Anda di halaman 1dari 40

MAKALAH KELOMPOK

MEKANIKA
PRODI S1 DIKFIS
FMIPA

ROTASI DAN GERAK BENDA TEGAR

KELOMPOK 7

NAMA MAHASISWA : IFFAH KHAIRIYAH ISMAYANTI (4172121023)


NOVIA (4173121036)
RIYANTO BELENSDRO (4173321043)
DOSEN PENGAMPU : MUKTI HAMJAH HARAHAP, S.Si., M.Si.
MATA KULIAH : MEKANIKA

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
MARET 2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan tugas
KKNI mengenai “Rotasi dan Gerak Benda Tegar” pada matakuliah “Mekanika”.
Penulis mohon maaf apabila ada kesalahan dan kekurangan dari laporan ini.
Semoga laporan sederhana ini dapat di pahami bagi siapa pun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang disusun ini dapat berguna bagi penulis sendiri maupun bagi orang
yang membacanya.
Sebelumnya penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami mohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa
depan. Atas perhatiannya penulis ucapkan terimakasih.

Medan, 1 Maret 2019

PENULIS

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................... i


DAFTAR ISI ....................................................................................... ii
BAB I ROTASI DAN GERAK BENDA TEGAR
1.1 Kecepatan Sudut ................................................................... 1
1.2 Percepatan Sudut ................................................................... 2
1.3 Rotasi dengan Percepatan Sudut Konstan ............................ 3
1.4 Energi Kinetik, Usaha dan Daya ........................................... 5
1.5 Momen Gaya ......................................................................... 6
1.6 Momen Inersia ...................................................................... 6
1.7 Momen Inersia pada Sumbu Utama ...................................... 14
1.8 Menentukan Momen Inersia Utama Ix’ dan Iy’ serta
Sudut Putar ∅ ....................................................................... 16
1.9 Hukum Kekekalan Momentum Sudut................................... 20
BAB II KELEBIHAN DAN KEKURANGAN REFERENSI ............. 33
BAB III IDE APLIKASI MATERI ...................................................... 35
BAB IV PENUTUP
4.1 Simpulan ...............................................................................
4.2 Saran ......................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB 1
ROTASI DAN GERAK BENDA TEGAR

Benda tegar adalah sistem benda yang terdiri dari sistem-sistem benda titik
yang tak hingga banyaknya dan jika ada gaya yang bekerja padanya, jarak antara
titik-titik anggota sistem selalu tetap.
Gerak terbagi menjadi dua berdasarkan kecepatan yang terjadi pada benda
yaitu, gerak rotasi dan gerak translasi. Benda-benda yang berotasi terhadap sebuah
titik yang tetap (sumbu putar) berarti setiap titik pada benda tersebut akan
melakukan gerak melingkar dengan pusat lingkarannya berada pada sumbu putar.
Disini terdapat analog antara besaran-besaran dan translasi yaitu :
1. Besaran sudut putar yang dibuat oleh benda, 𝜃 analog dengan pergeseran x
2. Kecepatan sudut 𝜔, analog dengan kecepatan v
3. Percepatan sudut 𝛼, analog dengan percepatan a.
Penerapan terpenting dari kedua gerak ini adalah gerak menggelinding
pada roda ataupun objek seperti roda, dimana semua titik pada roda bergerak
dengan laju sudut yang sama.

1.1 Kecepatan Sudut


Gambar (1) melukiskan sebuah benda tegar (rigrid) sembarang bentuk
yang berputar terhadap sumbu tetap di O serta tegak lurus pada bidang gambar.
Garis OP ialah garis tetap pada benda dan ikut berputar dengan benda.
Persamaan–persamaan gerak menjadi lebih mudah apabila 𝜃 dinyatakan dalam
radian.

(1) Benda yang berputar pada sebuah sumbu tetap melalui titik O

1
Satu radian (rad) ialah besar sudut di pusat lingkaran yang panjang
busurnya sama dengan panjang jari-jari lingkaran. Karena keliling lingkaran
2𝜋 (6,28) kali jari-jari, maka dalam satu putaran penuh atau 360o terdapat
2𝜋 atau 6,28 radian.
Secara umum, jika 𝜃 menyatakan suatu sudut yang dibuat oleh busur
panjang s pada keliling lingkaran berjari-jari R, maka 𝜃 (dalam radian) sama
dengan :
𝑠
𝜃= , 𝑠 = 𝑅𝜃
𝑅
Dalam gambar (2), pada saat 𝑡1 garis patokan OP pada benda yang sedang
berputar membuat sudut 𝜃1 dengan garis patokan Ox. kemudian pada saat 𝑡2 besar
sudut bertambah menjadi 𝜃2 . Kecepatan sudut rata-rata benda itu, 𝜔
̅, pada selang
waktu didefinisikan sebagai :
∆𝜃
𝜔
̅=
∆𝑡

(2) Perubahab sudut ∆𝜃 sebuah benda berputar

Kecepatan sudut sesaat 𝜔 didefinisikan sebagai harga limit yang didekati


perbandingan ini bila ∆𝑡 mendekati nol, yaitu :
∆𝜃 𝑑𝜃
𝜔 = lim =
∆𝑡→0 ∆𝑡 𝑑𝑡
Karena benda tadi merupakan benda tegar, maka semua garis dalam benda
ikut berputar melalui sudut yang sama dalam waktu yang sama, dan kecepatan
sudut merupakan karakteristrik benda sebagai keseluruhan.

1.2 Percepatan Sudut

2
Jika kecepatan sudut benda sebesar ∆𝑤 dalam selang waktu ∆𝑡, dikatakan
benda itu mempunyai percepatan sudut. Percepatan sudut rata-rata 𝛼̅ didefinisikan
sebagai
∆𝜔
𝛼̅ =
∆𝑡
dan percepatan sudut sesaat 𝛼 didefinisikan sebagai harga limit perbandingan ini
kalau ∆𝑡 mendekati nol :
∆ω 𝑑𝜔
𝛼 = lim =
∆𝑡→0 ∆𝑡 𝑑𝑡
satuan percepatan sudut ialah 1 rads-2.
Kecepatan sudut vektor 𝜔 didefinisikan sebagai vektor yang besarnya 𝜔 ,
yang mengarah ke arah gerak maju sekrup putaran-kanan yang diputar searah
dengan rotasi benda itu. Untuk benda tegar yang berputar terhadap sumbu tetap,
vektor 𝜔 sejajar dengan sumbu itu, seperti pada gambar (3) berikut :

(3) Kecepatan sudut 𝜔 sebuah benda berputar


Begitu pula dengan percepatan sudut vektor 𝛼 didefinisikan sebagai
sebuah vektor yang besarnya 𝛼, yang setiap saat arahnya sama dengan perubahan
vektor kecepatan sudut, 𝑑𝜔. Untuk rotasi terhadap sumbu tetap, dimana 𝜔 selalu
paralel dengan sumbu ini, vektor 𝛼 juga paralel dengan sumbu tersebut.

1.3 Rotasi dengan Percepatan Sudut Konstan


Dalam hal ini, perumusan kecepatan sudut dan koordinat sudut dapat
diperoleh dengan mudah dengan cara integrasi, yaitu :
𝑑𝜔
= 𝑎 = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛
𝑑𝑡
∫ 𝑑𝜔 = ∫ 𝑎 𝑑𝑡 , 𝜔 = 𝑎𝑡 + 𝐶1

3
Jika 𝜔0 merupakan kecepatan sudut ketika t = 0, maka konstanta integrasi
𝐶1 = 𝜔0 dan
𝜔 = 𝜔0 + 𝑎𝑡
𝑑𝜃
Lalu, karena 𝜔 = 𝑑𝑡
1
∫ 𝑑𝜃 = ∫ 𝜔0 𝑑𝑡 + ∫ 𝑎𝑡 𝑑𝑡. 𝜃 = 𝜔0 𝑡 + 𝑎𝑡 2 + 𝐶2
2
Pada umumnya, konstanta integrasi 𝐶2 ialah harga 𝜃 ketika t = 0, misalnya
𝜃0 = 0, maka
1
𝜃 = 𝜔0 𝑡 + 𝑎𝑡 2
2
Jika untuk percepatan sudut kita tulis
𝑑𝜔
𝛼=𝜔
𝑑𝜃
Maka
1 2
∫ 𝑎 𝑑𝜃 = ∫ 𝜔 𝑑𝜔 + 𝐶3 , 𝑎𝜃 = 𝜔 + 𝐶3
2
Jika sudut 𝜃 adalah nol ketika r = 0, dan jika kecepatan sudut awalnya 𝜔0 ,
1
maka 𝐶3 = − 2 𝜔02 dan

𝜔2 = 𝜔02 + 2αθ
Persamaan-persamaan diatas dapat di analogikan dengan persamaan gerak
linier dengan kecepatan konstan yang bersesuaian, yaitu :
𝑣 = 𝑣0 + 𝑎𝑡
1 2
𝑥 = 𝑣0 𝑡 + 𝑎𝑡
2
𝑣 2 = 𝑣02 + 2𝑎𝑥
Contoh soal :
Kecepatan sudut benda pada saat t = 0 ialah 4 rad/s, dan percepatan sudutnya
konstan dan sama dengan 2 rad /s2. Garis OP pada benda itu ketika t = 0 dalam
keadaan horizontal. (a) berapa besar sudut yang dibentuk garis ini dengan
horizontal pada saat t = 3 s? (b) Berapa kecepatan sudut pada saat ini?
Penyelesaian :
1
(𝑎) 𝜃 = 𝜔0 𝑡 + 𝑎𝑡 2
2

4
1
= 4 rad/s × 3𝑠 + 2 2 rad /s2 × 3𝑠

= 21 𝑟𝑎𝑑 = 3,34 𝑟𝑒𝑣


(b 𝜔 = 𝜔0 + 𝑎𝑡
= 4 rad/s + 2 rad /s2 × 3𝑠 = 10 rad/s

1.4 Energi kinetik, Usaha dan Daya


Jika pada energi kinetik partikel, kecepatan partikel dinyatakan pada
persamaan
1 1
𝑚𝑖 𝑣𝑖2 = 𝑚𝑖 𝑟𝑖2 𝜔2
2 2
namun pada energi kinetik benda tegar dinyatakan pada persamaan :
1 2
𝐸𝑘 =
𝐼𝜔
2
Jadi energi kinetik benda tegar yang berputar terhadap sumbu tetap
ditentukan berdasarkan suatu rumus yang dia analogikan dengan rumus energi
kinetik partikel yang bergerak linier.
Pada gambar (4) gaya luar F dilakukan di titik P sebuah benda tegar yang
berputar terhadap sumbu tetap melalui O, dan tegak lurus pada bidang gambar.
Ketika benda itu berputar melalui sudut kecil 𝑑𝜃, titik P bergerak sejauh ds = r d 𝜃
dan usaha yang dilakukan F adalah

𝑊 = ∫ 𝐹𝑠 𝑑𝑠 = ∫ 𝐹𝑠 𝑟 𝑑𝜃

(4) Usaha yang dilakukan gaya F dalam pergeseran sudut


Jika lebih dari satu gaya bekerja pada benda itu, usaha total sama dengan
usaha momen resultan.
Berdasarkan persamaan momen gaya

5
𝑑𝜔
𝜏 = 𝐼𝑎 = 𝐼𝜔
𝑑𝜃
karena itu,
𝜏 = 𝑑𝜃 = 𝐼𝜔 𝑑𝜔
dan
02 𝜔2
𝑊 = ∫ 𝑟 𝑑𝜃 = ∫ 𝐼𝜔 𝑑𝜔
01 𝜔1

Daya yang ditimbulkan oleh gaya 𝜏 pada gambar (4) jika v kecepatan titik
tangkapnya, ialah
𝑃 = 𝐹𝑠 𝑣 = 𝐹𝑠 𝑟 𝜔
Dan karena 𝐹𝑠 𝑟 = 𝑟, maka
𝑃 = 𝜏𝜔

1.5 Momen Gaya


momen gaya (𝜏 = 𝑡𝑜𝑟𝑠𝑖)adalah ukuran keefektifan gaya yang bekerja
pada suatu benda untuk memutar benda tersebut terhadap titik poros tertentu.
Dimana persamaannya adalah
𝜏 = 𝐹 ×𝑟
𝜏 = Torsi atau momen gaya (N.m)
𝐹 = Gaya (N)
𝑟 = Jarak gaya yang tegak lurus dengan poros (m)
Dalam pengaplikasian misalnya kita mendorong sebuah pintu. Dorongan
pintu yang efektif akan bergantung pada sudut pintu terhadap porosnya. Apabila
kita mendorong pintu dengan mendekati engsel pintunya akan terasa sulit atau
berat. Hal ini berdasarkan persamaan momen gaya, dimana apabila r nya semakin
kecil maka F nya juga akan kecil.

1.6 Momen Inersia (Kelembapan Rotasi)


Momen inersia adalah ukuran kelembaman suatu benda untuk berotasi
pada porosnya, momen inersia juga disebut sebagai besaran pada gerak rotasi
yang analog dengan massa pada gerak translasi.

6
Momen inersia sering juga disebut inersia rotasi, semakin besar momen
inersia benda, semakin sulit benda itu melakukan perputaran dari keadaan diam
dan semakin sulit dia berhenti dari keadaan berotasi, karena besar momen inersia
sebanding dengan besar energi kinetik benda tegar yang berotasi dengan laju
sudut ω tertentu,dengan persamaan:
1
𝐾= 𝐼𝜔
2
(Nunung, dkk,2016)
Momen kelembaman (𝐼) merupakan sifat fisis dari sutu benda yang salah
satu gerak melingkar (rotasi). Seperti halnya denggan massa (𝑚) sifat lembam
dari benda terhadap gerak translasinya, momen kelembapan juga merupakan sifat
lembam sifat benda terhadap gerak rotasinya. Setiap benda tegar yang masing-
masing titik partikelnya bergerak melingkari suatu acuan tertentu berada di luar
benda selalu dapat dicirikan dengan momen kelembamannya (Sahala, 2013).
Jika momen inersia besar maka benda akan sulit untuk melakukan
perputaran dari keadaan diam dan semakin sulit berhenti ketika dalam keadaan
berotasi, itu sebabnya momen inersia juga disebut sebagai momen rotasi. Setiap
benda tegar bergerak melingkar di masing-masing titik partikel geraknya, hal ini
merupakan acuan tertentu yang dapat ditentukan dengan momen inersia.
Momen inersia merupakan kecenderungan suatu benda untuk tetap diam
atau bergerak lurus beraturan (mempertahankan posisi atau keadaannya). Aplikasi
dari momen inersia dapat dilihat dari benda tegar, dimana benda tegar merupakan
keadaan suatu benda untuk mempertahankan posisinya ketika mendapat gaya atau
tekanan dari luar. Setiap benda tegar memiliki momen inersia yang berbeda
karena disebabkan beberapa faktor yaitu pusat rotasi benda, massa benda dan jari-
jari benda tegar itu sendiri.

Perhtungan Momen Inersia Untuk Benda Tegar Yang Kontinu Dan Teratur
1. Batang
Batang dengan panjang 𝑙, dan massa m, beputar terhadap sumbu melalui
pusat massa. Ambil dm dengan massa persatuan panjang dx yang terletak
sejauh x dari sumbu . Bila 𝜆 adalah rapat massa per satuan waktu panjang,
maka :

7
m=𝜆𝑙 dm = 𝜆 𝑑𝑥
𝐼 = ∫ 𝑟 2 𝑑𝑚 = ∫ 𝑥 2 𝑑𝑚
1/2𝑙
= ∫ 𝑥 2 𝜆 𝑑𝑥
−1/2𝑙

1 1/2
= 𝜆 𝑥 2 ⃒−1/2
3
𝑚 1 1 3 1 3
= [( 𝑙) − (− 𝑙) ]
𝑙 3 2 2
1𝑚 𝑙3 𝑙3
= (8 + 8)
3 𝑙

1 𝑚 2𝑙 3
= ( )
3 𝑙 8
1 𝑚 𝑙3
=
3 𝑙 4
1
𝐼= 𝑚𝑙 2
12
2. Cincin Tebal
Misalkan 𝑅1 menyatakan jari-jari dalam cincin 𝑅2 menyatakan jari-jari
luarnya , f menyatakan rapat jenis dari massa cincin maka :

𝑑𝑚 = ∫ 𝑑𝑣 = ∫ 2 𝜋 𝑟 𝑑𝑟 𝑡, 𝑡 = 𝑡𝑒𝑏𝑎𝑙 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑐𝑖𝑛𝑐𝑖𝑛


𝑅 𝑅
𝐼 = ∫𝑅 2 𝑟 2 𝑑𝑚 = 2 𝜋 ∫ 𝑡 ∫𝑅 2 𝑟 3 𝑑𝑟
1 1

1
= 𝜋 ∫ 𝑡 (𝑅2 4 − 𝑅1 4 )
2
1
= 𝜋 ∫ 𝑡 (𝑅2 2 − 𝑅1 2 )(𝑅2 2 + 𝑅1 2 )
2
𝐾𝑎𝑟𝑒𝑛𝑎 𝑚 = 𝜋 ∫ 𝑡 (𝑅2 2 − 𝑅1 2 ) maka :

1
𝐼= 𝑚(𝑅2 2 + 𝑅1 2 )
2

8
3. Silinder Berdinding Tebal
Silinder berdinding tebal adalah cincin
tebal yang di tumpuk – tumpuk dengan
jari-jari luar 𝑅2 dan jari-jari 𝑅1 ,maka cara
mencarimomen inersia sama dan hasilnya
adalah :

1
𝐼= 𝑚(𝑅2 2 + 𝑅1 2 )
2

4. Cincin Tipis
Untuk cincin tipis 𝑅1 ≈ 𝑅2

𝐼 = ∫ 𝑟 2 𝑑𝑚

Dengan cara yang sama seperti cara yang


diatas kita dapatkan :
1
𝐼= 𝑚(𝑅2 2 + 𝑅1 2 )
2
Karena 𝑅1 ≈ 𝑅2 = 𝑅 , makan momen inersia untuk cincin tipis :
1
𝐼= 𝑚(𝑅2 2 + 𝑅1 2 )
2
1
𝐼 = 𝐼 = 𝑚𝑅 2
2

5. Silinder Kosong
Silinder kosong terdiri dari cincin-cincin berdinding tiping yang di
tumpuk-tumpuk (jari-jari lar = jari-jari dalam )
Jadi:
𝐼𝑠𝑖𝑙.𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔 = 𝐼𝑐𝑖𝑛𝑐𝑖𝑛 𝑇𝑖𝑝𝑖𝑠 = 𝑚𝑅 2 ss

6. Silinder Pejal
𝑅1 = 0, 𝑅2 = 𝑅, 𝑚𝑎𝑘𝑎 ∶
1
𝐼= 𝑚(0 + 𝑅 2 )
2

9
1
𝐼= 𝑚𝑅 2
2
Silinder pejal terdiri dari piring-piring yang di tumpuk-tumpuk berarti 1
piringan =
1
𝐼𝑠𝑖𝑙𝑖𝑛𝑑𝑒𝑟 𝑝𝑒𝑗𝑎𝑙 = 𝑚𝑅 2
2

7. Piringan
Buatlah cincin-cincin pada piringan yang massanya dm, jari-jari cincin r
tebalnya dr. massa piringan berbentuk luas, karena tebal diabaikan
dm = 𝜎dA = 𝜎 2 𝜋 𝑟 𝑑𝑟

𝐼 = ∫ 𝑟 2 𝑑𝑚 = 𝜎 2 𝜋 ∫ 𝑟 3 𝑑𝑟
1
= 2 𝜋 𝜎 2 𝑅4
𝑚 1 4
=2𝜋 𝑅
𝜋𝑅 2 4
1
= 𝑚 𝑅2
2

8. Bola Tipis Berongga


Massa bola ada di kulit dan tipis.Buatlah
dm berbentuk cincin berjari-jari R Sin 𝜋
tebalnya R 𝑑𝜋 .
𝑑𝐴 = 𝑅 𝑑𝜋 2𝜋 𝑅 sin 𝜋
= 2𝜋 𝑅 2 sin 𝜋 d𝜋 s
𝑑𝑚 = 𝜎 𝑑𝐴 = 2 𝜋 𝑟 𝑅 2 sin 𝜋 d𝜋

𝐼𝑏𝑜𝑙𝑎 = ∫ 𝑑𝐼𝑐𝑖𝑛𝑐𝑖𝑛 𝑡𝑖𝑝𝑖𝑠

= 𝑑𝑚 (𝑅 𝑆𝑖𝑛 𝜋)2 = 2 𝜋 𝜎 𝑅 2 sin 𝜋 R2 sin2 𝜋 𝑑𝜋


𝜋
= 2 𝜋 𝜎 𝑅 4 ∫ 𝑆𝑖𝑛3 𝜋 𝑑𝜋
0
1
𝑟 𝜋 𝑑𝜋 = 𝑑𝑟 → 𝜋 = 0, 𝑟 = 𝑅
Cos 𝜋 = → sin 𝑅
𝑅
𝜋 = 𝜋, 𝑟 = −𝑅

10
𝑟2 𝑅2 − 𝑟 2
𝑠𝑖𝑛2 𝜋 = 1 − =
𝑅2 𝑅2
−𝑅
4
𝑅2 − 𝑟 2 1
𝐽𝑎𝑑𝑖 𝐼𝑏𝑜𝑙𝑎 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔 = −2 𝜋 𝑅 ∫ 𝑑𝑟
+𝑅 𝑅2 𝑅
2𝜋𝜎 𝑅 −𝑅 24
= ∫ ( 𝑅 − 𝑟 2 )𝑑𝑟
𝑅3 +𝑅
1
= 2.2. 𝜋 𝜎 𝑅 (𝑅 2 𝑟 − 3 𝑟 3 )|+𝑅
0

2 4
= 2.2. 𝜋 𝜎 𝑅 3 𝑅 3 = 2. 3 𝜋 𝜎 𝑅 2 . 𝑅 2

4 𝜋 𝑅2 𝑚
= 2. 𝑅2
3 4 𝜋 𝑅2
2
= 3 m 𝑅2

11
9. Bola Pejal
Bola pejal terdiri dari banyak sekali bola-bola
osong, berarti dm merupakan bola kosong
berjari-jari r,
dm = ∫ 𝑑𝑣 = ∫ 4 𝜋 𝑟 3 𝑑𝑟

𝐼𝑏𝑜𝑙𝑎 𝑝𝑒𝑗𝑎𝑙 = ∫ 𝑑𝐼𝑏𝑜𝑙𝑎 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔

2 2
𝐼𝑏𝑜𝑙𝑎 𝑝𝑒𝑗𝑎𝑙 = ∫ 𝑑𝑚 𝑟 2 = ∫ ∫ 4 𝜋 𝑟 2 𝑑𝑟 𝑟 2
3 3
2 𝑅 2 1
= 3
∫ 4 ∫0 𝑟 4 𝑑𝑟 = 3
∫ 4 𝜋 5 𝑅5
2 𝑚 4𝜋
= 𝑅5
3 4 𝜋𝑅 3 5
3

2
= 𝑚𝑅 5
5

10. Untuk Bola Berkulit Tebal


Jari-jari dalam 𝑅1 , 𝑗𝑎𝑟𝑖 − 𝑗𝑎𝑟𝑖 𝑙𝑢𝑎𝑟 = 𝑅2
Tebal = 𝑅2 − 𝑅1
Bola berongga berdinding tebal ini merupakan bola-bola berongga
berdinding tipis dengan massa dm dan jari-jari r.
𝐼𝑏𝑜𝑙𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑜𝑛𝑔𝑔𝑎 = ∫ 𝑑𝐼𝑏𝑜𝑙𝑎 𝑡𝑖𝑝𝑖𝑠
𝑅2
2
= ∫ 𝑑𝑚 𝑟 2
𝑅1 3
𝑅
= ∫𝑅 2 𝑟 2 𝑑𝑟 𝑟 2
1

2 𝑅
∫ 4 𝜋 ∫𝑅 𝑟 4 𝑑𝑟
2
= 3 1

2 1 𝑚
𝐼𝑏𝑜𝑙𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑜𝑛𝑔𝑔𝑎 = ∫ 4 𝜋 (𝑅2 5 − 𝑅1 5 ) → ∫ =
3 5 4 3 3
3 𝜋 (𝑅2 − 𝑅1 )
2 1 𝑚
Jadi 𝐼 = 4𝜋 (𝑅2 5 − 𝑅1 5 )
3 5 4 𝜋 (𝑅2 3 − 𝑅1 3 )
3

2 (𝑅2 5 − 𝑅1 5 )
= 𝑚
5 (𝑅2 3 − 𝑅1 3 )

12
Momen inersia dipengaruhi oleh jari-jari (jarak benda dari sumbu). Benda
yang berbentuk sama namun momen inersianya bisa saja berbeda karena pengaruh
jari-jari. Semakin besar jari-jari benda maka semakin besar momen inersianya.
Hal ini didasarkan pada silinder pejal yang tidak memiliki rongga, sehingga jari-
jari yang dimiliki utuh.
Teorema sumbu sejajar yang menyatakan bahwa momen kelembaman
benda terhadap sumbu yang sejajar dengan sumbu yang melalui titik pusat masa
pada benda tegar.
Teorema ini menyatakan hasil nilai dengan momen inersia benda terhadap
sumbu melalui titik pusat massanya ditambah dengan hasil kali antara massa
bendadengan jarak kuadrat dari kedua yang sejajar itu. Mengacu pada teorema
tersebut momen inersia dapat dibuktikan dalam teknik integral dengan
mengintegralkan jari-jari terhadap massa benda.

Contoh Soal :
1) Sebuah batang tipis dengan rapat massa 0,5 kg/m diputar pada salah satu
ujungnya seperti ditunjukkan pada Gambar 8. Jika panjang batang 2 m dan
kecepatan sudutnya 30ˆ j rad/s. maka hitung momen inersia dan momentum
sudut batang tipis tersebut.
Jawab :
Momen inersia batang tipis tersebut dihitung menggunakan Persamaan (3.3)
1
(dalam hal ini l = 0) sehingga 𝐼 = M 𝐿2 , dengan panjang batang L = 2 m
3

dan massa M = 1 kg diperoleh


1
𝐼= (1 kg) (2m)2
3

Sedangkan momentum sudutnya


diperoleh

13
⃗ =𝐼𝑤
𝐿 ⃗⃗
4 𝑟𝑎𝑑
= ( 𝑘𝑔 𝑚2 ) (30𝑗̂ )
3 𝑠
= 40 𝑗̂ Js, arahnya menuju ke sumbu y positif
2) Tentukan momen inersia cakram pejal (padat) bermassa 10 kg dan berjari-
jari 0.1 meter, jika sumbu rotasinya berada di pusat cakram .
Jawab :
1
𝐼= 𝑀 𝐿2
2
1
𝐼 = (10𝐾𝑔)( 0.1 𝑚)2
2
𝐼 = 0.05 𝐾𝑔 𝑚2
3) Tentukan momen inersia dari 2 buah benda masing-masing dengan massa
5 kg dan dihungkan dengan tongkat yag tak bermassa panjang 1 m.

Jawab :
a) Sumbu putar melalui pusat massa

𝐼𝑝𝑚 = ∑ 𝑚1 𝑟1 2

= 2 (5.0, 52 ) = 2,5 𝑘𝑔 𝑚2
b) Sumbu putar melalui pusat massa salah satu bola
2
𝐼𝐴 = 𝑚 𝑟 2 + 𝑚𝐵 (𝜋 − 𝑟𝐴 )2
5 𝐴𝐴
𝐽𝑖𝑘𝑎 𝑟𝐴 diketahui 𝐼𝐴 𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡 𝑑𝑖ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 .

1.7 Momen Inersia Pada Sumbu Utama


Momen inersia dapat disebut juga Momen Kedua atau Momen
Kelembaman. Data momen inersia suatu penampang dari komponen struktur
akan diperlukan pada perhitungan-perhitungan tegangan lentur, tegangan geser,
tegangan torsi, defleksi balok, kekakuan balok/kolom dan sebagainya. Luasan A
pada gambar 2.1. merupakan bidang datar yang menggambarkan penampang dari
suatu komponen struktur, dengan dA merupakan suatu luasan/elemen kecil.

14
y

A
x
r dA
y

x
O

Secara metematis momen inersia ditentukan dengan persamaan-persamaan


berikut :
Momen Inersia terhadap sumbu x :
Ix = y2 dA (2.1)

Momen Inersia terhadap sumbu y :


Iy = x2 dA (2.2)

Momen Inersia kutub :


Ip = r2 dA (2.3)

Momen Inersia Perkalian (Product of Inertia) :


Ixy = xy dA (2.4)

Momen inersia pada Persamaan 2.1, Persamaan 2.2, dan Persamaan 2.3
selalu bertanda positif, sedangkan momen inersia perkalian pada Persamaan 2.4
dapat bertanda negatif.
Perhatikan Gambar !!!

15
Sumbu x dan y bukan sumbu utama sehingga Ixy ≠ 0. Untuk menentukan
sumbu utama , x dan y dirotasikan sebesar Ø sehingga menjadi sumbu x’ dan y’
 tidak semua sumbu utama menjadi sumbu simetri.

1.8 Menentukan Momen Inersia Utama Ix’ dan Iy’ Serta Sudut Putar Ø

Ordinat titik berat elemen A terhadap sumbu x’ dan y’ adalah (x’ ; y’)
AC  y ' ; AF  x'

AC  AD  CD
AD  AB sin Ø
 AC  y cos Ø – x sin Ø

y’ = y cos Ø – x sin Ø

AF  OC  OE  EC
OE  OB cos Ø

16
= x cos Ø
EC  BD  AB sin Ø = y sin Ø
 AF  x cos Ø + y sin Ø

x’ = x cos Ø – y sin Ø

Syarat Sumbu Utama :


Ix’y’ = O
1
O = Ixy cos 2Ø + (x – Iy) sin 2Ø
2
2 Ixy
tg2Ø =
Iy  Ix
tg 2
sin2Ø =
1  tg 2 2

1
cos2Ø =
1  tg 2 2

1 1 
Iy’ = ( Ix  Iy )   ( Iy  Ix) 2   I 2 xy)
2 2 

1 1 
Ix'  ( Ix  Iy )   ( Iy  Ix) 2   I 2 xy
2 2 
Ix’y’ = O
Sumbu x’ dan y’ adalah sumbu yang saling tegak lurus dimana moment
inersia dari sumbu tersebut mempunyai harga maksimum dan minimum.

1 1 
Imax = ( Ix  Iy )   ( Iy  Ix) 2   I 2 xy
2 2 

1 1 
Imin = ( Ix  Iy )   ( Iy  Ix) 2   I 2 xy
2 2 
Contoh Soal

17
Suatu penampang seperti pada gambar
Tentukan
1. Letak titik berat penampang tersebut
2. Imax & Imin
3. Letak Sumbu Utama

Penyelesaian :
Menentukan titik berat penampang

18
Jarak Terhadap Sumbu Momen Statis
2 Letak Titik
Bagian Luas A (cm )
Sumbu Sumbu Terhdap Terhadap Pusat Berat
xy yx Sumbu x Sumbu y
I 2 x 6 = 12 9 3 2 x 9 = 108 12 x 3 = 36 Y0 = 184 / 40
II 2 x 6 = 12 5 1 12 x 5 = 60 12 x 1 = 12 = 4,6
III 2 x 8 = 16 1 4 16 x 1 = 16 16 x 4 = 64 X0 = 112 / 40
= 2,8

2
Ix  Iy  Ix  Iy 
Imax =     Ixy2
2  2 

19
2
486,933  187,73  486,933  187,73 
=      67,722
2 2 
 
= 337,332 + 164 = 501,332 cm4
Imin = 337,332 - 164 = 173,332 cm4
1 2 Ixy 1 2(67,2)
  arctg  arctg    12,1o
2 Iy  Ix 2 187,73  486,933

  12,1o (Halliday & Robert, 1978)

1.9 Hukum Kekekalan Momentum Sudut


Analogi dengan hhukum kekekalan momentum, linera adalah jika tidak ada gaya
luar yang bekerja pada suatu sistem yang mengalami gerak rotasi maka
momentum sudut sistem selalu tetap. Hal ini dapat digambarkan dengan
persamaan :
𝐿𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 = 𝐿𝑠𝑒𝑠𝑢𝑑𝑎ℎ
𝐿 = 𝐼𝜔
Dimana
𝐿 = Momentum Sudut
𝐼 = Momen Inersia (kg.m2)
𝜔 = Kecepatan Sudut (rad/s)

Analogi Translasi dan Rotasi

Translasi Rotasi
𝑑𝑠 𝑑𝜃
Kecepatan (v = 𝑑𝑡 ) Kecepatan sudut ( 𝜔 = )
𝑑𝑡
𝑑𝑣 𝑎 𝑑𝜔
Percepatan (a = 𝑑𝑡 ) Percepatan sudut ( 𝛼 = 𝑅, 𝛼 = )
𝑑𝑡

Massa (m) Momen inersia (I)


Gaya (F) Momen Gaya (𝜏)
Hukum Newton II (∑𝐹 = 𝑚𝑥 a) (∑𝜏 = 𝐼𝑥 𝑎)
Momentum ( P = m.v) Momentum sudut (𝐿 = 𝐼𝜔)
1 1 2
𝐸𝐾 = 𝑚𝑣 2 𝐸𝐾 = 𝐼𝜔
2 2

20
1.20 Soal-Soal Rotasi dan Gerak Benda Tegar

a) Iffah Khairiyah Ismayanti


1. Sebuah roda mempunyai percepatan angular tetap 𝛼 = 3 𝑟𝑎𝑑/𝑠 2 . Sebuah
garis (OP) diam dengan arah horizontal. Tentukan :
a. Sudut putar garis OP (sudut putar roda) sesudah 2 detik
b. Kecepatan angular roda sesudah 2 detik
Jawab :
1
a. 𝜃 = 𝜔𝑜 𝑡 + 𝛼𝑡 2
2

Dimana 𝜔𝑜 = 0, 𝑡 = 2
1
𝜃 = 2 . 3.4 = 6 𝑟𝑎𝑑 (sudut putar)
6
Jumlah putaran = 2𝜋 putaran

= 0,96 putaran
b. 𝜔 = 𝛼. 𝑡
= 3.2
= 6 rad/s
2. Jika jari-jari roda pada soal (1) adalah 0,5 m, tentukan :
a. Kecepatan linear (tangensial) dari sebuah partikel yang berada ditepian
roda
b. Percepatan tangensial dari sebuah titik pada tepian roda
c. Percepatan sentripetal
Jawab :
a. 𝑉𝑇 = 𝜔𝑟 = 6.0,5
= 3 m/s
b. 𝑎 𝑇 = 𝛼. 𝑟 = 3.0,5
= 1,5 m/s2
𝑉𝑇 2 32
c. 𝑎𝑆 = = 0,5 = 18 m/s2
𝑟

3. Sebuah roda dengan massa 50 gr, diameter 2 cm menggelinding tanpa


selip dengan kecepatan 5 cm/s. hitung EK total nya !
Jawab :
Misalkan pada bola pejal

21
2
𝐼= 𝑚. 𝑟 2
5
2
= 5 50. 12

= 20 𝑔𝑟. 𝑐𝑚2
EKtotal = EKpm + EKrot
1 2 1
= 𝑚. 𝑣𝑝𝑚 + 𝐼𝜔2
2 2
2
𝑣𝑝𝑚
1 2 1
= 2 𝑚. 𝑣𝑝𝑚 + 𝐼
2 𝑟2
1 1 25
= 50.25 + 20.
2 2 1

= 625 + 250 = 875 erg


4. Sebuah roda gila dengan massa 100 kg, jari-jari girasi 20 cm dipasang
pada poros horizontal dengan jari-jari 2 cm, poros dipasang pada tumpuan.
Gesekan pada poros diabaikan. Tali dililitkan pada poros diberi beban 5 kg
di ujung tali. Beban dilepaskan dari keadaan diamnya. Tentukan :
a. Percepatan jatuh beban
b. Setelah beban jatuh 2 m, tali terlepas, hitung momen gaya jika roda
berputar 5 kali sebelum berhenti
Jawab :
a. Dik = Massa roda gila M = 100 kg
Jari-jari girasi k = 20 cm = 0,2 cm
Jari-jari poros r = 2 cm
Massa beban m = 5 kg
Dit = - a ?
-𝜏?
Dij = Persamaan rotasi :
𝑎𝑇
𝜏 = 𝐼𝛼, 𝛼 = , 𝜏 = 𝑇𝑟, maka
𝑟
𝑎 𝐼𝑎
𝑇𝑟 = 𝐼 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑇 = 2 , 𝑎 = 𝑎 𝑇
𝑟 𝑟
Persamaan translasi :
m.g – T = m.a
𝐼𝑎 1
m.g - 𝑟 2 = m.a, atau a (𝑚 + 𝑟 2 ) = 𝑚. 𝑔

22
𝑚. 𝑔 𝑚. 𝑔. 𝑟 2
𝑎= =
1 𝑚𝑟 2 + 𝑀𝑘 2
𝑚+ 2
𝑟
5.10. (2. 10−2 )2
=
5(2 × 10−2 )2 + 100(20 × 10−2 )2
20 × 10−3
=
20 × 10−4 + 400 × 10−2
0,02
= = 5 × 10−3 𝑚/𝑠 2
4,002

b. Setelah beban jatuh h dan roda telah berputar 𝜃 = 𝑟 , maka untuk

keseluruhan sistem berlaku :


𝑊𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = ∆𝐸𝐾
𝑊𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 + 𝑊𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 = ∆𝐸𝐾𝑟𝑜𝑡 + ∆𝐸𝐾𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠
1 2 1
𝜏 𝜃 + (𝑚𝑔 − 𝑇)ℎ = 𝐼𝜔 + 𝑚𝑣 2
2 2
ℎ 1 1
𝑇𝑟. 𝑟 + 𝑚𝑔ℎ − 𝑇ℎ = 𝐼𝜔2 + 2 𝑚 𝜔2 𝑟 2
2

𝑚𝑔ℎ =
1
𝐼𝜔2 (𝐼 + 𝑚 𝑟 2 )
2
2 𝑚𝑔ℎ
𝜔2 = 𝐼+ 𝑚 𝑟 2

𝜔 ini merupakan kecepatan angular pada saat tali lepas dan setelah 𝜃 =
5 𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛, roda berhenti, maka :
𝜔2 = 2 𝛼𝜃 𝜃 = 5 × 2𝜋 = 10𝜋 𝑟𝑎𝑑
𝜔2
𝛼= 2𝜃

Jadi, momen gayanya adalah


𝑀𝑘 2 𝜔 2
𝜏 = 𝐼𝛼 = 2𝜃
𝑀𝑘 2 2 𝑚𝑔ℎ 100(0,2)2 .5.10.2
𝜏= =
2𝜃 (𝑀𝑘 2 +𝑚 𝑟 2 ) 10𝜋 {100(0,2)2 +5(2.10−2 )2 }
400 4
= = 40,02𝜋
10𝜋(4+20×10−4 )
0,1
= = 0,032 𝑁. 𝑚
𝜋

5. Seutas tali dililitkan sekeliling piringan yang berjari-jari 50 cm dan


mempunyai massa 15 kg. jika tali ditarik ke atas dengan gaya 180 N,
tentukan :

23
a. Percepatan pusat massa piringan
b. Percepatan tali
Jawab :
a. Persamaan gerak translasi :
∑𝐹𝑦 = 𝐹 − 𝑚𝑔 = 𝑚𝑎
Persamaan gerak rotasi :
1
∑𝜏 = 𝐼 𝛼 → 𝐹𝑟 = 𝑚𝑟 2 𝛼
2
𝐹𝑦 > 0 Piringan bergerak ke atas . Jadi arah putaran searah dengan jarum jam.
Dari persamaan gerak translasi diperoleh :
30
180 – 150 = 15 𝑎𝑦 , 𝑎𝑦 = = 2 𝑚/𝑠 2
15

𝑎𝑦 = 𝑎𝑝𝑚 = 2 𝑚/𝑠 2
b. Dari persamaan gerak rotasi :
1
180 . 50 × 10−2 = 2 . 15 (50 × 10−2 )2 𝛼
1
90 = = . 15 25 × 10−2 𝛼
2
180 × 10−2
𝛼= = 48 𝑟𝑎𝑑/𝑠 2
15.25
Percepatan tali = percepatan tangensial pada tepi piringan + percepatan pusat
massa
= 𝛼𝑟 + 𝑎𝑝𝑚
= 48 . 0,5 + 2 = 26 𝑚/𝑠 2
6. Sebuah cakram dengan momen inersia I1 berputar dengan kecepatan
angular mula-mula wi terhadap poros yang licin. Cakram ini jatuh
mengenai cakram yang lain dengan momen inersia I2 yang mula-mula
diam pada poros yang sama. Karena gesekan permukaan, kedua cakram itu
akhirnya mencapai kecepatan angular sama wf. Carilah kecapatan angular
akhir yang sama ini.
Jawab :
Mula-mula momentum angular total sistem LI adalah momentum
angular cakram pertama
𝐿𝑖 = 𝐼1 𝜔𝑖

24
Ketika kedua cakram berputar bersama-sama, momentum angular total
adalah
𝐿𝑓 = 𝐼1 𝜔𝑓 + 𝐼2 𝜔𝑓
= (𝐼1 + 𝐼2 )𝜔𝑓
Dengan membuat momentum akhir sama dengan momentum angular awal,
maka
(𝐼1 + 𝐼2 )𝜔𝑓 = 𝐼1 𝜔𝑖
Jadi, kecepatan angular akhir adalah
𝐼1
𝜔𝑓 = 𝜔
𝐼1 + 𝐼2 𝑖
7. Kecepatan sudut benda pada saat t = 0 ialah 4 rad/s, dan percepatan
sudutnya konstan dan sama dengan 2 rad /s2. Garis OP pada benda itu
ketika t = 0 dalam keadaan horizontal. (a) berapa besar sudut yang
dibentuk garis ini dengan horizontal pada saat t = 3 s? (b) Berapa
kecepatan sudut pada saat ini?
Jawab :
1
(𝑎) 𝜃 = 𝜔0 𝑡 + 𝑎𝑡 2
2
1
= 4 rad/s × 3𝑠 + 2 2 rad /s2 × 3𝑠

= 21 𝑟𝑎𝑑 = 3,34 𝑟𝑒𝑣


(b) 𝜔 = 𝜔0 + 𝑎𝑡
= 4 rad/s + 2 rad /s2 × 3𝑠 = 10 rad/s
8. Sebuah giroskop mempunyai massa 0,10 kg. Piringan yang diletakkan 10
cm dari sumbu z, berjari-jari 5 cm. Piringan berputar pada sumbu y dengan
𝜔 = 100 rad/s. Berapakah kecepatan angular presisinya ?
Jawab :
𝜏 = 𝑚𝑔𝑙 𝜏 = 𝐼𝜔Ω
τ 𝑚𝑔𝑙
Ω = 𝐼𝜔 = 1
𝑚𝑟 2 𝜔
2

2gl
= 𝑟2𝜔
2.10.10×10−2 2
= (5×10−2 )2 .100 = 25×10−2 = 8 rad/s

25
9. Sebuah gasing berputar dengan kecepatan 30 rps terhadap sumbu yang
membuat sudut 300 dengan vertikal. Dimana massa gasing tersebut adalah
0,5 kg dan momen inersia nya adalah 5× 10−2 kg.m2. Pusat massa berada
4 cm dari titik pada sumbu gasing yang menyinggung lantai. Jika putaran
gasing searah jarum jam dilihat dari atas, berapa besar dan arah kecepatan
sudut presesinya?
Jawab :
τ 𝑚𝑔𝑙
Ω= = 1
𝐼𝜔 𝑚𝑟 2 𝜔
2

0,5 .10.4×10−2
= = 6,7 rad/s
5×10−4 .30.2

Arah Ω searah jatum jam dilihat dari atas


10. Pada sebuah gasing bermassa 200 gram dan jari-jari girassi 5 cm, dililitkan
seutas tali yang kecil dengan panjang 100 cm. Apabila tali ditarik dengan
gaya 40 N. Berapa putaran per detik akan dihasilkan jika tali terlepas
semua.
Jawab :
Setelah tali (100 cm) terlepas semua, berarti ujung tali mengalami gaya 40
N bergerak sepanjang 100 cm. Jadi kerja yang dilakukan gaya ini,
seluruhnya digunakan untuk kerja rotasi gasing :
1
Maka Wf = ∆ (2 𝐼 𝜔2 )
1 1
Fs = 2 𝐼 𝜔2 = 𝑚 𝑘 2 𝜔2
2

2 𝐹𝑠 2 𝐹𝑠
𝜔2 = 2
, 𝑚𝑎𝑘𝑎 𝜔 = √
𝑚𝑘 𝑚 𝑘2

2 .40.1 80
Jadi, 𝜔 = √200×10−3 (5×10−2 )2 = √0,2. 25×10−4

= 400 rad/s
400
= 𝑟𝑝𝑠
2𝜋
200
= 𝑟𝑝𝑠 (rotasi per detik)
𝜋

b) Novia
1. Perhatikanlah gambar dibawah ini. Massa beban 𝑚1 adalah 10 kg, dan
massa silinder 𝑚2 adalah 5 kg dengan sudut 37𝑜

26
𝑚2

𝑚1

Abaikan massa kantrol dan gesekan antara katrol dan sumbu katrol. Jari-
jari dalam silinder 𝑟 = 0,25 𝑐𝑚 dan jari-jari luar R adalah 0.5 m. tali
digulung kedalam silinder (seperti pada yoyo). Sudut bidang miring
dengan horizontal adalah 𝜃 = 37𝑜 . Anggap
𝑚1 beregerak turun. Asumsikan lantai licim, sehingga tidak ada gesekan.
Berapakkah percepatan benda 𝑚1 dan benda 𝑚2 ?

Penyelesaian
Tinjau gaya-gaya yang bekerja pada 𝑚1 sebagai berikut:
Hanya ada dua gaya, yaitu berat 𝑚1 (W) dan gaya tali (T) 𝑎1 adalah
percepatan benda 𝑚1 .
Dengan hokum kedua Newton didapatkan :

∑ 𝐹 = 𝑚𝑎
𝑚1 𝑔 − 𝑇 = 𝑚1 𝑎1
(10)(10) − 𝑇 = 10𝑐 …………..Pers. 1

Tinjauan terhadap benda 𝑚2

∑ 𝐹𝑥 = 𝑚𝑎
𝑇 − 𝑚2 sinθ = 𝑚2 𝑎2
𝑇 − (5)(10)(0,6) = 5𝑎2
T = 30 + 5𝑎2 …………………….. Pers. 2

Hubungkan antara pers. 1 dan pers.2


𝑎1 = 𝑎2 + 𝛼𝑟
𝑎 −𝑎
𝛼 = 1𝑟 2………………………… Pers 3

Tinjau gerak rotasi pada benda 𝑚1 , dimana ∑ 𝜏 = 𝐼 𝛼


𝑇𝑟=𝐼𝛼

27
1
𝑇𝑟= 𝑚2 𝑅 2 𝛼……………………. Pers 4
2

Kombinasikan pers. 3 dan pers. 4


1
𝑇 𝑟 = 𝑚2 𝑅 2
2
1 𝑎1 − 𝑎2
𝑇 𝑟 = 𝑚2 𝑅 2
2 𝑟
2 1 2
𝑇 𝑟 = 2 𝑚2 𝑅 (𝑎1 − 𝑎2 )
1
𝑇 (𝑂, 25)2 = 2 (5)(0,5)2 (𝑎1 − 𝑎2 )
𝑇 = 10𝑎1 − 10𝑎2 ………………… Pers. 5

Gabungkan pers. 1 dan persamaan 2


𝑇 = 100 - 10𝑎1
(30 + 5𝑎2 ) = 100 − 10𝑎1
10𝑎1 + 5𝑎2 = 70……………………. Pers. 6

Gabungkan pers. 1 dan pers. 5


𝑇 = 100 - 10𝑎1
(10𝑎1 − 10𝑎2 ) = 100 − 10𝑎1
20𝑎1 − 10𝑎2 = 100……………….. Pers. 7

Gabungkan persamaan 6 dan 7, didapatkan 𝑎1 𝑑𝑎𝑛 𝑎2 .


10𝑎1 + 5𝑎2 = 70
20𝑎1 − 10𝑎2 = 100
Maka
𝑎1 = 6 𝑚𝑠 −1 dan 𝑎2 = 2 𝑚𝑠 −1

2. Massa masing-masing bola adalah 100 g,dihubungkan dengan kawat


massanya diabaikan. Panjang kawat adalah 60 cm dan lebar kawatnya
adalah 30 cm. Tentukan momen inersia system bola terhadap sumbu AB
adalalah….

A B

28
Penyelesaian :
Dik : 𝑚1 = 𝑚2 = 𝑚3 = 𝑚4 = 100 g = 0,1 kg
𝑟1 = 30 𝑐𝑚 = 0,3 𝑚 (Kesumbu rotasi)
𝑟2 = 30 𝑐𝑚 = 0,3 𝑚 (Kesumbu rotasi)
𝑟3 = 30 𝑐𝑚 = 0,3 𝑚 (Kesumbu rotasi)
𝑟4 = 30 𝑐𝑚 = 0,3 𝑚 (Kesumbu rotasi)
𝐷𝑖𝑡 ∶ 𝐼 = ⋯
𝐽𝑎𝑤𝑎𝑏 ∶
𝐼 = 𝑚1 𝑟1 2 + 𝑚2 𝑟2 2 + 𝑚3 𝑟3 2 + 𝑚4 𝑟4 2
𝐼 = (0,1)(0,3)2 + 0,1)(0,3)2 + 0,1)(0,3)2 + 0,1)(0,3)2
𝐼 = 0,036 𝑘𝑔 𝑚2

3. Tiga buah patikel dengan massa m, 2m, dan 3m dipasang pada ujung
kerangka yang massanya diabaikan. System terletak pada bidang xy. Jika
system diputar terhadap sumbu y maka momen inersia system adalah…

2m
3m A 2a m Pembahasan :
Karena system diputar terhadap sumbu y maka
partikel yang bermassa 2m tidak berfungsi. Berarti hanya
partikel yang berada pada sumbu x yang diperhitungkan. Anggap saja
partikel disebelah kiri berindeks (1) dan partikel sebelah kanan berindeks
(2).
𝑚1 = 3 𝑚
𝑚2 = 𝑚
𝑅1 = 𝑎
𝑅2 = 2𝑎
Momen inersia pada sistemtersebut adalah :
𝐼 = 𝑚𝑅 2

𝐼 = 𝑚1 𝑅1 2 + 𝑚2 𝑅2 2
𝐼 = 3𝑚𝑎2 + 𝑚(2𝑎)2

29
𝐼 = 7𝑚𝑎2
4. Sebuah piringan berbentuk silinder pejal homogeny mula-mula berputr
pada porosnya dengan kelajuan sudut 4 rad/s. Bidang piringan sejajar
bidang horizontal. Massa dan jari-jari piringan 1 kg dan 0,5 m. Bila diatas
piringan diletakkan cincin yang mempunyai massa dan jari-jari 0,2 kg dan
0,1m dan pusat massa cincin tepat diatas pusat piringan , maka piringan
dan cincin akan bersama-sama berputar dengan kecepatan sudut…
Penyelesaian :
1
𝐼𝑏𝑜𝑙𝑎 𝑝𝑒𝑗𝑎𝑙 = 𝑚𝑅 2
2
1
= (1𝑘𝑔)(0,5𝑚)2 = (0,5𝑘𝑔)(0,25𝑚2 ) = 0,125 𝑘𝑔𝑚2
2
𝐼𝑐𝑖𝑛𝑐𝑖𝑛 = 𝑚𝑅 2
= 0,2 𝑘𝑔(0,1)2 = 0,002 𝑘𝑔𝑚2

𝐼𝑏𝑜𝑙𝑎 𝑝𝑒𝑗𝑎𝑙 𝜔𝑏𝑜𝑙𝑎 𝑝𝑒𝑗𝑎𝑙 = 𝐼𝑐𝑖𝑛𝑐𝑖𝑛 𝜔𝑐𝑖𝑛𝑐𝑖𝑛


(0,125 𝑘𝑔𝑚2 ) (4 rad/s) = (0,125 𝑘𝑔𝑚2 + 0,002 𝑘𝑔𝑚2 ) 𝜔𝑐𝑖𝑛𝑐𝑖𝑛

0,5
𝜔𝑐𝑖𝑛𝑐𝑖𝑛 = 0,127 = 3,93 rad/s

5. Sebuah partikel bermassa 0,5 g bergerak melingkar dengan kecepatan


sudut 2 rad/s. Tentukan momentum sudut partikel jika jari-jari lintasan
partikel 10 cm.
Penyelesaian:
𝐼 = 𝑚𝑅 2
= (0,5 . 10−3 )(1. 1−2 )
= 0,5 . 10−5 𝑘𝑔𝑚2
Momentum sudut partikel :
𝐿=𝐼𝜔
= (0,5 . 10−5 𝑘𝑔𝑚2 ) (2 rad/s)
𝑚2
= 1. 10−5
𝑠

30
6. Batang silinder AB bermassa 3 kg ketika diputar melalui B momen
inersiannya 27 𝑘𝑔𝑚2 . Berapaka momen inersiannya jika diputar melalui C
?

A B C

Penyelesaian :
1
I = 12 𝑚𝐿2
1
27 = 12 𝑚𝐿2
(27)(12) = 𝑚𝐿2
324 = 𝑚𝐿2

Maka jika diputar dari c :


1
I = 12 𝑚𝐿2
1
= 3 324
= 108 𝑘𝑔𝑚2
7. Dua partikel masing-masing bermassa 2 kg dan 4 kg, dihubungkan dengan
kawat ringan, dimana panjan kawat = 2m, abaikan massa kawat. Tentukan
momen inersia kedua partikel, jika.
a. Sumbu rotasi terletak diantara kedua partikel
b. Sumbu rotasi berjarak 0,5 m dari partikel yang bermassa 2 kg

Penyelesaian :
a. Sumbu rotasi terletak diantara kedua partikel
𝐼 = 𝑚1 𝑅1 2 + 𝑚2 𝑅2 2

𝐼 = (2𝑘𝑔)(1)2 + (4𝑘𝑔)(1)2 = 6 𝑘𝑔𝑚2


b. Sumbu rotasi berjarak 0,5 m dari partikel yang bermassa 2 kg
𝐼 = 𝑚1 𝑅1 2 + 𝑚2 𝑅2 2
𝐼 = (2𝑘𝑔)(0,5)2 + (4𝑘𝑔)(1,5)2 = 9,5 𝑘𝑔𝑚2

c) Riyanto Belensdro

31
32
BAB II
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN REFERENSI

Pada buku Fisika Universitas 1 oleh Sears dan Zemansky materi


mengenai rotasi pada benda tegar cukup mudah dipahami baik dari segi
pembahasan, aplikasi dan contoh soal yang dipaparkan. Misalnya pada buku
Fisika Universitas 1, materi rotasi benda tegar diawali dengan percepatan sudut,
kecepatan sudut, dll. Hal ini dapat kita lihat dari pemaparan turunan rumus yang
disertakan dari materi khususnya mengenai percepatan sudut, kecepatan sudut,
momen inersia, dan energi kinetik. Selain itu, untuk memudahkan pembaca
memahami materi yang dipaparkan, penulis menyertakan gambar-gambar
pendukung agar pembaca lebih memahami maksud dari penjelasan yang
dipaparkan pada materi tersebut. Namun, materi yang dipaparkan tidak selengkap
pada buku lainnya yaitu buku Fisika Jilid 1 karangan Halliday dan Resnick.
Sehingga belum bisa dijadikan acuan utama dalam penelitian.

Pada buku Pengantar Fisika Mekanika oleh Umar Yahdi mengenai materi
Momen Inersia pada benda tegar diberikan perhitungan dan penjabaran rumus .
Pada buku Fisika Universitas 1 tidak diberikan penjabaran rumus dan sama hal
nya pada buku Fisika Jilid 1 oleh Halliday Resnick . Namun ada beberapa
penurunan rumus yang sulit dimengerti karena ada beberapa langkah dalam
penurunan rumus yang tidak disajikan. Selain itu ada beberapa penjelasan yang
tidak dilengkapi dengan gambar.

Pada buku Fisika Jilid 1 Edisi Ketiga Karangan David Halliday dan Robert
Resnick Pemaparan konsep yang diberikan dalam buku ini sangat jelas dan mudah
untuk dipahami bagi pembaca, Dalam buku ini juga diberikan contoh – contoh
soal yang sangat mendukung untuk dapat mengevaluasi kembali hasil yang telah
kita pelajari dari setiap Sub Materi yang disajikan dalam, Rumus – rumus yang
dipaparkan dalam buku ini cukup mendukung tetapi untuk memberikan wawasan
yang lebih kita dapat mencari nya dari sumber refrensi lain untuk dapat
memberikan perbandingan yang positif, dalam buku ini pengaplikasian terhadap
kajian fisika dapat kiterima terima dikarenakan didasari oleh fakta – fakta yang
kuat dan ilmiah.

33
Pada Jurnal Penentuan momen inersia benda silinder pejal dengan integral
dan tracker karangan Muhammad Minan Chusni, dkk disajikan paparan konsep
yang jelas pada bagian momen inersia. Sumber yang ditampilkan actual dan
terpercaya karena didasarkan atas buku dan jurnal lainnya, Kajian eksperimen
yang dibuktikan dalam jurnal ini untuk membuktikan tentang momen inersia
benda pejal dan mendapatkan hasil yang real didasarkan pada Uji percobaan yang
telah dilaksanakan dan dibuktikan berdasarkan foto dan data yang diperoleh.

34
BAB III
IDE APLIKASI MATERI

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mendorong manusia


untuk berusaha mengatasi segala permasalahan yang timbul di sekitarnya serta
meringankan pekerjaan yang ada. Dalam hal ini, kami ingin membuat aplikasi
materi rotasi dan benda tegar dengan bahan-bahan yang cukup sederhana. Adapun
materi yang kami bawa adalah momentum sudut yaitu aplikasi giroskop
sederhana.
Giroskop adalah sebuah alat yang bertumpu pada konsep kekekalan
momentum sudut, torsi dan momen inersia yang penggunaanya dapat ditemui
pada berbagai aplikasi seperti pada helikopter, robot, smartphone, dan lain-lain.
Dalam sebuah sistem giroskop sederhana, apabila rotor berputar, maka sistem ini
akan cenderung mempertahankan keadaannya atau mempertahankan sikap
konstan selama tidak ada pengaruh gaya dari luar. Gerakan rotasi pada rotor akan
menyebabkan adanya gerak melingkar pada sistem.
Konsep giroskop dalam hal ini adalah membuat sistem gyroscope tidak
jatuh ketanah (alat peraga) dan cenderung untuk mempertahankan
kesetimbangannya atau mempertahankan sikap konstan selama tidak ada
pengaruh gaya dari luar. Sehingga dari pengamatan tersebut dapat kita ketahui
bagaiamanakah prinsip dari giroskop tersebut.

35
DAFTAR PUSTAKA

Chusni, M. C., Rizaldi, M. F., Nurlaela. S., Nursetia, S., Susilawati, W. 2018.
Penentuan Moemen Inersia Benda Silinder Pejal Dengan Integral dan
Tracker. Jurnal Pendidikan Fisika dan Keilmuan (JPFK). Vol. 4. No. 1.
pp 42 – 47. UIN Sunan Gunung Djati : Bandung
David Halliday & Robert Resnick. 1978. Fisika Jilid 1 Edisi Ketiga.
Erlangga : Jakarta
Rivia, Nunung dkk. 2016. Pembuatan Alat Ukur Momen Inersia Benda Digital
Menggunakan Sensor Optocoupler. Pillar Of Physics. 8 : 81-88
Sahala, Stepanus. 2013. Penentuan Momen Inersia Benda Tegar Dengan Metode
Bandul Fisis. Jurnal Pendidikan Matematika dan IPA. VOL 4 (2) : 36-41.
Sears, F. Weston dan Mark W. Zemansky. 1962. Fisika untuk Universitas 1.
Jakarta : Binacipta
Yahdi, Umar. 1990. Pengantar Fisika Mekanika. Depok : Gunadarma.

36
37

Anda mungkin juga menyukai