Anda di halaman 1dari 52

MAKALAH KELOMPOK

MEKANIKA
PRODI S1 DIKFIS
FMIPA

ROTASI DAN GERAK BENDA TEGAR

KELOMPOK 7

NAMA MAHASISWA : IFFAH KHAIRIYAH ISMAYANTI (4172121023)


NOVIA (4173121036)
RIYANTO BELENSDRO (4173321043)
DOSEN PENGAMPU : MUKTI HAMJAH HARAHAP, S.Si., M.Si.
MATA KULIAH : MEKANIKA

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
MARET 2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan tugas
KKNI mengenai “Rotasi dan Gerak Benda Tegar” pada matakuliah “Mekanika”.
Penulis mohon maaf apabila ada kesalahan dan kekurangan dari laporan ini.
Semoga laporan sederhana ini dapat di pahami bagi siapa pun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang disusun ini dapat berguna bagi penulis sendiri maupun bagi orang
yang membacanya.
Sebelumnya penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami mohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa
depan. Atas perhatiannya penulis ucapkan terimakasih.

Medan, 1 Maret 2019

PENULIS

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................... i


DAFTAR ISI ........................................................................................ ii
BAB I ROTASI DAN GERAK BENDA TEGAR
1.1 Kecepatan Sudut ................................................................... 1
1.2 Percepatan Sudut................................................................... 2
1.3 Rotasi dengan Percepatan Sudut Konstan ............................ 3
1.4 Energi Kinetik, Usaha dan Daya........................................... 5
1.5 Momen Gaya......................................................................... 6
1.6 Momen Inersia....................................................................... 6
1.7 Momen Inersia pada Sumbu Utama...................................... 14
1.8 Menentukan Momen Inersia Utama Ix’ dan Iy’ serta
Sudut Putar ∅........................................................................ 16
1.9 Hukum Kekekalan Momentum Sudut................................... 18
1.10 Soal-Soal Rotasi dan Gerak Benda Tegar........................... 18
BAB II KELEBIHAN DAN KEKURANGAN REFERENSI.............. 44
BAB III IDE APLIKASI MATERI...................................................... 47
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB 1
ROTASI DAN GERAK BENDA TEGAR

Benda tegar adalah sistem benda yang terdiri dari sistem-sistem benda titik yang tak
hingga banyaknya dan jika ada gaya yang bekerja padanya, jarak antara titik-titik anggota sistem
selalu tetap.
Gerak terbagi menjadi dua berdasarkan kecepatan yang terjadi pada benda yaitu, gerak
rotasi dan gerak translasi. Benda-benda yang berotasi terhadap sebuah titik yang tetap (sumbu
putar) berarti setiap titik pada benda tersebut akan melakukan gerak melingkar dengan pusat
lingkarannya berada pada sumbu putar. Disini terdapat analog antara besaran-besaran dan
translasi yaitu :
1. Besaran sudut putar yang dibuat oleh benda, θ analog dengan pergeseran x
2. Kecepatan sudut ω, analog dengan kecepatan v
3. Percepatan sudut α, analog dengan percepatan a.
Penerapan terpenting dari kedua gerak ini adalah gerak menggelinding pada roda
ataupun objek seperti roda, dimana semua titik pada roda bergerak dengan laju sudut yang sama.

1.1 Kecepatan Sudut


Gambar (1) melukiskan sebuah benda tegar (rigrid) sembarang bentuk yang berputar
terhadap sumbu tetap di O serta tegak lurus pada bidang gambar. Garis OP ialah garis tetap pada
benda dan ikut berputar dengan benda. Persamaan–persamaan gerak menjadi lebih mudah
apabila θ dinyatakan dalam radian.

(1) Benda yang berputar pada sebuah sumbu tetap melalui titik O

Satu radian (rad) ialah besar sudut di pusat lingkaran yang panjang busurnya sama
dengan panjang jari-jari lingkaran. Karena keliling lingkaran 2π (6,28) kali jari-jari, maka dalam
satu putaran penuh atau 360o terdapat 2πatau 6,28 radian.

1
Secara umum, jika θ menyatakan suatu sudut yang dibuat oleh busur panjang s pada
keliling lingkaran berjari-jari R, maka θ (dalam radian) sama dengan :
s
θ= , s=R θ
R
Dalam gambar (2), pada saat t 1garis patokan OP pada benda yang sedang berputar
membuat sudut θ1 dengan garis patokan Ox. kemudian pada saat t 2 besar sudut bertambah
menjadi θ2. Kecepatan sudut rata-rata benda itu, ώ, pada selang waktu didefinisikan sebagai :
∆θ
ώ=
∆t

(2) Perubahab sudut ∆ θ sebuah benda berputar

Kecepatan sudut sesaat ω didefinisikan sebagai harga limit yang didekati perbandingan
ini bila∆ t mendekati nol, yaitu :
∆θ d θ
ω=lim ⁡ =
∆ t → 0 ∆t dt
Karena benda tadi merupakan benda tegar, maka semua garis dalam benda ikut berputar
melalui sudut yang sama dalam waktu yang sama, dan kecepatan sudut merupakan
karakteristrik benda sebagai keseluruhan.

1.2 Percepatan Sudut


Jika kecepatan sudut benda sebesar ∆ w dalam selang waktu ∆ t, dikatakan benda itu
mempunyai percepatan sudut. Percepatan sudut rata-rata ά didefinisikan sebagai
∆ω
ά =
∆t
dan percepatan sudut sesaat α didefinisikan sebagai harga limit perbandingan ini kalau ∆ t
mendekati nol :
∆ ω dω
α = lim =
∆ t →0 ∆t dt
satuan percepatan sudut ialah 1 rads-2.

2
Kecepatan sudut vektor ω didefinisikan sebagai vektor yang besarnya ω , yang
mengarah ke arah gerak maju sekrup putaran-kanan yang diputar searah dengan rotasi benda itu.
Untuk benda tegar yang berputar terhadap sumbu tetap, vektor ω sejajar dengan sumbu itu,
seperti pada gambar (3) berikut :

(3) Kecepatan sudut ω sebuah benda berputar


Begitu pula dengan percepatan sudut vektor α didefinisikan sebagai sebuah vektor yang
besarnya α, yang setiap saat arahnya sama dengan perubahan vektor kecepatan sudut, dω. Untuk
rotasi terhadap sumbu tetap, dimana ω selalu paralel dengan sumbu ini, vektor α juga paralel
dengan sumbu tersebut.

1.3 Rotasi dengan Percepatan Sudut Konstan


Dalam hal ini, perumusan kecepatan sudut dan koordinat sudut dapat diperoleh dengan
mudah dengan cara integrasi, yaitu :

=a=konstan
dt

∫ dω=∫ a dt , ω=at +C1


Jika ω 0merupakan kecepatan sudut ketika t = 0, maka konstanta integrasi C 1=ω0 dan
ω=ω 0+ at

Lalu, karena ω=
dt
1
∫ dθ=∫ ω 0 dt +∫ at dt . θ=ω0 t+ 2 a t 2 +¿ C2 ¿
Pada umumnya, konstanta integrasi C 2 ialah harga θ ketika t = 0, misalnya θ0 =0, maka
1
θ=ω0 t+ at 2
2
Jika untuk percepatan sudut kita tulis

α =ω

Maka

3
1
∫ a dθ=∫ ω dω+C 3 , a θ= 2 ω2 +C 3
Jika sudut θadalah nol ketika r = 0, dan jika kecepatan sudut awalnya ω 0, maka

−1 2
C 3= ω dan
2 0
ω 2=ω 20+ 2αθ
Persamaan-persamaan diatas dapat di analogikan dengan persamaan gerak linier dengan
kecepatan konstan yang bersesuaian, yaitu :
v=v 0 + at
1
x=v 0 t + a t 2
2
v 2=v 20 +2 ax
Contoh soal :
Kecepatan sudut benda pada saat t = 0 ialah 4 rad/s, dan percepatan sudutnya konstan dan sama
dengan 2 rad /s2. Garis OP pada benda itu ketika t = 0 dalam keadaan horizontal. (a) berapa
besar sudut yang dibentuk garis ini dengan horizontal pada saat t = 3 s? (b) Berapa kecepatan
sudut pada saat ini?
Penyelesaian :
1
( a ) θ=ω0 t+ a t 2
2
1
¿ 4rad/s ×3 s+ 2 rad /¿s2 ×3 s
2
¿ 21 rad=3,34 rev
(b ω=ω 0+ at
¿ 4rad/s +2 rad /¿s2 ×3 s ¿ 10 rad/s

1.4 Energi kinetik, Usaha dan Daya


Jika pada energi kinetik partikel, kecepatan partikel dinyatakan pada persamaan
1 1
m i v 2i = m i r 2i ω2
2 2
namun pada energi kinetik benda tegar dinyatakan pada persamaan :
1
Ek = I ω2
2

4
Jadi energi kinetik benda tegar yang berputar terhadap sumbu tetap ditentukan
berdasarkan suatu rumus yang dia analogikan dengan rumus energi kinetik partikel yang
bergerak linier.
Pada gambar (4) gaya luar F dilakukan di titik P sebuah benda tegar yang berputar
terhadap sumbu tetap melalui O, dan tegak lurus pada bidang gambar. Ketika benda itu berputar
melalui sudut kecil dθ, titik P bergerak sejauh ds = r d θ dan usaha yang dilakukan F adalah
W =∫ F s ds=∫ F s r dθ

(4) Usaha yang dilakukan gaya F dalam pergeseran sudut


Jika lebih dari satu gaya bekerja pada benda itu, usaha total sama dengan usaha momen
resultan.
Berdasarkan persamaan momen gaya

τ =Ia=Iω

karena itu,
τ =dθ=Iωdω
dan
02 ω2

W =∫ r dθ=∫ Iω dω
01 ω1

Daya yang ditimbulkan oleh gaya τ pada gambar (4) jika v kecepatan titik tangkapnya,
ialah
P=F s v =F s r ω
Dan karena F s r=r , maka
P=τω

1.5 Momen Gaya


momen gaya (τ =torsi ¿adalah ukuran keefektifan gaya yang bekerja pada suatu benda
untuk memutar benda tersebut terhadap titik poros tertentu. Dimana persamaannya adalah
τ =F × r
5
τ = Torsi atau momen gaya (N.m)
F = Gaya (N)
r = Jarak gaya yang tegak lurus dengan poros (m)
Dalam pengaplikasian misalnya kita mendorong sebuah pintu. Dorongan pintu yang
efektif akan bergantung pada sudut pintu terhadap porosnya. Apabila kita mendorong pintu
dengan mendekati engsel pintunya akan terasa sulit atau berat. Hal ini berdasarkan persamaan
momen gaya, dimana apabila r nya semakin kecil maka F nya juga akan kecil.

1.6 Momen Inersia (Kelembapan Rotasi)


Momen inersia adalah ukuran kelembaman suatu benda untuk berotasi pada porosnya,
momen inersia juga disebut sebagai besaran pada gerak rotasi yang analog dengan massa pada
gerak translasi.
Momen inersia sering juga disebut inersia rotasi, semakin besar momen inersia benda,
semakin sulit benda itu melakukan perputaran dari keadaan diam dan semakin sulit dia berhenti
dari keadaan berotasi, karena besar momen inersia sebanding dengan besar energi kinetik benda
tegar yang berotasi dengan laju sudut ω tertentu,dengan persamaan:
1
K= Iω
2
(Nunung, dkk,2016)
Momen kelembaman (I ¿merupakan sifat fisis dari sutu benda yang salah satu gerak
melingkar (rotasi). Seperti halnya denggan massa ( m ) sifat lembam dari benda terhadap gerak
translasinya, momen kelembapan juga merupakan sifat lembam sifat benda terhadap gerak
rotasinya. Setiap benda tegar yang masing-masing titik partikelnya bergerak melingkari suatu
acuan tertentu berada di luar benda selalu dapat dicirikan dengan momen kelembamannya
(Sahala, 2013).
Jika momen inersia besar maka benda akan sulit untuk melakukan perputaran dari
keadaan diam dan semakin sulit berhenti ketika dalam keadaan berotasi, itu sebabnya momen
inersia juga disebut sebagai momen rotasi. Setiap benda tegar bergerak melingkar di masing-
masing titik partikel geraknya, hal ini merupakan acuan tertentu yang dapat ditentukan dengan
momen inersia.
Momen inersia merupakan kecenderungan suatu benda untuk tetap diam atau bergerak
lurus beraturan (mempertahankan posisi atau keadaannya). Aplikasi dari momen inersia dapat
dilihat dari benda tegar, dimana benda tegar merupakan keadaan suatu benda untuk
mempertahankan posisinya ketika mendapat gaya atau tekanan dari luar. Setiap benda tegar

6
memiliki momen inersia yang berbeda karena disebabkan beberapa faktor yaitu pusat rotasi
benda, massa benda dan jari-jari benda tegar itu sendiri.

Perhtungan Momen Inersia Untuk Benda Tegar Yang Kontinu Dan Teratur
1. Batang
Batang dengan panjang l, dan massa m, beputar terhadap sumbu melalui pusat massa.
Ambil dm dengan massa persatuan panjang dx yang terletak sejauh x dari sumbu . Bila λ
adalah rapat massa per satuan waktu panjang, maka :
m = λl dm = λ dx
I =∫ r 2 dm=∫ x 2 dm
1/ 2l
¿ ∫ x 2 λ dx
−1 /2 l

1 2 1/ 2
¿λ x ⃒ −1/ 2
3
1 3 −1 3
m1
¿
l 3 [( ) ( ) ]
2
l −
2
l

1 m l3 l3
¿ ( )+
3 l 8 8
3
1 m 2l
3 l ( 8 )
¿

1 m l3
¿
3 l 4
1
I= ml 2
12
2. Cincin Tebal
Misalkan R1menyatakan jari-jari dalam cincin R2 menyatakan jari-jari luarnya , f
menyatakan rapat jenis dari massa cincin maka :
dm=∫ dv=∫ 2 π r dr t , t=tebal dari cincin
R2 R2

I =∫ r dm=2 π ∫ t ∫ r 3 dr
2

R1 R1

1
¿ π ∫ t (R24 −R14 )
2
1
¿ π ∫ t ( R22−R12 )( R22 + R12 )
2
Karena m=π ∫ t ( R 22 −R12) maka :
7
1
I = m ( R 2 2+ R 12)
2

3. Silinder Berdinding Tebal


Silinder berdinding tebal adalah cincin tebal yang di

tumpuk – tumpuk dengan jari-jari luar R2 dan jari-jari R1

,maka cara mencarimomen inersia sama dan hasilnya


adalah :

1
I = m ( R 2 2+ R 12)
2

4. Cincin Tipis
Untuk cincin tipis R1 ≈ R 2
I =∫ r 2 dm
Dengan cara yang sama seperti cara yang diatas kita
dapatkan :
1
I = m ( R 2 2+ R 12)
2
Karena R1 ≈ R 2=R , makan momen inersia untuk cincin tipis :
1
I = m ( R 2 2+ R 12)
2
1
I =I = m R 2
2

5. Silinder Kosong
Silinder kosong terdiri dari cincin-cincin berdinding tiping yang di tumpuk-tumpuk (jari-
jari lar = jari-jari dalam )
Jadi:
I sil. kosong=I cincin Tipis=m R 2ss

8
6. Silinder Pejal
R1=0 , R2 =R ,maka :
1
I = m ( 0+ R2 )
2
1
I= m R2
2
Silinder pejal terdiri dari piring-piring yang di tumpuk-tumpuk berarti 1 piringan =

1
I silinder pejal= m R2
2

7. Piringan
Buatlah cincin-cincin pada piringan yang massanya dm, jari-jari cincin r tebalnya dr.
massa piringan berbentuk luas, karena tebal diabaikan
dm = σ dA = σ 2 π r dr
I =∫ r 2 dm=σ 2 π ∫ r 3 dr
1 4
¿ 2π σ R
2
m 1 4
¿2π R
π R2 4
1
¿ m R2
2

8. Bola Tipis Berongga


Massa bola ada di kulit dan tipis.Buatlah dm berbentuk
cincin berjari-jari R Sin π tebalnya Rdπ .
dA=R dπ 2 π R sin π
¿ 2 π R2 sin π d π s
dm=σ dA=2 π r R 2 sin π d π
I bola=∫ d I cincintipis
¿ dm ¿ π dπ
π
¿ 2 π σ R 4∫ sin 3 π dπ
0

1
r
cos π = →sin π dπ= R dr → π =0 , r=R
R
π =π ,r =−R

9
2 r 2 R 2−r 2
sin π =1− =
R2 R2
−R
R2−r 2 1
Jadi I bola kosong =−2 π R 4 ∫ 2
dr
+R R R
−R
2 πσ R4
¿ 3 ∫ (¿ R2−r 2) dr ¿
R +R

2 1 3 +R
¿ 2.2 . π σ R (R r− r )¿ 0
3
2 3 4
¿ 2.2 . π σ R R =2. π σ R 2 . R2
3 3
4 π R2 m 2
¿ 2. 2
R
3 4π R
2
¿ m R2
3

10
9. Bola Pejal
Bola pejal terdiri dari banyak sekali bola-bola osong, berarti
dm merupakan bola kosong berjari-jari r,
3
dm = ∫ dv=∫ 4 π r dr

I bola pejal =∫ dI bolakosong


2 2
I bola pejal =∫ dmr 2 =∫ ∫ 4 π r 2 dr r 2
3 3
R
2 2 1 5
¿ ∫ 4 ∫ r 4 dr= ∫ 4 π R
3 0 3 5
2 m 4π
¿
3 4 5 R5
π R3
3
2
¿ mR 5
5

10. Untuk Bola Berkulit Tebal


Jari-jari dalam R1 , jari− jari luar=R2
Tebal = R2−R 1
Bola berongga berdinding tebal ini merupakan bola-bola berongga berdinding tipis
dengan massa dm dan jari-jari r.
I bolaberongga =∫ dI bola tipis
R2
2
¿ ∫ dm r 2
R
31

R2

¿ ∫ r 2 dr r 2
R1

R2
2
¿ ∫ 4 π ∫ r 4 dr
3 R 1

2 1 m
I bolaberongga = 4 π ( R 25 −R 15 ) → ∫ ¿
3∫ 5 4
π ( R23−R 13 )
3
2 1 m
I= 4π ( R 25−R15 )
Jadi 3 5 4
π ( R 23 −R13 )
3

11
5 5
2 ( R 2 −R1 )
¿ m 3
5 ( R 2 −R13 )

Momen inersia dipengaruhi oleh jari-jari (jarak benda dari sumbu). Benda yang
berbentuk sama namun momen inersianya bisa saja berbeda karena pengaruh jari-jari. Semakin
besar jari-jari benda maka semakin besar momen inersianya. Hal ini didasarkan pada silinder
pejal yang tidak memiliki rongga, sehingga jari-jari yang dimiliki utuh.
Teorema sumbu sejajar yang menyatakan bahwa momen kelembaman benda terhadap
sumbu yang sejajar dengan sumbu yang melalui titik pusat masa pada benda tegar.
Teorema ini menyatakan hasil nilai dengan momen inersia benda terhadap sumbu
melalui titik pusat massanya ditambah dengan hasil kali antara massa bendadengan jarak
kuadrat dari kedua yang sejajar itu. Mengacu pada teorema tersebut momen inersia dapat
dibuktikan dalam teknik integral dengan mengintegralkan jari-jari terhadap massa benda.

Contoh Soal :
1) Sebuah batang tipis dengan rapat massa 0,5 kg/m diputar pada salah satu ujungnya seperti
ditunjukkan pada Gambar 8. Jika panjang batang 2 m dan kecepatan sudutnya 30ˆ j rad/s.
maka hitung momen inersia dan momentum sudut batang tipis tersebut.
Jawab :
Momen inersia batang tipis tersebut dihitung menggunakan Persamaan (3.3) (dalam hal ini l

1
= 0) sehingga I = M L2, dengan panjang batang L = 2 m dan massa M = 1 kg diperoleh
3
1
I= (1 kg) (2m)2
3

Sedangkan momentum sudutnya diperoleh


L=I ⃗
⃗ w

¿ ( 43 kg m )(30 ^j rads )
2

¿ 40 ^jJs, arahnya menuju ke sumbu y positif

12
2) Tentukan momen inersia cakram pejal (padat) bermassa 10 kg dan berjari-jari 0.1 meter,
jika sumbu rotasinya berada di pusat cakram .
Jawab :
1
I = M L2
2
1
I = (10 Kg)¿
2
I =0.05 Kg m2
3) Tentukan momen inersia dari 2 buah benda masing-masing dengan massa 5 kg dan
dihungkan dengan tongkat yag tak bermassa panjang 1 m.

Jawab :
a) Sumbu putar melalui pusat massa
I pm=∑ m 1 r 12

¿ 2 ( 5.0 ,5 2) =2,5 kg m 2
b) Sumbu putar melalui pusat massa salah satu bola
2
I A= m A r A 2 + m B ¿
5
Jikar A diketahui I A dapat di h itung.

1.7 Momen Inersia Pada Sumbu Utama


Momen inersia dapat disebut juga Momen Kedua atau Momen Kelembaman. Data
momen inersia suatu penampang dari komponen struktur akan diperlukan pada perhitungan-
perhitungan tegangan lentur, tegangan geser, tegangan torsi, defleksi balok, kekakuan
balok/kolom dan sebagainya. Luasan A pada gambar 2.1. merupakan bidang datar yang
menggambarkan penampang dari suatu komponen struktur, dengan dA merupakan suatu
luasan/elemen kecil.

13
A
x
r dA
y

x
O

Secara metematis momen inersia ditentukan dengan persamaan-persamaan berikut :


Momen Inersia terhadap sumbu x :
Ix =  y2 dA (2.1)

Momen Inersia terhadap sumbu y :


Iy =  x2 dA (2.2)

Momen Inersia kutub :


Ip =  r2 dA (2.3)

Momen Inersia Perkalian (Product of Inertia) :


Ixy =  xy dA (2.4)

Momen inersia pada Persamaan 2.1, Persamaan 2.2, dan Persamaan 2.3 selalu bertanda
positif, sedangkan momen inersia perkalian pada Persamaan 2.4 dapat bertanda negatif.
Perhatikan Gambar !!!

14
Sumbu x dan y bukan sumbu utama sehingga Ixy ≠ 0. Untuk menentukan sumbu utama ,
x dan y dirotasikan sebesar Ø sehingga menjadi sumbu x’ dan y’ → tidak semua sumbu
utama menjadi sumbu simetri.

1.8 Menentukan Momen Inersia Utama Ix’ dan Iy’ Serta Sudut Putar Ø

Ordinat titik berat elemen A terhadap sumbu x’ dan y’ adalah (x’ ; y’)

AC= y ' ; AF=x '


AC= AD−CD
AD=AB sin Ø

∴ AC=y cos Ø – x sin Ø

y’ = y cos Ø – x sin Ø

AF=OC=OE+ EC
OE=OB cos Ø
= x cos Ø
EC=BD= AB sin Ø = y sin Ø
∴ AF=x cos Ø + y sin Ø

x’ = x cos Ø – y sin Ø

Syarat Sumbu Utama :


Ix’y’ = O
1
O = Ixy cos 2Ø + 2 (x – Iy) sin 2Ø

15
2Ixy
tg2Ø = Iy−Ix
tg2 φ
sin2Ø = √1+tg2 2 φ
1
cos2Ø = √1+tg2 2 φ
1
Iy’ = 2
( Ix+ Iy)+ (√ 12 ( Iy−Ix ) )+ I xy )
2 2

1 1
Ix'= ( Ix−Iy)−
2 √(
Ix’y’ = O
2 )
( Iy−Ix )2 +I 2 xy

Sumbu x’ dan y’ adalah sumbu yang saling tegak lurus dimana moment inersia dari
sumbu tersebut mempunyai harga maksimum dan minimum.

1
Imax = 2
( Ix+Iy )+ (√ 12 ( Iy−Ix ) )+I xy
2 2

1
Imin = 2
( Ix−Iy )− (√ 12 (Iy−Ix) )+I xy
2 2

Contoh Soal

Suatu penampang seperti pada gambar


Tentukan
16
1. Letak titik berat penampang tersebut
2. Imax & Imin
3. Letak Sumbu Utama

Penyelesaian :
Menentukan titik berat penampang

Jarak Terhadap Sumbu Momen Statis


Letak Titik
Bagian Luas A (cm )2
Sumbu Sumbu Terhdap Terhadap Pusat Berat
xy yx Sumbu x Sumbu y
I 2 x 6 = 12 9 3 2 x 9 = 108 12 x 3 = 36 Y0 = 184 / 40 =
II 2 x 6 = 12 5 1 12 x 5 = 60 12 x 1 = 12 4,6
III 2 x 8 = 16 1 4 16 x 1 = 16 16 x 4 = 64 X0 = 112 / 40 =
2,8

17
2
Ix+Iy Ix−Iy
Imax = 2
+ (√ 2 ) + ( Ixy )
2

2
486,933+187 ,73 486 ,933−187, 73
+(
= 2 √ 2 ) +(−67 ,72) 2

= 337,332 + 164 = 501,332 cm4


Imin = 337,332 - 164 = 173,332 cm4
1 2 Ixy 1 2(−67 ,2 )
φ= arctg = arctg →φ=12 ,1o
2 Iy−Ix 2 187 , 73−486 , 933
φ=12,1o (Halliday & Robert, 1978)

1.9 Hukum Kekekalan Momentum Sudut


Analogi dengan hhukum kekekalan momentum, linera adalah jika tidak ada gaya luar yang
bekerja pada suatu sistem yang mengalami gerak rotasi maka momentum sudut sistem selalu
tetap. Hal ini dapat digambarkan dengan persamaan :
Lsebelum =Lsesudah
L=Iω
Dimana
L = Momentum Sudut
I = Momen Inersia (kg.m2)
ω = Kecepatan Sudut (rad/s)

Analogi Translasi dan Rotasi

Translasi Rotasi
ds dθ
Kecepatan (v = ) Kecepatan sudut ( ω= )
dt dt
dv a dω
Percepatan (a = ) Percepatan sudut ( α = , α = )
dt R dt

18
Massa (m) Momen inersia (I)
Gaya (F) Momen Gaya (τ ¿
Hukum Newton II (∑ F=mx a) (∑ τ =I x a)
Momentum ( P = m.v) Momentum sudut (L=Iω ¿
1 1
EK= m v 2 EK = I ω2
2 2

1.10 Soal-Soal Rotasi dan Gerak Benda Tegar

a) Iffah Khairiyah Ismayanti


1. Sebuah roda mempunyai percepatan angular tetap α =3 rad / s2. Sebuah garis (OP) diam
dengan arah horizontal. Tentukan :
a. Sudut putar garis OP (sudut putar roda) sesudah 2 detik
b. Kecepatan angular roda sesudah 2 detik
Jawab :
1 2
a. θ=ωo t+ α t
2
Dimana ω o=0 , t=2
1
θ= .3 .4=6 rad (sudut putar)
2
6
Jumlah putaran = putaran

= 0,96 putaran
b. ω=α . t
= 3.2
= 6 rad/s
2. Jika jari-jari roda pada soal (1) adalah 0,5 m, tentukan :
a. Kecepatan linear (tangensial) dari sebuah partikel yang berada ditepian roda
b. Percepatan tangensial dari sebuah titik pada tepian roda
c. Percepatan sentripetal
Jawab :
a. V T =ωr=6.0,5
= 3 m/s
b. a T =α .r =3.0,5
= 1,5 m/s2

19
V T2 3 2
c. a S= = =18m/s2
r 0,5
3. Sebuah roda dengan massa 50 gr, diameter 2 cm menggelinding tanpa selip dengan
kecepatan 5 cm/s. hitung EK total nya !
Jawab :
Misalkan pada bola pejal
2
I = m .r 2
5
2
¿ 50.12
5
¿ 20 gr . cm2
EKtotal = EKpm + EKrot
1 1
¿ m. v 2pm + I ω 2
2 2
2
1 2 1 v pm
¿ m. v pm + I 2
2 2 r
1 1 25
¿ 50.25+ 20.
2 2 1
¿ 625+250=875erg
4. Sebuah roda gila dengan massa 100 kg, jari-jari girasi 20 cm dipasang pada poros
horizontal dengan jari-jari 2 cm, poros dipasang pada tumpuan. Gesekan pada poros
diabaikan. Tali dililitkan pada poros diberi beban 5 kg di ujung tali. Beban dilepaskan
dari keadaan diamnya. Tentukan :
a. Percepatan jatuh beban
b. Setelah beban jatuh 2 m, tali terlepas, hitung momen gaya jika roda berputar 5 kali
sebelum berhenti
Jawab :
a. Dik = Massa roda gila M = 100 kg
Jari-jari girasi k = 20 cm = 0,2 cm
Jari-jari poros r = 2 cm
Massa beban m = 5 kg
Dit = - a ?
-τ?
Dij = Persamaan rotasi :
aT
τ =Iα , α = , τ=Tr, maka
r
20
a Ia
Tr=I atau T = 2 , a=aT
r r
Persamaan translasi :
m.g – T = m.a
Ia 1
m.g -
r 2 = m.a, atau a
r (
m+ 2 =m . g
)
m. g m . g . r2
a= = 2 2
1
m+ 2 m r + M k
r
2
5.10 . ( 2.10−2 )
¿ 2 2
5 ( 2×10−2 ) +100 ( 20× 10−2 )
20 ×10−3
¿
20× 10−4 + 400 ×10−2
0,02
¿ =5 ×10−3 m/ s 2
4,002
h
b. Setelah beban jatuh h dan roda telah berputar θ= , maka untuk keseluruhan
r
sistem berlaku :
W total =∆ EK
W total +W totalbeban =∆ EK rot +∆ EK trans
1 1
τ θ+ ( mg−T ) h= I ω2 + m v 2
2 2
h 1 1
Tr . +mgh−Th= I ω2 + m ω2 r 2
r 2 2
1
mgh= I ω2 ( I +m r 2 )
2
2 mgh
ω 2=
I +m r 2
ω ini merupakan kecepatan angular pada saat tali lepas dan setelah θ=5 putara n ,roda
berhenti, maka :
ω 2=2 αθ θ=5× 2 π =10 π rad
ω2
α=

Jadi, momen gayanya adalah
Mk 2 ω2
τ =Iα=

21
Mk 2 2 mgh 100 ( 0,2 )2 .5 .10 .2
τ= =
2θ ( Mk 2+ mr 2 ) 10 π {100 ( 0,2 )2 +5 ( 2. 10−2 )2 }

400 4
¿ =
10 π ( 4 +20 ×10 ) 40,02 π
−4

0,1
¿ =0,032 N . m
π
5. Seutas tali dililitkan sekeliling piringan yang berjari-jari 50 cm dan mempunyai massa
15 kg. jika tali ditarik ke atas dengan gaya 180 N, tentukan :
a. Percepatan pusat massa piringan
b. Percepatan tali
Jawab :
a. Persamaan gerak translasi :
∑ F y =F−mg=ma
Persamaan gerak rotasi :
1
∑ τ =I α → Fr= m r 2 α
2
F y > 0 Piringan bergerak ke atas . Jadi arah putaran searah dengan jarum jam.
Dari persamaan gerak translasi diperoleh :
30
180 – 150 = 15 a y , a y = =2m/ s2
15
a y =a pm =2m/ s2
b. Dari persamaan gerak rotasi :
1 2
180 . 50 ×10−2 = .15 ( 50× 10−2 ) α
2
1
90=¿ .1525 ×10−2 α
2
180× 10−2 2
α= =48rad /s
15.25
Percepatan tali = percepatan tangensial pada tepi piringan + percepatan pusat massa
= αr +a pm
= 48 . 0,5 + 2 = 26 m/s 2
6. Sebuah cakram dengan momen inersia I1 berputar dengan kecepatan angular mula-mula
wi terhadap poros yang licin. Cakram ini jatuh mengenai cakram yang lain dengan
momen inersia I2 yang mula-mula diam pada poros yang sama. Karena gesekan

22
permukaan, kedua cakram itu akhirnya mencapai kecepatan angular sama wf. Carilah
kecapatan angular akhir yang sama ini.
Jawab :
Mula-mula momentum angular total sistem LI adalah momentum angular cakram
pertama
Li=I 1 ω i
Ketika kedua cakram berputar bersama-sama, momentum angular total adalah
Lf =I 1 ω f + I 2 ω f
¿( I 1 +I 2) ωf
Dengan membuat momentum akhir sama dengan momentum angular awal, maka
( I 1+ I 2 ) ω f =I 1 ωi
Jadi, kecepatan angular akhir adalah
I1
ωf = ω
I 1+ I 2 i
7. Kecepatan sudut benda pada saat t = 0 ialah 4 rad/s, dan percepatan sudutnya konstan
dan sama dengan 2 rad /s2. Garis OP pada benda itu ketika t = 0 dalam keadaan
horizontal. (a) berapa besar sudut yang dibentuk garis ini dengan horizontal pada saat t =
3 s? (b) Berapa kecepatan sudut pada saat ini?
Jawab :
1
( a ) θ=ω0 t+ a t 2
2
1
¿ 4rad/s ×3 s+ 2 rad /¿s2 ×3 s
2
¿ 21 rad=3,34 rev
(b) ω=ω 0+ at
¿ 4rad/s +2 rad /¿s2 ×3 s ¿ 10 rad/s
8. Sebuah giroskop mempunyai massa 0,10 kg. Piringan yang diletakkan 10 cm dari sumbu
z, berjari-jari 5 cm. Piringan berputar pada sumbu y dengan ω=100rad/s. Berapakah
kecepatan angular presisinya ?
Jawab :
τ =mgl τ =I ω Ω
τ mgl
Ω= =
Iω 1
mr 2 ω
2

23
2gl
¿
r2 ω
2.10.10 ×10−2 2
¿ −2 2
= −2
=8rad/s
(5 ×10 ) .100 25 ×10
9. Sebuah gasing berputar dengan kecepatan 30 rps terhadap sumbu yang membuat sudut
300 dengan vertikal. Dimana massa gasing tersebut adalah 0,5 kg dan momen inersia nya
adalah 5×10−2 kg.m2. Pusat massa berada 4 cm dari titik pada sumbu gasing yang
menyinggung lantai. Jika putaran gasing searah jarum jam dilihat dari atas, berapa besar
dan arah kecepatan sudut presesinya?
Jawab :
τ mgl
Ω= =
Iω 1
mr 2 ω
2
0,5.10 .4 × 10−2
¿ =6,7rad/s
5× 10−4 .30 .2
Arah Ω searah jatum jam dilihat dari atas
10. Pada sebuah gasing bermassa 200 gram dan jari-jari girassi 5 cm, dililitkan seutas tali
yang kecil dengan panjang 100 cm. Apabila tali ditarik dengan gaya 40 N. Berapa
putaran per detik akan dihasilkan jika tali terlepas semua.
Jawab :
Setelah tali (100 cm) terlepas semua, berarti ujung tali mengalami gaya 40 N bergerak
sepanjang 100 cm. Jadi kerja yang dilakukan gaya ini, seluruhnya digunakan untuk kerja
rotasi gasing :

Maka Wf = ∆ ( 12 I ω )
2

1 1
Fs = I ω 2= m k 2 ω 2
2 2
2 Fs 2 Fs
ω 2=
mk 2
, makaω=

m k2
2.40 . 1 80
Jadi, ω=
√ −3
200 × 10 ( 5× 10 ) −2 2
=
√ 0,2.25 ×10−4
= 400 rad/s
400
= rps

200
= rps (rotasi per detik)
π

24
b) Novia
1. Perhatikanlah gambar dibawah ini. Massa beban m 1 adalah 10 kg, dan massa silinder m 2
adalah 5 kg dengan sudut 37 o

m2

m1

Abaikan massa kantrol dan gesekan antara katrol dan sumbu katrol. Jari-jari dalam
silinder r =0,25 cm dan jari-jari luar R adalah 0.5 m. tali digulung kedalam silinder
(seperti pada yoyo). Sudut bidang miring dengan horizontal adalah θ = 37 o . Anggap
m 1 beregerak turun. Asumsikan lantai licim, sehingga tidak ada gesekan. Berapakkah
percepatan benda m 1 dan benda m2?

Penyelesaian
Tinjau gaya-gaya yang bekerja pada m 1 sebagai berikut:
Hanya ada dua gaya, yaitu berat m 1 (W) dan gaya tali (T) a 1 adalah percepatan benda m 1.
Dengan hokum kedua Newton didapatkan :

∑ F=ma
m1 g−T =m1 a 1
( 10 ) ( 10 )−T =10 c …………..Pers. 1

Tinjauan terhadap benda m 2

∑ F x=ma
T −m 2 sin θ=m2 a2
T −( 5 ) ( 10 ) (0,6)=5 a 2
T = 30 + 5 a2…………………….. Pers. 2

Hubungkan antara pers. 1 dan pers.2


a 1=a2 +αr
a1−a2
α= ………………………… Pers 3
r

Tinjau gerak rotasi pada benda m1 , dimana ∑ τ=I α


T r =I α

25
1
T r = m 2 R2 α ……………………. Pers 4
2

Kombinasikan pers. 3 dan pers. 4


1
T r = m 2 R2
2
1 2 a 1−a2
T r = m2 R
2 r
1 2
T r 2 = m 2 R ( a1−a2 )
2
1 2
T (O ,25)2 = (5)(0,5) (a 1−a2 )
2
T =10 a1−10 a2………………… Pers. 5

Gabungkan pers. 1 dan persamaan 2


T =100- 10 a1
( 30+5 a 2 )=100−10 a1
10 a1+ 5 a2 = 70……………………. Pers. 6

Gabungkan pers. 1 dan pers. 5


T =100- 10 a1
(10 a1−10 a2 ¿=100−10 a 1
20 a1−10 a2=100……………….. Pers. 7

Gabungkan persamaan 6 dan 7, didapatkan a 1 dan a2 .


10 a1 +5 a2=70
20 a1−10 a2=100
Maka
a 1=6 m s−1 dan a 2=2 ms−1

2. Massa masing-masing bola adalah 100 g,dihubungkan dengan kawat massanya


diabaikan. Panjang kawat adalah 60 cm dan lebar kawatnya adalah 30 cm. Tentukan
momen inersia system bola terhadap sumbu AB adalalah….

26
Penyelesaian :
Dik : = 100 g = 0,1 kg
A B m 1=m 2=m 3=m 4

r 1=30 cm=0,3 m (Kesumbu rotasi)


r 2 = 30 cm=0,3 m (Kesumbu rotasi)
r 3 = 30 cm=0,3 m (Kesumbu rotasi)
r 4 = 30 cm=0,3 m (Kesumbu rotasi)
Dit : I =…
Jawab:
I =m 1 r 12+ m 2 r 22 +m 3 r 32+ m4 r 42
I =( 0,1)( 0,3)2+ 0,1 ¿(0,3)2 +0,1 ¿(0,3)2 +0,1 ¿(0,3)2
I =0,036 kg m2

3. Tiga buah patikel dengan massa m, 2m, dan 3m dipasang pada ujung kerangka yang
massanya diabaikan. System terletak pada bidang xy. Jika system diputar terhadap
sumbu y maka momen inersia system adalah…

2m

3m A:
Pembahasan 2a m
Karena system diputar terhadap sumbu y maka partikel yang bermassa 2m
tidak berfungsi. Berarti hanya partikel yang berada pada sumbu x yang diperhitungkan.
Anggap saja partikel disebelah kiri berindeks (1) dan partikel sebelah kanan berindeks
(2).
m 1=3 m

m2=m

R1=a

R2=2 a

Momen inersia pada sistemtersebut adalah :

I =m R 2

I =m1 R12 +m2 R 22

I =3 ma 2+ m ( 2 a )2

27
I =7 ma 2
4. Sebuah piringan berbentuk silinder pejal homogeny mula-mula berputr pada porosnya
dengan kelajuan sudut 4 rad/s. Bidang piringan sejajar bidang horizontal. Massa dan jari-
jari piringan 1 kg dan 0,5 m. Bila diatas piringan diletakkan cincin yang mempunyai
massa dan jari-jari 0,2 kg dan 0,1m dan pusat massa cincin tepat diatas pusat piringan ,
maka piringan dan cincin akan bersama-sama berputar dengan kecepatan sudut…
Penyelesaian :
1
I bola pejal = m R 2
2
1
¿ ( 1 kg ) ( 0,5 m )2=( 0,5 kg ) ( 0,25 m 2 )=0,125 kg m 2
2
I cincin =¿ m R 2
¿ 0,2 kg (0,1)2=0,002 kg m2

I bola pejal ω bola pejal = I cincin ω cincin


(0,125kg m2 ¿ ¿rad/s) = (0,125 kg m2 +0,002 kg m2 ¿ ωcinc ∈¿ ¿

0,5
ω cincin = = 3,93 rad/s
0,127

5. Sebuah partikel bermassa 0,5 g bergerak melingkar dengan kecepatan sudut 2 rad/s.
Tentukan momentum sudut partikel jika jari-jari lintasan partikel 10 cm.
Penyelesaian:
I =¿ m R 2
¿ ( 0,5 . 10−3 ) ( 1. 1−2 )
¿ 0,5 . 10−5 kg m2
Momentum sudut partikel :
L=I ω
¿(0,5 . 10−5 kg m2) (2 rad/s)
m2
¿ 1. 10−5
s

28
6. Batang silinder AB bermassa 3 kg ketika diputar melalui B momen inersiannya 27 kg m2.
Berapaka momen inersiannya jika diputar melalui C ?

A B C

Penyelesaian :
1
I= m L2
12
1
27 = m L2
12
(27)(12) = m L2
324 = m L2

Maka jika diputar dari c :


1
I= m L2
12
1
= 324
3
= 108 kg m2
7. Dua partikel masing-masing bermassa 2 kg dan 4 kg, dihubungkan dengan kawat ringan,
dimana panjan kawat = 2m, abaikan massa kawat. Tentukan momen inersia kedua
partikel, jika.
a. Sumbu rotasi terletak diantara kedua partikel
b. Sumbu rotasi berjarak 0,5 m dari partikel yang bermassa 2 kg

Penyelesaian :
a. Sumbu rotasi terletak diantara kedua partikel
I =m1 R12 +m2 R 22
2 2
I =( 2 kg ) ( 1 ) + ( 4 kg ) ( 1 ) = 6 kg m2
b. Sumbu rotasi berjarak 0,5 m dari partikel yang bermassa 2 kg
I =m 1 R12 +m 2 R 22
I =( 2 kg ) ( 0,5 )2 + ( 4 kg ) ( 1,5 )2 = 9,5 kg m2

c) Riyanto Belensdro

Soal No.1

Dua bola masing masing massanya m1 = 2 kg dan m2 = 3 kg di hubungkan dengan batang

29
ringan tak bermassa seperti pada gambar.

Jika sistem bola diputar pada sumbu di titik a maka besar momen inersia sistem bola
adalah....

A. 0,24 kg.m2

B. 0,27 kg.m2

C. 0,30 kg.m2

D. 0,31 kg.m2

E. 0,35 kg.m2

PEMBAHASAN :
Diketahui:
r1 = 0,2 m
r2 = 0,3 m
Menentukan momen inersia total I=m1

r12+ m2 r12

I=2(0,2)2 +3(0,3)2
I=0,08+0,27

I=0,35 kg.m2

Jawaban : E

Soal No.2

Batang homogen bermassa m, dalam kondisi setimbang sepeti pada gambar.

30
Dengan percepatan gravitasi g, besar torsi yang dialami tiang penumpu terhadap titik
tancapnya, A adalah ....

A. 4 mgh

B. 2 mgh

C. mgh

D. mgh/2

E. mgh/4

PEMBAHASAN :

Untuk menyelesaikan soal tersebut perhatikan gambar berikut!

31
Menentukan tegangan tali (T)
Σг = 0, poros di titik o
1
T sin 45o. L – w. 2 mg √2
1
mg
2 1
= mg √ 2
1 2
√2
T= 2
Menentukan Torsi dengan poros di titik A
г = h . T cos 45o

г=h
( 12 mg √2)( 12 √ 2)= mgh2
Jawaban : D

Soal No.3

Gaya F1 , F2 , F3 bekerja pada batang ABCD seperti pada gambar!

Jika massa batang diabaikan, maka nilai momen gaya terhadap titik A adalah...

32
A. 15 N.m

B. 18 N.m

C. 35 N.m

D. 53 N.m

E. 68 N.m

33
PEMBAHASAN :

Menentukan momen gaya di titik A


Σг = г1 + г2 + г3 + г4
Σг = I1 F1 + I2 F2 + I3 F3 + I4 F4
Σг = 0 – 2(4) + 3(5) – 6(10)
Σг = -53 N.m
*tanda minus menunjukkan arah putaran searah jarum=
Jawaban : D

Soal No.4
34
sistem katrol sepeti pada gambar, katrol tanpa silinder pejal homogen yang dapat berotasi
tanpa gesekan terhadap sumbunya yang tetap. Massa beban m 1 = m, massa katrol M = 2m,
massa beban m2 = 3 m dan diameter katrol d. Bila percepatan gravitasi g dan sistem bergerak
tanpa pengaruh luar ,percepatan sudut rotasi katrol sebesar ....

A. 2g/5d

B. 3g/5d

C. 4g/5d

D. 6g/5d

E. g/d

PEMBAHASAN :

Berdasarkan hukum II Newton

ΣF = m . a

W2 – T1 + T2 – W1 = (m1 + m2)a

T2 – T1 = 4ma – 20m (1)

Tinjau Katrol

Σг = I . α

35
1 a
MR 2
T1R – T2R = 2 R

T2 – T1 = ma (2)

Dari persamaan (1) dan Persamaan (2 didapat

-ma = 4ma – 2gm

Maka percepatan sudutnya adalah

2g 4 g
= =
a 1 5d
α= 5⋅ d
R 2

Jawaban : C

Soal No.5

Letak titik berat bangun bidang seperti pada gambar di samping dari sumbu X adalah..

A. 4,5 cm

B. 4 cm

C. 3,5 cm

D. 3 cm

E. 2 cm

36
PEMBAHASAN :

Gambar di bagi menjadi dua bagian

Jawaban : E

Soal No.6

Benda bermassa M berbentuk silinder pejal/massif homogen dengan jari – jari R diliit dengan
tali halus (massa tali diabaikan). Ujung tali dimatikan di titik tetap dan benda dibiarkan
terjatuh berotasi seperti gambar. Dengan percepatan gravitasi g, besar tegangan tali pada
sistem tersebut adalah ...

37
A. Mg

B. 2Mg/3

C. Mg/2

D. Mg/3

E. Mg/4

PEMBAHASAN :

Jawaban : D

38
Soal No.7

Papan loncat serbamasa sepanjang 4 m bermasa 50 kg ditahan dua tempat A dan


B seperti pada gambar. Jarak A dan jarak B adalah 0,5 m dan jarak B ke C
adalah 3 m. Seorang peloncat indah meloncat dan ujung papan loncat di titik C
dengan menjejakan kakinya 103 N (papan diangap tegar). Gaya yang diberikan
penahan di titik A pada saat peloncat indah tersebut menjejakan kakinya ke
papan loncat adalah
.....

A. 8,0 kN

B. 7,5 kN

C. 7,0 kN

D. 6,5 kN

E. 6,0 kN

PEMBAHASAN :

39
Titik berat papan yaitu di titik O, dimana titik O = ½ x panjang papan = ½ x 4
m = 2m

AB = 0,5 m
BC = 3 m,
OB = 1 m,
berat papan
Wp= 500 N,
berat orang
W= 103 N
sumbu rotasi yaitu titik B, syarat kesetimbangan adalah:
∑τ=0
AB. NA - OB.Wp
-BC.W=0 0,5.
NA - 1(500)-
3(1.000)=0 NA =
7.000 N = 7,0 kN

Jawaban : C

Soal No.8

Sumbu kedua roda muka dan sumbu kedua roda belakang sebuah truk yang
bermasa

1.500 kg berjarak 2m. Pusat massa truk 1,5 m di belakang roda muka.

Diandaikan bahwa percepatan gravitasi bumi 10 m/s2 beban yang dipikul oleh
kedua roda muka truk itu sama dengan ......

A. 1.250N
B. 2.500N
C. 3.750N
D. 3.750N
E. 6.250N

40
PEMBAHASAN :

Diketahui :
XY = 2 m PY = 0,5 m

PX = 1,5 m
W = m.g = 1.500 x 10 = 15.000 N
Syarat kesetimbangan :
∑τ=0
W(PY) - Nx(AB)=0
15.000(0,5
)- Nx (2) =
0 Nx =
3.750 N
Jawaban : C

Soal No.9

Sebuah benda berbentuk silinder berongga (I = mR2) bergerak menggelinding

tanpa tergelincir mendaki bidang miring kasar dengan kecepatan awal 10 m.s-1
, bidang miring itu mempunyai sudut elevasi α dengan tan α = 0,75. Jika

gravitasi g = 10 m.s- 1 dan kecepatan benda itu berkurang menjadi 5 m.s-1


maka jarak pada bidang miring yang ditempuh benda tersebut adalah...

A. 12,5 m

41
B. 10 m

C. 7,5 m

D. 5 m

E. 2,5 m

PEMBAHASAN :

Jawaban : A

42
Soal No.10

Batang tak bermasa yang panjangnya 2R dapat berputar di sekitar sumbu vertikal
melewati pusatnya seperti yang di tunjukan oleh gambar.

Sistem berputar dengan kecepatan sudut ω ketika kedua masa m berjarak sejauh
R dari sumbu. Masa secara simultan ditarik sejauh R/2 mendekati sumbu oleh
gaya yang arah nya sepanjang batang. Berapakah kecepatan sudut baru sistem?

A. ω/4

B. ω/2

C. ω

D. 2ω

E. 4ω

PEMBAHASAN :

43
Jawaban : E

44
BAB II
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN REFERENSI

Pada buku Fisika Universitas 1 oleh Sears dan Zemansky materi


mengenai rotasi pada benda tegar cukup mudah dipahami baik dari segi
pembahasan, aplikasi dan contoh soal yang dipaparkan. Misalnya pada buku
Fisika Universitas 1, materi rotasi benda tegar diawali dengan percepatan sudut,
kecepatan sudut, dll. Hal ini dapat kita lihat dari pemaparan turunan rumus yang
disertakan dari materi khususnya mengenai percepatan sudut, kecepatan sudut,
momen inersia, dan energi kinetik. Selain itu, untuk memudahkan pembaca
memahami materi yang dipaparkan, penulis menyertakan gambar-gambar
pendukung agar pembaca lebih memahami maksud dari penjelasan yang
dipaparkan pada materi tersebut. Namun, materi yang dipaparkan tidak selengkap
pada buku lainnya yaitu buku Fisika Jilid 1 karangan Halliday dan Resnick.
Sehingga belum bisa dijadikan acuan utama dalam penelitian.

Pada buku Pengantar Fisika Mekanika oleh Umar Yahdi mengenai materi
Momen Inersia pada benda tegar diberikan perhitungan dan penjabaran rumus .
Pada buku Fisika Universitas 1 tidak diberikan penjabaran rumus dan sama hal
nya pada buku Fisika Jilid 1 oleh Halliday Resnick . Namun ada beberapa
penurunan rumus yang sulit dimengerti karena ada beberapa langkah dalam
penurunan rumus yang tidak disajikan. Selain itu ada beberapa penjelasan yang
tidak dilengkapi dengan gambar.

Pada buku Fisika Jilid 1 Edisi Ketiga Karangan David Halliday dan Robert
Resnick Pemaparan konsep yang diberikan dalam buku ini sangat jelas dan mudah
untuk dipahami bagi pembaca, Dalam buku ini juga diberikan contoh – contoh
soal yang sangat mendukung untuk dapat mengevaluasi kembali hasil yang telah
kita pelajari dari setiap Sub Materi yang disajikan dalam, Rumus – rumus yang
dipaparkan dalam buku ini cukup mendukung tetapi untuk memberikan wawasan
yang lebih kita dapat mencari nya dari sumber refrensi lain untuk dapat
memberikan perbandingan yang positif, dalam buku ini pengaplikasian terhadap
kajian fisika dapat kiterima terima dikarenakan didasari oleh fakta – fakta yang
kuat dan ilmiah.

45
Pada Jurnal Penentuan momen inersia benda silinder pejal dengan integral
dan tracker karangan Muhammad Minan Chusni, dkk disajikan paparan konsep
yang jelas pada bagian momen inersia. Sumber yang ditampilkan actual dan
terpercaya karena didasarkan atas buku dan jurnal lainnya, Kajian eksperimen
yang dibuktikan dalam jurnal ini untuk membuktikan tentang momen inersia
benda pejal dan mendapatkan hasil yang real didasarkan pada Uji percobaan yang
telah dilaksanakan dan dibuktikan berdasarkan foto dan data yang diperoleh.

Pada jurnal Pillar Of Physics Vol. 8 dengan judul Pembuatan Alat Ukur
Momen Inersia Benda Digital Menggunakan Sensor Octocoupler menjelaskan
mengenai Aplikasi momen inersia dapat dilihar dari benda tegar, dimana benda
tegar merupakan keadaan suatu benda untuk mempertahankan posisinya ketika
mendapat gaya atau tekanan dari luar. Kelebihan lain dalam jurnal ini juga dapat
dilihat adalah jenis variasi benda yang digunakan dengan persamaan momen
inersia, seperti yang terlihat pada tabel momen Inersia

Untuk kekurangan dalam jurnal ini pemaparan konsep untuk momen


inersia tidak begitu banyak dan lebih merujuk kepada alat yang dibuat sebagai
alternative untuk menghitung nilai momen inersia

46
BAB III
IDE APLIKASI MATERI

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mendorong manusia


untuk berusaha mengatasi segala permasalahan yang timbul di sekitarnya serta
meringankan pekerjaan yang ada. Dalam hal ini, kami ingin membuat aplikasi
materi rotasi dan benda tegar dengan bahan-bahan yang cukup sederhana. Adapun
materi yang kami bawa adalah momentum sudut yaitu aplikasi giroskop
sederhana.
Giroskop adalah sebuah alat yang bertumpu pada konsep kekekalan
momentum sudut, torsi dan momen inersia yang penggunaanya dapat ditemui
pada berbagai aplikasi seperti pada helikopter, robot, smartphone, dan lain-lain.
Dalam sebuah sistem giroskop sederhana, apabila rotor berputar, maka sistem ini
akan cenderung mempertahankan keadaannya atau mempertahankan sikap
konstan selama tidak ada pengaruh gaya dari luar. Gerakan rotasi pada rotor akan
menyebabkan adanya gerak melingkar pada sistem.
Konsep giroskop dalam hal ini adalah membuat sistem gyroscope tidak
jatuh ketanah (alat peraga) dan cenderung untuk mempertahankan
kesetimbangannya atau mempertahankan sikap konstan selama tidak ada
pengaruh gaya dari luar. Sehingga dari pengamatan tersebut dapat kita ketahui
bagaiamanakah prinsip dari giroskop tersebut.

47
DAFTAR PUSTAKA

Chusni, M. C., Rizaldi, M. F., Nurlaela. S., Nursetia, S., Susilawati, W. 2018.
Penentuan Moemen Inersia Benda Silinder Pejal Dengan Integral dan
Tracker. Jurnal Pendidikan Fisika dan Keilmuan (JPFK). Vol. 4. No. 1.
pp 42 – 47. UIN Sunan Gunung Djati : Bandung
David Halliday & Robert Resnick. 1978. Fisika Jilid 1 Edisi Ketiga.
Erlangga : Jakarta
Rivia, Nunung dkk. 2016. Pembuatan Alat Ukur Momen Inersia Benda Digital
Menggunakan Sensor Optocoupler. Pillar Of Physics. 8 : 81-88
Sahala, Stepanus. 2013. Penentuan Momen Inersia Benda Tegar Dengan Metode
Bandul Fisis. Jurnal Pendidikan Matematika dan IPA. VOL 4 (2) : 36-41.
Sears, F. Weston dan Mark W. Zemansky. 1962. Fisika untuk Universitas 1.
Jakarta : Binacipta
Yahdi, Umar. 1990. Pengantar Fisika Mekanika. Depok : Gunadarma.

Anda mungkin juga menyukai