Oleh ;
PURNOMO
i
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan karunia-Nya sehingga diktat
kuliah ini dapat selesai dibuat.
Diktat Kuliah Kinematika dan dinamika II ini berisi pokok - pokok materi
perkuliahan Kinematika dan Dinamika II yang merupakan kelanjutan dari mata kuliah
Kinematika dan Dinamika I yang telah diberikan di semester sebelumnya. Sangat tepat
digunakan untuk mahasiswa jurusan Teknik Mesin S-1 yang sebelumnya telah
mengambil mata kuliah Statika Struktur dan Kinematika dan Dinamika I. Diktat ini
disajikan dengan bahasa yang sederhana dan tersusun secara sistematis sehingga sangat
membantu mahasiswa dalam mempelajari materi perkuliahan Kinematika dan
Dinamika II.
Sebagai diktat kuliah yang memuat pokok-pokok materi saja, akan lebih baik jika
mahasiswa juga membaca buku rujukan/referensinya sehingga akan didapatkan
pembahasan lengkap dan terperinci mengenai materi yang disajikan. Di dalam diktat
ini juga diberikan contoh-contoh soal pada setiap akhir pembahasan materi dengan
harapan dapat membantu mahasiswa dalam memahami materi yang telah dipelajari
sebelumnya.
Dengan selesainya pembuatan diktat ini, penulis sampaikan rasa terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan diktat
ini. Dengan adanya diktat ini diharapkan proses belajar mengajar berjalan lebih afektif
sehingga akan tercipta manusia yang lebih berkualitas, baik bagi dosen maupun bagi
mahasiswa.
Untuk menambah kualitas dan kesempurnaan dari diktat ini, sumbang saran dari
semua pihak sangat diharapkan. Semoga Diktat Kuliah Kinematika dan Dinamika II ini
bermanfaat !
Purnomo
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
KINEMATIKA BIDANG BENDA TEGAR
Sebuah benda melakukan gerakan bidang apabila benda itu bergerak pada bidang-
bidang sejajar. Dalam hal ini bidang gerak diasumsikan bidang yang memuat pusat massa,
dengan demikian kita pandang sebuah benda lempeng tipis.
1
b. Rotasi terhadap sumbu tetap
Gerakan sudut suatu benda terhadap sumbunya, sehingga semua partikel bergerak
pada lintasan yang melingkar terhadap sumbu rotasi, dan pada saat yang sama
semua garis pada benda berputar menempuh sudut yang sama.
c. Gerak bidang secara umum
Gerakan kombinasi dari rotasi dan translasi.
1.A. ROTASI
Gambar 1.2 memperlihatkan sebuah benda tegar yang berotasi dan melakukan
gerakan bidang pada bidang gambar.
Gambar 1.2
2 = 1 +
d
dt
d 2 d1
kecepatan sudut garis 2 adalah , dan kecepatan sudut garis 1 adalah .
dt dt
d
Karena adalah tetap ( = 0 ), maka :
dt
d 2 d1 d 2 2 d 21
2 = 1 + sehingga = , 2 = 1 dan =
dt dt dt 2 dt 2
Dari penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa semua garis pada sebuah benda
tegar pada bidang geraknya mempunyai kecepatan sudut yang sssama, perpindahan
sudut yang sama dan percepatan sudut yang sama.
2
A. 1. Hubungan Parameter Gerak Sudut
Jenis parameter gerak :
Gerak translasi Gerak Rotasi
Perpindahan atau jarak s
Kecepatan v
Percepatan a
d dt
0 0
maka diperoleh :
0 t
2 = 02 + 2 ( - 0)
= 0 + 0 t + ½ t2
catatan : 0 dan 0 masing-masing merupakan nilai koordinat posisi sudut dan
kecepatan sudut pada t = 0.
3
berotasi terhadap sumbu tetap melalui O yang tegak bidang gambar, sembarang titik
misalnya A bergerak pada sebuah lingkaran dengan jari-jari r.
Gambar 1.3
Gambar 1.4 Kecepatan sudut dari benda tegar yang berputar dapat dinyatakan oleh
vektor normal ke bidang rotasi
4
Besaran-besaran ini dapat dinyatakan dalam notasi vector sebagai berikut :
_ _ _ _ _ _
V r xr xr
_ _ _ _ _
= x ( x r ) x r
_ _
Ingat : an a t
_ _ _
Maka : V x r
_ _ _ _
an = x ( x r )
_ _ _
at = x r
Penyelesaian :
0 = 300 rpm
1 = 900 rpm
t = 6 detik = 0,1 menit
= konstan = merata
= 0 + 0.t + ½ t2
tidak ada pergeseran sudut awal, maka 0 = 0
Ingat : 0 t 0 t
2. Posisi sudut sebuah garis radial pada sebuah roda yang diukur berlawanan arah
jarum jam, dinyatakan dengan = 3t3 – 2 t2 + 4. dalam hal ini dinyatakan
dalam radian dan t dalam detik. Tentukan perpindahan sudut roda tersebut
5
(untuk t > 0 ) selama terjadinya perubahan percepatan sudut dari 33 rad/men2
menjadi 68 rad/men2 kedua berlawanan arah jarum jam.
Penyelesaian :
= 3t3 – 2 t2 + 4.
9t 2 4t
18t 4
3. Kecepatan sudut sebuah roda gigi dikendalikan mengikuti = 12 – 3t2, dengan
dalam radian per detik dan t dalam detik, serta mempunyai tanda positip
dalam arah putaran jarum jam. Carilah :
a. perpindahan sudut mulai dari saat t = 0 hingga t = 3 detik.
b. Jumlah putaran roda gigi n selama waktu 3 detik tersebut.
Penyelesaian :
Dari definisi = d/dt, kita dapatkan :
d = dt
3
d (12 3t ) dt
2
o 0
3
- O = 12t – t3
0
Δ = 36 – 27 = 9 radian
9
Jumlah putaran = putaran
2 2
4. Pinion A pada motor pengangkat menggerakkan gear B yang melekat pada
drum pengangkat. Beban L diangkat ke atas dari posisi diam dengan kecepatan
2 m/s ( percepatan konstan ) pada tinggi angkat 8 m. (lihat gambar).
6
Hitung :
a. percepatan titik C pada kabel yang kontak dengan drum
b. Kecepatan dan percepatan sudut pinion A
Penyelesaian .
(a). asumsi kabel tidak slip terhadap drum, maka kecepatan vertical dan
percepatan beban L sama dengan kecepatan tangensial v dan percepatan
tangensial at titik C
[ v2 = 2as ] a = at = v2/2s = 22/[2(0,8)] = 2,5 m/s2
[ an = v2/r ] an = 22/0,400 = 10,31 m/s2
an at (10) 2 (2,5) 2 ]
2 2
[a= ] ac =
(b). Kecepatan sudut A ditentukan oleh gerakan sudut gear B oleh kecepatan v
dan percepatan tangensial a1 .
[ v = r ] B = v/r
= 2/0,4 = 5 rad /s
[at = r ] B = at/r
= 2,5/0,4 = 6,25 rad / s2
Ingat v1 = rA A = rA A dan
a1 = rA A = rB B ,
7
rB 0,3
didapat : A = B 5 15 rad / s CW
rA 0,1
rB 0,3
A = B 6,25 18,75 rad / s CW
rA 0,1
8
Penyelesaian .
ds d (r ) d
s = r , maka r r
dt dt dt
dv d (r ) d
v0 = r , maka r r
dt dt dt
Kita tinjau titik C’ dari acuan titik C, diperoleh :
x = s – r sin = r ( - sin )
y = r – r cos = r (1 - cos )
dx
x r ( 1 cos ) v0 ( 1 cos )
dt
dy
y r sin v0 sin
dt
d 2x
x v0 ( 1 cos ) v0 sin
dt 2
a0 ( 1 cos ) r 2 sin
d2y
y 2 v0 sin v0 cos
dt
a0 sin ) r 2 cos
pada saat terjadi sentuhan, = 0, sehingga x 0 dan y r 2
2. Sebuah beban L diangkat pada puli dengan susunan kabel (lihat gambar ).
Jika antara kabel dan puli tidak terjadi slip. Hitung kecepatan dan
9
percepatan beban L jika puli 1 dalam keadaan diam dan puli 2 berputar 2
rad/s dengan percepatan 2 = -3 rad /s2
Solusi :
Pergeseran, kecepatan, dan percepatan tangensial titik Adan B dapat
dijabarkan sebagaimana digambarkan dibawah ini.
Jika pulli 1 diam, maka garis AB berotasi ke AB’ dengan sudut d selama
dt.
Dari gambar di atas dapat dijelaskan :
dsB = AB d vB = AB (aB)t = AB
ds0 = AO d v0 = AO a0 = AO
dengan vD = r2 2 = 0,1 (2) = 0,2 m/s
aD = r2 2 = 0,1 (-3) = -0,3 m/s2
10
Kecepatan dan percepatan pulli :
= vB/ AB = vD/ AB = 0,2/0,3 = 2/3 rad/s (CCW)
11
V B= V A+ V B/A
Gerakan relatif suatu titik jika dilihat oleh pengamat yang ada di titik yang lain pasti
membentuk lingkaran karena jarak radial dari titik pengamatan ke titik yang di amati
tidak berubah.
Selanjutnya perhatikan gambar di bawah ini ;
Gambar 1.5
Gambar tersebut menunjukkan sebuah benda tegar bergerak pada bidang gambar dari
kedudukan AB ke A’B’ selama waktu t. Gambar tersebut dapat digambarkan seolah-
olah terjadi dalam dua bagian. Pertama, AB bergeser ke kedudukan yang sejajar, yaitu
A”B’, dengan perpindahan RB . Gerakan kedua adalah dari A”B’ berotasi ke A’B’
dengan titik rotasi B’, perpindahan sudutnya sebesar . Selanjutnya secara vektorisss
kita dapatkan :
Perpindahan total titik A adalah :
R A = R B + R A/B
dimana : V A/B = x R dan VA/B = r
r merupakan scalar
merupakan scalar
12
merupakan vector yang tegak lurus bidang gerak
R merupakan vektor
Persamaan V A = V B + V A/B dapat dijelaskan dengan memvisualisasikan
komponen-komponen translasi dan rotasi. Gambar di bawah inimenunjukkan
sebuah benda tegar dalam gerak bidang, dengan B sebagai acuan kecepatan A
untuk gerak rotasinya. Kecepatan A adalah jumlah vector bagian yang
bertranslasi V B di tambah bagian yang berotasi V A/B = x R yang mempunyai
harga VA/B = r , disini = yakni kecepatan sudut mutlak AB. Jadi
kecepatan relatif selalu tegak lurus garis yang menghubungkan kedua titik yang
di tinjau.
Gambar 1.6
Contoh-contoh Soal:
1. Roda dengan jari-jari r = 300 mm menggelinding ke kanan tanpa slip dan
mempunyai kecepatan v0 = 3 m/s pada titik pusat O. Hitung kecepatan titik A pada
roda, pada kedudukan seperti tergambar.
13
Penyelesaian :
a. Geometri Skalar :
a.1. Dengan titik acuan O
Persamaan kecepatan relatifnya :
V 0 = V 0+ V A/0
dimana : V0 = 3 m/det.
= V0 / r = 3/0,3 = 10 rad/det.
VA V 20 V 2 A / B 2 V0 VA / 0 cos60o
dimana V C =0
= 10 rad/det.
rC = r 2 r 20 2 r r0 cos120 o
14
jadi : VA = 0,436 . 10 = 4,36 m/det.
B. Vektor.
Persamaan kecepatan relatifnya adalah ;
V A = V 0+ V A/0 = V 0 + x R0
dimana : = -10 k m/det
R0 = - ( 0,2 cos 30o )i + ( 0,2 sin 30o ) j
= - 0,713 i + 0,1 j
V 0 = 3 i m / det
i j k
VA 3i 0 0 10 3i 1,73 j 1,0i
0,913 0,1 0
V A = 4i + 1,73 j m/det
15
Substitudi :
OAk x 100j = 2k x (-75i) + ABk x (-175i + 50j)
-100OA i = - 150j – 175AB j - 50ABi
dengan menggolongkan komponen i dan j didapat :
-100OA + 50AB = 0 25 (6 + 7AB ) = 0
Didapat :
OA = - 3/7 rad / s dan AB = - 6/7 rad/s
VA
16
kecepatan sudut batang pada keadaan
tersebut ?
Solusi :
Kecepatan vA akan menyebabkan batang AB bergerak translasi dan rotasi. Gerak
translasi diakibatkan oleh komponen vA yang searah dengan sumbu batang AB,
sedang gerak rotasi diakibatkan oleh komponen vA yang tegak lurus sumbu batang
AB. Jadi :
(vB) min = vA cos 60O = 2 m/det.
vA sin 60O
AB = 4,33 rad/det, berlawanan arah jarum jam.
0,8
O
B
A
O1
Gambar 1.7
17
dianggap dalam keadaan berotasi murni terhadap sebuah sumbu yang tegak lurus
bidang gerak. Sumbu ini dinamakan sumbu sesaat dari kecepatan nol, dan perpotongan
sumbu sesaat dengan bidang gerak dikenal sebagai titik pusat sesaat dari kecepatan nol.
Gambar 1.8
Perhatikan gambar 1.8(a) yang menunjukkan sebuah benda yang bergerak. Arah
kecepatan mutlak titik A dan B pada benda diketahui dan tidak sejajar. Jika ada sebuah
titik yang disebut pusat sesaat dari kecepatan nol, maka titik A akan mempunyai
kecepatan lingkar mutlak terhadap titik tersebut dan titik tersebut harus terletak pada
garis yang tegak lurus terhadap V A melalui A. Analogi yang sama dengan titik A untuk
titik B, dan perpotongan di titik C dari kedua garis yang saling tegak lurus ini
memenuhi persyaratan untuk titik pusat mutlak rotasi pada keadaan yang ditinjau. Titik
C adalah titik pusat sesaat dari kecepatan nol dan bias terletak pada benda atau di luar
benda. Jika terletak di luar benda, titik ini mungkin dapat digambarkan sebagai terletak
pada perpanjangan benda.
Jika kecepatan dua buah titik pada benda yang melakukan gerak bidang adalah
sejajar, gambar 1.8(b) dan 1.8(c), garis yang menghubungkan titik tersebut tegak lurus
terhadap arah kecepatan, dan titik pusat sesaat C ditentukan dengan perbandingan
langsung seperti tergambar.
Jika besar kecepatan salah satu titik, katakanlah vA diketahui, maka kecepatan
sudut dari benda dan kecepatan linier setiap titik pada benda tersebut dengan mudah
dapat diperoleh dengan persamaan :
vA
dan vB rB
rA
18
5.1. Contoh-contoh soal
1. Sebuh roda sebagaimana tergambar, menggelinding ke kanan tanpa slip dengan
titik pusatnya di O dimana vO = 3 m/s . Tentukan lokasi titik pusat sesaat pada
kecepatan nol dan tentukan kecepatan titik A.
Penyelesaian :
[ = v/r ]
0,436 m
Kecepatan A :
[v = r ] vA AC 0,436(10) 4,36 m / s
19
Penyelesaian :
vB OB OB
BC
BC BC
150 2 (10)
4,29 rad / s CCW
350 2
20
1.E. PERCEPATAN RELATIF
Untuk mendapatkan hubungan percepatan relatif pada suatu benda tegar, kita
harus ingat persamaan kecepatan relatif yang menggunakan sumbu acuan tak berputar
dari dua titik A dan B pada suatu benda tegar yang dinyatakan sebagai berikut:
V A V B V A/ B
selanjutnya didiferensialkan terhadap waktu, sehingga diperoleh :
V A V B V A/ B atau
a A aB a A / B
Berdasarkan pengertian dari kecepatan relatif tersebut, akan diikuti ketentuan bahwa
bagian percepatan relatif akan mempunyai dua komponen, yaitu komponen normal
yang berarah dari A ke B yang disebabkan oleh perubahan arah V A/B dan komponen
tangensial yang tegak lurus terhadap AB yang disebabkan oleh perubahan besar V A/B,
sehingga didapat :
a A a B ( a A / B ) n (a A / B )t
dengan besar komponen –komponen percepatan relatifnya adalah :
(aA/B)n = vA/B2/r = r 2
(aA/B)t = v A/B = r
atau dalam notasi vektor adalah :
(a A / B ) n x ( x R)
( a A / B )t x R
Dengan analogi yang sama untuk percepatan relatif B terhadap A didapatkan rumus :
aB a A aB / A
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas lihatlah gambar 1.9 dibawah ini .
21
Gambar 1.9
Solusi
Kecepatan dan percepatan roda adalah :
= vO/r dan α = aO/r
22
percepatan relatif titik A terhadap O diberikan :
a A a O ( a A / O ) n ( a A / O )t
dimana ;
2
v
(a A / O ) n rO 2 rO O
r
a
(a A / O )t rO rO O
r
a A ( a A ) n ( a A )t
2 2
Percepatan relatif C :
aC = aO + aC/O
(aC / O ) n r 2
(aC / O )t r
23
2. Sudu kipas yang berjari-jari 450 mm berputar berlawanan arah jarum jam dengan
kelajuan konstan = 2 rad/det. Blok pemegang poros kipas mempunyai kecepatan
aO = 2,4 m/det2. hitung besar dan arah percepatan titik-titik A dan B pada ujung
sudu ketika = 30O
Penyelesaian :
Percepatan Titik A:
a A aO a A / O
a A a O ( a A / O ) n ( a A / O )t
Karena konstan maka d /dt = 0 sehingga = 0
(a A / O ) n r 2 0,45.22 1,8 m / det
(a A / O )t r 0
aO
(a A / O ) n arahnya menuju O sehingga ,
30O
aA
aA/O=(aA/O)n
24
a A aO a A / O 2 aO .a A cos30 O
2 2
Percepatan Titik B:
a B aO a B / O a O ( a B / O ) n ( a B / O ) t
karena konstan maka d /dt = 0 sehingga = 0
25
Gambar 1.10
Ingat : i x j = k
j x i = -k
kxi=j
i x k = -j
jxk=i
kxj=-i
a. Kecepatan relatif
R A = R B + xi + yj
d RA di dj
R A RB x i x y j y
dt dt dt
dari gambar (b) terlihat bahwa :
di d
di = d j maka j j j
dt dt
dj = - i = x j
Dengan menggunakan perkalian silang vector didapat :
di
j x i
dt
dj
i x j
dt
jadi :
R A RB x i y j x x i x y j
26
R Rel = x i y j
x R = x R = x ( xi + yj ) = x x i + x y j
jadi ;
V A = RA= V B +V Rel + x R
dari konsep kecepatan relatip :
V A V B V A/ B
maka V A/B = V rel + x R
V rel = x i y j
x R adalah selisih antara kecepatan relatip yang diukur dari sumbu tak
berputar dengan dari sumbu berputar.
Gambar 1.11
27
Dengan demikian kecepatan relatip A terhadap B adalah kecepatan relatip A
terhadap P ditambah kecepatan relatip P terhadap B.
V A V B + x R + V rel
V A V B +V P/B +V A/P
didapat : V A V P + V A/P
VA V B +V A/B
Suku V P/B diukur dari suatu kedudukan tak berputar. Suku V A/P sama seperti
V = vx i + v y j
dV di di
v x i v y
j vx v y
dt
xy dt dt
di dj
= j = x i dan =-i= xj
dt dt
dV
=
dV
+ x ( vx i + vy j )
dt dt xy
xy
dV
= + xV
dt xy
dV
dt adalah turunan total V terhadap waktu yang diukur terhadap x-y
xy
dV
adalah bagian turunan total V terhadap waktu yang diukur relatip
dt xy
terhadap system acuan x-y
28
x V adalah bagian dari turunan akibat perputaran system acuan. Bagian ini
juga menunjukkan perbedaan antara turunan vector terhadap waktu
yang diukur terhadap acuan yang tetap dan turunan vector terhadap
waktu yang diukir pada acuan yang berputar.
Gambar 1.12
c. Percepatan Relatif
V A V B + x R + V rel
dV
aA = V B x R x R V Re l
dt
V B = a B dan =
di dj
R = xi + yj sehingga R x i y jy
dt dt
di dj
= j = x i sehingga i x j
dt dt
R xi y j x i x y j
29
R V Re l x R
x R = x V Re l + x ( x R )
jika :
V Re l = x y j
di dj
Maka ; V Rel = xi y j j
dt dt
= xi+ yj+ x xi + x yj
= a Rel + x V Re l
Jadi :
a A = a B + x R + x ( x R ) + 2 x V Re l + a Rel
Persamaan ini merupakan pernyataan vector umum untuk percepatan mutlak
sebuah partilel A dalam bentuk percepatannya a Rel yang diukur relatip
terhadap system koordinat bergerak yang berputar dengan kecepatan sudut
dan percepatan sudutnya .
Sekarang perhatikan gambar di bawah yang memperlihatkan semua
komponen kecepatan relatip A terhadap B.
Gambar 1.13
30
demikian gerakan titik P terhadap B adalah berupa gerak melingkar, maka
harga x R ) adalah R dan arahnya tegak lurus. Harga x ( x R )
adalah R 2 dan mempunyai arah dari titik P menuju B. Percepatan A
Gambar 1.14
31
Gambar di atas menunjukkan sebuah piringan dengan alur radial yang
berputar, yang padanya terdapat partikel kecil A yang bergerak secara
terbatas. Misalkan piringan berputar dengan kecepatan sudut konstan = .
Partikel A bergerak sepanjang alur dengan kecepatan konstan Vrel =
relatip terhadap alur. Dengan demikian partikel A memiliki kecepatan ke arah
adalah dan sejajar sumbu y sebesar akibat pperputaran alur.
Perubahan komponen kecepatan ini terjadi akibat perputaran piringan. Untuk
slang waktu dt, sumbu -y berputar bersama piringan menempuh sudut d ke
’-y’. Pertambahan kecepatan akibat perubahan arah V Re l , adalah d dan
32
untuk kasus piringan tersebut a B = 0 karena titik awal B tepat pada titik 0,
= 0 karena konstan dan a Rel = 0 karena V Re l konstan dan tidak ada
lengkingan pada alur. Sehingga di peroleh :
a A x ( x R ) 2 x V Re l
a A aB aP / B a A / P
a A aP a A / P
a A aB aP / B
dimana : a P = a B + a P/B
a P/B = x R x ( x R )
a A/P = 2 x V Re l a Re l
33
Contoh soal :
1. Pada keadaan tergambar, sebuah piringan dengan slot radial berputar pada
sumbunya di O berlawanan putaran jarum jam dengan kecepatan sudut 4 rad/s dan
dengan perlambatan rata-rata 10 rad/s2 . Gerakan “slider” A pada keadaan ini; r =
150 mm, r = 125 mm/s dan r = 2025 mm/s2 . Tentukan kecepatan dan percepatan
absolut A pada kondisi ini ?
Solusi
Kecepatan
vA = x r + vRel
Kecepatan anguler sebagai vector adalah = 4k rad/s, dimana k adalah unit vector
normal ke bidang x-y pada + z . Persamaan percepatan relatif menjadi ;
vA = 4k x 0,125i = 0,600j + 0,125i m/s
vA = (0,600 ) 2 (0,125) 2
Percepatan
a A x ( x r ) x r 2 x vRe l aRe l
x ( x r ) = 4k x (4k x 0,150i)
= 4k x 0,6 j = -2,4i m/s2
x r = - 10k x 0,150i = -1,5j m/s2
2 x vRe l = 2(4k) x 0,125i = 1,0j m/s2
aRel = 2,025i m/s2
Total percepatan :
aA = (2,025 - 2,4)I + (1,0 – 1,5)j
= - 0,375i – 0,5j m/s2
34
aA = (0,375 ) 2 (0,5) 2 0,625 m / s 2
2. Pin A terletak pada lengan AC yang bergerak pada slot berputar pada lengan OD.
Kecepatan sudut batang OD adalah = -2 rad/s searah putaran jarum jam , konstan.
Pada posisii tergambar = 45O dengan AC horizontal. Tentukan kecepatan A dan
kecepatan relatif A terhadap perputaran slot OD
Solusi
Pergerakan titik A sepanjang slot didekati dengan dengan menggunakan koordinat
berputar x-y terhadap lengan OD . dengan titik tetap O, maka kita mempunyai
persamaan ; vA = x r + vRel
35
Kecepatan A yang berputar terhadap C
vA = CA x rCA = CA k+ ( 225 2 )(-i -j )
= ( 225 2 )CA ( i – j )
kecepatan anguler sumbu berputar terhadap OD, ditentukan dengan menggunkan
x r = 2k x 225 2 i = 450 2 j mm
akhirnya kecepatan relatif vRel adalah kecepatan yang diukur dengan melalui
kerangka acuan yang berputar dan vRel = x i . Substitusi terhadap persamaan
kecepatan relatif, didapat : (225/ 2 )CA(i – j ) = 450 2 j + x I, Jika persamaan
tersebut dipisah sesuai i dan j , didapat ;
(225/ 2 )CA = x dan (225/ 2 )CA = 450 2
diperoleh :
CA = -4 rad/s dan x = vRel = - 450 2 mm/s (JAWAB)
harganya negatif, berarti kecepatan sudut yang sebenarnya adalah berlawanan arah
putaran jarum jam, dengan demikian A bergerak naik dengan kecepatan
vA = 225(4) = 900 mm/s ( JAWAB)
3. Piringan dengan alur radial berputar pada bidang horizontal terhadap titik O dengan
percepatan sudut = 20 rad/det2 dengan blok geser sebesar 2 kg bergerak dengan
kecepatan konstan x = 120 mm/det relatif terhadap alur selama selang waktu
36
tertentu dari gerakannya. Jika kecepatan sudut piringan = 15 rad/det ketika blok
geser melewati titik pusat perputaran piringan, carilah percepatan blok geser pada
kedudukan ini.
Solusi :
a A a B x R x ( x R ) 2 x V Re l a Re l
LATIHAN SOAL
1. Bar AB moves on the horizontal surface. Its mass center has a velocity vG = 2 m/s
directed parallel to the y-axis and the bar has a counterclockwise (as seen from
above) angular velocity ω = 4 rad/s.. Determine the velocity of point B.
2. Horizontal motion of the piston rod of the hydraulic cylinder controls the rotation
of link OB about O. For the instant represented, vA = 2 m/s, and OB is horizontal.
Determine the angular velocity ω of OB for this instant.
37
3. The 9-ft steel beam is being hoisted from its horizontal position by the two cables
attached at A and B. If the initial angular accelerations are α1 = 0.2 rad/sec2 and α2
= 0.6 rad/sec2, determine the initial values of (a) the angular acceleration of the
beam, (b) the acceleration of point C, and (c) the distance d from A to the point on
the centerline of the beam which has zero acceleration.
4. The disk rotates with angular speed ω = 2 rad/s. The small ball A is moving along
the radial slot with speed u = 100 mm/s relative to the disk. Determine the absolute
velocity of the ball and state the angle β between this velocity vector and the
positive x-axis.
38
BAB DUA
KINETIKA BIDANG UNTUK BENDA TEGAR
Gambar 2.1
39
Persamaan Gerak Bidang
Gambar 6/2 memperlihatkan gerakan suatu benda tegar pada bidang gerakan x-y. Pusat
Gambar 2.2
Momentum sudut pada pusat massa pada system secara umum HG = i x mi i ,
dimana I adalah vector posisi relatif G, yang menunjukkan massa partikel mi..Untuk
benda tegar kecepatan mi relatif relatif terhadap G adalah = x i , yang mempunyai
harga i dan teletak pada bidang gerakan normal menuju I . hasil i x adalah
merupakan vector normal bidang x-y dan bessarnya adalah i 2. Dengan demikian harga
HG menjadi
HG = i 2 mi = i 2 mi, dimana i 2 dm merupakan momen inersia massa I pada bodi
terhadap sumbu z yang melalui G.
Kita dapat menulis sekarang ,
HG = I.
Dimana : I adalah harga konstan dan merupakan ukuran inersia putar.
Dengan demikian :
MG = H G = I = I
dimana : = adalah percepatan sudut bodi
Persamaan momen secara umum sesuai Hukum Newton II adalah :
40
F ma
.............................................................(2.1)
M G I
Persamaan tersebut merupakan persamaan umum gerakan benda tegar pada bidang
bergerak. Sebagai pendekatan alternatif, penurunan persamaan momen dengan mengacu
langsung pada gaya yang bekerja pada massa partikel mi (lihat gambar 2.3)
Gambar 2.3
Dengan menggunakan titik G sebagai referensi; resultan semua gaya pada m i mempunyai
MG = mii2 = I
Secara diagramatik persamaan (2.1) digambarkan dalam dua dimensi sebagai berikut :
41
Gambar 2.4
Gambar 2.5
42
Penjumlahan momen pada merupakan penjumlahan momen dari resultan kopel MG =
I dan resultan gaya F = m a . Persamaan momen pada P pada bab terdahulu dituliskan :
MP = ( H ) Rel + x maP
dimana P merupakan titik tetap pada bodi.
Bentuk scalar ( H )Rel menjadi IP , dimana IP adalah momen inersia massa pada sumbu
yang melalui P dan adalah percepatan anguler. Karena itu kita dapat menulis :
percepatan a x dan a y pada pusat massa dan percepatan sudut dapat ditentukan secara
independen satu sama lainnya.
Gerakan bar pada gambar 2.6 (b) merupakan contoh gerak terkendala dimana
pengarah vertical dan horizontal pada ujung bar mempunyai hubungan kinetika antara
percepatan komponen pusat massa dan percepatan sudut bar.
Gambar 2.6
43
Sistem “ interconnected Body”
Pada gambar 2.7 mengilustrasikan dua benda tegar berengsel di A dan dikenakan gaya
external (lihat gambar).
Gambar 2.7
Gaya pada engsel A adalah internal system. Resultan gaya external harus sama dengan
jumlah vector dua resultan m1 a 1, dan m2 a 2 danpenjumlahan momen pada P oleh gaya
F ma
..................... (2.5)
MP I mad
Prosedur Analisis
Untuk memecahkan kasus gaya, massa dan percepatan pada benda tegar, langkah-langkah
berikut harus ditempuh :
1. Kinetika
Identifikasikan jenis gerakan. Pada kasus gerakan terkendala selalu penting untuk
menentukan hubungan antara percepatan linier pusat massa dan percepatan sudut bodi
dengan pendekatan persamaan kecepatan relatif.
2. Diagram
Menggambarkan diagram benda bebas dari system secara lengkap.
3. Persamaan gerak
Menggunakan persamaan-persamaan gerak yang sesuai.
44
I. TRANSLASI
Translasi benda tegar pada bidang gerakan telah disinggung di bab sebelumnya.
Untuk traslasi bodi, persamaan umum gerakan bidang dapat ditulis ;
F ma
......................... (2.6)
M G I 0
Untuk traslasi rektilinier (lihat gambar 2.8(a) ) jika sumbu x dipilih pada arah percepatan,
Gambar 2.8
45
Untuk traslasi curvilinier ( gambar 2.8b ) digunakan koordinat n-t, persamaan scalar dua
gaya menjadi Fn = m a n dan Ft = m a t , pada kedua keadaan ini MG = 0
Kita juga dapat menggunakan persamaan momen :
Contoh soal
1. Truk pick up 1500 kg melaju dengan kecepatan 50 km/jam dari keadaan berhenti sejauh
60 m pada tanjakan 1 : 10 dngan percepatan konstan. Hitung gaya normal pada bawah
roda dan gaya gesek di bawah roda belakang (penggerak). Koefisien gesek ban dengan
roda diketahui tidak lebih dari 0,8.
Solusi :
Kita asumsikan massa roda dapat diabaikan di banding dengan massa kendaraan.
(150 / 3,6) 2
[v2 = 2as] a 1,608 m / s 2
2(60)
Diagram benda bebas benda tegar yang dimaksud dapat dilihat di bawah ini.
46
Dimana:
F = gaya gesek
N1, N2 = gaya normal
= tan-11/10 = 5,71O
W = mg
mg cos = 1500(9,81) cos 5,71O = 14,64(103) N
mg sin = 1500(9,81) sin 5,71O = 1464 N
Diagram kinetik memperlihatkan suatu resultan yang melalui pusat massa dan searah
dengan percepatannya, besarnya :
m a = 1500(1,608) = 2411 N
Dimasukkan dalam persamaan gerak :
[ Fx = m a x] F – 1464 = 2411 N F = 3875 N (JAWAB)
Solusi alternatif
[ MA = m a d] 3N2 – 1,5(14,64)(103) – 0,6(1464) = 2411(0,6)
N2 = 8096 (JAWAB)
percepatan sudut “link” yang merupakan fungsi dari dan cari gaya B dalam
47
Solusi
Papan bergerak translasi kurvilinier, dan dia tidak berotasi selama gerakan. Pusat
[ Ft = m a t ]
48
= 14,81 – 6,54 cos rad/s2 (JAWAB)
[ d = d ] d (14,81 6,54 cos ) d
0 0
dan
m r 2 = 0,15(1,5)(8,97) = 2,02 kN
B = 2,14 kN (JAWAB)
Rotasi benda tegar pada sumbu tetap O terlihat pada gambar 2.9. Pada keadan gerak yang
seperti ini semua titik pada benda bergerak berputar terhadap sumbu putarnya, dan
semua garis pada benda akan mempunyai kecepatan sudut dan percepatan sudut
yang sama. Komponen percepatan pada pusat massa untuk gerak berputar selalu
49
Gambar 2.9
F ma
........................ (2.7)
M G I
dua komponen scalar dari persamaan gaya menjadi Fn = m r 2 dan Ft = m r .
Pemakaian persamana momen pada G sangat penting untuk menghitung gaya yang
bekerja pada O.
Untuk rotasi sumbu tetap, sangat berguna sekali menggunakan persamaan momen
secara langsung terhadap sumbu rotasi O. Persamaan momen pada titik sumbu diberikan:
50
MO = IO ……………….. (2.8)
dari diagram kinetika pada gambar 1.9c kita dapat mendapatkan persamaan 2.8 secara
Gambar 2.10
Bentuk umum rotasi benda tegar pada sumbu tetap yang melalui titik pusat massanya G,
a = 0 karena itu F = 0. Resultan gaya yang bekerja adalah kopel I . Kita dapat
pusat perkusi dimana semua gaya yang bekerja pada bodi harus melaluinya.
Penjumlahan semua momen gaya yang bekerja pada pusat perkusi selalu nol, MQ = 0
Contoh soal
51
kg dan pusat drum di O sedangkan radius girasinya terletak 450 mm dari titik O.
jika gaya tarik tetap P 1,80 kN diterapkan di A, tentukan percepatan blok dan
resultan gaya pada bearing di O.
Solusi I
Diagram benda bebas dan diagram kinetik dari drum dan blok dapat dilihat pada
gambar di sebelah. Resultan system gaya di drum pada centroid rotasinya adalah
[I = k2m]
52
[ M = I ] 1800(0,600) – T(0,300) = 30,4 (a)
Percepatan blok :
didapatkan ;
Oy = 5996 N
Solusi II
akan terlihat bahwa jumlah momen pada O harus sama dengan resultan kopel.
53
I (drum) + ma (blok).. Dengan menggunakan prinsip perssamaan yang telah dibahas di
atas:
Solusi
Diagram benda bebas pendulum pada posisinya secara umum terlihat pada gambar
54
Ingat : an = r 2 , at = r dan IO = kO2m. Persamaan momen pada O memberikan :
[ MO = IO ]
Untuk = 60O
[ d = d ]
3
d 28,2 cos d
0 0
2 = 48,8 (rad/s)2
On = 155,2 N
Ot = 10,37 N
55
O= (155,2) 2 (10,37 ) 2 155,6 N (JAWAB)
Dinamika gerak bidang secara umum mengkombinasikan antara translasi dan rotasi.
F ma
......................................... (2.1)
M G I
Gambar 2.11
56
Penggunaan relasi alternatif untuk momen pada titik sembarang P pada gambar 2.11 di
Gambar 2.12
Contoh soal
1. Lempeng logam jari-jari r = 150 mm dilepas dari keadaan diam pada kemiringan
20O. Koefisien gesek static s = 0,15 dan koefisien gesek kinetik k = 0,12.
Tentukan percepatan sudut dan waktu t dari lempeng untuk berpindah sejauh 3 m
menuruni kemiringan tersebut.
Solusi
Diagram benda bebas dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
57
W = berat = mg
N = gaya normal
F = gaya gesek pada titik kontak C
[ MG = I ] Fr = mr2
eliminasi F untuk persamaan pertama dan persamaan ketiga dan pensubstitusian pada
a
mgr sin 20O = mr2 + m a r ; a = (g/2) sin 20O
r
untuk mengecek asumsi kita tidak ada slipping, kita hitung F dan N dan
membandingkan F dengan harga batas.
F = mg sin 20O – m(g/2) ) sin 20O = 0,171 mg
N = mg cos 20O = 0,9397 mg
58
Kemungkinan gaya gesek maksimum adalah :
[Fmax = s N] Fmax = 0,15 (0,9397)mg = 0,1410 mg
Karena hasil perhitungan adalah 0,171mg melebihi harga batasnya yaitu 0,1410mg,
maka asumsi kita bahwa yang terjadi rolling murni adalah salah. Lempengan
0,1128(9,81)
= 7,37 rad / s 2 (JAWAB)
0,15
2x
[ x = ½ at2 ] t= = 1,633 s (JAWAB)
a
2. drum A diberi percepatan anguler aO = 3 rad/s2 dan menyebabkan gulungan B
Solusi
Diagram benda bebas dan diagram kinetik dari gulungan dapat dilihat pada gambar.
Momen jumlah pada titik G (dan juga pada titik D) harus berlawanan arah putaran
jarum jam.
59
Percepatan titik pada kabel penghubung at = r = 0,25(30) = 0,75 m/s2 harga ini
juga merupakan harga komponen harisontal dari percepatan titik D pada gulungan.
.Asumsi awal gulungan menggelinding tanpa slip dengan demikian gulungan
mempunyai percepatan sudut berlwanan arah jarum jam sebesar =
60
Solusi
Persamaan percepatan relatif : aA = aB + aA/B harus diselesaikan terlebih dahulu
[ MG = I ]
150(0,6 cos 30O) – A(0,6 sin 30O) + B(0,6 cos 30O) = 1/12 (30)(1,2)2
Solusi alternatif
[ MC = I + m a d]
150(1,2 cos 30O) – 30(9,81)(0,6 sin 30O) = 1/12 (30)(1,2)2 + 30(0,52 )(0,6 cos
30O) + 30(0,3)(0,6 sin 30O)
67,6 = 14,4 = 4,69 rad/s2 (JAWAB)
dengan telah ditentukannya kita dapat menerapkan persamaan gaya secara
independen ;
61
[ Fy = m a y ] A – 30(9,81) = 30(0,3 )(4,69) A = 337 N
(JAWAB)
62
B. KERJA DAN ENERGI
B. 1. HUBUNGAN KERJA DAN ENERGI
(a). Kerja oleh Gaya dan Kopel
Kerja oleh gaya F telah dibahas di bab terdahulu yang apabila kita tulis lagi :
U= F dr atau U ( F cos ) ds
Dimana: dr : vector perpindahan suatu titik oleh aksi gaya F selama dt.
: adalah sudut antara F dan arah perpindahan
ds : besar dari perpindahan vector dr.
Lihatlah gambar 2.11, sebuah kopel M = Fb bekerja pada benda tegar selama
gerakan benda tersebut. Selama selang waktu dt, benda berotasi dengan
pergeseran sudut d dan garis AB berpindah ke A’B’. Model gerakan tersebut
dapat dibagi dalam dua bagian, pertama translasi A’B’ dan kemudian rotasi d
terhadap A’. Kerja bersih yang terjadi dU = F(b d) = M d. Selama benda
berotasi terbatas, kerja oleh kopel M adalah sejajar terhadap bidang gerakan,
karena itu :
U = M d
Gambar 2. 13
63
Gambar 2. 14
T = ½ Io 2 ……….
(2.10)
Karena dan v umu pada semua term yang dimaksud pada ketiga penjumlahan
di atas, ,maka dapat dikeluarkan sehingga persamaan untuk T menjadi
miI2 , atau
T = ½m v 2 + ½ I 2 ………………………. (2.11)
Dimana : I merupakan momen inersia bodi pada puat massanya.
64
Energi kinetik juga dapat dicari dengan menggunakan pusat sesaat C pada
kecepatan nol . Persamaan 2.10 untuk titik tetap O dapat diganti dengan titik c
sehingga persamaan menjadi
T = ½ IC 2 ……………………………. (2.12)
Persamaan Kerja-Energi
Persamaan kerja – energi dapat kita tulis ulang ;
U’1-2 = T + Vg + Ve ………………. (2.13)
Untuk pemakaian pada gerakan benda tunggal, Ve ditiadakan, total kerka U’1-2 =
T + Vg dan penggambaran diagram benda bebas atau suatu diagram gaya aktif
sebaiknya dilakukan.
(d). Daya
Konsep daya telah dibahas pada Kinematika dan Dinamika I pada bab kerja-
energi. Jika Gaya F bekerja pada benda tegar pada bidang gerakan, maka daya
yang terjadi
dU F . dr
P= F .v
dt dt
Dimana : dr dan v berturut –turut adalah perbedaan pergeseran dan kecepatan titik
dimana gaya bekerja. Daya juga dapat dinyatakan :
dU M .d
P= M
dt dt
Dimana : dθ dan ω berturut –turut adalah perbedaan pergeseran sudut dan
kecepatan sudut bodi. Jika M dan ω arahnya sama, maka daya dan sebaliknya jika
M dan ω arahnya berlawanan maka daya negatip dan energi dipindahkan dari bodi.
Jika gaya F dan kopel M bekerja secara simultan, maka total daya :
P = F.v + M ω
65
Daya juga dapat dinyatakan dengan mengevaluasi energi mekanik total pada suatu
benda tegar atau system benda tegar yang dipindahkan. Maka hubungan kerja
energi untuk perpindahan infenetesimal adalah :
dU’ = dT + dVg + dVe
dimana dU’ adalah kerja gaya-gaya aktif dan kopel yang dikenakan pada bodi atau
system bodi. Jika persamaan di atas dibagi dengan dt :
dU ' d
P= TV g V e (T V )
dt dt
Pada bodi pertama yang harus ditulis adalah
dT d 1 1
T = mv v I 2
dt dt 2 2
= ½ m ( a v + v a ) + I = R. v M
dimana R adalah resultan semua gaya yang bekerja pada bodi dan M adalah
resultan momen terhadap pusat massa G oleh semua gaya-gaya.
Contoh soal
1. Roda menggelinding menaiki tanjakan pada hubnya tanpa mengalami slip. Gaya
sebesar 100 N menariknya melalui sebuah tali yang dililitkan melingkari
permukaan luarnya. (lihat gambar). Jika roda assalnya adalah diam, hitung
kecepatan angulernya ω setelah pusat roda tersebut berpindah sejauh 3 m menaiki
tanjakan. Roda mempunyai massa 40 kg dan pusat massanya terletak di O dan
pusat radius girasinya 150 mm. Tentukan daya input dari gaya 100 N pada akhir
dari 3 m pada interval gerakannya.
Solusi
66
Perhatikan diagram benda bebas dari system ini. Dari empat gaya , hanya gaya 100
N dan berat 40(9,81) = 392 N yang melakukan kerja. Gaya gesek tidak melakukan
kerja selama roda tidak mengalami slip. Dengan menggunakan konsep pusat sesaat
dari kecepatan nol ( titik C), dapat dilihat titik a pada tali dimana gaya 100 N
bekerja mempunyai kecepatan vA = [(200 + 100)/100]v. titik A pada tali berpindah
sejauh (200 + 100)/100 = 3 kali jarak pergerakan pusat O. Kerja pada roda menjadi
;
200 100
U1-2 = 100 (3) (392 sin 15O )(3) 595 J
100
Perpindahan energi kinetik :
2 1 1
[T = ½ m v + ½ I 2 ] ΔT = 40(0,10 ) 2 40(0,15) 2 2 - 0
2 2
= 0,650 ω2
Persamaan kerja-Energi :
[U1-2 = ΔT] 595 = 0,650 ω2 ω = 30,3 rad/s
Alternatif, Energi kinetik roda ;
[ T = ½ IC ω2 ] T = ½ 40[ (0,15)2 + (0,10)2 ] ω2 = 0,650 ω2
67
b. kecepatan ketika B menyentuh permukaan horizontal jika konstanta
kekakuan pegas 5 kN/m
Solusi
Gesekan dan massa roll kecil diabaikan.
68
0 = 2,10 2 - 15,77
= 2,74 rad/s (JAWAB)
(b). Kecepatan B saat menyentuh permukaan bawah
pada pegas
[ΔVe = ½ kx2]
ΔVe = ½ (5000)(0,600 – 0,450)2 – 0
= 56,25 J
Pada posisi horizontal akhir, titik
a tidak mempunyai kecepatan,
dengan demikian praktis papan
berotasi terhadap A , karena itu
energi kinetik menjadi
[T = ½ IA 2]
2
11 v
T = 20(1,20 2 B 13,33vB
2
23 0,600
Perubahan energi potensial gravitasi:
[ΔVg = WΔh]
ΔVg = 20(9,81)(-0,600) = - 117,7 J
Subsitusi ke dalam persamaan energi memberikan
[U’1-2 = ΔT + ΔVg + ΔVe]
0 = (13,33vB2 – 0) – 117,7 + 56,25
vB = 2,15 m/s (JAWAB)
69
dimana: dU merepresentasikan total kerja oleh gaya aktif nonpotensial pada system.
Kerja potensial sudah termasuk didalam dV. Jika notasi digunakan untuk
menunjukkan bodi yang saling berhubungan, maka perubahan energi kinetik menjadi
;
dT d (1 2 mi vi 1 2 I i i ) mi vi d vi I i i di
2 2
ingat : mi vi d vi = mi a i
I i i di = I i i d i
dT = mi a i d s i + I i i d i
dT = Ri d s i + M G i d i
dimana : - R dan M berturut-turut adalah resultan gaya dan kopel pada bodi I
- dθi = dθi k
dV adalah perubahan total energi potensial gravitasi Vg dan perubahan total energi
elastisitas Ve , maka
dV = d ( mi g hi 1 2 k j x j ) mi g dhi k j x j dx j
2
70
nyata ini telah dikenalkan dan digunakan untuk membangun sebuah keseimbangan
konvigurasi untuk system static padda bodi yangsaling berhubungan.
Persamaan 2.14 untuk perpindahan nyata :
Solusi
Selama terjadi perpindahan ke atas dx oleh ‘rack” A, kerja dU’ yang dilakukan
oleh system adalah 80 dx, dimana x dalam meter.
dT = mi a i d s i + I i i d i
dTrack = 3a dx
a dx a 2 dx 2
dTgear = 2 2(0,6)2 0,781a dx
2 2 0,08 0,08
Perubahan energi potensial system :
[ dV = mi g dhi k j x j dx j ]
71
dVgear = 3g (dx/2) = g dx = 9,81 dx
dVspring = k j x j dx j = 1200(0,04) dx/2 = 24 dx
2. Sebuah gaya tetap P dikenakan pada ujung A yang merupakan dua buah roda
kecil yang sama. Akibat gaya ini system bergerak ke kanan dengan percepatan
horizontal a. Tentukan sudut steady state θ yang dibentuk antara antara kedua bar
tersebut.
Solusi
Untuk mencari “steady state” konvigurasi pergerakan virtual masing-masing bar
pada keadaan asalnya diasumsikan terjadi selama percepatan. Pengukuran
perpindahan pada ujung A mengeliminasi kerja yang dilakukan oleh gaya P selama
terjadi perpindahan virtual, karena itu:
U '= 0
energi kinetik dalam perpindahan virtual
1 l
= -ma sin sin
2 2 2 2
= - ma l cos
2
Kita pilih garis horizontal yang melalui A sebagai datum energi potensial nol,
karena itu energi potensial sambungan (link) :
72
l
Vg = 2mg cos
2 2
Dan perubahan energi potensial virtual menjadi :
l mgl
Vg 2mg cos sin
2 2 2 2
Disubstitusikan ke dalam persamaan kerja energi untuk perubahan virtual ;
U ' T V
g 0 mal cos
2
mgl
2
sin
2
dengan demikian :
2a
2 tan 1 (JAWAB )
g
Prinsip dari impul dan momentum telah dijelaskan di bab sebelumnyapada diskripsi
a. Momentum Linier
Berdasarkan definisi kita pada pembahasan momentum linier sebelumnya,
maka momentum linier suatu system massa adalah G = Σmivi. Jika ri adalah vector
posisi mi, maka vi = r i . Momentum linier suatu system didefinisikan sebagai
jumlah vector linier semua partikel system atau G = Σmi r i . Untuk sebuah system
yang mempunyai total massa yang tetap, G = d (Σmi ri )/dt . harga ini bila
momentum menjadi G = d( mr )/dt = m r dimana r kecepatan v pusat massa.
Sehingga kita dapatkan persamaan momentum linier untuk benda tegar maupun
tidak :
73
G = m v ……………………… ( 2.15 )
Gambar 6/13
Gambar 2.14
mengintegrasikannya, didapat ;
t2
ΣF = G dan F dt G2 G1 …….. ( 2.16 )
t1
t2
ΣFx = G x dan Fx dt Gx 2 Gx1 … ( 2.16a )
t1
t2
ΣFy = G y dan Fx dt Gy 2 G y1 …( 2.16b )
t1
b. Momentum sudut
74
Momentum sudut dudefnisikan sebagai suatu momen darii momentum linier.
v i , juga dapat ditulis HG = Σ ρi x mi i , dimana I adalah kecepatan massa mi .
dari gambar 2.14, kecepatan relatif menjadi = x ρi , dimana kecepatan
sudut adalah k. Karena ρi , I , dan besarnya ρi x mi i adalah ρi mi
adalah momen massa inersia bodi terhadap pusat massanya. Karena vector
umumnya tidak penting, dan kita dapat menuliskan momentum anguler terhadap
HG = I ………………….…… ( 2.17 )
momen :
t2
M G H G dan M
t1
G dt H G 2 H G1 …… ( 2.18 )
Harus diingat bahwa momen terhadap G pada momentum linier semua partikel
adalah -----
HO = I + m v d ……………….. ( 2.19 )
75
Gambar 6/14
Gambar 2.15
Jika bodi berotasi pada sumbu tetap O pada bodi sebagaimana tampak pada
HO = IO …………………… .. ( 2.20 )
Momen momentum sudut terhadap sumbu tetap O dapat ditulis dalam bentuk
t2
M O I O dan M
t1
O dt I O ( 2 1 ) … ( 2.21 )
Gambar 6/15
Gambar
76 2.16
Gambar 2.16 memperlihatkan diagram benda bebas dan diagram momentum pada
dua bodi yang saling berhubungan. Persamaan bahwa ΣF = G dan M O H O
dimana O adalah titik referensi tetap, dapat dituliskan pada tiap-tiap anggota
ΣF = G 1+ G 2 + …
…..………… ( 2.22 )
MO H O 1 + H O 2 + . . .
t2 t2
F dt (G)
t1
system M
t1
O dt (H O ) system … ( 2.23 )
d. Kekekalan Momentum
Prinsip kekekalan momentum yang telah kita pelajari dapat diterapkan pada benda
tegar tunggal maupun pada system yang saling berhubungan. Jika Σ F = 0 untuk
77
Jika momen resultan terhadap titik tetap O atau pusat massa adalah nol
selama interval waktu yang ditetapkan untuk benda tegar tunggal maupun system
Contoh soal
1. Gaya P dikenakan pada sebuah kabel yang dililitkan pada pusat hub suatu roda
simetris, Gaya P meningkat menurut P = 6,5t dimana P dalam Newton dan t
dalam detik dihitung setelah P petama kali diterapkan. Tentukan kecepatan
anguler ω roda 10 detik setelah gaya P diterapkan jika roda rolling ke kiri, dimana
kecepatan pusat adalah 0,9 m/s saat t=0. Roda mempunyai massa 60 kg dan
radius girasi terhadap pusat 250 mm. Roda rolling tanpa slip.
Solusi
Diagram benda bebas dari roda pada posisi sembarang tampak pada gambar.
Ditunjukkan pula momentum linier awal dan momentum sudut pada saat t = 0
dan dan momentum linier dan momentum sudut pada saat t = 10s. dengan
t 2 10
Fx dt Gx 2 Gx1
t1
(6,5t F ) dt 60(0,450 (0,9)
0
t 2
M G dt H G 2 H G1
t1
10
0,9
0,450 F 0,225 (6,5t )dt 60 (0,250)
2
0 0,450
78
Dengan menyelesaikan integrasi kedua persamaan tersebut di atas dan dengan
mengeliminasi F diperoleh
t 2
M G dt H G 2 H G1
t1
t2 5
= 137,4 N.m.s
= 5,63 ω + 18 N.m.s
79
Substitusi dalam persamaan momentum :
t 2
F dt G2 G1
t1
SOAL LATIHAN
1. For what acceleration a of the frame will the uniform slender rod maintain the
orientation shown in the figure? Neglect the friction and mass of the small rollers at
A and B.
2. The uniform 20-kg slender bar is pivoted at O and swings freely in the vertical
plane. If the bar is released from rest in the horizontal position, calculate the initial
value of the force R exerted by the bearing on the bar an instant after release.
3. The uniform square plate of mass m is lying motionless on the horizontal surface
when the force P is applied at A as shown. Determine the resulting initial
acceleration of point B. Friction is negligible.
80
4. The slender rod (mass m, length L) has a particle (mass 2m) attached to one end. If
the body is nudged away from the vertical equilibrium position shown, determine
its angular speed after it has rotated 180.
81
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Berbagai gerakan partikel maupun benda tegar telah dipelajari dan dijelaskan pada diktat
ini. Hukum II Newton yang menggambarkan hubungan antara gaya, massa, dan percepatan
telah dibahas secara menyeluruh meskipun secara garis besar saja. Hukum II Newton ini
mendasari kajian kinematika dan dinamika ini. Oleh karena itu, hukum ini dan aplikasinya
dibahas secara panjang lebar.
3.2 SARAN
Materi Kinematika dan dinamika ini bukanlah materi hafalan, oleh karena itu mahasiswa
hendanya tidak menghafalkan rumus-rumus yang ada. Rumus-rumus ini muncul karena
adanya suatu konsep. Oleh karena itu, mahasiswa hendaklah mempelajari dengan baik
sehingga diperoleh pemahaman yang baik, bukan dengan menghafal.
Diktat kuliah ini masih jauh dari sempurna, berbagai masukan sangat diperlukan untuk
perbaikan diktat ini.
82
Referensi:
J. L. Meriam and L. G. Kraige, Mechanics Dynamics, Volume 2, Seventh Edition, John
Willey & Son Inc
83