SIFAT-SIFAT THERMAL
Kelompok I :
MEDAN
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan atas Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkatnya penulis dimampukan menyelesaikan tugas berstruktur KKNI, dimana tugas ini
adalah salah satu bagian dari ke-enam tugas yang dijawibkan pada KKNI.
Pada makalah ini penulis membahas tentang Sistem-Sistem Thermal. Penulis
mengucapkan terimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah Pendahuluan Fisika Zat
Padat Bapak Dr. Makmur Sirait, M. Si., yang telah banyak membantu memberi arahan dan
masukan sehingga tugas ini dapat terselesaikan.
Penulis sadar bahwa makalah tugas rutin ini masih dari jauh dari kata sempurna,
untuk itu penulis memohan kritikan dan saran dari para pembaca, agar kedepannya dapat
membuat tugas lebih baik lagi. Untuk perhatian dan partisipasinya penulis mengucapkan
terimakasih.
Kelompok 1
i
DAFTAR ISI
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
Kapasitas panas (heat capacity) adalah jumlah panas yang diperlukan untuk
meningkatkan temperatur padatan sebesar satu derajat K. (Lihat pula bahasan tentang
thermodinamika).
dengan E adalah energi internal padatan yaitu total energi yang ada dalam padatan baik
dalam bentuk vibrasi atom maupun energi kinetik elektron-bebas.
2
dH
C p=
dT |
p
(2)
H=E+ PV
∂P
karena pada tekanan konstan =0. Jika perubahan volume juga bisa diabaikan maka
∂T
∂ H dE
=
∂T dT |v
di mana kapasitas panas pada tekanan konstan dapat dianggap sama dengan kapasitas
panas pada volume konstan.
Panas spesifik (specific heat) adalah kapasitas panas per satuan massa per derajat
K, yang juga sering dinyatakan sebagai kapasitas panas per mole per derajat K. Untuk
membedakan dengan kapasitas panas yang ditulis dengan huruf besar (Cv dan Cp), maka
panas spesifik dituliskan dengan huruf kecil (cv dan cp).
3
a. Perhitungan Mekanik
Menurut hukum Dulong-Petit (1820), panas spesifik padatan unsur adalah hampir
sama untuk semua unsur, yaitu sekitar 6 cal/mole K. Boltzmann kemudian menunjukkan
bahwa angka yang dihasilkan oleh Dulong-Petit dapat ditelusuri melalui pandangan
bahwa energi dalam padatan tersimpan dalam atom-atomnya yang bervibrasi. Energi
atom-atom ini diturunkan dari teori kinetik gas.
Dalam teori kinetik gas, molekul gas ideal memiliki tiga derajat kebebasan dengan
1
energi kinetik rata-rata per derajat kebebasan adalah k T sehingga energi kinetik rata-
2 B
3
rata dalam tiga dimensi adalah k T . Energi per mole adalah
2 B
3 3
Ek / mole= Nk B T = RT cal/mole
2 2
1
sehingga energi ratarata per derajat kebebasan bukan k T melainkan kBT . Energi per
2 B
mole padatan menjadi
dE
CV= |
dT v
=3 R=5,96 cal /mol ° K (6)
Pada temperatur yang sangat rendah panas spesifik semua unsur menuju nol.
b. Perhitungan Einstein.
4
Einstein melakukan perhitungan panas spesifik dengan menerapkan teori kuantum.
Ia -menganggap padatan terdiri dari N atom, yang masing-masing bervibrasi (osilator)
secara bebas pada arah tiga dimensi, dengan frekuensi f E . Mengikuti hipotesa Planck
tentang terkuantisasinya energi, energi osilator adalah
En =nh f E (7)
Jika jumlah osilator tiap status energi adalah N n dan N 0 adalah jumlah asilator pada status
0, maka menuruti fungsi Boltzmann
En
−( )
N n=N 0 e k BT (8)
Jumlah energi per status energi adalah Nn En dan total energi dalam padatan adalah
nh f E
−( )
k BT
E
∑ N n En ∑ N 0 e nh f E
n n
É= = = nh f E (9)
N ∑ Nn −( )
k BT
n ∑ N0 e
n
hf E
( )
2 kB T
dE hfE e
CV=
dT v |
=3 Nk B
kB T( )( ( ) ) hf E
kB T
−1
2 (10)
e
c. Perhitungan Debye.
Penyimpangan tersebut, menurut Debye, disebabkan oleh asumsi yang diambil
Einstein bahwa atom-atom bervibrasi secara bebas dengan frekuensi sama, f E . Analisis
yang perlu dilakukan adalah menentukan spektrum frekuensi g( f ) dimana g( f )df
5
didefinisikan sebagai jumlah frekuensi yang diizinkan yang terletak antara f dan ( f +df )
(yang berarti jumlah osilator yang memiliki frekuensi antara f dan f +df ). Debye
melakukan penyederhanaan perhitungan dengan menganggap padatan sebagai medium
merata yang bervibrasi dan mengambil pendekatan pada vibrasi atom sebagai spectrum-
gelombang berdiri sepanjang kristal.
4πf2
g ( f )= (11)
c 3s
fD
9N hf
E= 3 ∫ hf /k T f 2 df (12)
fD 0 e −1B
hf D hf D
Jika didefinisikan =θ D /T , dimana θ D= adalah apa yang kemudian disebut
kB T kB
temperatur Debye, maka panas spesifik menurut Debye adalah
3 θD / T
CV=
dE
dT v|=9 Nk B
T
θD [( ) ∫
0
e x x 4 dx
( e x −1 )
2
]
Atau
θD
C V =3 Nk B D( ) (13)
T
θD
dengan D( )adalah fungsi Debye yang didefinisikan sebagai
T
3 θD / T
θ
( ) [( )
D D =3 x
T
T
θD
∫
0
e x x 4 dx
( e x −1 )
2
] (14)
6
Walaupun fungsi Debye tidak dapat diintegrasi secara analitis, namun dapat dicari nilai-
nilai limitnya
θD
D( ) →1 jika T → ∞ (15.a)
T
θD 4 π2 T 3
D(
T
)→
5 θD ( ) jika T ≪ θ D (15.b)
Dengan nilai-nilai limit ini, pada temperatur tinggi C V mendekati nilai yang
diperoleh Einstein.
C V =3 Nk B =3 R (16)
4 π2 T 3 3
T
C V =3 Nk B
5 θD( ) =464,5
θD( ) (17)
d. Phonon.
Dalam analisisnya, Debye memandang padatan sebagai kumpulan phonon karena
perambatan suara dalam padatan merupakan gejala gelombang elastis. Spektrum frekuensi
Debye yang dinyatakan pada persamaan (11) sering disebut spektrum phonon. Phonon
adalah kuantum energi elastik analog dengan photon yang merupakan kuantum energi
elektromagnetik.
Hanya elektron di sekitar energi Fermi yang terpengaruh oleh kenaikan temperatur
dan elektron-elektron inilah yang bisa berkontribusi pada panas spesifik. Pada temperatur
tinggi, elektron menerima energi thermal sekitar kBT dan berpindah pada tingkat energi
yang lebih tinggi jika tingkat energi yang lebih tinggi kosong. Energi elektron pada tingkat
Fermi, EF, rata-rata mengalami kenaikan energi menjadi (EF/ kBT ) yang kemungkinan
besar akan berhenti pada posisi tingkat energi yang lebih rendah dari itu.
7
EF pada kebanyakan metal adalah sekitar 5 eV; sedangkan pada temperatur kamar
kBT adalah sekitar 0,025 eV. Jadi pada temperatur kamar kurang dari 1% elektron valensi
yang dapat berkontribusi pada panas spesifik. Jika diasumsikan ada sejumlah N ( kBT / EF)
elektron yang masing-masing berkontribusi menyerap energi sebesar kBT /2, maka
kontribusi elektron dalam panas spesifik adalah
3 Nk B
C v elektron= ( )EF
T (18)
dengan N adalah jumlah elektron per mole. Jadi kontribusi elektron sangat kecil dan naik
Dengan menggunakan persamaan (17) dan (19) untuk temperatur rendah, dapat
dituliskan
Cv '
C v = A T 3+ γ ' Tatau 2
=γ + A T (20)
T
JikaC v /T di plot terhadap T 2 akan diperoleh kurva garis lurus yang akan memberikan nilai
g′ dan A.
8
2.5 Panas Spesifik Pada Tekanan Konstan
α 2v
c p−c v =TV (21)
β
V adalah volume molar, a v dan β berturut-turut adalah koefisien muai volume dan
kompresibilitas yang ditentukan secara eksperimental.
1 dv
a v= ( )
v dT p
(22)
1 dv
β= ( )
v dp T
(23)
9
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Sifat termal adalah respon material aplikasi dari panas. Benda padat
menyerapenergi dalam bentuk panas , sehingga temperatur dan dimensinya naik.
Adapun faktor- faktor dapat mempengaruhi konduktivitas termal antara lain yaitu :
1. Suhu : Konduksi termal akan meningkat seiring dengan kenaikan suhu.
2. Kandungan uap air Konduksi Termal akan meningkat seiring meningkat kandungan
kelembaman. Bila nilai (k) besar maka merupakan pengalir yg baik,tetapi bila nilai (k)
kecil maka bukan pengalir yg baik.
3. Berat jenisNilai konduktifitas termal akan berubah bila berat jenisnya berubah.
Semakintinggi berat jenis makan semakin baik pengalir konduktifitas tersebut
4. Keadaan pori- pori bahan : Semakin besar rongga maka akan semakin buruk
konuktifitas termalnya.
3.2 Saran
Di dalam makalah ini di jelaskan dibahas secara secara rinci mengenai sistem-
sistem thermal, untuk itu makalah ini diharapkan dapat membantu pembaca memahami
tentang sistem-sistem thermal. Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun.
10
11
DAFTAR PUSTAKA