Diajukan untuk memenuhi penilaian mata kuliah Kinematika Teknik yang diampu oleh
Disusun Oleh :
Kelas : 3A
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA
KARAWANG
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena telah memberikan Rahmat,
Hidayah, dan Karunia-Nya serta kekuatan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan tugas akhir yang berjudul “Laporan Tugas Akhir Mata Kuliah Kinematika
Teknik”. Shalawat dan salam semoga tercurah limpahkan kepada Nabi Besar Muhammad
SAW
Terselesaikannya tugas akhir ini tidak lepas dari berbagai pihak yang telah membantu
baik berupa materil, moril, gagasan, dan ide-ide yang luar biasa. Oleh karena itu kami sebagai
peneliti mengucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang telah membantu dalam
kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:
1. Ir. Marno, S.T., M.T. selaku dosen pengampu mata kuliah kinematika teknik 1.
2. Orang tua, yang selalu mensupport kami selama proses pembuatan Tugas akhir ini.
3. Seluruh rekan-rekan mahasiswa Teknik Mesin angkatan 2021 yang selalu mendukung
dan mendampingi kami selama proses pembuatan Tugas Akhir.
Kami menyadari bahwa penulisan Tugas Akhir ini jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kami mohon kritik dan saran yang bersifat membangun.
Akhir kata kami ucapkan terimakasih semoga Tugas Akhir ini dapat berguna bagi
Universitas Singaperbangsa Karawang.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Tujuan
Diajukan untuk memenuhi penilaian mata kuliah Kinematika Teknik yang diampu oleh
Bapak Ir. Marno, S.T., M.T.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Gambar 1. Rotasi.
Pada Gambar 1, posisi awal adalah A dan bergerak ke posisi A dengan lintasan
sudut OA scbesar ∆0 dalam selang waktu ∆t. Kecepatan sudut dari roda:
(1)
Pada Gambar 1, jari-jari roda R sama dengan panjang OA sehingga panjang
lintasan dari A ke A’ adalah R∆Ө, dengan Ө adalah besar sudut yang dinyatakan
dalam satuan radian. Melalui persamaan diperoleh:
(2)
Dengan mensubtitusikan persamaan (1) ke dalam persamaan (2) maka diperoleh
hubungan kecepatan linier dengan kecepatan sudut;
V=R.ω (3)
ω adalah kecepatan sudut dengan satuan rad/s. Umumnya, kecepatan sudut
dinyatakan dalam putaran per menit atau rpm. Mengingat bahwa satuan putaran
adalah 2π radian maka diperoleh hubungan sebagai berikut:
2
2𝜋𝑛
ω= 60
di mana:
ω = kecepatan sudut (rad/s)
n = putaran per menit (rpm)
3
Jika arah kecepatan ke kiri dinyatakan dengan negative dan arah
kekanan dinyatakan dengan positif maka:
Sebagai ilustrasi terakhir, perhatikan kecepatan kendaraan di suatu kapal
induk. Kecepatan absolut kapal adalah 40 km/jam dan kecepatan relatif
kendaraan adalah 30 km/jam.
4
Batang hubung yang tidak bergerak kita notasikan sebagai 1, sedangkan
O12 yang merupakan sambungan antara batang hubung 1 dan batang
hubung 2 dapat dikatakan sebagai titik pusat 12. Pada titik pusat tersebut,
batang hubung 2 berputar terhadap benda. Hal ini juga berlaku pada titik
pusat O23. Pada tiitk pusat tersebut, batang huubung 3 berputar relatif
terhadap batang hubung 2 dengan pusat O23 dan jia batang 3 ditahan maka
batang hubung 2 berputar relatif terhadap batang hubung 3 dengan pusat
O23 . Dalam hal ini, perbedaaan O12, O14, O23 dan O34, antara lain O12
dan O14 sebagai titik pusat tetap (fixed center), sedangkan O23 dan O34
sebagai titik pusat yang bergerak.
5
sesaat pada posisi pertama, yaitu dengan menarik garis tegak lurus terhadap
VA dan VB. perpotongan garis tegak lurus tersebut adalah pusat kecepatan
ssesaat O12. Hal yang sama kita lakukan untuk posisi kedua. Setelahnya
akan terlihat bahwa pusat sesaat kedua benda tersebut berubah. Itulah
alasan titik O12 dissebut pusat kecepatan sesaat.
6
Gambar 7. mekanisme engkol peluncur.
Arah kecepatan titik B sejajar garis x dan arah krcepatan relatif titik B terhadap
titik A (VB/A) adalah tegak lurus AB. Titik A dimodelkan sebagai titik tetap dan
kecepatan VB/A berpusat pada titik A seperti diuraikan pada Gambar 8.
Gambar 8. Titik A Dimodelkan sabagai Titik Tetap dan Kecepatan VB/A Berpusat
pada titik A.
Kecepatan titik B dapat ditentukan menggunakan persamaan kecepatan relatif
berikut:
di mana:
a = arahnya diketahui
b = besar vektor diketahui
Sebagai pelengkap contoh, kita anggap kecepatan sudut 2 adalah 30 rad/s dan skala
Gambar 8. adalah 1:10. Dari skala terseebut, dapat kita ketahui dimensinya:
7
2. Kecepatan Sudut
Kecepatan sudut suatu batang (link) sama dengan kecepatan relatif
sebuah titik terhadap titik lain yang sama dibagi dengan jarak kedua titik
tersebut. Dengan melihat contoh tersebut maka kecepatan sudut batang
hubung 3 (link 3) :
𝑉 𝑉 𝐵/𝐴
ω3/1 = 𝑅 = 𝐴𝐵
8
1. Metode Bayangan
Jika batang hubung 3 ΔABC diperluas seperti terlihat pada Gambar
berikut ini maka percepatan titik ditentukan dengan memproyeksikan batang
hubung 3 dalam bentuk poligon percepatan.
9
Gambar 12. Percepatan batang hubung 3.
10
yang dilakukan dalam penurunan persamaan mengenai hubungan percepatan dua
buah titik pada satu penghubung kaku.
1. Mekanisme Engkol Peluncur
Mekanisme engkol peluncur yang dianalisa kecepatannya dalam Bab 4
akan diambil sebagai contoh ilustratif untuk analisa percepatan.
Mekanismenya diperlihatkan dalam Gambar 14(a), di mana penghubung 2
dimisalkan berputar ke arah putaran jam dengan suatu kecepatan sudut
konstan, dan di mana mekanisme digambarkan terskala dalam posisi saat
dilakukan analisa. Gambar 14(b) memperlihatkan poligon kecepatannya.
Untuk langkah pertama, pisahkan penghubung 2, seperti ditunjukkan
dalam Gambar 14(c). Percepatan titik A, karena titik A berputar terhadap
satu pusat tetap, diberikan oleh:
AA = Rω₂2 +‣ Rα2
Karena R dan ω₂ diketahui, maka percepatan normal, R ω₂2, dapat
dihitung. Arah 2 Rω₂ adalah di sepanjang garis A-O2, dari A menuju ke O2.
Karena α2 nol (karena ω₂ konstan), maka Rα2 = 0. AA digambarkan dengan
skala percepatan sembarang dalam Gambar 14(d).
Selanjutnya perhatikan penghubung 3 yang dipisahkan. Percepatan titik
A dapat dikaitkan ke percepatan titik B, atau percepatan titik B dapat
dikaitkan ke percepatan.
11
2. Mekanisme Empat Penghubung
Sebuah mekanisme empat penghubung diperlihatkan dalam Gambar
15(a). Di ingin- kan satu poligon kecepatan yang lengkap. Kita anggap lagi
bahwa mekanisme digambar- kan dalam skaia untuk posisi di mana analisa
kecepatan dilakukan. Juga ditentukan bahwa kecepatan sudut penghubung
2, ω₂, diketahui. Langkah penyelesaiannya adalah sebagai berikut:
VA = O2 A ω₂
Tegak lurus ke garis O2 – A, dan seperti ditunjukkan dalam gambar 15(b).
VB = VA +‣ VBA
Dimana VB diketahui tegak lurus ke O4 – B, tetapi tidak diketahui
besarnya; dimana VA telah diperoleh secara lengkap; dimana VBA diketahui
tegak lurus ke garis A – B, karena A dan B adalah dua titik pada satu
penghubung kaku, tetapi belum diketahui besarnya. Gambar 16(c)
memperlihatkan susunan untuk menentukan VB dan VBA dan memenuhi
persamaan Vektor.
Gambar 16(d) memperlihatkan poligon tanpa panah, di mana, sekali
lagi, jarak dari kutub kecepatan menyatakan kecepatan absolut dari titik
bersangkutan dalam mekanisme.
12
Gambar 16. penyelesaian kecepatan mekanisme empat penghubung.
2.2. Analisis Kecepatan Dan Percepatan Pada Mekanisme Kerja Kendaraan Bulldozer
2.2.1. Pengertian Kendaraan Bulldozer
13
2.2.2. Fungsi Kendaraan Bulldozer
1. Pembabatan atau penebasan (clearing)
Pembabatan atau penebasan mampu membersihkan lahan atau lokasi
dari adanya semak-semak, pohon, sisa penebangan pohon, gundukan tanah
atau batu dan berbagai hal yang dapat mengganggu daerah kerja. Hal ini
dapat dilakukan dengan mendorong atau menarik pohon yang akan
dibersihkan sebelum atau bersamaan dengan proses pemerataan material.
2. Merintis (pioneering)
Pekerjaan yang dilakukan setelah proses pembabatan atau penebasan,
biasa digunakan untuk meratakan daerah kerja, pembuatan jalan dan lain
sebagainya agar mempermudah proses pekerjaan dilakukan dengan
menggunakan bulldozer.
3. Menggali atau mengangkut jarak pendek
Bulldozer digunakan untuk menggali dan mengangkut material hanya
mampu bergerak atau mendorong pada jarak 200 kaki, dikarenakan secara
umum tidak efektif untuk pekerjaan jarak jauh, misal: pembuatan tanggul,
dam dan aliran air di tepi jalan, jadi jika lebih dari itu dapat menyebabkan
berbagai permasalahan pada bulldozer.
4. Menyebarkan material
Blade pada bulldozer dapat meratakan atau menyebarkan material
dengan ketebalan tertentu sesuai dengan kebutuhan, yaitu material berupa
gundukan akan didorong dan disebarkan pada daerah yang membutuhkan.
5. Proses penimbunan kembali
Bulldozer dapat digunakan untuk menimbun berbagai pekerjaan bekas
galian seperti pam, gorong-gorong, fondasi dan lain sebagainya. Dalam hal
ini prosesnya sama dengan menyebarkan material dengan didorong sampai
material menutup lubang tersebut.
6. Menarik sesuatu
Bulldozer memiliki tenaga yang sangat besar, maka dapat dipergunakan
untuk menarik sesuatu seperti pohon atau alat berat lainnya.
14
2.2.3. Komponen Kendaraan Bulldozer
15
3. Carier Roller
Salah satu komponen bulldozer yang memiliki fungsi menahan main
frame, juga berfungsi untuk menahan track shoe agar tetap berada pada
posisinya sehingga dapat bermobilisasi dengan baik.
4. Sprocket
Salah satu komponen bulldozer yang memiliki fungsi menggerakkan
track, dimana gear yang akan meneruskan tenaga putar dari engine sesuai
kebutuhan.
5. Main Frame
Salah satu komponen bulldozer yang memiliki fungsi sebagai alur carier
roller, rangka utama bagian undercarriage bulldozer sebagai tempat track
roller yang menahan track shoe pada posisinya.
6. Straight Frame
Salah satu komponen bulldozer yang memiliki fungsi sebagai batang
penyanggah blade, dapat dibilang sebagai lengan blade atau tumpuan blade
yang berhubungan langsung dengan blade melalui engsel agar blade dapat
bergerak bebas dalam proses pengerukan atau pengangkatan material.
7. Track
Salah satu komponen bulldozer yang memiki fungsi sebagai roda
bulldozer, bagian dari bulldozer yang akan berhubungan langsung dengan
permukaan jalan ke tenaga putar dari engine agar bulldozer dapat bergerak.
8. Cutting Edge
Salah satu komponen bulldozer yang merupakan bagian dari blade,
memiliki fungsi meratakan permukaan tanah dengan baik.
9. End Bit
Salah satu komponen bulldozer pada bagian samping atau pojokan blade
yang menjorok agak keluar, memiliki fungsi untuk menyerok material agar
masuk kedalam blade.
10. Cabin
Salah satu komponen bulldozer yang terletak pada bagian upperstructure
bulldozer, memiliki fungsi sebagai tempat duduk operator dan ruang kendali
bulldozer.
16
11. Engine
Salah satu komponen bulldozer sebagai penggerak untuk menghasilkan
tenaga putar sesuai kebutuhan.
Pada dasarnya bulldozer bertipe traktor, diberi perlengkapan lain yang dapat
melakukan berbagai pekerjaan sesuai dengan kebutuhan, menggunakan rantai dan
dilengkapi blade atau pisau bagian depannya.
Diketahui:
ω2 = 150 𝑅𝑎𝑑⁄𝑠
α = 600 𝑅𝑎𝑑⁄𝑠
AB = 50 cm
O12 = 200 cm
AC = 100 cm
17
(Skala Kecepatan = 1:1000)
Penyelesaian:
VA = ω2 . O12A
= 150 𝑅𝑎𝑑⁄𝑠 . 150 cm
= 22.500 𝑐𝑚⁄𝑠 22,5 cm (Skala)
VB = ω2 . O12B
= 150 𝑅𝑎𝑑⁄𝑠 . 200 cm
= 30.000 𝑐𝑚⁄𝑠 30 cm (Skala)
VC = VA +‣ VCA
VC = 22 cm x 10.000
= 22.000 𝑐𝑚⁄𝑠
VCA = 18 cm x 10.000
= 18.000 𝑐𝑚⁄𝑠
18
AC = 100 cm
(Skala Percepatan = 1:50.000)
Penyelesaian:
AA = AAn +‣ AAT
= ω22 . O2A +‣ α . O2A
= 1502 𝑅𝑎𝑑⁄𝑠 . 150 cm +‣ 600 𝑅𝑎𝑑⁄𝑠 . 150 cm
= 3.375.000 𝑐𝑚⁄𝑠 +‣ 90.000 𝑐𝑚⁄𝑠
67,5 cm +‣ 1,8 cm (Skala)
AA = 46,5 cm x 50.000
= 2.325.000 𝑐𝑚⁄𝑠2
AB = ABn +‣ ABT
= ω22 . O2B +‣ α . O2B
= 1502 𝑅𝑎𝑑⁄𝑠 . 200 cm +‣ 600𝑅𝑎𝑑⁄𝑠 . 200 cm
= 4.500.000 𝑐𝑚⁄𝑠 +‣ 120.000𝑐𝑚⁄𝑠
90 cm +‣ 2,4 cm (Skala)
AB = 83 cm x 50.000
= 4.150.000 𝑐𝑚⁄𝑠2
AC = AA ACA
ACn ACT = AA ACAn ACAT
19
ACn ACT = AA ACAn ACAT
VCA2
ACT = AA ( ) ACAT
CA
18.0002
( ∶ 50.000)
100
64,8 cm
ACAT = 31 cm x 50.000
= 1.550.000 𝑐𝑚⁄𝑠2
AC = 3 cm x 50.000
= 150.000 𝑐𝑚⁄𝑠2
20
BAB IV
PENUTUP
Sebagai bagian akhir dari Laporan Tugas Akhir ini, maka dalam bab keempat ini
disampaikan kesimpulan. Kesimpulan yang disampaikan pada bab ini dadasarkan pada hasil
analisis kecepatan dan percepatan pada bab sebelumnya. Dalam Laporan Tugas Akhir
“Analisis Kecepatan Dan Percepatan Pada Mekanisme Kerja Kendaraan Bulldozer” ini masih
banyak kekurangan. Hal ini dapat terjadi dikarenakan dalam penyusunan laporan Tugas Akhir
ini, penyusun memiliki keterbatasan pengalaman dan pengetahuan dalam mata kuliah
kinematika teknik. Sehingga diperlukan adanya kritik serta saran untuk meningkatkan kualitas
dan kuantitas penyusunan laporan pada tahun – tahun berikutnya.
Dalam menyelesaikan laporan tugas akhir ini, penyusun menggunakan acuan dan
menyesuaikan kriteria – kriteria sesuai dengan buku dinamika permesinan, kinematika dan
dinamika teknik dan buku ajar kinematika teknik yang berlaku.
Dengan adanya penyusunan laporan tugas akhir ini, diharapkan penyusun dapat
memahami dan dapat mengimplementasikan ilmu tersebut pada saat semester berikutnya.
Dalam bagian ini, adapun kesimpulan tersebut antara lain sebagai berikut :
3.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil akhir penyusunan laporan tugas akhir tersebut, penyusun dapat
mengambil kesimpulan antara lain :
1. Berdasarkan hasil Perhitungan kecepatan pada mekanisme kerja kendaraan
bulldozer dengan ω2 = 150 𝑅𝑎𝑑⁄𝑠 , α = 600 𝑅𝑎𝑑⁄𝑠 , AB = 50 cm, O12 = 200 cm,
AC = 100 cm dan (Skala Kecepatan = 1:1000) pada VA mendapatkan kecepatan
22.500 𝑐𝑚⁄𝑠, pada VB mendapatkan kecepatan 30.000 𝑐𝑚⁄𝑠 dan pada VC
mendapatkan kecepatan 22.000 𝑐𝑚⁄𝑠 serta pada VCA mendapatkan kecepatan
18.000 𝑐𝑚⁄𝑠.
2. Berdasarkan hasil Perhitungan kecepatan pada mekanisme kerja kendaraan
bulldozer dengan ω2 = 150 𝑅𝑎𝑑⁄𝑠 , α = 600 𝑅𝑎𝑑⁄𝑠 , AB = 50 cm, O12 = 200 cm,
AC = 100 cm dan (Skala Kecepatan = 1:50.000) pada AA mendapatkan percepatan
2.325.000 𝑐𝑚⁄𝑠2 , pada AB mendapatkan percepatan 4.150.000 𝑐𝑚⁄𝑠2 dan pada AC
mendapatkan percepatan 150.000 𝑐𝑚⁄𝑠2.
21
Demikian kesimpulan yang dapat penyusun ambil dari Tugas Akhir ini,
penyusun mengucapkan banyak terima kasih atas koreksi dan masukan dari
pembaca, serta tak lupa penyusun meminta maaf mengingat banyaknya
keterbatasan dalam hal pengumpulan data, pengetahuan ataupun kesalahan pada
perencanaan Tugas Akhir Kinematika Teknik 1 ini.
22