Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH RUTIN

MK. EVALUASI PROSES


HASIL BELAJAR FISIKA
PRODI S1
PSPF - FMIPA

“HIGH ORDER THINGKING SKILLS :


BERFIKIR KRITIS DAN ASESMENNYA ”

OLEH :

KELOMPOK 1
NAMA MAHASISWA : IFFAH KHAIRIYAH I. (4172121023)
NOVIA (4173121036)
NOVRIKA MAWARNI (4171121022)
OBET AGUSTINUS P. SILABAN (4173121039)
DOSEN PENGAMPU : Dr. MARIATI P. SIMANJUNTAK, S.Pd., M.Si.
MATA KULIAH : EVALUASI PROSES DAN HASIL BELAJAR
FISIKA

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MARET 2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “HIGH ORDER THINGKING SKILLS: BERFIKIR KRITIS DAN
ASESMENNYA”. Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu mata kuliah kami yaitu
“EVALUASI PROSES DAN HASIL BELAJAR”.
Kami mohon maaf apabila ada kesalahan dan kekurangan dari makalah ini. Semoga
makalah sederhana ini dapat di pahami bagi siapa pun yang membacanya. Kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Sekiranya makalah yang
disusun ini dapat berguna bagi penulis sendiri maupun bagi orang yang membacanya.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami mohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa
depan. Atas perhatiannya kami ucapkan terimakasih.

Medan, 23 Maret 2019

PENULIS

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................ 2
1.3 Tujuan Penulisan .............................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian High Order Thinking Skills............................................. 3
2.2 Pengertian Berfikir Kritis (Critical Thinking)................................... 5
2.3 Indikator Berfikir Kritis .................................................................... 7
2.4 Pentingnya Berfikir Kritis dalam Belajar Fisika ............................... 9
2.5 Instrumen Berfikir Kritis dan Asesmennya ...................................... 10
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan .......................................................................................... 25
3.2 Saran .................................................................................................. 26
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kurikulum 2013 menginginkan kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) yang


memiliki kualitas tinggi. Dengan kemampuan tersebut, diharapkan mampu bersaing pada
abad 21 dan industrilisasi 4.0 di era globalisasi. Mengantisipasi tuntutan tersebut,
pendidikan dirancang untuk meningkatkan kinerja yang berkualitas tinggi melalui proses
pembelajaran.
Manusia sebagai makhluk yang selalu berproses dan memiliki metode dalam
beraktivitas. Salah satu aktivitas manusia yang relevan dengan metode adalah berpikir.
Kegiatan berpikir pada umumnya indentik dengan belajar. Secara sederhana aktivitas
belajar di Indonesia terjadi di sekolah. Untuk mencapai tujuan yang diinginkan dengan
baik, maka guru akan memberikan aktivitas pembelajaran yang mendukung. Dalam
aktivitas belajar tersebut, salah satu tugas seorang guru adalah mengajarkan cara berpikir.
Hasil dari proses pembelajaran tersebut dapat dinilai sebagai prestasi.
Kebiasaan berpikir tingkat rendah atau low order thingking yang diajarkan kepada
siswa menyebabkan tidak memiliki high order thingking skills (HOTS). Seharusnya HOTS
diperlukan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan secara kreatif, dan inovatif. Guna
mengatasi persolan tersebut, siswa tingkat SMA perlu diarahkan untuk mengembangkan
HOTS. Dalam konteks pengembangan fisika, siswa perlu dibiasakan untuk menggunakan
HOTS. Dengan mengerjakan soal-soal HOTS, diharapkan daya analisis dan kemampuan
berpikir kritis siswa dapat terasah. Hal ini juga adalah bagian dari penerapan pendidikan
karakter, dimana siswa pantang menyerah dan sungguh-sungguh dalam mengerjakan soal.
Kemampuan berpikir kritis merupakan salah satu tuntutan yang harus dipenuhi
pada pembelajaran saat ini. Perhatian pembelajaran terhadap kemampuan berpikir kritis
disebabkan oleh pengaruhnya bagi orang dalam mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan dan tekonolgi yang saat ini berkembang sangat pesat. Selain itu, kesuksesan
dan profesionalitas seseorang juga sangat dipengaruhi oleh kemampuan berpikir kritis yang
dimilikinya. Oleh karena itu, siswa dituntut untuk berfikir kritis dalam memahami
persoalan-persoalan yang terjadi dalam kehidupan.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan High Order Thinking Skills?
2. Apa yang dimaksud dengan berfikir kritis?
3. Bagaimanakah indikator berfikir kritis?
4. Apa peranan penting berfikir kritis dalam belajar fisika?
5. Bagaimanakah instrumen dan penilaian dari berfikir kritis?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Sebagai salah satu syarat memenuhi tugas Matakuliah Evaluasi Proses dan Hasil
Belajar Fisika
2. Menambah pengetahuan pembaca dan penulis pada materi Berpikir Tinggi (HOTS)
khususnya Berfikir Kritis (Critical Thinking)
3. Memberikan pemahaman kepad penulis dan pembaca pada pembahasan soal-soal
HOTS khususnya Berfikir Kritis (Critical Thinking)

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian High Order Thingking Skills (HOTS)


Para ahli mendefinisikan Higher Order Thinking Skills (HOTS) atau berpikir
tingkat tinggi dengan pendekatan dan sudut pandang yang berbeda. Resnick
mengemukakan bahwa HOTS sulit untuk didefinisikan, tetapi mudah dikenali melalui ciri-
cirinya. Lebih lanjut, Resnick (1987: mengungkapkan beberapa ciri-ciri dari HOTS yaitu:
(a) non-algoritmik, artinya langkah-langkah tindakan tidak dapat sepenuhnya ditentukan di
awal; (b) kompleks, artinya langkah-langkah tidak dapat dilihat/ditebak secara langsung
dari sudut pandang tertentu; (c) menghasilkan banyak solusi; (d) melibatkan perbedaan
pendapat dan interpretasi; (e) melibatkan penerapan kriteria jamak; (f) melibatkan
ketidakpastian; (g) menuntut kemadirian dalam proses berpikir; (h) melibatkan pemaknaan
yang mengesankan; dan (i) memerlukan kerja keras (effortfull). Berbagai karakteristik
atau ciri-ciri tersebut dapat diidentifikasi dalam aktivitas pembelajaran yang melibatkan
berbagai tingkatan proses berpikir (thinking process level).
HOTS atau berpikir tingkat tinggi adalah berpikir pada level yang lebih tinggi dari
pada sekedar mengingat fakta atau menceritakan kembali sesuatu yang didengar kepada
orang lain. Lebih lanjut Thomas & Thorne menyatakan bahwa berpikir tingkat tinggi
menuntut seseorang untuk melakukan sesuatu terhadap fakta, yaitu memahaminya,
menyimpulkannya, menghubungkannya dengan fakta dan konsep lain, mengkategorikan,
memanipulasi, menempatkan fakta secara bersama-sama dalam cara-cara baru, dan
menerapkannya dalam mencari solusi dari masalah.
Setelah taksonomi Bloom direvisi oleh Anderson & Krathwohl, dimana tujuan
pembelajaran dibagi menjadi dua dimensi yaitu proses kognitif dan pengetahuan, maka
HOTS dalam taksonomi Bloom perlu dilakukan penyesuaian. Adapun jika dikaitkan
dengan taksonomi Bloom revisi yang dikemukakan oleh Anderson & Krathwohl, pada
dimensi proses kognitif HOTS meliputi proses menganalisis (analyze), mengevaluasi
(evaluate), dan mencipta (create), sedangkan pada dimensi pengetahuan HOTS meliputi
pengetahuan konseptual (conceptual knowledge), pengetahuan prosedural (procedural
knowledge), dan pengetahuan metakognitif (metacognitive knowledge).

3
Menganalisis (analyzing)
Menganalisis meliputi kemampuan untuk memecah suatu kesatuan menjadi bagian-
bagian dan menentukan bagaimana bagian-bagian tersebutdihubungkan satu dengan yang
lain atau bagian tersebut dengan keseluruhannya (Anderson & Krathwohl, 2001). Analisis
menekankan pada kemampuan merinci sesuatu unsur pokok menjadi bagian-bagian dan
melihat hubungan antar bagian tersebut. Pada tingkat analisis, seseorang akan mampu
menganalisis informasi yang masuk dan membagi-bagi atau menstrukturkan informasi ke
dalam bagian yang lebih kecil untuk mengenali pola atau hubungannya dan mampu
mengenali serta membedakan faktor penyebab dan akibat dari sebuah skenario yang rumit.
Kategori menganalisis terdiri kemampuan membedakan (differentiating),
mengorganisasi (organizing), dan mengatribusikan (attributing). Membedakan meliputi
kemampuan membedakan bagian-bagian dari keseluruhan struktur dalam bentuk yang
sesuai. Membedakan terjadi sewaktu siswa mendeskriminasikan informasi yang relevan
dan tidak relevan, yang penting dan tidak penting, kemudian memperhatikan informasi
yang relevan dan penting. Membedakan berbeda dengan proses-proses kognitif dalam
kategori memahami, karena membedakan melibatkan proses mengorganisasi secara
struktural dan menentukan bagaimana bagian-bagian sesuai dengan struktur
keseluruhannya. Mengorganisas meliputi kemampuan mengidentifikasi unsur-unsur secara
bersama-sama menjadi struktur yang saling terkait. Proses mengorganisasi terjadi ketika
siswa membangun hubungan-hubungan yang sistematis dan koheren (terkait) antar
potongan informasi. Mengorganisasi juga biasanya terjadi bersamaan dengan proses
membedakan. Siswa mula-mula mengidentifikasi elemen-elemen yang relevan atau
penting dan kemudian menentukan sebuah struktur yang terbentuk dari elemen-elemen itu.
Mengorganisasi juga bisa terjadi bersamaan dengan proses mengatribusikan, yang
fokusnya adalah menentukan tujuan atau sudut pandang seseorang. Mengatribusikan
adalah kemampuan siswa untuk menyebutkan tentang sudut pandang, bias, nilai atau
maksud dari suatu masalah yang diajukan. Mengatribusikan membutuhkan pengetahuan
dasar yang lebih agar dapat menarik kesimpulan atau maksud dari inti permasalahan yang
diajukan. Mengatribusikan juga melibatkan proses dekonstruksi, yang didalamnya siswa
menentukan tujuan dari suatu permasalahan yang diberikan oleh guru.

Mengevaluasi (evaluate)
Mengevaluasi didefinisikan sebagai kemampuan melakukan judgement berdasar

4
pada kriteria dan standar tertentu. Kriteria sering digunakan untuk menentukan kualitas,
efektifitas, efisiensi, dan konsistensi, sedangkan standar digunakan dalam menentukan
kuantitas maupun kualitas. Evaluasi mencakup kemampuan untuk membentuk suatu
pendapat mengenai sesuatu atau beberapa hal, bersama dengan pertanggungjawaban
pendapat itu yang berdasar pada kriteria tertentu.
Adanya kemampuan ini dinyatakan dengan memberikan penilaian terhadap
sesuatu. Kategori menilai terdiri dari memeriksa (checking) dan mengkritisi. (critiquing).
Memeriksa adalah kemampuan untuk menguji konsistensi internal atau kesalahan pada
operasi atau hasil serta mendeteksi keefektifan prosedur yang digunakan. Jika dipadukan
dengan dengan merencanakan (proses kognitif dalam kategori mencipta) dan
mengimplementasikan (proses kognitif dalam kategori mengaplikasikan), memeriks
melibatkan proses menentukan seberapa baik rencana itu berjalan. Mengkritisi adalah
kemampuan memutuskan hasil atau operasi berdasarkan kriteria dan standar tertentu, dan
mendeteksi apakah hasil yang diperoleh berdasarkan suatu prosedur menyelesaikan suatu
masalah mendekati jawaban yang benar. Proses mengkritik terjadi ketika siswa mencatat
ciri-ciri positif dan negatif dari suatu produk dan membuat keputusan, setidaknya sebagian
berdasarkan ciri-ciri tersebut. Mengkritik merupakan inti dari apa yang disebut berpikir
kritis.

2.2 Pengertian Berfikir Kritis (Critical Thingking)


Proses belajar diperlukan untuk meningkatkan pemahaman terhadap materi yang
dipelajari. Dalam proses belajar terdapat pengaruh perkembangan mental yang digunakan
dalam berpikir atau perkembangan kognitif dan konsep yang digunakan dalam belajar.
Beberapa pengertian mengenai berpikir kritis diantaranya:
1. Menurut Beyer (dalam Yuniar) berpikir kritis adalah sebuah cara berpikir disiplin
yang digunakan seseorang untuk mengevaluasi validitas sesuatu (pernyataan-
penyataan, ide-ide, argumen, dan penelitian).
2. Menurut Screven dan Paul serta Angelo (dalam Yuniar) memandang berpikir kritis
sebagai proses disiplin cerdas dari konseptualisasi, penerapan, analisis, sintesis dan
evaluasi aktif dan berketerampilan yang dikumpulkan dari, atau dihasilkan oleh
observasi, pengalaman, refleksi, penalaran, atau komunikasi sebagai sebuah
penuntun menuju kepercayaan dan aksi.

5
3. Rudinow dan Barry (dalam Yuniar) berpendapat bahwa berpikir kritis adalah
sebuah proses yang menekankan sebuah basis kepercayaan-kepercayaan yang logis
dan rasional, dan memberikan serangkaian standar dan prosedur untuk
menganalisis, menguji dan mengevaluasi.
4. Menurut Halpern (dalam Yuniar) mendefinisikan critical thingking as „...the use of
cognitive skills or strategies that increase the probability of desirable
outcome.‟
5. Menurut Ennis (1996) “Berpikir kritis adalah sebuah proses yang dalam
mengungkapkan tujuan yang dilengkapi alasan yang tegas tentang suatu
kepercayaan dan kegiatan yang telah dilakukan.”
Keterampilan berpikir kritis tergantung pada perilaku berkarakter yang dimiliki
siswa. Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian yang terbentuk dari hasil
internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan
untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak.
Berdasarkan pada definisi yang diungkapkan sebelumnya, terdapat beberapa
perilaku yang mengindikasikan bahwa perilaku tersebut merupakan kegiatan dalam
berpikir kritis. Cara yang paling relevan mengevaluasi proses berpikir kritis sebagai suatu
pemecahan masalah, menurut Garrison. D. R., Anderson, T. dan Archer, W dapat
dilakukan melalui lima langkah, yaitu :
a. Keterampilan identifikasi masalah (Elementary clarification), didasarkan pada
motivasi belajar, siswa mempelajari masalah kemudian mempelajari keterkaitan
sebagai dasar untuk memahamimya.
b. Keterampilan mendefinisikan masalah (In-depth clarification), siswa menganalisa
masalah untuk mendapatkan pemahaman yang jelas tentang nilai, kekuatan dan
asumsi yang mendasari perumusan masalah.
c. Keterampilan mengeksplorasi masalah (Inference), dimana diperlukan pemahaman
yang luas terhadap masalah sehingga dapat mengusulkan sebuah ide sebagai dasar
hipotesis. Disamping itu juga diperlukan keterampilan kreatif untuk memperluas
kemungkinan dalam mendapatkan pemecahan masalah.
d. Keterampilan mengevaluasi masalah (Judgement), disini dibutuhkan keterampilan
membuat keputusan, pernyataan, perhargaan, evaluasi, dan kritik dalam
menghadapi masalah.

6
e. Keterampilan mengintegrasikan masalah (Strategy Formation), disini dituntut
keterampilan untuk bisa mengaplikasikan suatu solusi melalui kesepakatan
kelompok
(Renol, dkk, 2012).

2.3 Indikator Berfikir Kritis


Kemampuan berfikir kritis setiap orang berbeda-beda, untuk membedakannya
diperlukan suatu indikator sehingga kita dapat menilai tingkat berfikir kritis seseorang.
Indikator kemampuan berfikir kritis menurut Ennis dalam dikelompokkan menjadi lima
kelompok, yaitu:
a. Memberikan penjelasan sederhana (elementary clarification),
meliputi:menganalisis pernyataan dan menjawab pertanyaan klarifikasi,
b. Membangun keterampilan dasar (basic support), meliputi: menilai kredibilitas
suatu sumber dan menilai hasil penelitian,
c. Menyimpulkan (inference), meliputi:membuat dan mempertimbangkan hasil
keputusan,
d. Membuat penjelasan lebih lanjut (advance clarification), meliputi:menilai definisi
dan mengidentifikasi asumsi,
e. Mengatur strategi dan taktik (strategy and tactics), meliputi:memutuskan suatu
tindakan
Menurut Ennis dalam, secara singkat menyatakan bahwa terdapat enam unsur dasar
dalam berfikir kritis, yaitu:
 fokus (fokus), seperti mengidentifikasi atau menganalisis permasalahan;
 alasan (reason), terkait apakah alasan-alasan yang diberikan logis, seperti
mengobservasi dan mempertimbangkan setiap argumen;
 kesimpulan (inference), seperti membuat dan mempertimbangkan hasil keputusan
terkait alasan yang telah dibangun sebelumnya;
 situasi (situation), yaitu menyocokkan dengan situasi yang sebenarnya;
 kejelasan (clarity), harus ada kejelasan mengenai istilah-istilah yang dipakai dalam
argumen, yaitu mengidentifikasikan asumsi (merekonstruksi argumen);
 tinjauan ulang (overview), artinya perlu mengecek yang sudah ditemukan,
diputuskan, diperhatikan, dipelajari dan disimpulkan (Suji dan Ishafit, 2018).

7
Evaluasi terhadap berpikir kritis secara umum dapat dilakukan melalui tahap kerja
ilmiah. Philips, Charles, Renae J. Chesnut dan Raylene M. Rospond menjabarkan alat ukur
atau tes untuk mengukur keterampilan berpikir kritis dikembangkan dari lima subskala
sebagai berikut ini.
1) Analisis (analysis), subskala analisis mengukur apakah seseorang dapat memahami
dan menyatakan maksud atau arti dari suatu data yang bervariasi, pengalaman, dan
pertimbangan.
2) Evaluasi (evaluation), subskala evaluasi mengukur kemampuan seseorang untuk
melihat informasi dan kekuatan nyata atau relasi kesimpulan, kemampuan untuk
menyatakan hasil pemikiran seseorang.
3) Kesimpulan (inference), subskala kesimpulan mengukur kemampuan seseorang
untuk mengidentifikasi dan mengamankan informasi yang diperlukan untuk
menggambarkan kesimpulan.
4) Pemikiran deduktif (deductive reasoning), subskala pemikiran deduktif mengukur
kemampuan seeorang dimulai dari hal yang bersifat umum atau premis yang
dianggap benar, sampai pada kesimpulan yang bersifat khusus.
5) Pemikiran induktif (inductive reasoning), subskala pemikiran induktif mengukur
kemampuan seseorang dimulai dari premis dan aplikasi yang terkait dengan
pengetahuan dan pengalaman, menjangkau kesimpulan yang umum (Renol, dkk,
2012).
Menurut Angelo, berfikir kritis adalah menerapkan rasional, aktivitas berfikir yang
tinggi, yang meliputi kegiatan menganalisis, mensintesis, mengenali masalah dan solusi,
menyimpulkan dan mengevaluasi. Adapun indicator berfikir kritis menurut Angelo, yaitu :

Tabel Indikator Analisis Berfikir Kritis


Aspek Indikator
Analisis  Menganalisa informassi umum
menjadi informasi tertentu
 Bedakan informasi yang relevan
Perpaduan  Menentukan hubungan antara
beberapa informasi
 Menggabungkan informasi daripada
mendapatkan dari sumber

8
Mengetahui dan Memecahkan Masalah  Memahami masalah dalam
pertanyaan cerita
 Menerapkan konsep fisika untuk
menyelesaikan masalah
mengevaluasi  Menilai informasi dengan kriteria
tertentu
 Membuat kesimpulan berdasarkan
konsep informasi dan fisika
 Memprediksikan jawaban dari
informasi
(Afriany, 2015).

2.4 Pentingnya Berfikir Kritis dalam Belajar Fisika


Kemampuan berpikir kritis merupakan salah satu tuntutan yang harus dipenuhi
pada pembelajaran saat ini. Perhatian pembelajaran terhadap kemampuan berpikir kritis
disebabkan oleh pengaruhnya bagi orang dalam mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan dan tekonolgi yang saat ini berkembang sangat pesat. Selain itu, kesuksesan
dan profesionalitas seseorang juga sangat dipengaruhi oleh kemampuan berpikir kritis yang
dimilikinya. Penelitian yang dilakukan oleh Frijters, Dam, & Rijlaarsdam, menyatakan
bahwa jika seseorang memiliki kemampuan berpikir kritis yang kurang, maka orang
tersebut akan kesulitan untuk bersaing di dunia global. Pada sisi lain, jika seseorang yang
memiliki kemampuan berpikir kritis yang baik, maka orang tersebut dapat ikut serta
berperan sebagai konsumen sains (Shan, dkk, 2017).
Dalam dunia pendidikan, keterampilan berpikir kritis akan berperan memberikan
motivasi bagi siswa dalam belajar dengan memberikan kontrol pemikiran. Selain itu siswa
akan dapat menganalisis informasi yang datang dari luar dengan penilaian terbaik (Baylon,
2014). Keterampilam berpikir kritis dapat meningkatkan pencapaian prestasi dalam konten
materi pada siswa. Karena dengan berpikir kritis siswa belajar dengan cara berpikir yang
baru, konten materi dapat terinternalisasi dalam pemikiran sehingga dapat menghasilkan
pemikiran, pemahaman dan keyakinan baru. Selain itu dapat memunculkan serangkaian
pertanyaan baru yang menjadi alat wawasan dan sudut pandang baru (Desty dan Andi,
2015).

9
2.5 Instrumen Berfikir Kritis dan Asesmennya

KISI-KISI SOAL HOTS


Kelas XII
Semester 2
NO KD Materi Stimulus Indikator No Soal Bentuk Soal
1. 3.5. Memahami Induksi Faraday  Gambar dan  Dengan diberikan gambar dan 1.  Pilihan Ganda
fenomena induksi -GGL Induksi simpulan simpulan hasil percobaan,
elektromagnetik pembuktian peserta didik dapat
berdasarkan percobaan menghubungkan besar ggl
percobaan Faraday induksi dan besaran-besaran
mengenai ggl yang terkait
induksi 2.  Ya / Tidak
 Dengan diberikan gambar dan
simpulan hasil percobaan,
peserta didik dapat
menghubungkan besar ggl
induksi dan besaran-besaran
yang terkait 3.  Essay

 Dengan diberikan gambar dan


simpulan hasil percobaan,
peserta didik dapat
menghubungkan besar ggl
induksi dan besaran-besaran
yang terkait

10
2. 3.7. Mengevaluasi Radiasi  Gambar  Dengan menampilkan rentang 4.  Pilihan Ganda
pemikiran dirinya Elektromagnetik rentang frekuensi gelombang
tentang radiasi frekuensi elektromagnetik, peserta didik
elektromagnetik, spektrum mampu membedakan tingkat
pemanfaatannya elektromagneti bahaya radiasi elektromagnetik
dalam teknologi, k dari yang tertinggi ke yang
dan dampaknya terendah atau sebaliknya
pada kehidupan
 Dengan menampilkan rentang 5.  Ya/Tidak
frekuensi gelombang
elektromagnetik, peserta didik
mampu membedakan tingkat
bahaya radiasi elektromagnetik
dari yang tertinggi ke yang
terendah atau sebaliknya

 Dengan menampilkan rentang 6.  Essay


frekuensi gelombang
elektromagnetik, peserta didik
mampu mengidentifikasi bahaya
dan manfaat dari radiasi
elektromagnetik .

SOAL HOTS KD.3.5.

11
Beda potensial yang disebabkan oleh perubahan jumlah garis gaya magnetik yang menembus kumparan dinamakan gaya gerak listrik
induksi atau ggl induksi (εind.)
Jumlah garis gaya magnet yang menembus kumparan secara tegak lurus dinamakan fluks magnetik (∆Φ).
Ketika magnet batang digerakkan mendekati/memasuki kumparan, jumlah fluks magnetik bertambah. Sebaliknya, ketika magnet batang
dijauhkan/ dikeluarkan dari kumparan, jumlah fluks magnetik akan berkurang. Jika magnet batang terus-menerus digerakkan masuk dan
keluar kumparan, jumlah fluks magnetik terus berubah. Perubahan fluks magnetik menyebabkan beda potensial di ujung-ujung kumparan.
Timbulnya beda potensial di ujung ujung kumparan menyebabkan arus listrik mengalir di dalam kumparan. Arus listrik yang disebabkan
oleh perubahan fluks magnetik dinamakan arus induksi. Jika jumlah lilitan dalam kumparan (N) diperbanyak, jarum galvanometer akan
menyimpang lebih jauh.
Besar ggl /tegangan yang menimbulkan arus listrik pada percobaan Faraday sebanding dengan laju perubahan fluks magnetik yang
melalui kumparan.

12
PILIHAN GANDA
1. Perhatikan pernyataan-pernyataan dibawah ini

1)  ind   N
t
2) Semakin cepat magnet digerakkan keluar masuk kumparan, semakin besar arus induksi yang terjadi
3) Semakin banyak jumlah lilitan kawat pada kumparan, semakin besar tegangan yang ditimbulkan karena perubahan fluks
magnetik.
4) Semakin banyak fluks magnetik, semakin besar arus induksi yang ditimbulkan
Dari pernyataan-pernyataan di atas, manakah yang benar
A. 1,2 dan 3.
B. 1 dan 3
C. 2 dan 4
D. 4 saja
E. Semua benar

 Rubrik Penilaian :
Kode 1 : A , jawaban benar
Kode 0 : jawaban salah
Kode 9 : tidak dijawab

YA/ TIDAK
2.
PERNYATAAN YA / TIDAK
Semakin cepat magnet digerakkan keluar masuk kumparan, semakin besar arus induksi yang terjadi YA/ TIDAK
Semakin banyak fluks magnetik, semakin besar arus induksi yang ditimbulkan YA/ TIDAK
 YA/ TIDAK
 ind   N
t

13
Semakin banyak jumlah lilitan kawat pada kumparan, semakin besar tegangan yang ditimbulkan karena perubahan YA/ TIDAK
fluks magnetik.

 Rubrik Penilaian :
Kode 1 : Semua jawaban Benar ( YA, TIDAK, YA dan YA )
Kode 0 : Jawaban salah
Kode 9 : Tidak dijawab

ESSAY
3. Apakah yang terjadi jika sebuah magnet digerakan memasuki kumparan, dan selanjutnya magnet tersebut dibiarkan tetap berada
didalam kumparan

...........................................................................................................................................................................................................................

...........................................................................................................................................................................................................................

...........................................................................................................................................................................................................................

 Rubrik Penilaian :
Kode 1 : Jawaban benar
- Mula-mula saat magnet dimasukkan ke dalam kumparan, pada ujung kumparan timbul ggl ditandai dengan
simpangan galvanometer, selanjutnya saat magnet diam didalam kumparan ggl tidak terjadi pada ujung kumparan,
dimana galvanometer tidak menyimpang
- Mula-mula tidak ujung kumparan timbul ggl karena ada perubahan fluks magnetik karena gerakan magnet, tapi saat
magnet diam didalam kumparan tidak timbul ggl karena tidak ada perubahan fluks magnetik.

14
- Ggl induksi timbul hanya saat ada perubahan fluks magnetik, sehingga mula-mula ada ggl saat magnet/ kumparan
ber gerak, dan ggl nol saat diam.
Kode 2 : Jawaban mendekati benar
- Bergerak, kemudian diam ( tidak ada penjelasan, atau penjelasan kurang tepat).
Kode 0 : Jawaban salah
Kode 9 : Tidak dijawab

SOAL KD.3.7.
PILIHAN GANDA
Sebelum HOTS
Manakah dari alat elektronik disekeliling kita yang mengakibatkan bahaya radiasi elektromagnetik paling besar
A. Handphone
B. Televisi
C. Microwave
D. Komputer
E. Sinar X ( X-Ray)

Sesudah HOTS
Semakin besar frekuensi spektrum elektromagnetik, semakin besar energi yang dipancarkan.
Semakin besar energi yang dipancarkan spektrum elektromagnetik, semakin merusak jaringan sel makhluk hidup.

15
4. Dari gambar an keterangan diatas, manakah alat elektronik yang mengakibatkan bahaya radiasi elektromagnetik terbesar
A. Handphone
B. Televisi
C. Microwave
D. Komputer
E. Sinar X ( X-Ray)

 Rubrik Penilaian :
Kode 1 : E, Sinar X (X-Ray)
Kode 0 : jawaban salah
Kode 9 : tidak dijawab

SOAL HOTS YA/ TIDAK


Semakin besar frekuensi spektrum elektromagnetik, semakin besar energi yang dipancarkan.
Semakin besar energi yang dipancarkan spektrum elektromagnetik, semakin merusak jaringan sel makhluk hidup.

16
5.
PERNYATAAN YA / TIDAK
Sinar X memiliki frekuensi lebih besar daripada frekuensi gelombang radio, maka sinar x memiliki kemungkinan YA/ TIDAK
lebih merusak sel tubuh dibandingkan radiasi handphone.
Televisi, radio dan komputer termasuk dalam rentang frekuensi radio wave dalam radiasi elektromagnetik, oleh YA/ TIDAK
karena itu radiasi dari ketiga alat elektronik tersebut tidaklah sekuat sinar gamma (γ- Ray)

 Rubrik Penilaian :
Kode 1 : Semua jawaban Benar ( ya dan ya)
Kode 0 : Jawaban salah
Kode 9 : Tidak dijawab

SOAL HOTS ESSAY


Semakin besar frekuensi spektrum elektromagnetik, semakin besar energi yang dipancarkan.
Semakin besar energi yang dipancarkan spektrum elektromagnetik, semakin merusak jaringan sel makhluk hidup.

17
6. Sinar gamma biasa digunakan dalam bidang kedokteran, yaitu untuk membunuh sel kanker.
Mengapa menggunakan sinar gamma bukan yang lain, seperti microwaves atau radiowaves.
.................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................

 Rubrik Penilaian :
Kode 1 : Jawaban benar
- Karena sinar gamma memiliki frekuensi sangat besar sehingga memiliki energi yang cukup mampu untuk
membunuh / merusak sel kanker.
- Karena sinar gamma memiliki energi besar yang mampu membunuh sel kanker

18
- Karena microwaves dan radio memiliki frekuensi kecil, sehingga memiliki energi yang tak cukup untuk
membunuh/ merusak sel kanker dibandingkan sinar gamma
- Karena sinar gamma mampu mengionkan atom, sehingga dapat merusak sel tubuh baik yang normal maupun sel
tidak normal seperti sel kanker.
de 2 : Jawaban mendekati benar
- Karena sinar gamma dapat membunuh / merusak sel kanker
- Karena sinar gama memiliki frekuensi tinggi
- Karena sinar gamma radiasi ion
- Karena microwaves dan radiowaves memiliki frekuensi rendah
Kode 0 : Jawaban salah
Kode 9 : Tidak dijawab

19
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan
HOTS atau berpikir tingkat tinggi adalah berpikir pada level yang lebih tinggi dari
pada sekedar mengingat fakta atau menceritakan kembali sesuatu yang didengar kepada
orang lain. Lebih lanjut Thomas & Thorne, menyatakan bahwa berpikir tingkat tinggi
menuntut seseorang untuk melakukan sesuatu terhadap fakta, yaitu memahaminya,
menyimpulkannya, menghubungkannya dengan fakta dan konsep lain, mengkategorikan,
memanipulasi, menempatkan fakta secara bersama-sama dalam cara-cara baru, dan
menerapkannya dalam mencari solusi dari masalah.
Proses kognitif HOTS meliputi proses menganalisis (analyze), mengevaluasi
(evaluate), dan mencipta (create), sedangkan pada dimensi pengetahuan HOTS meliputi
pengetahuan konseptual (conceptual knowledge), pengetahuan prosedural (procedural
knowledge), dan pengetahuan metakognitif (metacognitive knowledge).
Menurut Beyer berpikir kritis adalah sebuah cara berpikir disiplin yang digunakan
seseorang untuk mengevaluasi validitas sesuatu (pernyataan-penyataan, ide-ide, argumen,
dan penelitian). Menurut Ennis dalam, secara singkat menyatakan bahwa terdapat enam
unsur dasar dalam berfikir kritis, yaitu: fokus (fokus), alasan (reason), kesimpulan
(inference), situasi (situation), kejelasan (clarity), dan tinjauan ulang (overview).
Cara yang paling relevan mengevaluasi proses berpikir kritis sebagai suatu
pemecahan masalah, menurut Garrison. D. R., Anderson, T. dan Archer, W dapat
dilakukan melalui lima langkah, yaitu : Keterampilan identifikasi masalah (Elementary
clarification), Keterampilan mendefinisikan masalah (In-depth clarification), Keterampilan
mengeksplorasi masalah (Inference), Keterampilan mengevaluasi masalah (Judgement),
dan Keterampilan mengintegrasikan masalah (Strategy Formation).

3.2 Saran
Saran penulis kepada pembaca sebagai calon guru untuk mampu menuntun siswa
dalam berpikir kritis dalam memecahkan soal atau permasalahan. Calon guru harus mampu
menerapkan HOTS pada siswa.

12
DAFTAR PUSTAKA

Afrizon, Renol; Ratnawulan; Fauzi, Ahmad. (2012). Peningkatan Perilaku Berkarakter Dan
Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Kelas IX MTsN Model Padang Pada Mata
Pelajaran IPA-Fisika Menggunakan Model Problem Based Instruction. Jurnal
Penelitian Pembelajaran Fisika : 1-6.
Fanani, Moh. Zainal. 2018. Strategi Pengembangan Soal Higher Order Thinking Skill
(Hots) Dalam Kurikulum 2013. Journal of Islamic Realigion Education. 2(1) : 57-
76
Pradana, S. D. S.; Parno; Handayanto, S. K. (2017). Pengembangan Tes Kemampuan
Berpikir Kritis Pada Materi Optik Geometri Untuk Mahasiswa Fisika. Jurnal
Penelitian dan Evaluasi Pendidikan. 21 (1) : 51-64
Ritdamaya, Desti dan Suhandi, Andi. 2015. Profil Keterampilan Berpikir Kritis Siswa
Sekolah Menengah Atas dalam Materi Suhu dan Kalor Menggunakan Instrumen
Tes Berpikir Kritis Ennis. Proseding Seminar Nasional Fisika dan Aplikasinya.
Jatinangor : 21 November 2015. Hal 123-140
HASIL DISKUSI DAN PRESENTASI

1. Penanya : M. Taufik Abdillah


Dari beberapa alternatif bentuk soal yang telah disampaikan penyaji, mana kah bentuk soal
yang paling baik digunakan dalam pembelajaran? Dan apakah kelemahan dan kelebihan
dari masing-masing bentuk soal?

Pemateri : Iffah Khairiyah I.


Tidak ada bentuk soal yang paling baik dalam pembelajaran karna setiap bentuk soal
memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Adapun kelemahan dan kelebihan
dari masing-masing bentuk soal :
a. Pilihan ganda dan pilihan ganda kompleks
Kelebihan :
- Mudah dikoreksi
- Waktu pengkoreksian lebih cepat
- Mengcover materi lebih luas
- Mudah dianalisis
- Lebih efisien dalam menilai
- Dapat menjangkau lebih banyak materi/kompetensi yang akan diukur
Kelemahan :
- Membuat soal memerlukan waktu yang lama
- Memungkinkan jawaban spekulasi
- Tidak dapat mengetahui proses/langkah-langkah siswa dalam menyelesaikan
soal
- Lebih bersifat subjektif
- Memungkinkan adanya kebocoran soal
- Memerlukan banyak biaya

b. Isian singkat atau jawaban singkat


Kelebihan :
- Sangat mudah dalam penyusunannya
- Lebih menghemat tempat (kertas)_
- Digunakan untuk mengukur berbagai taraf kompetensi dan todak sekedar
mengungkap taraf pengenalan atau hafalan saja
- Kemungkinan menebak jawaban sangat sulit
Kelemahan :
- Lebih cenderung mengungkap mengungkap daya ingat atau hafalan saja
- Butir-butir soal dari tes ini kurang relevan untuk diajukan
- Tester kuraang berhati-hati dalam menyusun kalimat dalam soal
- Sulit menyusun kata-kata yang jawabannya hanya satu

c. Uraian/ Essay
Kelebihan :
- Peserta didik dapat mengorganisasikan jawaban dengan pendapatnya sendiri
- Murid tidak dapt menerka-nerka jawaban soal
- Mengukur dan mengevaluasi hasil suatu proses pembelajaran yang kompleks
yang sukar diukur
- Melatih siswa menyusun kalimat dalam menjawab soal
Kelemahan :
- Sukar dinilai dengan cepat
- Bahan yang diukur untuk materi ujian sangat sedikit
- Sulit mendapatkan soal yang memiliki standar nasional maupun internasional
- Membutuhkan waktu memeriksa hasilnya

Anda mungkin juga menyukai