Anda di halaman 1dari 49

Pengantar Kalkulus Peubah Banyak

Program Studi (Sarjana) Matematika


Fakultas Sains dan Teknologi

UNIVERSITAS AIRLANGGA

2022
Kata Pengantar

Jadwal mingguan perkuliahan diambil dari buku KPB pak Koko Martono:

1. Penjelasan umum Kontrak Perkuliahan, dan Fungsi Skalar-Vektor di R2 dan R3


(Fungsi skalar-vektor di bidang, dan di ruang, garis di ruang, heliks dan lingkaran,
operasi pada fungsi skalar-vektor);

2. Fungsi Skalar-Vektor, Limit dan Kekontinuan (Limit fungsi skalar-vektor, sifat sifat
limit dan kekontinuan fungsi skalar-vektor);

3. Turunan Fungsi Skalar-Vektor (Interpretasi geometris, turunan fungsi skalar-vektor,


gerakan partikel di ruang, rumus turunan fungsi skalar-vektor), Integral Fungsi
Skalar-Vektor (Integral taktentu, integral tentu, sifat integral fungsi skalar-vektor,
panjang busur kurva ruang);

4. Permukaan Ruang dan Fungsi (Contoh permukaan, lengkungan ketinggian, fungsi


vektor-skalar, daerah dan region di Rm , operasi pada fungsi vektor-skalar), Limit dan
Kekontinuan Fungsi Vektor-Skalar (Limit fungsi dua peubah, limit fungsi vektor-
skalar, sifat limit fungsi vektor skalar, limit nilai mutlak dan prinsip apit, fungsi dua
peubah yang tidak mempunyai limit, limit fungsi tiga peubah, kekontinuan fungsi
dua peubah, sifat fungsi kontinu);

5. Turunan Parsial (Definisi, arti geometris dan fisis turunan parsial, menghitung tu-
runan parsial, vektor gradien, turunan parsial tingkat dua, turunan parsial campu-
ran tingkat dua), Fungsi Vektor-Skalar Terdifferensialkan (Tinjau ulang keterdiffer-
ensialan fungsi real, keterdifferensialan fungsi vektor-skalar, keterdifferensialan dan

i
KATA PENGANTAR ii

kekontinuan, keterdifferensialan dan kekontinuan turunan parsial), Aturan rantai


(Tinjau ulang aturan rantai fungsi real, aturan rantai untuk fungsi dua peubah);

6. Turunan Berarah (Definisi dan pengertian, arti fisis dan geometris, menghitung tu-
runan berarah, nilai terbesar dan terkecil turunan berarah, vektor gradien di bidang
dan turunan berarah, turunan berarah fungsi vektor-skalar), Bidang Singgung pada
Permukaan (konsep bidang singgung, persamaan bidang singgung), Differensial To-
tal (konsep dan pengertian, perluasan untuk fungsi tiga peubah);

7. Ekstrim Fungsi Dua Peubah (Ekstrim di titik interior, uji turunan parsial, berbagai
kasus seputar teorema ekstrim, model matematika ekstrim fungsi dua peubah, ek-
strim di titik batas), Metode Pengali Lagrange (Berbagai masalah yang berkaitan
dengan ekstrim fungsi dengan metode pengali Lagrange);

8. Fungsi M : Rm → Rn dan Medan Vektor (Medan vektor di bidang dan ruang,


medan vektor sebagai pemetaan, vektor gradien dan medan vektor, medan vektor
konservatif), Limit dan Kekontinuan fungsi M (limit fungsi M, cara menghitung
limit dan konsep kekontinuan fungsi), Kalkulus differensial fungsi M (Tinjau ulang
keterdifferensialan fungsi F : Rm → R, Keterdifferensialan fungsi M, aturan rantai
dan matriks Jacobi, aturan rantai untuk fungsi dua atau tiga peubah, aturan rantai
untuk m peubah bebas, differensial total dan matriks Jacobi);

9. Divergensi dan Rotasi Medan Vektor (Divergensi dan rotasi),

Gresik dan Surabaya, Juni 2010


Penulis

Eridani
Daftar Isi

Kata Pengantar i

Daftar Isi iii

1 Kurva dan Sifat Elementernya 1


1.1 Gambaran Umum . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
1.2 Himpunan (F SV )(2) dan (F SV )(3) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
1.2.1 Operasi pada (F SV )(3) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5
1.3 Konsep Limit dan Kekontinuan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7
1.4 Turunan dan Integral . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 9
1.4.1 Turunan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 9
1.4.2 Integral . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 13
1.5 Panjang Kurva dan Kelengkungan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 15

2 Turunan Parsial dan Aplikasinya 19


2.1 Permukaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 19
2.1.1 Bidang Datar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 19
2.1.2 Persamaan Derajat Dua . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 20
2.2 Menghitung Limit . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 23
2.3 Turunan Parsial . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 28
2.3.1 Menghitung Turunan Parsial dan Differensial . . . . . . . . . . . . . 28
2.3.2 Turunan Tingkat Dua . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 32
2.3.3 Aturan Rantai dan Turunan Fungsi Implisit . . . . . . . . . . . . . . 33
2.3.4 Turunan Berarah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 37
2.3.5 Estimasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 38

iii
Daftar Isi iv

2.4 Differensial Total . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 38


2.5 Ekstrim Fungsi Dua Peubah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 39
2.6 Pengali Lagrange . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 42
Bab 1

Kurva dan Sifat Elementernya

1.1 Gambaran Umum

Kita perkenalkan (F SS) yang menyatakan kumpulan semua fungsi g : R → R.


Sedangkan (F SV )(n) atau (F V S)(m), berturut-turut menyatakan kumpulan semua
fungsi K : R → Rn , atau fungsi F : Rm → R.
Sebarang N ∈ (F SV )(2) biasa disebut lengkungan (kurva) di bidang datar, sedangkan
Q ∈ (F SV )(3) disebut lengkungan (kurva) di ruang.
Selanjutnya, (F V V )(n, m) menyatakan kumpulan fungsi M : Rn → Rm , yang biasa
disebut medan vektor.

1.2 Himpunan (F SV )(2) dan (F SV )(3)

Sebarang N ∈ (F SV )(2) dan Q ∈ (F SV )(3), akan selalu berbentuk

N(t) := ⟨x(t), y(t)⟩, dan Q(t) := ⟨x(t), y(t), z(t)⟩, t ∈ [a, b],

dengan x, y, z ∈ (F SS).

Soal 1.1. Tentukan kurva di bidang datar yang daerah jelajahnya berupa lingkaran dengan
jejari a > 0, dan berpusat di (0, 0).

Jawab. Daerah jelajah yang dimaksud, mempunyai persamaan x2 + y 2 = a2 , dan kurva


yang dimaksud adalah N(t) := ⟨x(t), y(t)⟩, maka kita akan mendapatkan

x(t)2 + y(t)2 = a2 .

1
BAB 1. KURVA DAN SIFAT ELEMENTERNYA 2

Bila dipilih x(t) := a cos t, dan y(t) := a sin t, maka N1 (t) := ⟨a cos t, a sin t⟩ meny-
atakan (persamaan) kurva yang dimaksud.
Tentu saja, kita juga mempunyai pilihan

N2 (t) := ⟨a cos t, −a sin t⟩, atau N3 (t) := ⟨−a sin t, −a cos t⟩,

yang bisa dianggap sebagai (persamaan) kurva dengan daerah jelajah yang sama, yaitu
lingkaran yang seperti di atas. Apa beda dari masing-masing persamaan di atas ? ▶

Soal berikut ini, merupakan interpretasi fisis soal di atas.

Soal 1.2. Suatu partikel (di bidang datar) mengelilingi lingkaran x2 + y 2 = a2 dengan
waktu tempuh 2π menit untuk satu kali putaran. Jika posisi awal partikel berada di titik
(a, 0), lalu bergerak berlawanan arah jarum jam, tentukan posisi partikel saat menit ke-t.

Soal 1.3. Gambarkan lengkungan

N1 (t) := ⟨4 cos t, 3 sin t⟩, dan N2 (t) := ⟨4 sin t, 3 sin t⟩, 0 ≤ t ≤ 2π,

beserta orientasinya.

Soal 1.4. Misalkan diberikan suatu kurva, dengan ketentuan bahwa partikel yang bergerak
di sepanjang kurva selalu berjarak konstan terhadap pusat koordinat. Tentukan daerah
jelajah kurva.

Jawab. Jika kurva berada di bidang datar, maka harus dicari N ∈ (F SV )(2) yang bersifat
p
∥N(t) − 0∥2 = ∥N(t)∥2 := x(t)2 + y(t)2 = a > 0, 0 := ⟨0, 0⟩.

Oleh karena daerah jelajah kurva bersifat x(t)2 +y(t)2 = a2 , maka N(t), daerah jelajahnya
berupa lingkaran.
Jika kurva berada di ruang, maka harus dicari Q ∈ (F SV )(3) yang bersifat
p
∥Q(t) − 0∥3 = ∥Q(t)∥3 := x(t)2 + y(t)2 + z(t)2 = a > 0, 0 := ⟨0, 0, 0⟩.

Oleh karena x(t)2 + y(t)2 + z(t)2 = a2 , maka daerah jelajah Q(t) merupakan sebuah kurva
yang berada pada permukaan bola. ▶

Soal 1.5. Suatu partikel bergerak di sepanjang segmen garis dari titik (0, 0) menuju titik
(2, 4) dengan waktu tempuh 3 menit. Tentukan posisi partikel saat menit ke-t, dengan
0 < t < 3.
BAB 1. KURVA DAN SIFAT ELEMENTERNYA 3

Jawab. Cukup jelas bahwa kurva yang dicari adalah Q1 (t) := ⟨t, 2t⟩, 0 ≤ t ≤ 2.
Tetapi kurva di atas menggambarkan jejak partikel yang bergerak dari pusat koordinat
menuju titik (2, 4) dengan waktu tempuh 2 menit.
Dengan menggunakan substitusi peubah, yaitu t := 2s, maka kita punyai

Q2 (s) := ⟨2s, 4s⟩, 0 ≤ s ≤ 1.

Jelas bahwa kurva di atas menggambarkan dinamika partikel yang bergerak dari titik (0, 0)
menuju titik (2, 4) dengan waktu tempuh 1 menit.
Dengan substitusi r := 3s, maka kita akan sampai kepada
 
2r 4r
Q3 (r) := , , 0 ≤ r ≤ 3,
3 3

yang menggambarkan dinamika gerak partikel dari titik (0, 0) di sepanjang garis y = 2x,
menuju titik (2, 4) dengan waktu tempuh 3 menit. Tentu saja, Q3 (t) menyatakan posisi
partikel saat menit ke-t, dengan 0 < t < 3. ▶

Soal 1.6. Suatu partikel bergerak di sepanjang segmen garis dari titik (x1 , y1 ) menuju
titik (x2 , y2 ) dengan waktu tempuh T menit. Tentukan posisi partikel saat menit ke-t,
dengan 0 < t < T.

Soal 1.7. Misalkan a > 0. Suatu partikel bergerak dari titik (a, 0) menyusuri parabola
y = ax − x2 dan berakhir di titik (0, 0). Jika waktu tempuh keseluruhan adalah 3a menit,
tentukan posisi partikel saat menit ke-t.

Jawab. Pertama, perlu kita lihat tentang kurva

K(t) := ⟨t, at − t2 ⟩, 0 ≤ t ≤ a.

Setelah pembaca dapat menyelidiki sifat elementer kurva di atas, maka kurva yang dimak-
sud, bisa dicari. ▶
Kumpulan soal latihan di atas, mengarahkan kepada situasi yang menggambarkan
potongan (segmen) suatu kurva yang mempunyai titik awal dan titik akhir. Potongan
kurva tersebut merupakan daerah jelajah suatu partikel yang bergerak dari titik awal
kurva menuju ke titik akhir kurva dengan waktu tempuh tertentu.
Kadangkala waktu tempuh dua partikel berbeda, walau daerah jelajahnya sama, bisa
saja berbeda. Bisa juga terjadi yang dimaksud sebagai titik awal oleh suatu partikel
BAB 1. KURVA DAN SIFAT ELEMENTERNYA 4

(pada daerah jelajah yang sama) bisa dianggap sebagai titik akhir oleh partikel yang lain.
Bila titik awal dan titik akhir berimpit, bisa diperiksa pula berapa kali suatu partikel
mengelilingi kurva yang dimaksud.
Penjelasan di atas tidak bergantung kepada kurva di bidang maupun di ruang. Kita
tetap akan mendapatkan hasil yang sama, baik untuk kurva di bidang maupun di ruang.
Kita ingat kembali, garis di bidang yang melalui titik (x0 , y0 ) dan sejajar vektor ⟨a, b⟩
mempunyai persamaan K(t) := ⟨x0 + ta, y0 + tb⟩, untuk t ∈ R.
Dengan demikian, garis di ruang yang melalui titik (x0 , y0 , z0 ) dan sejajar vektor
⟨a, b, c⟩ mempunyai persamaan M(t) := ⟨x0 + ta, y0 + tb, z0 + tc⟩, t ∈ R.
Jika garis M1 sejajar vektor a1 := ⟨a1 , b1 , c1 ⟩ dan garis M2 sejajar vektor a2 :=
⟨a2 , b2 , c2 ⟩, maka sudut yang dibentuk oleh M1 dan M2 adalah ∠ [M1 , M2 ] dan

a1 · a2
cos ∠ [M1 , M2 ] = , 0◦ ∠ [M1 , M2 ] ≤ 180◦ .
∥a1 ∥3 ∥a2 ∥3

Soal 1.8. Tentukan persamaan garis yang melalui titik (x1 , y1 , z1 ) dan (x2 , y2 , z2 ).

Soal 1.9. Misalkan a, b > 0. Tentukan daerah jelajah kurva-kurva dengan persamaan

N(t) := ⟨cos at, sin at, b⟩, atau M(t) := ⟨cos at, sin at, bt⟩, t ∈ R.

Soal 1.10. Misalkan a, b dan c tiga buah vektor di ruang, dengan b, c saling tegak lurus,
juga keduanya mempunyai panjang r > 0. Selidiki lintasan kurva

r(t) := a + (cos t)b + (sin t)c.

Soal 1.11. Misalkan L menyatakan lingkaran dengan jejari 5 satuan panjang, berpusat
di (0, 0, 0), dan terletak pada bidang y = 2x. Tentukan kurva yang daerah jelajahnya L.

Jawab. Oleh karena bidang y = 2x tegak lurus bidang XY dan memuat sumbu-z, maka
bidang tersebut merupakan ruang vektor yang dibangun oleh vektor k := ⟨0, 0, 1⟩ dan b,
dengan b terletak pada bidang XY dan ∥b∥3 = 1.
Jelas bahwa kurva yang dimaksud adalah

N(t) := (5 cos t)b + (5 sin t)k, dengan t ∈ [0, 2π].

Karena b terletak pada bidang XY, dengan ∥b∥3 = 1, maka



5
b := ⟨x, y, 0⟩ = ⟨x, 2x, 0⟩ = xi + 2xj, i := ⟨1, 0, 0⟩, j := ⟨0, 1, 0⟩, x = .
5
BAB 1. KURVA DAN SIFAT ELEMENTERNYA 5

Dengan demikian, bentuk eksplisit untuk N adalah


√ √
5 2 5
N(t) = (5 cos t)b + (5 sin t)k = (5 cos t)( i+ j) + (5 sin t)k
5 5
√ √
= 5 cos t, 2 5 cos t, 5 sin t . ▶

Soal 1.12. Tentukan kurva yang daerah jelajahnya berupa ellips yang berpusat di (0, 0, 0),
panjang sumbu panjang dan pendeknya masing-masing adalah 6 dan 4, dan ellips tersebut
terletak pada bidang y = 2x.

Soal 1.13. Suatu ellips merupakan perpotongan bidang z = x, dan tabung x2 + y 2 = 4.


Tentukan kurva yang daerah jelajahnya adalah ellips tersebut.

Soal 1.14. Tentukan (persamaan) kurva yang merupakan perpotongan

(a). silinder x2 + y 2 = 4 dan permukaan z = xy;


p
(b). kerucut z = x2 + y 2 dan bidang z = 1 + y;

(c). paraboloida z = 4x2 + y 2 dan parabolik silinder y = x2 ;

(d). hiperboloida z = x2 − y 2 dan silinder x2 + y 2 = 1;

(e). silinder x2 + z 2 = 1 dan semielipsoida x2 + y 2 + 4z 2 = 4, y ≥ 0.

Jawab. Cukup jelas bahwa x2 + y 2 = 4 dapat diwakili oleh persamaan parametrik

x(t) := 2 cos t, y(t) := 2 sin t, t ∈ R.

Selanjutnya, dari z = xy, akan kita punyai

r(t) := ⟨2 cos t, 2 sin t, 2 sin(2t)⟩, t ∈ R. ▶

1.2.1 Operasi pada (F SV )(3)

Jika diberikan kurva-kurva Mp (t) := ⟨xp (t), yp (t), zp (t)⟩, dengan p = 1, 2, dan t ∈ [a, b],
maka dapat diperoleh kurva baru hasil operasi yang dilakukan terhadap M1 dan M2 .
Jika α, β ∈ R, maka kurva αM1 + βM2 mempunyai persamaan

(αM1 + βM2 )(t) := ⟨α x1 (t) + β x2 (t), α y1 (t) + β y2 (t), α z1 (t) + β z2 (t)⟩, t ∈ [a, b].
BAB 1. KURVA DAN SIFAT ELEMENTERNYA 6

Kita juga mempunyai kurva M1 × M2 , yang didefinisikan dengan persamaan


     
y1 (t) z1 (t) z1 (t) x1 (t) x1 (t) y1 (t)
 
(M1 × M2 )(t) := det   , det   , det   ,
y2 (t) z2 (t) z2 (t) x2 (t) x2 (t) y2 (t)
untuk t ∈ [a, b]. Perlu kita ingat, bahwa
 
a b
det   := ad − bc.
c d
Selanjutnya, juga kita punyai fungsi skalar M1 · M2 dengan ketentuan

(M1 · M2 )(t) := x1 (t)x2 (t) + y1 (t)y2 (t) + z1 (t)z2 (t), t ∈ [a, b].

Soal 1.15. Jika diketahui K1 (t) := ⟨t, sin t, cos t⟩, K2 (t) := ⟨1, t, t2 ⟩, tentukan K1 · K2
dan K1 × K2 .

Soal 1.16. Tentukan garis lurus yang melalui titik (1, −1, 2) dan tegak lurus bidang
−2x + 3y = 5.

Jawab. Sebuah soal yang sederhana dan menarik. Sederhana, karena soal ini sudah pernah
kita bahas di kuliah Geometri Analitik. Menarik, karena soal ini bisa kita kerjakan kembali
dengan menggunakan konsep dan sifat elementer vektor. ▶

Soal 1.17. Misalkan suatu partikel bermuatan mempunyai kecepatan M(t) := ⟨2t, 3t2 , 0⟩,
bergerak pada medan magnet homogen i. Tentukan

F(t) := qM(t) × i,

yang menyatakan besarnya gaya yang bekerja pada partikel tersebut.

Soal 1.18. Misalkan N(t) := ⟨3t, t − 4, t2 ⟩, dan N ′ (t) := ⟨3, 1, 2t⟩, berturut-turut meny-
atakan posisi dan kecepatan gerak suatu partikel. Hitunglah

K(t) := mN(t) × N ′ (t),

yang menyatakan momentum sudut, dengan m adalah massa partikel.

Soal 1.19. Misalkan p, m ̸= 0. Carilah koordinat (x, y) di parabola y 2 = 4px sehingga


garis singgung di titik tersebut memiliki gradien m.
Buktikan bahwa  
p 2p
Q(m) := , ,
m2 m
menyatakan persamaan untuk kurva y 2 = 4px.
BAB 1. KURVA DAN SIFAT ELEMENTERNYA 7

1.3 Konsep Limit dan Kekontinuan

Sekarang kita siap untuk mendefinisikan pengertian limit untuk fungsi bernilai vektor.

Definisi 1.20. Misalkan diberikan r : [a, b] → ⟨x(t), y(t)⟩, dan a := ⟨L1 , L2 ⟩.


Jika a < c < b, dan t → c mengakibatkan r(t) → a, maka situasi tersebut kita
notasikan dengan lim r(t) = a, dan diartikan sebagai lim x(t) = L1 , dan lim y(t) = L2 .
t→c t→c t→c

Teorema 1.21. (Karakterisasi Limit). Misalkan diberikan x : [a, b] → R. Untuk a < c < b,
kita punyai lim x(t) = L1 , jika dan hanya jika lim |x(t) − L1 | = 0.
t→c t→c

Teorema 1.22. (Prinsip Apit). Misalkan diberikan fungsi fungsi f, g, h : [a, b] → R, yang
bersifat f (t) ≤ g(t) ≤ h(t) untuk semua a ≤ t ≤ b. Untuk a < c < b, berlaku

lim f (t) = L = lim h(t) = L ⇒ lim g(t) = L.


t→c t→c t→c

Teorema 1.23. (Karakterisasi Limit). Misalkan diberikan r : [a, b] → ⟨x(t), y(t)⟩, dan
a := ⟨L1 , L2 ⟩. Untuk a < c < b, kita punyai lim r(t) = a, jika dan hanya jika
t→c

lim ∥r(t) − a∥2 = 0.


t→c

Bukti. Misalkan diketahui lim ∥r(t) − a∥2 = 0, atau lim ∥r(t) − a∥22 = 0.
t→c t→c
Cukup jelas bahwa pernyataan di atas, setara dengan

lim[(x(t) − L1 )2 + (y(t) − L2 )2 ] = 0, atau lim |x(t) − L1 |2 = 0 = lim |y(t) − L2 |2 .


t→c t→c t→c

Kita lihat bahwa fakta terakhir, ekivalen dengan

lim |x(t) − L1 | = 0 = lim |y(t) − L2 |,


t→c t→c

yang berarti lim x(t) = L1 , dan lim y(t) = L2 . Dengan demikian


t→c t→c

lim r(t) = a.
t→c

Oleh karena proses di atas dapat dibalik, maka kita sampai kepada akhir bukti. ■

Misalkan diketahui lim r(t) = a. Dengan mengingat rumus


t→c

∥r(t)∥3 − ∥a∥3 ≤ ∥r(t) − a∥3 ,


BAB 1. KURVA DAN SIFAT ELEMENTERNYA 8

dan melalui prinsip Apit, kita akan sampai kepada

lim ∥r(t)∥3 = ∥a∥3 .


t→c

Misalkan diberikan kurva r1 , r2 : [a, b] → R3 , dan a < c < b. Jika t → c mengakibatkan


rk (t) → ak , k = 1, 2, maka

0 ≤ |r1 (t) · r2 (t) − a1 · a2 | = |r1 (t) · r2 (t) − r1 (t) · a2 + r1 (t) · a2 − a1 · a2 |

≤ |r1 (t) · (r2 (t) − a2 )| + |a2 · (r1 (t) − a1 )|

≤ ∥r1 (t)∥3 ∥r2 (t) − a2 ∥3 + ∥a2 ∥3 ∥r1 (t) − a1 ∥3 .

Oleh karena lim rk (t) = ak , maka lim ∥rk (t)−ak ∥3 = 0, k = 1, 2. Dengan menggunakan
t→c t→c
Prinsip Apit, maka lim |r1 · r2 (t) − a1 · a2 | = 0, atau
t→c

lim r1 (t) · r2 (t) = a1 · a2 .


t→c

Secara sama, buktinya ditinggalkan sebagai latihan, dapat pula ditunjukkan bahwa

lim r1 (t) × r2 (t) = a1 × a2 .


t→c

Sebarang kurva r : [a, b] → R3 dikatakan kontinu di c ∈ (a, b), jika

lim r(t) = r(c).


t→c

Soal 1.24. Buktikan, sebarang garis merupakan kurva yang kontinu.

Jawab. Untuk alasan kesederhanaan, kita hanya akan membahas garis lurus di bidang
datar, dengan persamaan r(t) := ⟨m1 t + c1 , m2 t + c2 ⟩, dengan t ∈ R.
Akan ditunjukkan lim r(t) = r(p), atau lim ∥r(t) − r(p)∥2 = 0, untuk setiap p ∈ R.
t→p t→p
Kita tinjau ketaksamaan berikut ini, yaitu:
q q
0 ≤ ∥r(t) − r(p)∥2 = m21 (t − p)2 + m22 (t − p)2 ≤ |t − p| m21 + m22 .

Jika t → p, maka |t−p| → 0. Dengan menggunakan Prinsip Apit, maka ∥r(t)−r(p)∥2 → 0,


dan terbuktilah apa yang diinginkan. ▶

Soal 1.25. Buktikan, kurva r(t) := ⟨3t, 2t2 , t3 ⟩ kontinu di c ∈ (0, 1).

Soal 1.26. Diberikan x, y : [a, b] → R, r(t) := ⟨x(t), y(t)⟩, dan c ∈ (a, b).
Buktikan r kontinu di c, jika dan hanya jika x, y kontinu di c.
BAB 1. KURVA DAN SIFAT ELEMENTERNYA 9

Diberikan kurva r1 , r2 : [a, b] → R3 yaitu rk (t) := ⟨xk (t), yk (t), zk (t)⟩, dengan k = 1, 2.
Diketahui rk kontinu di c ∈ (a, b), dan α ∈ R. Kita definisikan

αr1 (t) := ⟨αx1 (t), αy1 (t), αz1 (t)⟩, (r1 +r2 )(t) := ⟨x1 (t)+x2 (t), y1 (t)+y2 (t), z1 (t)+z2 (t)⟩.

Selanjutnya, untuk fungsi u : R → R yang diberikan, kita definisikan

(u r1 )(t) := ⟨u(t)x1 (t), u(t)y1 (t), u(t)z1 (t)⟩, (r1 ◦ u)(t) := ⟨x1 (u(t)), y1 (u(t)), z1 (u(t))⟩.

Tentu saja definisi di atas hanya bermakna, jika daerah asal dan hasil u bersesuaian dengan
operasi yang disajikan.

Soal 1.27. Untuk u(t) := t2 , dan r(t) := ⟨sin t, cos t, et ⟩, tentukan u r dan r ◦ u.

Kita lanjutkan diskusi kita dengan menunjukkan bahwa αr1 dan r1 + r2 keduanya
kontinu. Cukup jelas bahwa kesamaan di bawah ini,

0 ≤ ∥αr1 (t) − αr1 (c)∥3 = |α|∥r1 (t) − r1 (c)∥3 ,

menyatakan bahwa αr1 kontinu di c ∈ (a, b).


Sedangkan ketaksamaan berikut,

0 ≤ ∥(r1 (t) + r2 (t)) − (r1 (c) + r2 (c))∥3 ≤ ∥r1 (t) − r1 (c)∥3 + ∥r2 (t) − r2 (c)∥3 ,

juga jelas menyatakan bahwa r1 +r2 kontinu di c ∈ (a, b). Detil bukti keduanya diserahkan
kepada pembaca sebagai latihan.

Soal 1.28. Misalkan α, β ∈ R. Jika rk : [a, b] → R3 , k = 1, 2, kontinu di c ∈ (a, b),


buktikan αr1 + βr2 juga kontinu di c.

1.4 Turunan dan Integral

1.4.1 Turunan

Misalkan diberikan x, y, z : [a, b] → R, dan c ∈ (a, b). Kita definisikan

x(t) − x(c)
x ′ (c) := lim , asalkan limit di ruas kanan, ada.
t→c t−c

Selanjutnya, untuk r(t) := ⟨x(t), y(t), z(t)⟩, dengan a ≤ t ≤ b, dan c ∈ (a, b), kita
definisikan r ′ (c) := ⟨x ′ (c), y ′ (c), z ′ (c)⟩. Notasi r ′ (c) menyatakan turunan r di c.
BAB 1. KURVA DAN SIFAT ELEMENTERNYA 10

Soal 1.29. Tuliskan garis yang menyinggung kurva y := F (x) di titik (x0 , y0 ).

Jawab. Cukup jelas bahwa garis singgung yang dimaksud adalah y − y0 = F ′ (x0 )(x − x0 ).
Dengan menggunakan fakta bahwa

y − y0 x − x0

= (= t), maka
F (x0 ) 1

y = y(t) = y0 + tF ′ (x0 ), x = x(t) = x0 + t, atau

⟨x(t), y(t)⟩ = ⟨x0 , y0 ⟩ + t⟨1, F ′ (x0 )⟩, t ∈ R,

menyatakan persamaan garis yang dimaksud tetapi dalam notasi vektor. ▶

Soal 1.30. Tuliskan garis yang menyinggung kurva (dengan persamaan parametrik)

(x, y) := (f (t), g(t)), di titik (f (t0 ), g(t0 )).

Secara geometris, kita punyai fakta, bahwa

b(t) := r(c) + r ′ (c)(t − c),

menyatakan garis yang menyinggung kurva r di titik (x(c), y(c), z(c)), asalkan r ′ (c) ̸= 0.

Soal 1.31. Tentukan garis yang menyinggung (kurva) helix r(t) := ⟨cos t, sin t, t⟩ di titik
(−1, 0, π).

Jawab. Kita tahu bahwa titik yang dimaksud merupakan titik ujung vektor r(π).
Selain itu, dari r ′ (t) = ⟨− sin t, cos t, 1⟩, maka r ′ (π) = ⟨0, −1, 1⟩, dan ini berarti

b(t) := r(π) + r ′ (π)(t − π) = ⟨−1, π − t, t⟩,

menyatakan garis yang menyinggung helix di titik (−1, 0, π). ▶

Soal 1.32. Tentukan garis yang menyinggung kurva r(t) := ⟨2t − 1, 1 − t2 , e−t ⟩, di titik
(−1, 1, 1).

Soal 1.33. Vektor a di R2 disebut vektor satuan, jika ∥a∥2 = 1.


Tentukan vektor singgung satuan di titik (1, 1), pada kurva b(t) := ⟨t, 2t3 − t4 ⟩.

Soal 1.34. Tentukan vektor singgung satuan di sebarang titik pada lingkaran yang ber-
pusat di (0, 0, 0), dengan jejari 4, dan terletak pada bidang y = 2x.
BAB 1. KURVA DAN SIFAT ELEMENTERNYA 11

Soal 1.35. Jika diberikan kurva r1 , r2 : [a, b] → R3 , tuliskan rumus untuk kurva-kurva
(r1 ± r2 ) ′ (t), (r1 · r2 ) ′ (t), dan (r1 × r2 ) ′ (t).
Dapatkan rumus di atas, dalam hal

r1 (t) := ⟨cos t, sin t, t⟩, r2 (t) := ⟨t, t2 , t3 ⟩.

Soal 1.36. Diberikan kurva r : [a, b] → R3 yang bersifat r(t) ̸= 0 ̸= r ′ (t).


Buktikan: r ⊥ r ′ , jika dan hanya jika ∥r(t)∥3 konstan.

Kita akan memperkenalkan beberapa notasi yang terkait dinamika partikel. Pertama-
tama kita akan mendefinisikan vektor posisi r(t) (yang menyatakan posisi partikel saat
waktu ke-t). Lalu kita notasikan pula r ′ (t) yang menyatakan (vektor) kecepatan, dan
vr (t) := ∥r ′ (t)∥ menyatakan laju partikel saat waktu ke-t.
Selanjutnya, r ′′ (t) menyatakan vektor percepatan dan ar (t) := ∥r ′′ (t)∥ menyatakan
percepatan partikel di waktu-t.
Sebagai tambahan, jika diberikan r : [a, b] → R3 menyatakan vektor posisi suatu
partikel, maka
Z t
S(t) := ∥r ′ (p)∥3 dp, a ≤ t ≤ b,
a
menyatakan panjang lintasan yang ditempuh partikel dari waktu ke-a, sampai waktu ke-t.
Saat di Sekolah Menengah, telah diketahui bahwa

N(t) := ⟨tV0 cos α, tV0 sin α − [1/2]gt2 ⟩

menyatakan posisi benda waktu ke-t, setelah ditembakkan oleh meriam dengan sudut
elevasi α, dan kecepatan awal V0 . Cukup jelas bahwa kurva yang menyatakan posisi benda
bergerak akan berbentuk parabola.
Kecepatan benda saat waktu ke-t, adalah N ′ (t) = ⟨V0 cos α, V0 sin α − gt⟩, sedangkan
vektor percepatannya adalah N ′′ (t) = ⟨0, −g⟩, yaitu percepatan yang diakibatkan oleh
gravitasi bumi.

Soal 1.37. Buktikan, helix b(t) := ⟨cos t, sin t, t⟩ mempunyai laju dan percepatan kon-
stan.

Soal 1.38. Suatu partikel dengan massa m0 bergerak dengan laju konstan disepanjang
lingkaran dengan jejari r0 . Carilah posisi partikel setiap saat. Tentukan pula vektor per-
cepatan partikel.
BAB 1. KURVA DAN SIFAT ELEMENTERNYA 12

Soal 1.39. Diberikan fungsi f : R → R, dan posisi partikel N(t) := ⟨t, f (t)⟩. Tentukan
panjang lintasan yang ditempuh partikel mulai t = 0 sampai dengan t = a > 0.

Soal 1.40. Untuk sebarang kurva M : [a, b] → R3 , buktikan


d  M(t) · M ′ (t)
∥M(t)∥3 = .
dt ∥M(t)∥3
Jawab. Misalkan M(t) := ⟨x(t), y(t), z(t)⟩, dengan x, y, z : [a, b] → R.
Jika didefinisikan F (t) := ∥M(t)∥3 , maka

F (t)2 = ∥M(t)∥23 = M(t) · M(t) = [x(t)]2 + [y(t)]2 + [z(t)]2 , atau

F (t)F ′ (t) = x(t)x ′ (t) + y(t)y ′ (t) + z(t)z ′ (t) = M(t) · M ′ (t),

yang akan mengarahkan kita kepada hasil yang diinginkan. ▶

Soal 1.41. Untuk kurva M(t) := ⟨cos t, sin t, t2 ⟩, hitunglah


d d
∥M ′ (t)∥3 .
 
∥M(t)∥3 , dan
dt dt
Soal 1.42. Misalkan a dan b dua vektor taksejajar di R3 .
Jika r(t) := [cos (ωt)]a + [sin (ωt)]b, buktikan
dr d2 r
r× = ω[a × b], dan + ω 2 r = 0.
dt dt2
Soal 1.43. Suatu partikel bergerak di sepanjang kurva b(t); = ⟨et , e−t , cos t⟩ sampai ter-
bang meninggalkan lintasan saat t = 1, dan menyusuri garis singgungnya dengan ke-
cepatan konstan. Tentukan posisi partikel saat t = 2.

Soal 1.44. Untuk b(t) := ⟨t(log t − 1), t2 , t⟩, buktikan vb (1) = ab (1).

Soal 1.45. Untuk M(t) := ⟨cos (2t), sin (2t), t2 ⟩, buktikan

(1 + t2 )aM (t)2 = 5vM (t)2 , t ∈ R.

Soal 1.46. Untuk N(t) := ⟨[p/2]t2 − 6t + 7, t2 − 4, t2 − 10⟩, yang bersifat N ′ (1) ⊥ N ′′ (1),
tentukan konstanta p.

Soal 1.47. Jika diketahui dinamika partikel di sepanjang kurva b(t) := ⟨cos t, sin t, et ⟩,
hitunglah besar sudut yang terbentuk antara b ′ (0) dan b ′′ (0).

Soal 1.48. Diberikan suatu vektor b, dan suatu kurva r yang bersifat r(t) · b = cos t,
untuk semua t ∈ R.
Jika sudut yang dibentuk antara b dan r(t) adalah 60◦ , buktikan r ′ (t)·r ′′ (t) = 2 sin(2t).
BAB 1. KURVA DAN SIFAT ELEMENTERNYA 13

1.4.2 Integral

Misalkan diberikan r(t) := ⟨x(t), y(t), z(t)⟩, dengan t ∈ [a, b]. Kita definisikan
Z b Z b Z b Z b 
r(t) dt := x(t) dt, y(t) dt, z(t) dt .
a a a a

Jika r(t) := ⟨2t, 3t2 , 4t3 ⟩, untuk 0 ≤ t ≤ a, maka


Z a  
2 t=a 3 t=a 4 t=a
r(t) dt := t t=0 , t t=0 , t t=0 = ⟨a2 , a3 , a4 ⟩.
0

Misalkan kita punyai rk (t) := ⟨xk (t), yk (t), zk (t)⟩, untuk t ∈ [a, b] dan k = 1, 2, maka

r1 (t) + r2 (t) := ⟨x1 (t) + x2 (t), y1 (t) + y2 (t), z1 (t) + z2 (t)⟩, dan
Z b
[r1 (t) + r2 (t)] dt
a
Z b Z b Z b 
= [x1 (t) + x2 (t)] dt, [y1 (t) + y2 (t)] dt, [z1 (t) + z2 (t)] dt
a a a
Z b Z b Z b  Z b Z b Z b 
= x1 (t) dt, y1 (t) dt, z1 (t) dt + x2 (t) dt, y2 (t) dt, z2 (t) dt
a a a a a a
Z b Z b
= r1 (t) dt + r2 (t) dt.
a a
Selanjutnya, untuk sebarang α ∈ R, akan kita punyai pula
Z b Z b
α r1 (t) dt = αr1 (t) dt.
a a

Juga untuk sebarang c ∈ [a, b], akan kita peroleh


Z b Z c Z b
r1 (t) dt = r1 (t) dt + r1 (t) dt.
a a c

Misalkan x, y, z : [a, b] → R mempunyai turunan di (a, b) dan memenuhi Teorema


Fundamental Kalkulus. Cukup jelas bahwa
Z b Z b Z b Z b 
′ ′ ′ ′
r (t) dt := x (t) dt, y (t) dt, z (t) dt
a a a a

= ⟨x(b) − x(a), y(b) − y(a), z(b) − z(a)⟩

= r(b) − r(a),

dan ini berarti r juga memenuhi Teorema Fundamental Kalkulus. Cukup jelas bahwa
untuk sebarang x ∈ [a, b], akan kita punyai juga
Z x Z x
d d
r ′ (t) dt = r(x) − r(a), yang berakibat r ′ (t) dt = [r(x) − r(a)] = r ′ (x).
a dx a dx
BAB 1. KURVA DAN SIFAT ELEMENTERNYA 14

Jika digunakan substitusi b 7→ r ′ , maka kita punyai


Z x
d
b(t) dt = b(x), a < x ≤ b.
dx a
Soal 1.49. Jika c adalah sebarang vektor di R3 , buktikan
Z b Z b
c· r(t) dt = c · r(t) dt.
a a

Jawab. Misalkan c := ⟨c1 , c2 , c3 ⟩, dengan r(t) := ⟨x(t), y(t), z(t)⟩, t ∈ [a, b].
Hal ini berarti c · r(t) := c1 x(t) + c2 y(t) + c3 z(t), dan
Z b Z b
c · r(t) dt = [c1 x(t) + c2 y(t) + c3 z(t)] dt
a a
Z b Z b Z b Z b
= c1 x(t) dt + c2 y(t) dt + c3 z(t) dt = c · r(t) dt. ▶
a a a a
Jika pada kesimpulan soal di atas, kita misalkan
Z b
c= r(t) dt,
a

maka kita akan sampai kepada


Z b 2 Z b Z b Z b
2
r(t) dt = ∥c∥3 = c · c = c · r(t) dt = c · r(t) dt ≤ |c · r(t)| dt
a 3 a a a
Z b Z b
≤ ∥c∥3 · ∥r(t)∥3 dt = ∥c∥3 ∥r(t)∥3 dt.
a a

Jika kita misalkan c ̸= 0, atau ∥c∥3 > 0, maka


Z b Z b
r(t) dt ≤ ∥r(t)∥3 dt.
a 3 a

Soal 1.50. Misalkan tb ′ (t) = b(t) + tc, untuk suatu vektor konstan c.
Jika b(1) = 2c, hitunglah b(3).

Soal 1.51. Jika r ′ (t) = 0, buktikan r adalah suatu vektor konstan.

Soal 1.52. Jika b ′′ (t) = tc1 + c2 , dengan b(0) = b ′ (0) = 0, tentukan b(t).

Jawab. Misalkan ck := ⟨pk , qk , rk ⟩, dengan k = 1, 2. Ini berarti

b ′′ (t) := ⟨tp1 + p2 , tq1 + q2 , tr1 + r2 ⟩.

Dengan sedikit perhitungan sederhana, cukup jelas bahwa


 2
t2 t2

′ ′ t
b (0) = 0 ⇒ b (t) = p1 + tp2 , q1 + tq2 , r1 + tr2 .
2 2 2
BAB 1. KURVA DAN SIFAT ELEMENTERNYA 15

Pada akhirnya, kita akan sampai kepada


 3
t p1 t2 p2 t3 q1 t2 q2 t3 r1 t2 r2

b(0) = 0 ⇒ b(t) = + , + , +
6 2 6 2 6 2
3
t c1 t c22
⇒ b(t) = + . ▶
6 2

Soal 1.53. Tentukan b : (0, ∞) → R3 , yang bersifat

1 t
Z
t
b(t) = te c + b(p) dp,
t 1

dengan c suatu vektor konstan.

1.5 Panjang Kurva dan Kelengkungan

Misalkan diberikan (potongan) kurva y := F (x), untuk x ∈ [a, b]. Telah diketahui bahwa
panjang segmen kurva yang menghubungkan titik (a, F (a)) ke titik (b, F (b)) adalah
Z bp
sF := 1 + [F ′ (t)]2 dt.
a

Misalkan diberikan segmen garis y := mx, dengan 0 ≤ x ≤ a. Cukup jelas bahwa


panjang (segmen) garis yang menghubungkan titik (0, 0) ke titik (a, ma) adalah
Z ap p
1 + m2 dt = a 1 + m2 .
0

Persis seperti hasil dalam geometri elementer dengan bantuan teorema Pythagoras.

Soal 1.54. Jika diberikan kurva r(t) := ⟨x(t), y(t)⟩, t0 ≤ t ≤ t1 , buktikan, panjang kurva
yang menghubungkan titik (x(t0 ), y(t0 )) ke titik (x(t1 ), y(t1 )) adalah
Z t1
∥r ′ (t)∥2 dt.
t0

Jawab. Misalkan kurva yang dimaksud mempunyai persamaan y = F (x). Ini berarti
y(t) = F (x(t)). Dengan menggunakan Aturan Rantai, maka

y ′ (t) dy
y ′ (t) = F ′ (x(t))x ′ (t), atau F ′ (x) = F ′ (x(t)) = ′
= .
x (t) dx

Untuk a := x(t0 ) dan b := x(t1 ), kita akan sampai kepada


Z bp Z bp ′ 2
′ 2
|x (t)| + |y ′ (t)|2 ′
1 + [F (x)] dx = x (t) dt.
a a |x ′ (t)|
BAB 1. KURVA DAN SIFAT ELEMENTERNYA 16

Jika x(t) fungsi naik, maka |x ′ (t)| = x ′ (t) dan a = x(t0 ), b = x(t1 ) ekivalen dengan

t0 = x−1 (a), t1 = x−1 (b).

Dengan demikian, akan kita punyai


Z bp Z t1 Z t1
∥r ′ (t)∥2 dt.
p
′ 2
1 + [F (x)] dx = ′ 2 ′ 2
|x (t)| + |y (t)| dt =
a t0 t0

Hasil yang sama tetap akan diperoleh, saat x(t) fungsi turun. ▶

Soal 1.55. Misalkan diketahui b(t) := ⟨x(t), y(t), z(t)⟩. Tentukan panjang lintasan yang
ditempuh disepanjang kurva, mulai dari t = t0 sampai t = t1 .
Tentukan panjang lintasan kurva b1 (t) := ⟨t − sin t, 1 − cos t⟩,

b2 (t) := ⟨cos t, sin t, t2 /2⟩, dan b3 (t) := ⟨a cos3 t, a sin3 t⟩, 0 ≤ t ≤ 2π.

Soal 1.56. Buktikan, kurva r(t) := ⟨1 + cos t, sin t, 2 sin[t/2]⟩, t ∈ [−2π, 2π] terletak pada
perpotongan permukaan permukaan bola x2 + y 2 + z 2 = 4 dan silinder (x − 1)2 + y 2 = 1.
Buktikan bahwa ∥r ′ (t)∥3 = 1 + cos2 [t/2].
p

Kita ulangi sekali lagi, jika r(t) := ⟨x(t), y(t)⟩, t0 ≤ t ≤ t1 , maka dapat didefinisikan
Z t
s(t) = sr (t) := ∥r ′ (u)∥2 du, t0 ≤ t ≤ t1 .
t0

Melalui Teorema Fundamental Kalkulus, maka s ′ (t) := ∥r ′ (t)∥2 , t0 < t < t1 .


Oleh karena s ′ (t) > 0 di interval (t0 , t1 ), maka s := s(t) adalah fungsi naik, yang
berarti mempunyai balikan yaitu t := t(s). Jika didefinisikan

b(s) := r(t) = r(t(s)) = ⟨x(t(s)), y(t(s))⟩, maka

b ′ (s) := ⟨x ′ (t)t ′ (s), y ′ (t)t ′ (s)⟩ = t ′ (s)⟨x ′ (t), y ′ (t)⟩ = t ′ (s)r ′ (t), dan
dt ds
∥b ′ (s)∥2 = ∥t ′ (s)r ′ (t)∥2 = |t ′ (s)|∥r ′ (t)∥2 = |t ′ (s)||s ′ (t)| = · = 1.
ds dt
Kita simpulkan bahwa sebarang kurva bisa diubah (melalui substitusi fungsi panjang
kurva/busur) menjadi kurva dengan laju satuan.
Kita mulai dengan kurva r(t) := ⟨R cos t, R sin t⟩, 0 ≤ t ≤ 2π, dan R > 0. Oleh karena
Z t
s = s(t) := ∥r ′ (u)∥2 du = Rt, ⇒ b(s) := ⟨R cos[s/R], R sin[s/R]⟩,
0
BAB 1. KURVA DAN SIFAT ELEMENTERNYA 17

cukup jelas bahwa ∥b ′ (s)∥2 = 1.


Selanjutnya, untuk kurva r(t) := ⟨a cos t, a sin t, bt⟩, dengan 0 ≤ t ≤ 2π, maka
p p
sr := 2π a2 + b2 , dan s(t) = sr (t) := t a2 + b2 .

Menggunakan substitusi t = s/ a2 + b2 , akan kita punyai
     
s s bs
b(s) := a cos √ , a sin √ ,√ ,
a2 + b2 a2 + b2 a2 + b2
dengan ketentuan bahwa ∥b ′ (s)∥3 = 1.
Untuk pemetaan J(a, b) := (−b, a), dan sebarang kurva r(t), didefinisikan kelengkun-
gan kurva sebagai
r ′′ (t) · Jr ′ (t)
κr (t) := .
∥r ′ (t)∥3
Dari kurva planar r(t) := ⟨x(t), y(t)⟩, cukup jelas bahwa

x ′ (t)y ′′ (t) − x ′′ (t)y ′ (t)


κr (t) = .
[(x ′ (t))2 + (y ′ (t))2 ]3/2
Untuk segmen garis r(t) := ⟨t, mt⟩, akan diperoleh κr (t) = 0. Cukup jelas, karena kita
tahu bahwa garis memang tidak melengkung.
Untuk lingkaran t 7→ ⟨R cos t, R sin t⟩ akan kita punyai

(−R sin t)(−R sin t) − (−R cos t)(R cos t) 1


κ1 (t) = = .
[R2 sin2 t + R2 cos2 t]3/2 R

Sedangkan untuk lingkaran t 7→ ⟨R cos t, −R sin t⟩ akan diperoleh

(−R sin t)(R sin t) − (−R cos t)(−R cos t) 1


κ2 (t) = 2 2 2 2 3/2
=− .
[R sin t + R cos t] R

Cukup jelas bahwa dengan semakin kecilnya jejari lingkaran, maka kelengkungan lingkaran
semakin besar (Tentu cukup jelas, lingkaran dengan jejari yang semakin kecil maka lingkaran-
nya akan semakin melengkung). Sebaliknya, lingkaran dengan jejari yang semakin mem-
besar, maka lingkaran tersebut akan semakin tidak melengkung (semakin lurus). Kita
simpulkan bahwa segmen garis dapat dianggap sebagai bagian dari lingkaran dengan je-
jari takhingga.
Selanjutnya, lingkaran pertama dikatakan bergerak dengan orientasi positif, karena
mempunyai kelengkungan positif. Kita ingat bahwa gerak yang berorientasi positif adalah
gerak yang berlawanan arah jarum jam. Sedangkan lingkaran kedua berorientasi negatif
(orientasi geraknya searah jarum jam) karena punya kelengkungan negatif.
BAB 1. KURVA DAN SIFAT ELEMENTERNYA 18

Soal 1.57. Tentukan titik pada parabola y 2 = 4px, dimana kelengkungan pada titik
tersebut paling besar. Buktikan jawaban anda.

Kita punyai kurva r(t) berikut penyajiannya dalam bentuk substitusi panjang busur,
yaitu r(s). Kelengkungan r(s) adalah

r ′′ (s) · Jr ′ (s)
κr (s) = = r ′′ (s) · Jr ′ (s),
∥r ′ (s)∥32

tentu dengan mengingat bahwa r(s) mempunyai laju satuan.


Dari pemetaan J, untuk sebarang vektor a di R2 akan berlaku a · Ja = 0 atau a
tegaklurus dengan Ja.
Dari fakta ∥r ′ (s)∥2 = 1, maka r ′′ (s) · r ′ (s) = 0 atau r ′′ (s) ⊥ r ′ (s). Info sebelumnya
menyatakan bahwa r ′ (s) ⊥ Jr ′ (s), dan ini berarti r ′′ (s) sejajar Jr ′ (s).
Kita pilih λ ̸= 0 yang bersifat r ′′ (s) = λJr ′ (s), dan selanjutnya

κr (s) = r ′′ (s) · Jr ′ (s) = λ∥Jr ′ (s)∥22 = λ∥r ′ (s)∥22 = λ.

Kesimpulan dari perhitungan di atas adalah

∥r ′′ (s)∥2 = ∥λJr ′ (s)∥2 = |λ|∥Jr ′ (s)∥2 = |κr (s)|∥r ′ (s)∥2 = |κr (s)|.

Teorema 1.58. Untuk sebarang kurva r : [a, b] → R2 , selalu berlaku

∥r ′′ (s)∥2 = |κr (s)|.

Teorema di atas berlaku hanya untuk kurva di bidang. Tapi kita akan mendefinisikan
kelengkungan kurva r di R3 , tentu dengan menggunakan rumus ∥r ′′ (s)∥3 = |κr (s)|.
Untuk kurva r(t) := ⟨a cos t, a sin t, bt⟩, dengan 0 ≤ t ≤ 2π, maka
     
s s bs
r(s) := a cos √ , a sin √ ,√ .
a2 + b2 a2 + b2 a2 + b2

Cukup jelas bahwa operasi turunan kedua akan menghasilkan


     
−a s −a s |a|
r ′′ (s) := cos √ , sin √ ,0 , dan |κr (s)| = .
a2 + b2 a2 + b2 a2 + b2 a2 + b2 a2 + b2

Jika di R2 kita bisa mendapatkan κ, dan itu berarti bisa ditentukan orientasi gerak kur-
vanya, maka di R3 kita cukup sulit untuk menentukan orientasi geraknya, dan ini berakibat
nilai |κ| saja sudah sangat mencukupi.
Bab 2

Turunan Parsial dan Aplikasinya

2.1 Permukaan

2.1.1 Bidang Datar

Sebarang F ∈ (F V S)(2) biasa disebut permukaan. Salah satu contoh sederhana adalah
permukaan dengan persamaan

F (x, y) := ax + by + c, atau z := ax + by + c, a, b, c ∈ R.

Permukaan tersebut mempunyai nama khusus yang cukup terkenal, yaitu bidang datar.
Berikut adalah bidang datar P dengan persamaan z := 6 − 3x − 2y.

Gambar 2.1:

Misalkan k ∈ R. Kita catat bahwa perpotongan P dengan bidang z = k (yang sejajar


bidang XY ) menghasilkan garis

3x + 2y = 6 − k,


z = k.

Untuk situasi yang lainnya, ditinggalkan sebagai latihan.

19
BAB 2. TURUNAN PARSIAL DAN APLIKASINYA 20

2.1.2 Persamaan Derajat Dua

Kita mulai dengan permukaan (yang disebut ellipsoid) dengan persamaan


x2 y 2 z 2
+ 2 + 2 = 1, a, b, c > 0.
a2 b c

Gambar 2.2:

Perlu kita lihat bahwa a = b = c berakibat diperolehnya kulit bola berpusat di (0, 0, 0)
dengan jejari a > 0, dengan persamaan x2 + y 2 + z 2 = a2 .
Cukup jelas bahwa perpotongan ellipsoid dengan bidang XY berupa ellips dengan
persamaan
x2 y 2
+ 2 = 1, z = 0.
a2 b
Dengan cara yang sama, dapat pula diperoleh perpotongan ellipsoid dengan bidang XZ
dan Y Z yang juga berbentuk ellips.
Selanjutnya, kita punya permukaan hiperboloid daun satu dengan bentuk di bawah ini,
yaitu

Gambar 2.3:

Kita catat bahwa persamaan untuk permukaan di atas adalah


x2 y 2 z 2
+ 2 − 2 = ±1, a, b, c > 0.
a2 b c
BAB 2. TURUNAN PARSIAL DAN APLIKASINYA 21

Dengan memindahkan suku ketiga ruas kiri ke ruas kanan, maka

x2 y2 z2
+ = 1, p := ± 1.
pa2 pb2 c2

Dengan menggunakan syarat k 2 ± c2 > 0, maka akan kita punyai ellips

x2 y2
+ = 1, z = k.
pa2 pb2

Hiperboloid daun satu jika dipotongkan dengan bidang XY , akan diperoleh

x2 y 2
1= + 2,
a2 b

yang merupakan ellips, yang terletak pada bidang XY.


Agar permukaan tersebut mudah untuk divisualisasikan, kita akan menuliskannya se-
bagai z = z(x, y) := x2 +y 2 . Cukup jelas bahwa permukaan tersebut berada di atas bidang
XY. Hal ini dikarenakan z(x, y) ≥ 0, untuk sebarang (x, y).
Bentuk umum permukaan di atas, biasa dinamakan paraboloid eliptik

x2 y 2 z
2
+ 2 = , a, b, c > 0.
a b c

Perlu kita lihat bahwa permukaan z = x2 + y 2 jika dipotongkan dengan bidang z = 1


atau z = 4, maka berturut-turut perpotongannya berupa lingkaran yang masing-masing
berpusat di (0, 0, 1) atau (0, 0, 4) dan mempunyai jejari masing-masing 1 atau 2.

Gambar 2.4:

Dengan cara yang sama, untuk k ≥ 0, perpotongan permukaan z = x2 + y 2 dengan



bidang z = k akan menghasilkan lingkaran dengan jejari sepanjang k, dan berpusat di
(0, 0, k). Ceritakan dan komentari gambar di atas, secara detil.
Lingkaran-lingkaran yang dihasilkan dari perpotongan permukaan dengan bidang z =
k, disebut kurva ketinggian untuk permukaan.
BAB 2. TURUNAN PARSIAL DAN APLIKASINYA 22

Soal 2.1. Misalkan C1 , C2 dan C3 , berturut-turut merupakan kurva yang terjadi dari
perpotongan hiperboloida berdaun satu

36x2 + 9y 2 − 4z 2 = 36,

dengan bidang XY, XZ, dan Y Z.


Tuliskan ketiga kurva dalam bentuk b := b(t), untuk t ∈ R.

Soal 2.2. Misalkan C1 , C2 dan C3 , berturut-turut merupakan kurva yang terjadi dari
perpotongan hiperboloida berdaun dua

36x2 − 9y 2 − 4z 2 = 36,

dengan bidang XY, XZ, dan Y Z.


Tuliskan ketiga kurva dalam bentuk b := b(t), untuk t ∈ R.

Sebagai latihan, ceritakan secara detil permukaan paraboloid eliptik dengan persamaan

x2 y 2
z := + ,
4 9

yang sketsanya tersaji di bawah ini, yaitu

Gambar 2.5:

Contoh berikutnya, akan kita lakukan sketsa permukaan paraboloid hiperbolik dengan
persamaan z := y 2 − x2 .
Perlu diingat, untuk z = 0, maka permukaan di atas akan berpotongan dengan bidang
XY, dengan bentuk perpotongannya berupa garis y = ±x.
Jika ingin diketahui daerah asal permukaan yang membuat z ̸= 0, maka perlu kita
selidiki solusi untuk z = ±k 2 , untuk k > 0.
BAB 2. TURUNAN PARSIAL DAN APLIKASINYA 23

Perpotongan permukaan dengan bidang z = k 2 akan berada di atas bidang XY, dan
kurva ketinggiannya berbentuk suatu hiperbola, 1 = [y/k]2 − [x/k]2 .
Sedangkan perpotongan permukaan dengan bidang z = −k 2 yang jelas berada di bawah
bidang XY, tentu kurva ketinggiannya juga berbentuk suatu hiperbola.

Gambar 2.6:
p
Untuk permukaan bola z := 9 − x2 − y 2 , dengan sketsa

Gambar 2.7:

Cukup jelas bahwa daerah asalnya adalah {(x, y) : x2 + y 2 ≤ 9}. Lebih jauh, kurva
ketinggian permukaan tersebut dapat dicari untuk bahan latihan.

Soal 2.3. Tentukan daerah asal dan daerah hasil permukaan

x+y y 2 + x2 log [x − y + 1]
z := , z := p , z := √ .
x−y y 2 − x2 y−x+1

2.2 Menghitung Limit

Misalkan diberikan fungsi G : R2 → R, dan L ∈ R. Notasi

lim G(x, y) = L,
(x,y)→(a,b)
BAB 2. TURUNAN PARSIAL DAN APLIKASINYA 24

berarti (x, y) → (a, b) mengakibatkan |G(x, y) − L| → 0.


Misalkan x := ⟨x, y⟩, dan a := ⟨a, b⟩. Perlu kita ingat, bahwa notasi (x, y) → (a, b)
berarti x → a, dan y → b. Selanjutnya ini berarti

|x − a| → 0, |y − b| → 0 ⇒ (x − a)2 + (y − b)2 → 0

⇒ ∥x − a∥22 → 0, atau ∥x − a∥2 → 0.

Sebaliknya, diketahui bahwa notasi ∥x − a∥2 → 0, ekivalen dengan ∥x − a∥22 → 0.


Perlu diketahui juga bahwa
p p
0 ≤ |x − a| ≤ |x − a|2 ≤ (x − a)2 + (y − b)2 = ∥x − a∥2 ,

dan secara sama, juga dihasilkan 0 ≤ |y − b| ≤ ∥x − a∥2 . Ini berarti ∥x − a∥2 → 0,


akan menghasilkan |x − a| → 0 dan |y − b| → 0. Pada akhirnya, kita sampai kepada
x → a, y → b, atau (x, y) → (a, b).
Dengan demikian, notasi lim G(x, y) = L, bisa juga berarti lim G(x) = L, atau
(x,y)→(a,b) x→a
lim G(x) = L.
∥x−a∥2 →0
Terkait nilai limit, apabila bisa dihitung, maka nilainya pasti tunggal.

Teorema 2.4. (Ketunggalan Nilai Limit). Misalkan diberikan F : Q → R dengan (a, b)


berada di interior Q ⊆ R2 . Jika

lim F (x, y) = L1 , dan lim F (x, y) = L2 ,


(x,y)→(a,b) (x,y)→(a,b)

maka L1 = L2 .

Soal 2.5. Diberikan K : R3 → R, dan L ∈ R. Jika x := ⟨x, y, z⟩, dan a := ⟨a, b, c⟩, berikan
penjelasan tentang notasi lim K(x) = L.
x→a

Soal 2.6. Jika H1 (x, y) := 3x − 7y + 4, buktikan bahwa lim H1 (x, y) = H1 (a, b).
(x,y)→(a,b)

Jawab. Misalkan x := ⟨x, y⟩, dan a := ⟨a, b⟩. Akan ditunjukkan bahwa x → a, atau
∥x − a∥2 → 0, mengakibatkan |H1 (x) − H1 (a)| → 0.
Perlu kita lihat bahwa

0 ≤ |H1 (x, y) − H1 (a, b)| = |3(x − a) − 7(y − b)| ≤ 3|x − a| + 7|y − b|


p
≤ 7(|x − a| + |y − b|) ≤ 14 (x − a)2 + (y − b)2 = 14∥x − a∥2 .
BAB 2. TURUNAN PARSIAL DAN APLIKASINYA 25

Memakai Prinsip Apit, situasi ∥x − a∥2 → 0, mengakibatkan |H1 (x, y) − H2 (a, b)| → 0.
Akhir pembuktian. ▶
Untuk sekedar mengingat kembali, kita punyai

Teorema 2.7. (Prinsip Apit). Misalkan diberikan F, G, H : Q → R dengan (a, b) berada


di interior Q ⊆ R2 . Misalkan F (x, y) ≤ G(x, y) ≤ H(x, y), untuk setiap (x, y) ∈ Q.
Jika
lim F (x, y) = L = lim H(x, y),
(x,y)→(a,b) (x,y)→(a,b)

maka lim G(x, y) = L.


(x,y)→(a,b)

Soal 2.8. Misalkan p, q, r ∈ R. Buktikan lim [px + qy + r] = pa + qb + r.


(x,y)→(a,b)

Soal 2.9. Jika H2 (x, y) := 2x2 − 3y 2 , buktikan bahwa lim H2 (x, y) = H2 (a, b).
(x,y)→(a,b)

Jawab. Untuk x := ⟨x, y⟩, dan a := ⟨a, b⟩, akan diperoleh

|x2 − a2 | = |(x − a)(x + a)| = |x − a||x − a + 2a| ≤ |x − a|2 + 2|a||x − a|,

|x − a|2 ≤ (x − a)2 + (y − b)2 = ∥x − a∥22 , dan |x − a| ≤ ∥x − a∥2 .

Secara sama, kita juga akan mendapatkan |y 2 − b2 | ≤ ∥x − a∥22 + 2|b|∥x − a∥2 .


Dengan demikian kita akan sampai kepada

|H2 (x) − H2 (a)| ≤ 2|x2 − a2 | + 3|y 2 − b2 | ≤ 5∥x − a∥22 + (4|a| + 6|b|)∥x − a∥2 .

Akhir pembuktian. ▶

Soal 2.10. Misalkan diberikan p, q, r, s, t ∈ R. Buktikan

lim [px2 + qy 2 + rx + sy + t] = pa2 + qb2 + ra + sb + t,


(x,y)→(a,b)

dan lim [px3 + qy 3 ] = pa3 + qb3 .


(x,y)→(a,b)

Soal 2.11. Misalkan a, b, x vektor-vektor di R2 . Buktikan lim ∥x − b∥2 = ∥a − b∥2 .


x→a

Soal 2.12. Hitunglah lim [xy], dan lim [x2 y].


(x,y)→(a,b) (x,y)→(a,b)
Buktikan jawaban anda.
BAB 2. TURUNAN PARSIAL DAN APLIKASINYA 26

Terkait contoh di atas, kita perkenalkan definisi tentang fungsi F : Q → R yang


kontinu di (a, b) ∈ Q ⊆ R2 .
Fungsi F : Q → R dikatakan kontinu di (a, b), jika

lim F (x, y) = F (a, b).


(x,y)→(a,b)

Contoh-contoh fungsi kontinu, telah dijelaskan dalam paragraf sebelumnya.


p
Soal 2.13. Buktikan bahwa lim [2xy/ x2 + y 2 ] = 0.
(x,y)→(0,0)

Jawab. Akan ditunjukkan bahwa


2xy
lim p = 0.
(x,y)→(0,0) x2 + y 2
Kita lihat bahwa untuk setiap x, y ∈ R, akan selalu berlaku

(x − y)2 ≥ 0, atau 2xy ≤ x2 + y 2 .

Hal ini berakibat


2xy x2 + y 2 p
p ≤p ≤ x2 + y 2 .
x2 + y 2 x2 + y 2
Urusan selanjutnya, diserahkan sebagai latihan. ▶

Soal 2.14. Hitunglah


3yx2 x2 − y 2
lim , dan lim xy .
(x,y)→(0,0) x2 + y2 (x,y)→(0,0) x2 + y 2
Buktikan jawaban anda.

Soal 2.15. Hitunglah


yx2 − xy 2 4x3 y 2
lim , dan lim .
(x,y)→(0,0) x2 + y 2 (x,y)→(0,0) x4 + y 4

Buktikan jawaban anda.

Misalkan diberikan G : P → R, dengan (a, b) berada di interior P ⊆ R2 .


Untuk menunjukkan bahwa

lim G(x, y) tidak ada,


(x,y)→(a,b)

cukup ditunjukkan adanya P1 , P2 ⊂ P, dengan P1 ∩ P2 = {(a, b)}, dan

lim G(x, y) = L1 ̸= L2 = lim G(x, y).


(x,y)→(a,b) (x,y)→(a,b)
(x,y)∈P1 (x,y)∈P2
BAB 2. TURUNAN PARSIAL DAN APLIKASINYA 27

Soal 2.16. Tunjukkan bahwa lim [x2 − y 2 ]/[x2 + y 2 ] tidak ada.


(x,y)→(0,0)

Jawab. Andaikan kita punyai

x2 − y 2
lim = L,
(x,y)→(0,0) x2 + y 2

untuk suatu L ∈ R. Ini berarti dengan cara apa pun (x, y) → (0, 0), nilai L akan tunggal.
Misalkan (x, y) → (0, 0) dengan cara titik (x, y) menyusuri sumbu-x. Ini berarti y = 0,
dan x → 0. Dengan demikian akan kita punyai

x2 − y 2 x2 − 02
L= lim = lim = 1.
(x,y)→(0,0) x2 + y 2 x→0 x2 + 02

Dilain fihak, jika (x, y) → (0, 0) melalui sumbu-y, maka akan kita peroleh y → 0, dan
x = 0. Dengan demikian

x2 − y 2 02 − y 2
L= lim = lim = −1,
(x,y)→(0,0) x2 + y 2 y→0 02 + y 2

yang merupakan suatu kontradiksi.


Dengan penjelasan seperti pada paragraf sebelumnya, tentu kita punyai

P1 := {(x, 0) : x ∈ R}, dan P2 := {(0, y) : y ∈ R}. ▶

Soal 2.17. Buktikan bahwa

3xy 2 3xy
lim dan lim tidak ada.
(x,y)→(0,0) x2 + y 4 (x,y)→(0,0) x2 + y2

Soal 2.18. Buktikan bahwa

3x2 y 2 x3 + y 3
lim dan lim tidak ada.
(x,y)→(0,0) x3 + y 3 (x,y)→(0,0) x2 + y

Soal 2.19. Selidiki nilai


x−y
lim .
(x,y)→(1,1) x3 − y

Beri argumentasi singkat untuk jawaban anda.

Soal 2.20. Misalkan a := ⟨x, y, z⟩, dan 0 := ⟨0, 0, 0⟩. Selidiki nilai

x3 + yz 2
lim .
a→0 x4 + y 2 + z 4

Beri argumentasi singkat untuk jawaban anda.


BAB 2. TURUNAN PARSIAL DAN APLIKASINYA 28

Soal 2.21. Periksalah kekontinuan fungsi berikut, yaitu



 x32+xy22 , (x, y) ̸= (0, 0),

x +y
G(x, y) :=

0, (x, y) = (0, 0),

diseluruh titik pada daerah asalnya.

Soal 2.22. Periksalah kekontinuan fungsi berikut, yaitu



 2z 3 +xy
 2
, (x, y, z) ̸= (0, 0, 0),
x +y 2 +z 2
H(x, y, z) :=

0, (x, y, z) = (0, 0, 0),

diseluruh titik pada daerah asalnya.

2.3 Turunan Parsial

2.3.1 Menghitung Turunan Parsial dan Differensial

Misalkan diberikan permukaan z := F (x, y), dengan F : D → R, dan D ⊆ R2 .


Jika (a, b) ∈ D, maka kurva z = F (x, b) merupakan perpotongan permukaan z =
F (x, y) dan bidang y = b, yang sejajar bidang XZ. Jika kita ingin menghitung gradien
garis singgung kurva di titik (a, b, F (a, b)), ini berarti harus dihitung

∂z ∂F F (a + s, b) − F (a, b)
(a, b) = (a, b) = zx (a, b) = Fx (a, b) := lim ,
∂x ∂x s→0 s

asalkan limit di ruas paling kanan, ada.


Secara sama, juga kita punyai

∂z ∂F F (a, b + t) − F (a, b)
(a, b) = (a, b) = zy (a, b) = Fy (a, b) := lim ,
∂y ∂y t→0 t

asalkan limit di ruas paling kanan, ada.


Jika diberikan z := x2 y 3 + 4x − 5y, cukup jelas bahwa

zx (a, b) = 2ab3 + 4, dan zy (a, b) = 3a2 b2 − 5.


p
Untuk fungsi z := x2 + y 2 , yang merupakan fungsi kontinu di (0, 0), akan kita punyai

z(s, 0) − z(0, 0) |s|


zx (0, 0) = lim = lim ,
s→0 s s→0 s
BAB 2. TURUNAN PARSIAL DAN APLIKASINYA 29

yang berarti zx (0, 0) tidak ada. Secara sama, zy (0, 0) juga tidak terdefinisi.
Untuk fungsi takkontinu berikut ini, yaitu

xy/[x2 + y 2 ], (x, y) ̸= (0, 0),

G(x, y) :=

0, (x, y) = (0, 0),

akan kita punyai Gx (0, 0) = 0 = Gy (0, 0).


Perhitungan turunan parsial dua fungsi di atas, menunjukkan tidak adanya hubungan
antara kekontinuan fungsi dan keujudan turunan parsial fungsi tersebut di suatu titik.

Soal 2.23. Untuk fungsi berikut ini, yaitu



[x2 − xy]/[x + y], (x, y) ̸= (0, 0),

H(x, y) :=

0, (x, y) = (0, 0),

buktikan Hx (0, 0) = 1 ̸= 0 = Hy (0, 0).

Soal 2.24. Carilah fungsi z = z(x, y) yang bersifat zx = 3x2 + y 2 .

Jawab. Dengan melakukan pengintegralan terhadap zx = 3x2 + y 2 , maka

z(x, y) = x3 + xy 2 + f (y),

dengan f : R → R menyatakan sebarang fungsi yang differensiabel. ▶

Soal 2.25. Carilah turunan parsial terhadap semua peubahnya untuk fungsi berikut
Z t Z β(x)
H(x, s, t) := f (x, y) dy, F (x, y) := x2 f (y, z) dz.
s α(x)

Soal 2.26. Jika U (x, y, z) := x2 y + y 2 z + z 2 x, buktikan

∂U ∂U ∂U
+ + = (x + y + z)2 .
∂x ∂y ∂z

Soal 2.27. Jika n ∈ N, buktikan implikasi berikut ini,

x−y+z n
 
∂W ∂W ∂W
W := ⇒ x +y +z = 0.
x+y−z ∂x ∂y ∂z

Berikut akan kita ilustrasikan interpretasi geometris terkait turunan parsial pada per-
mukaan paraboloida z := 4 − x2 − 2y 2 .
BAB 2. TURUNAN PARSIAL DAN APLIKASINYA 30

Kita ketahui bahwa C1 merupakan parabola dengan persamaan z = 2 − x2 , hasil


perpotongan paraboloida dengan bidang y = 1.
Cukup jelas bahwa gradien garis yang menyinggung parabola z = 2−x2 di titik (1, 1, 1)
adalah zx (1, 1) = −2. Secara umum, gradien garis yang menyinggung parabola z = 2 − x2
di titik (x, 1, z) adalah zx (x, 1) = −2x.
Kembali pada paraboloida yang jika dipotongkan dengan bidang x = 1, akan meng-
hasilkan parabola z = 3 − 2y 2 . Seperti di atas, gradien garis singgung pada parabola
z = 3−2y 2 , di titik (1, 1, 1) adalah zy (1, 1) = −4. Secara umum, kita punyai zy (1, y) = −4y
sebagai gradien garis yang menyinggung parabola z = 3 − 2y 2 di titik (1, y, z).

Gambar 2.8:

Selanjutnya, akan kita cari bidang yang menyinggung permukaan z = 4 − x2 − 2y 2 di


titik (1, 1, 1). Ini berarti kita harus menentukan sebuah bidang z − 1 = p(x − 1) + q(y − 1)
yang dimaksud, dengan cara menentukan p dan q.
Jika memang bidang z−1 = p(x−1)+q(y−1) menyinggung permukaan z = 4−x2 −2y 2
di titik (1, 1, 1), maka saat bidang tersebut berpotongan dengan bidang y = 1, akan
menghasilkan garis dengan gradien zx (1, 1) = −2 = p.
Selanjutnya, saat bidang z − 1 = p(x − 1) + q(y − 1) dipotongkan dengan bidang x = 1,
juga akan menghasilkan garis dengan gradien zy (1, 1) = −4. Dengan demikian, bidang
yang dimaksud adalah

z − 1 = −2(x − 1) − 4(y − 1), atau 2x + 4y + z + 6 = 0.

Sebagai klarifikasi, perlu diperiksa bahwa bidang (dengan persamaan) di atas memang
menyinggung permukaan z = 4 − x2 − 2y 2 di titik (1, 1, 1).
Kita ulangi pengertian differensial melalui ilustrasi tentang fungsi y = f (x) yang mem-
BAB 2. TURUNAN PARSIAL DAN APLIKASINYA 31

punyai turunan di x0 . Jika m := f ′ (x0 ), maka untuk


f (x0 + s) − f (x0 ) − ms
ε(s) := , akan berakibat lim ε(s) = 0.
s s→0

Kita simpulkan bahwa y = f (x) terdifferensialkan di x0 , jika terdapat m dan fungsi


ε(s) yang bersifat f (x0 + s) = f (x0 ) + ms + |s|ε(s), dengan lim ε(s) = 0.
s→0
Termotivasi oleh contoh di atas, kita sajikan pengertian serupa untuk fungsi dua
peubah. Fungsi z := z(x, y), dikatakan differensiabel di (x0 , y0 ) jika terdapat m1 , m2
dan fungsi ε(s, t) sedemikian hingga
p
z(x0 + s, y0 + t) = z(x0 , y0 ) + sm1 + tm2 + ε(s, t) s2 + t2 , dengan

m1 := zx (x0 , y0 ), m2 := zy (x0 , y0 ), lim ε(s, t) = 0.


(s,t)→(0,0)

Kita perhatikan contoh berikut. Akan ditunjukkan bahwa z := xy differensiabel di


seluruh R2 . Untuk sebarang (x0 , y0 ) ∈ R2 , akan kita punyai

z(x0 + s, y0 + t) − z(x0 , y0 ) = (x0 + s)(y0 + t) − x0 y0 = y0 s + x0 t + st,


st
dengan ε(s, t) := √ , bersifat lim ε(s, t) = 0.
s2+ t2 (s,t)→(0,0)

Soal 2.28. Selidiki keterdifferensialan fungsi z1 (x, y) := x2 + y 2 dan z2 (x, y) := x2 y 2 .

Dari rumus yang berkaitan dengan keterdifferensialan fungsi dua peubah, kita punyai

Teorema 2.29. Jika z := z(x, y) differensiabel di (x0 , y0 ), maka z = z(x, y) kontinu di


(x0 , y0 ).

Contoh berikut ini menyatakan bahwa konvers fakta di atas, tidak benar. Fungsi
berikut ini 
p
xy/ x2 + y 2 ,

(x, y) ̸= (0, 0),
K(x, y) :=

0, (x, y) = (0, 0),
kontinu dan mempunyai turunan parsial di (0, 0), tetapi tidak differensiabel di (0, 0).

Teorema 2.30. Pada fungsi z = z(x, y), jika zx dan zy kontinu di (x0 , y0 ), maka z
differensiabel di (x0 , y0 ).

Oleh karena zx := y + 1 dan zy = x + 2 adalah fungsi kontinu di R2 , maka untuk setiap


C ∈ R, fungsi z(x, y) := xy + x + 2y + C differensiabel di seluruh R2 .
p
Soal 2.31. Tentukan D ⊆ R2 , agar z := x2 + y 2 differensiabel di D.
BAB 2. TURUNAN PARSIAL DAN APLIKASINYA 32

2.3.2 Turunan Tingkat Dua

Turunan parsial tingkat dua untuk permukaan z := F (x, y) dapat didefinisikan secara
serupa, berturut-turut sebagai

zx (a + s, b) − zx (a, b)
zxx (a, b) := (zx )x (a, b) = lim , dan
s→0 s
zx (a, b + t) − zx (a, b)
zxy (a, b) := (zx )y (a, b) = lim .
t→0 t
Kembali kepada z = x2 y 3 + 4x − 5y, akan kita punyai zxx = 2y 3 , zyy = 6yx2 , dan

zxy = 6xy 2 = zyx .

Sedangkan untuk fungsi z := arctan[y/x] akan kita punyai

zxx + zyy = 0, dan zxy = zyx .

Secara khusus, kita punyai ketentuan terkait perubahan urutan penurunan terhadap
beberapa peubah yang berbeda.

Teorema 2.32. (Clairaut). Diberikan F : D → R dan Fxy , Fyx keduanya kontinu di


(a, b) ∈ D ⊆ R2 . Maka Fxy (a, b) = Fyx (a, b).

Soal 2.33. Diberikan fungsi berikut ini,



xy[x2 − y 2 ]/[x2 + y 2 ], (x, y) ̸= (0, 0),

K(x, y) :=

0, (x, y) = (0, 0).

Hitunglah Kx (x, y) dan Ky (x, y) untuk semua (x, y) di R2 . Juga buktikan

∂2K ∂2K
(0, 0) = 1, dan (0, 0) = −1.
∂x∂y ∂y∂x

Soal 2.34. Buktikan, z := x2 − y 2 adalah salah satu solusi persamaan Laplace

∂2z ∂2z
+ = 0.
∂x2 ∂y 2

Soal 2.35. Buktikan, z1 (x, t) := exp[−k 2 a2 t] sin (ax), dan z2 (x, t) := t−1/2 exp[−x2 /(4k 2 t)],
adalah salah satu solusi persamaan panas

∂z ∂2z
= k2 2 .
∂t ∂x
R g(x,t) √
Bagaimana dengan z(x, t) := 0 exp[−y 2 ] dy, g(x, t) := x/[2 kt] ?
BAB 2. TURUNAN PARSIAL DAN APLIKASINYA 33

Soal 2.36. Jika diberikan fungsi g : R → R, tunjukkan bahwa z(x, t) := g(x2 − t) meru-
pakan salah satu solusi
∂2z 2
2∂ z ∂z
2
− 4x 2
+2 = 0.
∂x ∂t ∂t
Soal 2.37. Misalkan p > 2 dan f : R2 → R bersifat f (tx, ty) = tp f (x, y), untuk sebarang
t > 0. Buktikan f adalah salah satu solusi
∂2f ∂2f 2
2∂ f
x2 + 2xy + y = p(p − 1)f (x, y).
∂x2 ∂y∂x ∂y 2

2.3.3 Aturan Rantai dan Turunan Fungsi Implisit

Selanjutnya, kita akan mendapatkan Aturan Rantai untuk fungsi dua peubah z := z(x, y),
dengan x := x(t), dan y := y(t), t ∈ (a, b).

Teorema 2.38. (Aturan Rantai). Misalkan x := x(t) dan y := y(t) mempunyai turunan
di (a, b).
Jika z := z(x, y) differensiabel di D ⊆ R2 , maka z(t) := z(x(t), y(t)) mempunyai
turunan di (a, b), dan
dz ∂z dx ∂z dy
= · + · .
dt ∂x dt ∂y dt
Bukti. Kita punyai fungsi ε := ε(∆x, ∆y) yang bersifat

∆z := z(x + ∆x, y + ∆y) − z(x, y)


p
= zx (x, y)∆x + zy (x, y)∆y + ε(∆x, ∆y) (∆x)2 + (∆y)2 ,

dan memenuhi lim ε(∆x, ∆y) = 0.


(∆x,∆y)→(0,0)
Jika kedua ruas dibagi dengan ∆t, maka
s
∆x 2 ∆y 2
  
∆z ∆x ∆y
= zx (x, y) + zy (x, y) + ε(∆x, ∆y) + ,
∆t ∆t ∆t ∆t ∆t
dan dengan membuat ∆t → 0, maka (∆x, ∆y) → (0, 0), yang berarti
dz dx dy
ε(∆x, ∆y) → 0, dan = zx (x, y) + zy (x, y) . ■
dt dt dt
Dengan cara serupa, kita juga akan mendapatkan

Teorema 2.39. Misalkan x := x(s, t) dan y := y(s, t) differensiabel di D ⊆ R2 .


Jika z := z(x, y) differensiabel di Dz ⊆ R2 , maka z(s, t) := z(x(s, t), y(s, t)) mempun-
yai turunan di D, dan
∂z ∂z ∂x ∂z ∂y
= · + · .
∂t ∂x ∂t ∂y ∂t
BAB 2. TURUNAN PARSIAL DAN APLIKASINYA 34

Soal 2.40. Hukum Gas Ideal menyatakan bahwa P V = 8.31 T.


Tentukan laju perubahan tekanan (P) dalam satuan kilo Pascal, terhadap waktu, saat
temperatur (T) sebesar 300◦ Kelvin, meningkat pada laju 0.1◦ Kelvin per detik dan volume
(V) sebesar 100 liter, meningkat pada laju 0.2 liter per detik.

Soal 2.41. Misalkan diberikan tabel berikut ini,

F G Fx Fy

(0, 0) 3 6 4 8
(1, 2) 6 3 2 5

Jika diketahui G(u, v) = F (eu + sin v, eu + cos v), maka dengan menggunakan tabel di
atas, hitunglah Gu (0, 0) dan Gv (0, 0).
Dengan menggunakan tabel di atas sekali lagi, dalam hal

G(r, s) = F (2r − s, s2 − 4r),

hitunglah Gr (1, 2) dan Gs (1, 2).

Soal 2.42. Jika kita punyai z(x, y) := x2 y + 3xy 4 , dan

x := x(t) = sin(2t), y := y(t) = cos t,

dapatkan z := z(t) dan buktikan z ′ (0) = 6 (tanpa melalui definisi z = z(t)).

Soal 2.43. Misalkan diberikan


v √ √
T = , u = pq r, v = pr q.
2u + v
Hitunglah berturut-turut Tp , Tq , Tr , dalam hal (p, q, r) = (2, 1, 4).

Soal 2.44. Misalkan diberikan


p
P = u2 + v 2 + w2 , u = xey , v = yex , w = exy .

Hitunglah berturut-turut Px , Py , dalam hal (x, y) = (0, 2).

Soal 2.45. Misalkan diberikan


p+q
N= , p = u + vw, q = v + uw r = w + uv.
p+r
Hitunglah berturut-turut Nu , Nv , Nw , dalam hal (u, v, w) = (2, 3, 4).
BAB 2. TURUNAN PARSIAL DAN APLIKASINYA 35

Soal 2.46. Misalkan f : R → R mempunyai turunan di R. Buktikan z(x, t) := f (x − ct)


adalah salah satu solusi persamaan gelombang satu arah

∂z ∂z
c + = 0.
∂x ∂t

Soal 2.47. Misalkan f : R → R mempunyai turunan di R. Tentukan a, b ∈ R, agar


z(x, y) := f (ax + by) adalah salah satu solusi persamaan differensial

∂z ∂z
2 =3 .
∂x ∂y

Soal 2.48. Misalkan f : R → R mempunyai turunan di R. Buktikan z(x, y) := f (xy)


adalah salah satu solusi persamaan differensial

∂z ∂z
x =y .
∂x ∂y

Carilah solusi persamaan, dalam hal z(x, x) = x4 exp[x2 ].

Soal 2.49. Misalkan F : R → R mempunyai turunan di R. Buktikan bahwa


 
x+y
z(x, y) := xyF
xy

adalah salah satu solusi persamaan

∂z ∂z
x2 − y2 = zG(x, y).
∂x ∂y

Carilah fungsi G.

Soal 2.50. Misalkan z := z(u, v) differensiabel di daerah asalnya. Jika u := x + y dan


v := x − y, buktikan  2  2
∂z ∂z ∂z ∂z
· = − .
∂x ∂y ∂u ∂v
Telah diketahui bahwa untuk z := F (x, y), dan x = x(t), y = y(t), akan diperoleh

dz dx dy
= Fx · + Fy · .
dt dt dt

Jika diberikan F (x, y) = 0, maka kita akan mendapatkan

dx dy dy y ′ (t) Fx
Fx · + Fy · = 0, atau = ′ =− .
dt dt dx x (t) Fy
BAB 2. TURUNAN PARSIAL DAN APLIKASINYA 36

Misalkan diberikan lingkaran x2 + y 2 = a2 . Akan dicari garis singgung pada lingkaran


di titik (x0 , y0 ). Cukup jelas bahwa garis yang dimaksud adalah

dy
y − y0 = m(x − x0 ), m= ,
dx

dengan m dihitung pada (x0 , y0 ). Dengan mendefinisikan F := x2 + y 2 − a2 , maka

Fx (x0 , y0 ) x0
m=− =− .
Fy (x0 , y0 ) y0

Pada akhirnya, kita akan mendapatkan

y − y0 = −[x0 /y0 ](x − x0 ), atau x0 x + y0 y = a2 .

Soal 2.51. Tentukan garis yang menyinggung kurva x2 y + y 3 = 10 di titik (1, 2).

Soal 2.52. Carilah y ′ dalam hal:

(a). y cos x = x2 + y 2 , (c). cos[xy] = 1 + sin y,


(b). arctan[x2 y] = x + xy 2 , (d). ey sin x = x + xy.

Soal 2.53. Dapatkan y ′′ dari G(x, y) = 0.

Misalkan dari hubungan F (x, y, z) = 0, akan dicoba untuk menghitung zx . Hal ini
berarti F (x, y, z) = 0, akan berubah menjadi z := z(x, y), jika memungkinkan. Jika tidak,
maka kita tetap bisa menghitungnya dari F (x, y, z) = 0, tapi kali ini dengan menganggap
y sebagai konstanta.
Dengan menggunakan Aturan Rantai, maka F (x, y, z) = 0 akan berubah menjadi

∂F ∂F ∂z ∂z Fx (x, y, z)
+ · = 0, atau zx = =− .
∂x ∂z ∂x ∂x Fz (x, y, z)

Secara sama, juga akan kita peroleh, misalkan:

∂y Fz (x, y, z) ∂x Fy (x, y, z)
yz = =− , atau xy = =− .
∂z Fy (x, y, z) ∂y Fx (x, y, z)

Soal 2.54. Tentukan garis yang menyinggung kurva x2 y + y 3 = 10 di titik (1, 2).

Soal 2.55. Carilah zx dan zy , dalam hal:

(a). x2 + 2y 2 + 3z 2 = 1, (c). x2 − y 2 + z 2 − 2z = 4,
(b). ez = xyz, (d). yz + x log y = z 2 .
BAB 2. TURUNAN PARSIAL DAN APLIKASINYA 37

2.3.4 Turunan Berarah

Misalkan diberikan z := G(x, y). Dengan menggunakan notasi i := ⟨1, 0⟩, dan c := ⟨a, b⟩,
maka akan kita punyai

G(a + t, b) − G(a, b) G(c + ti) − G(c)


Gx (a, b) = lim = lim = Di G(c).
t→0 t t→0 t

Notasi Gx (a, b) atau Di G(c) dapat dibaca sebagai turunan G pada arah i yang dievaluasi
pada c. Secara singkat, kita katakan sebagai turunan berarah i dari G pada c.
Secara umum, untuk b := ⟨p, q⟩, dengan ∥b∥2 = 1, dan c := ⟨a, b⟩, kita definisikan

G(c + tb) − G(c)


Db G(c) := lim ,
t→0 t

sebagai turunan G pada arah b yang dievaluasi pada c, asalkan limit di atas bisa dihitung.
Selanjutnya, kita melangkah kepada operasionalisasi perhitungan turunan berarah un-
tuk G. Hal ini kita mulai dengan g(t) := G(c + tb) = G(a + pt, b + qt). Ini berarti

G(c + tb) − G(c) g(t) − g(0)


Db G(c) := lim = lim = g ′ (0).
t→0 t t→0 t

Jika x = x(t) := a + pt, dan y = y(t) := b + qt, maka

∂G ∂G
g ′ (t) = · x ′ (t) + · y ′ (t), atau
∂x ∂y

Db G(c) = g ′ (0) = p · Gx + q · Gy = ⟨Gx (a, b), Gy (a, b)⟩ · ⟨p, q⟩.

Dengan menggunakan notasi ∇G(c) := ⟨Gx (c), Gy (c)⟩, maka turunan berarah b pada G,
dievaluasi di c, adalah Db G(c) = ∇G(c) · b.
Dengan menggunakan ketaksamaan Cauchy-Schwartz, maka

|Db G(c)| = |∇G(c) · b| ≤ ∥∇G(c)∥2 ∥b∥2 = ∥∇G(c)∥2 , atau

−∥∇G(c)∥2 ≤ Gb (c) ≤ ∥∇G(c)∥2 .

Soal 2.56. Tentukan turunan berarah fungsi G(x, y) := arctan [y/x] di titik (1, −1) dalam
arah vektor satuan b yang menghubungkan (−1, 1) dan (2, −3).

Jawab. Vektor yang menghubungkan (−1, 1) dan (2, −3), adalah

⟨2, −3⟩ − ⟨−1, 1⟩ = ⟨3, −4⟩, yang berarti b := ⟨3/5, −4/5⟩.


BAB 2. TURUNAN PARSIAL DAN APLIKASINYA 38

Selain itu, juga kita tahu bahwa

−y x
Gx = , dan Gy = .
x2 + y2 x2 + y2

Ini berarti ∇G(1, −1) = ⟨1/2, 1/2⟩, dan juga

3 1 −4 1 1
Db G(c) := b · ∇G(c) = · + · =− . ▶
5 2 5 2 10

2.3.5 Estimasi

Telah diketahui, fungsi z := z(x, y), dikatakan differensiabel di (x0 , y0 ) jika terdapat
m1 , m2 dan fungsi ε(s, t) sedemikian hingga
p
z(x0 + s, y0 + t) = z(x0 , y0 ) + sm1 + tm2 + ε(s, t) s2 + t2 , dengan

m1 := zx (x0 , y0 ), m2 := zy (x0 , y0 ), lim ε(s, t) = 0.


(s,t)→(0,0)

Dengan demikian, sedikit perhitungan sederhana akan menghasilkan

lim z(x0 + s, y0 + t) − z(x0 , y0 ) − sm1 − tm2 = lim ε(s, t) = 0.


(s,t)→(0,0) (s,t)→(0,0)

Ini berarti untuk (s, t) → (0, 0), akan kita punyai taksiran untuk z(x0 + s, y0 + t), yaitu

z(x0 + s, y0 + t) ≈ z(x0 , y0 ) + szx (x0 , y0 ) + tzy (x0 , y0 ).

Dengan menggunakan fungsi z = xy, kita akan menaksir nilai (9.1) · (7.8).
Kita lihat bahwa x0 := 9, s := 0.1, y0 := 8, t := −0.2, dan ini berarti

(x0 + s)(y0 + t) ≈ x0 y0 + sx0 + ty0 ,

(9.1) · (7.8) ≈ 9 · 8 + 9 · (0.1) + 8 · (−0.2)

= 72 + 0.9 − 1.6 = 72 − 0.7 = 71.3.

Coba bandingkan dengan nilai eksaknya, yaitu (9.1) · (7.8) = 70.98.

2.4 Differensial Total

Misalkan diberikan x := x(t), y := y(t), t ∈ [a, b], dan fungsi dua peubah, bernilai real
z := G(x, y). Telah diketahui bahwa

dz dx dy
z ′ (t) = = Gx · + Gy · .
dt dt dt
BAB 2. TURUNAN PARSIAL DAN APLIKASINYA 39

Berdasarkan penjelasan di atas, kita definisikan differensial total dz, sebagai:

dz := Gx dx + Gy dy.

Misalkan diberikan ∆ [ABC] yang siku-siku di B, dengan ∠ [CA, BA] = θ, |AB| = t.


Misalkan kita buat kerucut dari hasil perputaran penuh ∆ [ABC] dengan sumbu putar
AB, dan volume kerucut V := V (t, θ).
Jika diketahui saat t = 10 centimeter, dengan galat sebesar 2%, dan saat θ = 45◦ ,
dengan galat sebesar 1%, kita akan menentukan galat terbesar volume kerucut. Cukup
jelas bahwa V = V (t, θ) := [π/3]|BC|2 |AB| = [π/3](t tan θ)2 · t = [π/3]t3 tan2 θ, dan
V = V (10, π/4) = 1000π/3 centimeter kubik.
Oleh karena dV = πt2 tan2 θ dt + [2π/3]t3 tan θ sec2 θ dθ, maka

2.5 Ekstrim Fungsi Dua Peubah

Misalkan diberikan F : Q → R, dengan Q ⊆ R2 . Akan dicari ekstrim fungsi z := F (x, y).


Dalam hal ini akan dicari titik (x0 , y0 ) ∈ Q, sedemikian hingga

F (x0 , y0 ) ≤ F (x, y), ∀ (x, y) ∈ Q,

atau akan dicari (x1 , y1 ) ∈ Q, yang bersifat

F (x1 , y1 ) ≥ F (x, y), ∀ (x, y) ∈ Q.

Di sini kita katakan bahwa F mencapai (ekstrim) minimum di titik (x0 , y0 ), atau
mencapai (ekstrim) maksimum di titik (x1 , y1 ).
Untuk mencari titik ekstrim (a, b), dapat menggunakan rumus pencarian titik stasioner

0 = Fx (a, b) = Fy (a, b).

Kita mulai dengan contoh sederhana berikut ini.


Diberikan permukaan z = z(x, y) := x2 + y 2 − 2x − 6y + 14. Oleh karena

zx = 0 = zy ⇒ (x, y) = (1, 3),

maka dipastikan bahwa z(x, y) mencapai (ekstrim) minimum di titik (1, 3). Dalam hal ini

z(x, y) = 4 + (x − 1)2 + (y − 3)2 ≥ 4 = z(1, 3), untuk semua (x, y) ∈ R2 .


BAB 2. TURUNAN PARSIAL DAN APLIKASINYA 40

Contoh berikutnya, adalah terkait fungsi

qy 2 pr − q 2 2
 
2 2
F (x, y) := px + 2qxy + ry = p x + + y , pqr ̸= 0.
p p

Bentuk kedua untuk F bisa juga dituliskan sebagai

qx 2 pr − q 2 2
 
2 2
F (x, y) = px + 2qxy + ry = r y + + x
r r2

Pencarian titik kritis dari persamaan Fx = 2px + 2qy = 0 = 2ry + 2qx = Fy akan
menghasilkan (x, y) = (0, 0). Perlu kita catat bahwa

2p = Fxx (0, 0), 2r = Fyy (0, 0), 2q = Fxy (0, 0).

Dari bentuk pertama untuk F , maka F mencapai minimum di (0, 0) sebesar F (0, 0) = 0
jika

Fxx (0, 0) Fxx (0, 0)Fyy (0, 0) − [Fxy (0, 0)]2


p= > 0, dan pr − q 2 = > 0.
2 4

Selanjutnya, F mencapai maksimum di (0, 0) jika

Fxx (0, 0) Fxx (0, 0)Fyy (0, 0) − [Fxy (0, 0)]2


p= < 0, dan pr − q 2 = > 0.
2 4

Jika pr − q 2 < 0, maka F bisa mempunyai tanda positif maupun negatif di sekitar F (0, 0).
Sedangkan saat pr = q 2 , akan diperoleh

q2 ry 2
 
F (x, y) := x+ ≥ F (0, 0), atau F (x, y) ≤ F (0, 0),
r q

bergantung kepada tanda r = Fyy (0, 0).


Metode di atas kita perumum dalam bentuk uji berikut ini (Uji Turunan Kedua).
Misalkan kita punyai z := F (x, y) dengan titik kritis (a, b). Tepatnya kita punyai

Fx (a, b) = Fy (a, b) = 0.

Selanjutnya, jika didefinisikan ∆F (a, b) := Fxx (a, b)Fyy (a, b) − [Fxy (a, b)]2 , maka

ˆ tidak ada informasi yang diperoleh, dalam hal ∆F (a, b) = 0;

ˆ (a, b) bukan merupakan titik ekstrim (disebut titik pelana), saat ∆F (a, b) < 0;

ˆ (a, b) adalah titik maksimum relatif, jika ∆F (a, b) > 0, dan Fxx (a, b) < 0 (atau
Fyy (a, b) < 0);
BAB 2. TURUNAN PARSIAL DAN APLIKASINYA 41

ˆ (a, b) adalah titik minimum relatif, jika ∆F (a, b) > 0, dan Fxx (a, b) > 0 (atau
Fyy (a, b) > 0).

Kembali kepada contoh sebelum ini, yaitu z = z(x, y) := x2 + y 2 − 2x − 6y + 14.


Kita ingat bahwa zx = 2x − 2, zy = 2y − 6, zxx = 2, zyy = 2, zxy = 0.
Oleh karena zx = 0 = zy menghasilkan (x, y) = (1, 3), dan

zxx (1, 3) > 0, zxx (1, 3)zyy (1, 3) − [zxy (1, 3)]2 = 4 > 0,

maka kita simpulkan bahwa z(x, y) mencapai minimum di (1, 3) sebesar z(1, 3) = 4.
Misalkan kita tinjau F := x3 + y 3 − 3x − 12y + 20. Dari ketentuan Fx = Fy = 0, akan
kita punyai titik-titik (1, 2), (−1, 2), (1, −2), dan (−1, −2) sebagai titik stasioner atau titik
kritis.
Melalui perhitungan Fxx , Fyy dan Fxy , akan kita punyai ∆F (x, y) := 36xy.
Karena ∆F (1, 2) > 0 dan Fxx (1, 2) > 0 (atau Fyy (1, 2) > 0), maka F mencapai mini-
mum relatif di titik (1, 2).
Karena ∆F (−1, 2) < 0 dan ∆F (1, −2) < 0, maka titik (−1, 2) dan (1, −2) adalah titik
pelana.
Karena ∆F (−1, −2) > 0 dan Fxx (1, 2) < 0 (atau Fyy (1, 2) < 0), maka F mencapai
maksimum relatif di titik (1, 2).
Sekarang kita tinjau kotak (tanpa tutup) dengan kapasitas 32 liter. Kita akan men-
cari kotak yang paling ekonomis, dalam artian bahan pembuat kotak harus seminimum
mungkin.
Kita ulangi sekali lagi, kita mencari kotak (tanpa tutup) dengan kapasitas 32 liter,
dengan luas permukaan minimum.
Kita cari nilai minimum fungsi L := xy + 2(xz + yz), dengan syarat xyz = 32.
Berdasarkan syarat yang ada, akan dicari nilai minimum dari
 
1 1
L := xy + 64 + , x, y > 0.
x y

Pencarian titik kritis dari persamaan Lx = Ly = 0, akan menghasilkan x2 y = 64 = xy 2 ,


atau x = y = 4 dan z = 2.
Oleh karena ∆L (4, 4) > 0 dan Lxx (4, 4) > 0, maka kita pastikan bahwa dimensi kotak
yang paling ekonomis adalah 4 × 4 × 2.
BAB 2. TURUNAN PARSIAL DAN APLIKASINYA 42

Soal 2.57. Tentukan titik-titik (di kuadran 1) pada bidang x + y + z = 6, yang membuat
fungsi G := xy 2 z 3 mencapai nilai maksimum dan minimumnya.

Soal 2.58. Tentukan nilai ekstrim H := x2 + xy + y 2 , saat 0 ≤ x, y ≤ 1.

Soal 2.59. Tentukan titik stasioner dan jenisnya, dari fungsi K := x3 + y 3 − 9xy.
Ulangi soal di atas, untuk fungsi-fungsi berikut:
p
L1 := x2 y 2 , L2 := x2 y, L3 := x2 + y 2 , L4 := |x| + |y|, L5 := |x| − |y|.

2.6 Pengali Lagrange

Kita mulai dengan permasalahan pencarian jarak titik (x0 , y0 ) ke garis Ax + By + C = 0.


Secara geometris, kita akan membuat garis yang melalui (x0 , y0 ) dan memotong garis
Ax + By + C = 0 di titik, misalnya, (x1 , y1 ), sedemikian hingga
p
(x1 − x0 )2 + (y1 − y0 )2

mencapai minimum. Tentu saja kita tahu bahwa garis yang melalui kedua titik merupakan
garis yang tegak lurus garis Ax + By + C = 0.
Secara singkat, harus kita cari titik (x, y) pada garis Ax + By + C = 0 sedemikian
hingga
p
(x − x0 )2 + (y − y0 )2 , atau (x − x0 )2 + (y − y0 )2

mencapai minimum.
Kita cari nilai minimum K : Q → [0, ∞) dengan Q := {(x, y) : M (x, y) = 0}. Tentu
yang dimaksud di sini adalah

K(x, y) := (x − x0 )2 + (y − y0 )2 , dan M := Ax + By + C.

Kita perkenalkan fungsi L(x, y) := K(x, y) + λM (x, y). Untuk pencarian ekstrim
(dalam hal ini, minimum) K, kita persyaratkan

0 = ⟨Lx , Ly ⟩ = ⟨Kx , Ky ⟩ + λ⟨Mx , My ⟩, atau

0 = ⟨2(x − x0 ) + λA, 2(y − y0 ) + λB⟩.


BAB 2. TURUNAN PARSIAL DAN APLIKASINYA 43

Hasil di atas, mengarahkan kita kepada

4K = (−λA)2 + (−λB)2 = λ2 [A2 + B 2 ], dan

0 = 2[Ax + By + C] = 2[A(x − x0 ) + B(y − y0 ) + Ax0 + By0 + C]


2[Ax0 + By0 + C]
0 = −λ(A2 + B 2 ) + 2(Ax0 + By0 + C), atau λ= .
A2 + B 2
Hal ini akan mengarahkan kita kepada

(Ax0 + By0 + C)2 (Ax0 + By0 + C)2


K = [A2 + B 2 ] · = .
(A2 + B 2 )2 A2 + B 2

Dengan sedikit modifikasi, jarak titik (x0 , y0 ) ke bidang Ax + By + C = 0, adalah

|Ax0 + By0 + C|
√ .
A2 + B 2

Selanjutnya, kita punyai sebuah permen berbentuk kotak dengan volume 4 liter. Akan
dicari bungkus permen (tanpa tutup) yang paling ekonomis.
Akan kita cari nilai minimum K := xy + 2(xz + yz), dengan syarat xyz = 4.
Kita definisikan L := K + λM, dengan M := xyz − 4.
Seperti sebelumnya, akan kita punyai

0 = ⟨Lx , Ly , Lz ⟩ = ⟨Kx , Ky , Kz ⟩ + λ⟨Mx , My , Mz ⟩, atau

0 = ⟨y + 2z + λyz, x + 2z + λxz, 2(x + y) + λxy⟩.

Dengan sedikit modifikasi, akan kita punyai

−λxyz = xy + 2xz = xy + 2yz = 2zx + 2zy, atau x = y = 2z.

Dari batasan xyz = 4, akan kita punyai z = 1, dan x = y = 2.

Soal 2.60. Tentukan titik pada kurva x2 + y 2 = 2x agar F (x, y) := xy mencapai ekstrim.

Soal 2.61. Carilah ekstrim F (x, y) := x2 + y 2 , di Q := {(x, y) : x4 + 7x2 y 2 + y 2 = 1}.

Soal 2.62. Tentukan ukuran segitiga dengan keliling 6 satuan panjang, yang mempunyai
luas paling besar.

Soal 2.63. Tentukan jarak titik (x0 , y0 , z0 ) ke bidang Ax + By + Cz + D = 0.


BAB 2. TURUNAN PARSIAL DAN APLIKASINYA 44

Soal 2.64. Tiga bilangan positif, jumlahnya adalah 15. Tentukan ketiga bilangan terse-
but, jika hasilkalinya maksimum.

Soal 2.65. Misalkan a > 0. Tentukan kotak terbesar yang dapat dimuat dalam bola

x2 + y 2 + z 2 = a2 .

Soal 2.66. Misalkan a, b, c > 0. Tentukan balok terbesar dengan sisi-sisi sejajar sumbu
koordinat yang dapat dibuat di dalam elipsioda

x2 y 2 z 2
+ 2 + 2 = 1.
a2 b c

Soal 2.67. Tentukan titik pada permukaan y 2 − xz = 4 yang berposisi paling dekat ke
pusat koordinat.

Anda mungkin juga menyukai