Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN TUGAS AKHIR

MATA KULIAH KINEMATIKA TEKNIK

Diajukan untuk memenuhi penilaian mata kuliah Kinematika Teknik yang diampu oleh

Bapak Ir. Marno, S.T., M.T.

Disusun Oleh :

Daniyal Andro Meda 2110631150039

Afiq Marzuq 2110631150003

Kelas : 3A

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN (S1)

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA

KARAWANG
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena telah memberikan Rahmat,
Hidayah, dan Karunia-Nya serta kekuatan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan tugas akhir yang berjudul “Laporan Tugas Akhir Mata Kuliah Kinematika
Teknik”. Shalawat dan salam semoga tercurah limpahkan kepada Nabi Besar Muhammad
SAW

Terselesaikannya tugas akhir ini tidak lepas dari berbagai pihak yang telah membantu
baik berupa materil, moril, gagasan, dan ide-ide yang luar biasa. Oleh karena itu kami sebagai
peneliti mengucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang telah membantu dalam
kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Ir. Marno, S.T., M.T. selaku dosen pengampu mata kuliah kinematika teknik 1.
2. Orang tua, yang selalu mensupport kami selama proses pembuatan Tugas akhir ini.
3. Seluruh rekan-rekan mahasiswa Teknik Mesin angkatan 2021 yang selalu mendukung
dan mendampingi kami selama proses pembuatan Tugas Akhir.

Kami menyadari bahwa penulisan Tugas Akhir ini jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kami mohon kritik dan saran yang bersifat membangun.

Akhir kata kami ucapkan terimakasih semoga Tugas Akhir ini dapat berguna bagi
Universitas Singaperbangsa Karawang.

Karawang, 23 Desember 2022

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Tujuan
Diajukan untuk memenuhi penilaian mata kuliah Kinematika Teknik yang diampu oleh
Bapak Ir. Marno, S.T., M.T.

1.2. Kinematika Teknik


Kinematika adalah suatu bidang ilmu yang mempelajari gerak relatif dari elemen –
elemen mesin, yaitu kecepatan dan percepatannya. Kecepatan dan percepatan tersebut
diperoleh dalam bentuk yang berguna sebagai informasi untuk memdapatkan gaya-gaya
dinamik yang bekerja pada elemen-elemen mesin tesebut.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Dasar Teori

2.1.1. Pengertian Kecepatan Relatif


Rotasi atau perpindahan sudut suatu titik dideflnisikan sebagai perubahan posisi
titik tersebut dengan jarak yang tetap terhadap suatu titik lain. Sebagai ilustrasi,
kita tinjau titik A pada roda yang berputar terhadap sumbu 0.

Gambar 1. Rotasi.
Pada Gambar 1, posisi awal adalah A dan bergerak ke posisi A dengan lintasan
sudut OA scbesar ∆0 dalam selang waktu ∆t. Kecepatan sudut dari roda:

(1)
Pada Gambar 1, jari-jari roda R sama dengan panjang OA sehingga panjang
lintasan dari A ke A’ adalah R∆Ө, dengan Ө adalah besar sudut yang dinyatakan
dalam satuan radian. Melalui persamaan diperoleh:

(2)
Dengan mensubtitusikan persamaan (1) ke dalam persamaan (2) maka diperoleh
hubungan kecepatan linier dengan kecepatan sudut;
V=R.ω (3)
ω adalah kecepatan sudut dengan satuan rad/s. Umumnya, kecepatan sudut
dinyatakan dalam putaran per menit atau rpm. Mengingat bahwa satuan putaran
adalah 2π radian maka diperoleh hubungan sebagai berikut:

2
2𝜋𝑛
ω= 60

di mana:
ω = kecepatan sudut (rad/s)
n = putaran per menit (rpm)

Gambar 2. kecepatan sudut.


Mengingat bahwa kecepatan sudut semua titik dalam sebuah benda yang
berputar adalah sama dengan kecepatan linier suatu titik adalah berbanding linier
dengan jari-jarinya (persamaan 3) maka diperoleh hubungan:
𝑉𝐴 𝑅𝐴
=
𝑉𝐵 𝑅𝐵
1. Gerakan Absolut
Gerakan relatif suatu benda terhadap benda lain adalah gerak benda
terhadap benda lain yang dianggap diam. Jika kedua benda tersebut masing-
masing bergerak maka mereka mempunyai perbedaan dalam gerak
absolutnya. Contohnya, orang yang berjalan diatas kereta api. Jika kereta
api bergerak kekanan dengan percepatan 60 km/jam, sedangkan orang yang
berada diatas kereta api berjalan dengan kecepatan 20 km/jam kekiri maka
kecepatan absolut orang tersebut adalah 40 km/jam kekanan dan kecepatan
relatif orang tersebut terhadap kereta api adalah 20 km/jam.

Gambar 3. contoh kecepatan relatif dan kecepatan absolut.

3
Jika arah kecepatan ke kiri dinyatakan dengan negative dan arah
kekanan dinyatakan dengan positif maka:
Sebagai ilustrasi terakhir, perhatikan kecepatan kendaraan di suatu kapal
induk. Kecepatan absolut kapal adalah 40 km/jam dan kecepatan relatif
kendaraan adalah 30 km/jam.

Gambar 4. Kecepatan kendaraan disuatu kapal induk.


Kecepatan absolut kendaraan A yang berjalan:

2. Pusat Kecepatan Sesaat


Pusat kecepatan sesaat suatu benda adalah sebuah titik pada suatu benda
di mana benda lain berputar relatif terhadapnya. Sebagai ilustrasi,
perhatikan Gambar 3.1 yang memperlihatkan suatu mekanisme 4 batang.

4
Batang hubung yang tidak bergerak kita notasikan sebagai 1, sedangkan
O12 yang merupakan sambungan antara batang hubung 1 dan batang
hubung 2 dapat dikatakan sebagai titik pusat 12. Pada titik pusat tersebut,
batang hubung 2 berputar terhadap benda. Hal ini juga berlaku pada titik
pusat O23. Pada tiitk pusat tersebut, batang huubung 3 berputar relatif
terhadap batang hubung 2 dengan pusat O23 dan jia batang 3 ditahan maka
batang hubung 2 berputar relatif terhadap batang hubung 3 dengan pusat
O23 . Dalam hal ini, perbedaaan O12, O14, O23 dan O34, antara lain O12
dan O14 sebagai titik pusat tetap (fixed center), sedangkan O23 dan O34
sebagai titik pusat yang bergerak.

Gambar 5. titik pusat tetap dan titik pusat bergerak.

Menentukan Pusat Kecepatan Sesaat


Pada bab sebelumnya telah kita ketahui bahwa setiap benda yang
mempunyai gerakan relatif suatu titik terhadap titik lainnya akan
mempunyai pusat kecepatan sesaat. Titik-titik pada benda tersebut
memenuhi kondisi sebagai berikut:
a. Semua titik pada benda tersebut akan mempunyai pusat kecepatan
sesaat yang sama.
b. Pusat kecepatan sesaat terletak pada garis yang tegak lurus dengan
arah kecepatan titik tersebut. Tentunya, garis tersebut ditarik dari
titik yang kita tinjau.
c. Perpotongan garis tegak lurus dari setiap titik yang kita ketahui arah
kecepatannya adalah pusat kecepatan sesaat benda tersebut.
Sebagai ilustrasi, perhatikan Gambar 6. pada Gambar tersebut tampak
benda 2 bergerak dari posisi pertama ke posisi kedua dengan kecepatan titik
A dan B pada posisi pertama adalah VA dan VB, sedangkan kecepatan titik
A dan B pada posisi kedua adalah VA dan VB. Pertama-tama kita cari pusat

5
sesaat pada posisi pertama, yaitu dengan menarik garis tegak lurus terhadap
VA dan VB. perpotongan garis tegak lurus tersebut adalah pusat kecepatan
ssesaat O12. Hal yang sama kita lakukan untuk posisi kedua. Setelahnya
akan terlihat bahwa pusat sesaat kedua benda tersebut berubah. Itulah
alasan titik O12 dissebut pusat kecepatan sesaat.

Gambar 6. pusat kecepatan sesaat yang dapat berubah ubah.

2.1.2. Penerapan Persamaan Kecepatan Relatif


1. Kecepatan Linier
Kecepatan suatu titik atau partikel merupakan besaran vektor sehingga
dalam analisis kecepatan kita dapat menggunakan kaidah-kaidah yang
berkenaan dengan aturan-aturan operasi vektor. Analisis vektor dapat
dilakukan, baik secara analitis maupun grafis. Secara analitis, dapat
digunakan metode koordinat kartesian atau metode bilangan kompleks.
Dalam hal ini, kecepatan diperoleh dangan mendiferensiasikan persamaan
posisi terhadap waktu t (persamaan posisi merupakan fungsi waktu t).
Berikut ini akan diberikan contoh penentuan kecepatan dengan
menggunakan persamaan vektor kecepatan secara grafis.Pada Gambar 7
tampak mekanisme engkol peluncur. Kita umpamakan kecepatan sudut
batang hubung 2 adalah 2 berlawan arah jarum jam. Arah dan besaran
kecepatan titik A terletak pada batang hubung 2 yang berputar terhadap

6
Gambar 7. mekanisme engkol peluncur.
Arah kecepatan titik B sejajar garis x dan arah krcepatan relatif titik B terhadap
titik A (VB/A) adalah tegak lurus AB. Titik A dimodelkan sebagai titik tetap dan
kecepatan VB/A berpusat pada titik A seperti diuraikan pada Gambar 8.

Gambar 8. Titik A Dimodelkan sabagai Titik Tetap dan Kecepatan VB/A Berpusat
pada titik A.
Kecepatan titik B dapat ditentukan menggunakan persamaan kecepatan relatif

berikut:
di mana:
a = arahnya diketahui
b = besar vektor diketahui
Sebagai pelengkap contoh, kita anggap kecepatan sudut 2 adalah 30 rad/s dan skala
Gambar 8. adalah 1:10. Dari skala terseebut, dapat kita ketahui dimensinya:

7
2. Kecepatan Sudut
Kecepatan sudut suatu batang (link) sama dengan kecepatan relatif
sebuah titik terhadap titik lain yang sama dibagi dengan jarak kedua titik
tersebut. Dengan melihat contoh tersebut maka kecepatan sudut batang
hubung 3 (link 3) :
𝑉 𝑉 𝐵/𝐴
ω3/1 = 𝑅 = 𝐴𝐵

2.1.3. Pengertian Percepatan Relatif


Dalam analisa percepatan, dapat dijumpai tiga situasi yang telah dibahas dalam
analisa kecepatan: (1) hubungan percepatan dua buah titik yang berbeda dan
terpisah, (2) hubungan percepatan dua buah titik pada satu penghubung kaku, dan
(3) hubungan percepatan sebuah titik ke suatu badan, di mana titik bergerak
terhadap badan.
Untuk menjelaskan percepatan normal dan tangensial suatu titik, perhatikan
Gambar 9. Garnbar tersebut memperlihatkan suatu batang hubung yang berputar
dengan kecepatan sudut ω dan percepatan sudut α.

Gambar 9. Batang hubung Yang Berputar dengan Kecepatan Sudut ω dan


Percepatan Sudut α.

8
1. Metode Bayangan
Jika batang hubung 3 ΔABC diperluas seperti terlihat pada Gambar
berikut ini maka percepatan titik ditentukan dengan memproyeksikan batang
hubung 3 dalam bentuk poligon percepatan.

Gambar 10. Batang Hubung Yang Diperluas ΔABC.

Gambar 11. Batang Hubung 3 Yang Diperluas Beserta Poligon


Percepatannya.
1. Percepatan Sudut
Percepatan sudut suatu batang hubung adalah percepatan tangensial
relatif sebuah titik terhadap titik lain pada batang hubung yang sama dibagi
dengan jarak kedua titik tersebut.
Untuk mengetahui percepatan sudut batang hubung 3 dan karena titik A
dan B terletak pada batang hubung 3 maka perhatikan percepatan relatif B
terhadap A atau sebaliknya, percepatan A relatif B. Dapat kita ketahui
percepatan titik B relatif titik A. Sesuai Gambar 12, percepatan sudut batang
hubung 3 dapat langsung diketahui:

9
Gambar 12. Percepatan batang hubung 3.

2. Percepatan Titik Berhimpit


Jika suatu titik pada sebuah benda bergerak sepanjang alur tertentu pada
benda lain dan benda lain tersebutberputar maka titik tersebut akan memiliki
komponen Coriolis Pada Gambar berikut terlihat batang hubung 2 berputar
dengan kecepatan tetap dari posisi DF ke DE dalam waktu dt. Selama waktu
tersebut slider (batang hubung 3) bergerak sepanjang batang hubung 2 yang
bergerak dengan kecepatan konstan v dari posisi K3 ke K3. Jika ω2 konstan
maka perpindahan K3 ke K3 terdiri dari:

Gambar 13. Batang Hubung 2 Berputar Dengan Kecepatan Tetap dari


Posisi DF ke DE’ Dalam Waktu dt.
2.1.4. Penerapan Persamaan Percepatan Relatif Untuk Dua Buah Titik Pada Suatu
Penghubung Kaku
Persamaan percepatan relatif yang diturunkan untuk hubungan percepatan dua
buah titik pada satu penghubung kaku dalam bab di muka, sekarang akan
diterapkan untuk berbagai mekanisme engkol peluncur, mekanisme empat
penghubung, dan mekanisme yang memakai kombinasi dari dua mekanisme
tersebut. Dalam hal ini, tipe-tipe soal yang dapat ditangani dibatasi, karena batasan

10
yang dilakukan dalam penurunan persamaan mengenai hubungan percepatan dua
buah titik pada satu penghubung kaku.
1. Mekanisme Engkol Peluncur
Mekanisme engkol peluncur yang dianalisa kecepatannya dalam Bab 4
akan diambil sebagai contoh ilustratif untuk analisa percepatan.
Mekanismenya diperlihatkan dalam Gambar 14(a), di mana penghubung 2
dimisalkan berputar ke arah putaran jam dengan suatu kecepatan sudut
konstan, dan di mana mekanisme digambarkan terskala dalam posisi saat
dilakukan analisa. Gambar 14(b) memperlihatkan poligon kecepatannya.
Untuk langkah pertama, pisahkan penghubung 2, seperti ditunjukkan
dalam Gambar 14(c). Percepatan titik A, karena titik A berputar terhadap
satu pusat tetap, diberikan oleh:
AA = Rω₂2 +‣ Rα2
Karena R dan ω₂ diketahui, maka percepatan normal, R ω₂2, dapat
dihitung. Arah 2 Rω₂ adalah di sepanjang garis A-O2, dari A menuju ke O2.
Karena α2 nol (karena ω₂ konstan), maka Rα2 = 0. AA digambarkan dengan
skala percepatan sembarang dalam Gambar 14(d).
Selanjutnya perhatikan penghubung 3 yang dipisahkan. Percepatan titik
A dapat dikaitkan ke percepatan titik B, atau percepatan titik B dapat
dikaitkan ke percepatan.

Gambar 14. Analisa perwcepatan sebuah mekanisme engkol peluncur.

11
2. Mekanisme Empat Penghubung
Sebuah mekanisme empat penghubung diperlihatkan dalam Gambar
15(a). Di ingin- kan satu poligon kecepatan yang lengkap. Kita anggap lagi
bahwa mekanisme digambar- kan dalam skaia untuk posisi di mana analisa
kecepatan dilakukan. Juga ditentukan bahwa kecepatan sudut penghubung
2, ω₂, diketahui. Langkah penyelesaiannya adalah sebagai berikut:
VA = O2 A ω₂
Tegak lurus ke garis O2 – A, dan seperti ditunjukkan dalam gambar 15(b).
VB = VA +‣ VBA
Dimana VB diketahui tegak lurus ke O4 – B, tetapi tidak diketahui
besarnya; dimana VA telah diperoleh secara lengkap; dimana VBA diketahui
tegak lurus ke garis A – B, karena A dan B adalah dua titik pada satu
penghubung kaku, tetapi belum diketahui besarnya. Gambar 16(c)
memperlihatkan susunan untuk menentukan VB dan VBA dan memenuhi
persamaan Vektor.
Gambar 16(d) memperlihatkan poligon tanpa panah, di mana, sekali
lagi, jarak dari kutub kecepatan menyatakan kecepatan absolut dari titik
bersangkutan dalam mekanisme.

Gambar 15. jawab kecepatan memberikan gambaran dari penghubung –


penghubung yang berkaitan.

12
Gambar 16. penyelesaian kecepatan mekanisme empat penghubung.

2.2. Analisis Kecepatan Dan Percepatan Pada Mekanisme Kerja Kendaraan Bulldozer
2.2.1. Pengertian Kendaraan Bulldozer

Bulldozer merupakan jenis alat berat yang dipergunakan dalam sebuah


pembangunan konstruksi untuk proses pemerataan tanah atau material, seperti
penggalian, mendorong, menggusur, menarik dan menimbun berbagai material,
mulai dari permukaan keras sampai lunak (rawa).
Pada dasarnya bulldozer bertipe traktor, diberi perlengkapan lain yang dapat
melakukan berbagai pekerjaan sesuai dengan kebutuhan, menggunakan rantai dan
dilengkapi blade atau pisau bagian depannya.

Gambar 17. Kendaraan Bulldozer.

13
2.2.2. Fungsi Kendaraan Bulldozer
1. Pembabatan atau penebasan (clearing)
Pembabatan atau penebasan mampu membersihkan lahan atau lokasi
dari adanya semak-semak, pohon, sisa penebangan pohon, gundukan tanah
atau batu dan berbagai hal yang dapat mengganggu daerah kerja. Hal ini
dapat dilakukan dengan mendorong atau menarik pohon yang akan
dibersihkan sebelum atau bersamaan dengan proses pemerataan material.
2. Merintis (pioneering)
Pekerjaan yang dilakukan setelah proses pembabatan atau penebasan,
biasa digunakan untuk meratakan daerah kerja, pembuatan jalan dan lain
sebagainya agar mempermudah proses pekerjaan dilakukan dengan
menggunakan bulldozer.
3. Menggali atau mengangkut jarak pendek
Bulldozer digunakan untuk menggali dan mengangkut material hanya
mampu bergerak atau mendorong pada jarak 200 kaki, dikarenakan secara
umum tidak efektif untuk pekerjaan jarak jauh, misal: pembuatan tanggul,
dam dan aliran air di tepi jalan, jadi jika lebih dari itu dapat menyebabkan
berbagai permasalahan pada bulldozer.
4. Menyebarkan material
Blade pada bulldozer dapat meratakan atau menyebarkan material
dengan ketebalan tertentu sesuai dengan kebutuhan, yaitu material berupa
gundukan akan didorong dan disebarkan pada daerah yang membutuhkan.
5. Proses penimbunan kembali
Bulldozer dapat digunakan untuk menimbun berbagai pekerjaan bekas
galian seperti pam, gorong-gorong, fondasi dan lain sebagainya. Dalam hal
ini prosesnya sama dengan menyebarkan material dengan didorong sampai
material menutup lubang tersebut.
6. Menarik sesuatu
Bulldozer memiliki tenaga yang sangat besar, maka dapat dipergunakan
untuk menarik sesuatu seperti pohon atau alat berat lainnya.

14
2.2.3. Komponen Kendaraan Bulldozer

Gambar 18. Komponen kendaraan bulldozer.


1. Blade
Salah satu komponen bulldozer yang memiliki fungsi mendorong
material, seperti serok yang mempunyai kekuatan tinggi dan terbuat dari besi
atau campuran. Terdapat beberapa jenis blade dalam penggunaannya, yaitu:
 Universal blade, untuk mendorong material dengan jumlah banyak.
 Straight blade, untuk berbagai jenis medan dan pekerjaan.
 Angling blade, untuk side casing, pioneering road, cutting ditches dan
side hill cut.
 Cushion blade, untuk merendam terjadinya tumbuhan karena
dilengkapi cushion rubber.
 Bowl dozer, untuk meningkatkan efisiensi bulldozer dalam proses
pendorongan atau pengangkatan material.
 Lisght material u blade, untuk material non kohesif yang ringan
seperti lumpur.
2. Lift Cylinder
Salah satu komponen bulldozer yang memiliki fungsi untuk
menggerakkan blade, salah satu power cylinder yang akan meneruskan
tenaga hidrolik memposisikan blade sesuai kebutuhan, melalui lever yang
ada di cabin

15
3. Carier Roller
Salah satu komponen bulldozer yang memiliki fungsi menahan main
frame, juga berfungsi untuk menahan track shoe agar tetap berada pada
posisinya sehingga dapat bermobilisasi dengan baik.
4. Sprocket
Salah satu komponen bulldozer yang memiliki fungsi menggerakkan
track, dimana gear yang akan meneruskan tenaga putar dari engine sesuai
kebutuhan.
5. Main Frame
Salah satu komponen bulldozer yang memiliki fungsi sebagai alur carier
roller, rangka utama bagian undercarriage bulldozer sebagai tempat track
roller yang menahan track shoe pada posisinya.
6. Straight Frame
Salah satu komponen bulldozer yang memiliki fungsi sebagai batang
penyanggah blade, dapat dibilang sebagai lengan blade atau tumpuan blade
yang berhubungan langsung dengan blade melalui engsel agar blade dapat
bergerak bebas dalam proses pengerukan atau pengangkatan material.
7. Track
Salah satu komponen bulldozer yang memiki fungsi sebagai roda
bulldozer, bagian dari bulldozer yang akan berhubungan langsung dengan
permukaan jalan ke tenaga putar dari engine agar bulldozer dapat bergerak.
8. Cutting Edge
Salah satu komponen bulldozer yang merupakan bagian dari blade,
memiliki fungsi meratakan permukaan tanah dengan baik.
9. End Bit
Salah satu komponen bulldozer pada bagian samping atau pojokan blade
yang menjorok agak keluar, memiliki fungsi untuk menyerok material agar
masuk kedalam blade.
10. Cabin
Salah satu komponen bulldozer yang terletak pada bagian upperstructure
bulldozer, memiliki fungsi sebagai tempat duduk operator dan ruang kendali
bulldozer.

16
11. Engine
Salah satu komponen bulldozer sebagai penggerak untuk menghasilkan
tenaga putar sesuai kebutuhan.

Perlengkapan Tambahan Bulldozer


Selain blade yang menjadi komponen dalam bulldozer, ada beberapa perangkat
lainnya yang dapat dipasangkan pada bagian belakang bulldozer, yaitu:
1. Ripper
Alat yang mempunyai fungsi membongkar material yang tidak dapat
menggunakan blade dan biasa dipergunakan pada konstruksi pertambangan
atau pekerjaan pembuatan jalan.
2. Winch
Pada umumnya mempunyai fungsi sebagai penarik material, seperti
mengeluarkan kayu dari hutan dan hal-hal serupa lainnya.

Pada dasarnya bulldozer bertipe traktor, diberi perlengkapan lain yang dapat
melakukan berbagai pekerjaan sesuai dengan kebutuhan, menggunakan rantai dan
dilengkapi blade atau pisau bagian depannya.

2.2.4. Analisis Kecepatan Pada Mekanisme Kerja Kendaraan Bulldozer

Diketahui:
ω2 = 150 𝑅𝑎𝑑⁄𝑠
α = 600 𝑅𝑎𝑑⁄𝑠
AB = 50 cm
O12 = 200 cm
AC = 100 cm

17
(Skala Kecepatan = 1:1000)
Penyelesaian:
VA = ω2 . O12A
= 150 𝑅𝑎𝑑⁄𝑠 . 150 cm
= 22.500 𝑐𝑚⁄𝑠 22,5 cm (Skala)

VB = ω2 . O12B
= 150 𝑅𝑎𝑑⁄𝑠 . 200 cm
= 30.000 𝑐𝑚⁄𝑠 30 cm (Skala)

VC = VA +‣ VCA
VC = 22 cm x 10.000
= 22.000 𝑐𝑚⁄𝑠
VCA = 18 cm x 10.000
= 18.000 𝑐𝑚⁄𝑠

2.2.5. Analisis Percepatan Pada Mekanisme Kerja Kendaraan Bulldozer


Diketahui:
ω2 = 150 𝑅𝑎𝑑⁄𝑠
α = 600 𝑅𝑎𝑑⁄𝑠
AB = 50 cm
O12 = 200 cm

18
AC = 100 cm
(Skala Percepatan = 1:50.000)

Penyelesaian:
AA = AAn +‣ AAT
= ω22 . O2A +‣ α . O2A
= 1502 𝑅𝑎𝑑⁄𝑠 . 150 cm +‣ 600 𝑅𝑎𝑑⁄𝑠 . 150 cm
= 3.375.000 𝑐𝑚⁄𝑠 +‣ 90.000 𝑐𝑚⁄𝑠
67,5 cm +‣ 1,8 cm (Skala)

AA = 46,5 cm x 50.000
= 2.325.000 𝑐𝑚⁄𝑠2

AB = ABn +‣ ABT
= ω22 . O2B +‣ α . O2B
= 1502 𝑅𝑎𝑑⁄𝑠 . 200 cm +‣ 600𝑅𝑎𝑑⁄𝑠 . 200 cm
= 4.500.000 𝑐𝑚⁄𝑠 +‣ 120.000𝑐𝑚⁄𝑠
90 cm +‣ 2,4 cm (Skala)

AB = 83 cm x 50.000
= 4.150.000 𝑐𝑚⁄𝑠2

AC = AA ACA
ACn ACT = AA ACAn ACAT

19
ACn ACT = AA ACAn ACAT
VCA2
ACT = AA ( ) ACAT
CA
18.0002
( ∶ 50.000)
100

64,8 cm

ACAT = 31 cm x 50.000
= 1.550.000 𝑐𝑚⁄𝑠2

AC = 3 cm x 50.000
= 150.000 𝑐𝑚⁄𝑠2

20
BAB IV
PENUTUP

Sebagai bagian akhir dari Laporan Tugas Akhir ini, maka dalam bab keempat ini
disampaikan kesimpulan. Kesimpulan yang disampaikan pada bab ini dadasarkan pada hasil
analisis kecepatan dan percepatan pada bab sebelumnya. Dalam Laporan Tugas Akhir
“Analisis Kecepatan Dan Percepatan Pada Mekanisme Kerja Kendaraan Bulldozer” ini masih
banyak kekurangan. Hal ini dapat terjadi dikarenakan dalam penyusunan laporan Tugas Akhir
ini, penyusun memiliki keterbatasan pengalaman dan pengetahuan dalam mata kuliah
kinematika teknik. Sehingga diperlukan adanya kritik serta saran untuk meningkatkan kualitas
dan kuantitas penyusunan laporan pada tahun – tahun berikutnya.

Dalam menyelesaikan laporan tugas akhir ini, penyusun menggunakan acuan dan
menyesuaikan kriteria – kriteria sesuai dengan buku dinamika permesinan, kinematika dan
dinamika teknik dan buku ajar kinematika teknik yang berlaku.

Dengan adanya penyusunan laporan tugas akhir ini, diharapkan penyusun dapat
memahami dan dapat mengimplementasikan ilmu tersebut pada saat semester berikutnya.
Dalam bagian ini, adapun kesimpulan tersebut antara lain sebagai berikut :

3.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil akhir penyusunan laporan tugas akhir tersebut, penyusun dapat
mengambil kesimpulan antara lain :
1. Berdasarkan hasil Perhitungan kecepatan pada mekanisme kerja kendaraan
bulldozer dengan ω2 = 150 𝑅𝑎𝑑⁄𝑠 , α = 600 𝑅𝑎𝑑⁄𝑠 , AB = 50 cm, O12 = 200 cm,
AC = 100 cm dan (Skala Kecepatan = 1:1000) pada VA mendapatkan kecepatan
22.500 𝑐𝑚⁄𝑠, pada VB mendapatkan kecepatan 30.000 𝑐𝑚⁄𝑠 dan pada VC
mendapatkan kecepatan 22.000 𝑐𝑚⁄𝑠 serta pada VCA mendapatkan kecepatan
18.000 𝑐𝑚⁄𝑠.
2. Berdasarkan hasil Perhitungan kecepatan pada mekanisme kerja kendaraan
bulldozer dengan ω2 = 150 𝑅𝑎𝑑⁄𝑠 , α = 600 𝑅𝑎𝑑⁄𝑠 , AB = 50 cm, O12 = 200 cm,
AC = 100 cm dan (Skala Kecepatan = 1:50.000) pada AA mendapatkan percepatan
2.325.000 𝑐𝑚⁄𝑠2 , pada AB mendapatkan percepatan 4.150.000 𝑐𝑚⁄𝑠2 dan pada AC
mendapatkan percepatan 150.000 𝑐𝑚⁄𝑠2.

21
Demikian kesimpulan yang dapat penyusun ambil dari Tugas Akhir ini,
penyusun mengucapkan banyak terima kasih atas koreksi dan masukan dari
pembaca, serta tak lupa penyusun meminta maaf mengingat banyaknya
keterbatasan dalam hal pengumpulan data, pengetahuan ataupun kesalahan pada
perencanaan Tugas Akhir Kinematika Teknik 1 ini.

22

Anda mungkin juga menyukai