gamma adalah sebuah komponen didalam berbagai fungsi distribusi
peluang da dengan demikian fugsi gamma dapat diterapkan pada cabang peluang dan statistika,
serta kombinatorika. Dalam matematika, fungsi beta juga disebut integral euler dari jenis
pertama adalah khusus. Formula stirling yaitu perkiraan untuk faktorial, ini adalah perkiraan baik
yang mengarah ke hasil yang lebih akurat bahka untuk nilai n kecil. Legendre adalah suatu
persamaan diferensial orde dua persamaan diferensial biasa, memiliki solusi dua independen
linear. Dalam kalkulus, aturan.

3.2 SARAN

makalah yang dibuat Agar diperlengakap dan diberikan sedikit tentang Pembahasan
yang jelas. Dan dilanjutkan lagi makalah tersebut agar bisa menjadi pedoman kedepannya.

14
DAFTAR PUSTAKA

Richard bronson,Ph.D. teori dan soal-soal persamaan diferensial. Jakarta: erlangga

www, academia, edu

15

Anda mungkin juga menyukai