Anda di halaman 1dari 30

OPERASI DASAR CRO

(Disusun untuk memenuhi tugas terstruktur dalam Mata Kuliah Alat Ukur
Fisika)

Dosen Pengampu :

Dr. Karya Sinulingga, M.Si

Disusun Oleh :

 HARRIS SIBURIAN ( 4192421026 )


 NOVITA NABILLA ( 4191121008 )
 WURI CAHYANINGRUM ( 4193121007 )

KELOMPOK 3
FISIKA DIK’A 2019

PENDIDIKAN FISIKA - A
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGRI MEDAN
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat, karunia,
serta hidayah-Nya, sehingga makalah yang berjudul “Operasi Dasar CRO” yang
dibimbing oleh bapak “Karya Sinulingga, M.Si” sebagai dosen pengampu dalam Mata
Kuliah Alat Ukur Fisika dapat tersusun hingga selesai.

Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih atas bantuan dari pihak yang
telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Kami sangat berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin


masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh sebab itu, kami berharap adanya
kritik dan saran yang membangun dari para pembaca untuk kedepannya dapat
memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Medan, 07 Novomber 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................. i

DAFTAR ISI................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1

1.1 Latar Belakang Masalah................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................... 1

1.3 Tujuan Penulisan............................................................................ 1

1.4 Cara Memperoleh Data ................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................. 3

2.1 Pengertian CRO(Cathode Ray Osscilloscope).............................. 3

2.2 Komponen utama CRO.................................................................. 3

2.3 Prinsip kerja CRO.......................................................................... 4

2.4 Tabung Sinar Katoda (CRT) ......................................................... 7

2.5 Sistem Defleksi Vertikal ............................................................... 12

2.6 Saluran Tunda (Delay Line)........................................................... 15

2.7 Sistem Defleksi Horisontal ............................................................ 17

2.8 Jarum Penduga CRO ...................................................................... 22

BAB III PENUTUP......................................................................................... 26

3.1 Kesimpulan................................................................................... 26

3.2 Saran............................................................................................. 26

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 27

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang Masalah


Osiloskop sinar katoda (Cathode Ray Osscilloscope, selanjutnya disebut CRO) adalah
instrumen laboratorium yang sangat bermanfaat dan terandalkan yang digunakan untuk
pengukuran dan anlisa bentuk-bentuk gelombang dan gejala lain dalam rangkaian-rangkaian
elektronik. Pada dasarnya CRO adalah alat pembuat grafik atau gambar (ploter) X-Y yang
sangat cepat yang memperagakan sebuah sinyal masukan terhadap sinyal lain atau terhadap
waktu. Pena (“stylus”) Plotter ini adalah sebuah bintik cahaya yang bergerak melalui
permukan layar dalam memberi tanggapan terhadap tegangan-tegangan masukan.

1.2  Rumusan Masalah


1.      Apa itu CRO(Cathode Ray Osscilloscope)?
2.      Apa saja komponen utama CRO?
3.      Bagaimana prinsip kerja CRO?
4.     Apa itu tabung sinar katoda (CRT) ?
5.      Apa itu sistem defleksi vertikal ?
6.     Apa itu saluran tunda ( Delay Line ) ?
7.     Apa itu sistem defleksi horisontal ?
8.     Apa itu jarum penduga CRO ?

1.3  Tujuan
1.      Mengetahui tentang CRO(Cathode Ray Osscilloscope).
2.      Mengetahui komponen utama CRO
3.     Mengetahui prinsip kerja CRO
4.     Mengetahui tabung sinar katoda (CRT)
5.     Mengetahui sistem defleksi vertikal
6.     Mengetahui saluran tunda ( Delay Line )

1
7.     Mengetahui sistem defleksi horisontal
8.     Mengetahui jarum penduga CRO

1.4  Cara Memperoleh Data


Penulis mempeoleh data sebagai bahan dalam penulisan karya ilmiah ini, penulis
melakukan studi pustaka.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian CRO(Cathode Ray Osscilloscope)


Osiloskop sinar katoda (cathode ray Osscilloscope, selanjutnya disebut CRO) adalah
instrumen laboratorium yang sangat bermanfaat dan terandalkan yang digunakan untuk
pengukuran dan anlisa bentuk-bentuk gelombang dan gejala lain dalam rangkaian-rangkaian
elektronik. Pada dasarnya CRO adalah alat pembuat grafik atau gambar (ploter) X-Y yang
sangat cepat yang Memperagakan sebuah sinyal masukan terhadap sinyal lain atau terhadap
waktu. Pena (“stylus”) Plotter ini adalah sebuah bintik cahaya yang bergerak melalui
permukan layar dalam memberi tanggapan terhadap tegangan-tegangan masukan.
Dalam pemakaian CRO yang biasa, sumbu x atau masukan horizontal adalah tegangan
tanjak (ramp voltage) linear yang dibangkitkan secara internal , atau basis waktu (time base)
yang secara periodik menggerakkan bintik cahaya dari kiri kekanan melalui permukaan
layar. Tegangan yang akan diperiksa dimasukkan kesumbu Y atau masukan vertikal CRO,
menggerakkan bintik ke atas dan kebawah sesuai dengan nilai sesaat tegangan masukan.
Selanjutnya bintik tersebut menghasikan jejak berkas gambar pada layar yang menunjukkan
variasi tegangan masukan sebagai fungsi dari waktu. Bila tegangan masukan berulang
dengan laju yang cukup cepat gambar akan kelihatan sebagai sebuah pola yang diam pada
layar. Dengan demikian CRO melengkapi suatu cara pengamatan yang berubah terhadap
waktu.
Di samping tegangan, CRO dapat menyajikan gambar visual dari berbagai fenomena
dinamik melalui pemakaian transducer yang mengubah arus, tekanan, tegangan, tempratur,
percepatan, dan banyak besaran fisis lainnya menjadi tegangan.
CRO di gunakan untuk menyelidiki bentuk gelombang, peristiwa transien dan besaran
lainnya yang berubah terhadap waktu dari frekuensi yang sangat rendah ke frekuensi yang
sangat tinggi. Pencatatan kejadian ini dapat di lakukan oleh kamera khusus yang di tempelkan
pada CRO guna penafsiran kuantitatif.

2.2 Komponen utama CRO


a)      Tabung Sinar Katoda (Chatoda Ray Tube) atau CRT
b)      Penguat vertikal (vertical amplifier).
c)      Saluran tunda ( Delay line).

3
d)     Generator basis waktu (time base generator)
e)      Penguat Horizontal (Horizontal Amplifier).
f)       Rangkaian pemicu ( Trigger circuit)
g)      Sumber Daya ( Power Suplay)

2.3 Prinsip kerja CRO


Tabung sinar katoda atau CRT merupakan jantung osiloskop, dengan yang lainnya dari
CRO terdiri dari rangkaian guna mengoperasikan CRT. Pada dasarnya, CRT meng-hasilkan
suatu berkas elektron yang dipusatkan secara tajam dan dipercepat ke suatu ke-cepatan yang
sangat tinggi. Berkas yang dipusatkan dan dipercepat ini bergerak dari sumbernya (senapan
elektron, electron gun) ke depan CRT, di mana dia mejnbentur bahan fluoresensi yang
melekat di permukaan CRT (layar) bagian dalam dengan energi yang cukup untuk membuat
layar bercahaya dalam sebuah bintik kecil. Selagi merambat dari sumbernya ke layar, berkas
elektron lewat di antara sepasang pelat defleksi vertikal dan sepasang pelat defleksi
horisontal. Tegangan yang dimasukkan ke pelat defleksi vertikal dapat menggerakkan berkas
elektron pada bidang vertikal sehingga bintik CRT bergerak ke atas dan ke bawah. Tegangan
yang dimasukkan ke pelat defleksi horisontal dapat menggerakkan berkas pada bidang
horisontal dan bintik CRT ini dari kiri ke kanan. Gerakangerakan ini saling tidak
bergantungan satu sama lain sehingga bintik CRT dapat ditempatkan di setiap tempat pada
layar dengan menghubungkan masukan tegangan vertikal dan horisontal yang sesuai secara
bersamaan.

Bentuk gelombang sinyal yang akan diamati pada layar CRT dihubungkan ke masukan
penguat vertikal (vertical amplifier). Penguatan ini disetel melalui pelemasan masukan (input
attenuator) yang telah terkalibrasi, yang biasanya diberi tanda VOLTS/DIV. Keluaran
dorong-tarik (push-pull) dari penguat dikembalikan ke pelat defleksi vertikal melalui yang

4
disebut saluran tunda (delay line) dengan daya yang cukup untuk mengen-dalikan bintik CRT
dalam arah vertikal. Generator basis waktu atau generator penyapu (sweep generator)
membangkitkan sebuah gelombang gigi gergaji yang digunakan sebagai tegangan defleksi
horisontal dalam CRT. Bagian gelombang gigi gergaji yang menuju positif adalah linear, dan
laju kenaikan-nya disetel oleh suatu alat kokontrol di panel dengan yang diberi tanda
TIME/DIV. Tegangan gigi gergaji ini dikembalikan ke penguat horisontal. Penguat ini berisi
sebuah pembalik fasa (phase inverter) dan menghasilkan dua gelombang keluaran simultan
yaitu gigi gergaji yang menuju positif (menaik) dan gigi gergaji yang menuju negatif (menu-
run). Gigi gergaji yang menuju positif dimasukkan ke pelat defleksi horisontal CRT se-belah
kanan dan gigi gergaji yang menuju negatif ke pelat defleksi sebelah kiri. Tegang-antegangan
ini menyebabkan berkas elektron melejang (menyapu) sepanjang layar CRT dari kiri ke
kanan, dalam satuan waktu yang dikokontrol oleh TIME/DIV. Pemasukan tegangan defleksi
ke kedua pasangan pelat secara bersamaan menyebabkan bintik CRT meninggalkan bekas
bayangan pada layar. Ini ditunjukkan pada Gambar 28, di mana sebuah tegangan gigi gergaji
atau tegangan penyapu (sweep) dimasukkan ke Pelat horisontal dan sinyal gelombang sinus
ke pelat vertikal. Karena tegangan penyapu horisontal bertambah secara linear terhadap
waktu, bintik CRT bergerak sepanjang layar pada suatu kecepatan yang konstan dari kiri ke
kanan. Pada akhir penyapuan, bila tegangan gigi gergaji secara tiba-tiba turun dari harga
maksimalnya ke nol, bintik CRT kembali dengan cepat ke posisi awalnya di bagian kiri layar
dan tetap berada di sana sampai penyapuan baru dimulai. Bila sebuah sinyal masukan
dimasukkan secara bersa-maan dengan tegangan penyapuan horisontal ke pelat defleksi
vertikal, berkas elektron akan dipengaruhi oleh dua gaya, yaitu satu dalam bidang horisontal
menggerakkan bintik CRT sepanjang layar pada suatu laju yang linear; dan satu dalam
bidang vertikal yang menggerakkan bintik CRT ke atas dari ke bawah sesuai dengan besar
dan polaritas sinyal masukan. Dengan demikian, gerak resultante dari berkas elektron
menghasilkan peraga-an sinyal masukan vertikal pada CRT sebagai fungsi waktu.

5
Jika sinyal masukan mempunyai sifat yang berulang, peragaan CRT yang stabil dapat
dipertahankan dengan cara memulai setiap penyapuan horisontal di titik yang sama pada
gelombang sinyal. Untuk mencapai ini, contoh gelombang masukan dikemba-likan ke
rangkaian pemicu (trigger) yang akan menghasilkan sebuah pulsa pemicu di suatu titik yang
dipilih pada gelombang masukan. Pulsa pemicu ini digunakan untuk menghidupkan generator
basis waktu, yang pada gilirannya memulai penyapuan bintik CRT secara horisontal dari kiri
ke kanan layar. Dalam hal yang lazim, transisi gelombang masukan yang terjadi mula-mula
(leading-edge) digunakan untuk mengaktifkan generator pemicu agar menghasilkan pulsa
pemicu dan memulai penyapuan. Kejadian ini berlangsung sampai suatu selang waktu
tertentu (0,15 JUS), sehingga penyapuan tidak dimulai sampai setelah leading edge sinyal
masukan dilewatkan. Ini selanjutnya mencegah peragaan leading edge gelombang pada layar.
Maksud dari saluran tunda adalah memperlambat kedatangan gelombang masukan pada pelat
defleksi vertikal sampai rangkaian pemicu dan rangkaian basis waktu telah mempunyai
kesempatan untuk memulai penyapuan berkas. Saluran tunda ini menghasilkan keter-
lambatan total sebesar sekitar 0,25 jus di dalam saluran defleksi vertikal; sehingga "leading-
edge" gelombang dapat dilihat walaupun dia digunakan untuk memicu penyapuan. Sumber
day a terdiri dari bagian tegangan tinggi untuk mengoperasikan CRT, dan tegangan rendah
untuk mencatu (mensuplai) rangkaian elektronik osiloskop. Sumber-sumber daya ini adalah
dari buatan yang biasa dan tidak memerlukan uraian selanjutnya.

2.4 Tabung Sinar Katoda ( CRT )


6
a. Operasi CRT
Komponen utama dari CRT untuk pemakain umum ini adalah:
a) Perlengkapan senapan elektron.
b) Perlengkapan pelat defleksi.
c) Layar fluoresensi.
d) Tabung gelas dan dasar tabung.
Ringkasnya, peralatan senapan elektron menghasilkan suatu berkas elektron sempit
dan terfokus secara tajam yang meninggalkan senpan pada kecepatan yang sangat tinggi dan
bergerak menuju layar fluoresensi. Pada waktu membentur layar, energi kinetik dari elektron-
elektron berkecepatan tinggi diubah mnejadi pancaran cahaya, dan berkas menghasilkan
suatu bintik cahaya kecil pada layar CRT. Dalam perjalananya menujun layar, berkas
elektron tersebut lewaat di anatara dua pasang pelat defleksi elektrostatik, sebagai susunan
pelat deflkesi. Jika tegangan di masukan kepelat-pelat defleksi, berkas elektron dapat
dibelokkan dalam arah vertikal dan horisontal, sehinggah bintik cahaya menimbulkan jejak
gambar pada layar sesuai dengan masukan-masukan tegangan ini.
Sebutan “senapan elektron” berasal dari kesamaan antara gerakan sebuah elektron
yang dikeluarkan dari struktur senapan CRT dan lintasan sebuah peluru yang di tembakkan
dari sebuah senapan. Kenyataannya, study mengenai gerakan partikel-partikel bermuatan
(elektron) dalam sebuah medan listrik disebut balistik elektron (ellectron ballistics).
Elektron-elektron dipancarkan dari sebuah katoda termionik yang dipanaskan secara
tidak langsung. Katoda ini secara keseluruhan dikelilingi oleh sebuah kisi pengatur (control
grid) yang terdiri dari sebuah silinder nikel dengan lobang kecil ditengahnya, satu sumbuh
(koaksial) dengan sumbuh tabung (silinder). Elektron-elektron yang mengatur agar lewat
melalui lobang kecil didalam kisi tersebut secara bersama-sama membentuk yang di sebut
arus berkas (beam current). Besarnya arus berkas ini dapat di atur melalui alat kontroldi panel
depan yang di beri tanda INTENSITY, yang mengubah tegangan negatif (bias) kisi pengatur
di acu terhadap katoda. Kenaikan tegangan negatif kisi pengatur menurunkan arus berkas,
dan berarti menurunkan intensitas (terangnya) bayangan CRT; dengan penurunan tegangan
negatif kisi memperbesar arus berkas. Kejadian ini identik dengan kisi pengatur di dalam
sebuah tabung hampa trioda yang biasa.
Elektron-elektro yang di pancarkan katoda dan lewat melalui lobang kecil di dalam
kisi pengatur, di pwrcepat oleh potensial positif tinggi yang dihubungkan kekedua anoda
pemercepat (accelerating anodes). Kedua anoda ini di pisahkan oleh sebuah anoda
pemusat(focusing anode) yang melengkapi suatu metode guna memusatkan elektron kedalam

7
berkas terbatas yang sempit dan tajam. Kedua anoda pemercepat dan anoda pemusat ini juga
berbentuk silinder dengan lubang-lubang kecil di tengah-tengah masing-masing silinder, satu
sumbuh dengan sumbu CRT. Lubang –lubang di dalam elektroda-elektroda ini membolehkan
berkas elektron yang di percepat dan terpusat merambat lewat pelat-pelat defleksi vertikal
dan horisontal menuju layar fluoresensi.
b. Pemusatan elektrostatik
Pemusatan elektrostatik (electrostatic focusing) di gunakan dalam sebuah CRO.
Untuk memahami bekerjanya metode pemusatan elektrostatik, sangat bermanfaat untuk
pertama-tama memperhatikan kelakuan dai masing-masing partikel di dalam sebuah medan
listrik. Sebuah elektron hipoteisi dalam keadaan diam di dalam sebuah medan magnet.
Defenisi intensitas medan listrik menyatakan bahwa gaya pada satuan-satuan muatan positif
pada setiap titik di dalam sebuah medan listrik adalah intensitas medan listrik pada titik
tersebut.
Tolakan garis-garis gaya medan listrik ke arah samping lateral yang menyebabkan
penyebaran ruangan di antara garis-garis gaya, menghailkan perlengkungan medan pada
ujung-ujung kedua pelat. Dengan demikian, kerapatan garis-garis gaya medan akan lebih
kecil pada ujung-ujung pelat dari pada di bagian tengah antara kedua pelat. Karena gaya pada
sebuah elektron bekerja pada arah yang berlawanan dengan arah medan juga dinyatakan
bahwa arah gaya pada sebuah elektron adalah tegak lurus pada permukaan-permukaan yang
potensialnya sama.
Bila dua silinder di tempatkanujung ke ujung dan kepada maka di masukan beda
potensial, medan listrik yang di hasilkan antara kedua silinder tersebut tidak mempunyai
kerapatan yang seragam. Permukaan-permukaan dengan potensial yang sama di tunjukkan
sebagai garis tebal. Karena kerapatan medan listrik yang berubah di dalam daerah antara
silinder-silinder, permukaan-permukaan dengan potensial yang sama adalah lengkung.
Elektroda pertama dari lensa elektron ini adalah anoda yang sebelumnya telah
dipercepat, sebuah silinder logam yang berisi beberapa pelat pengatur (buffle) untuk
mengumpulkan berkas elekton yang masuk melalui lobang kecil disebelah kiri. Elektroda
kedua adalah anoda pemusat, dan elektroda ketiga adalah anoda pemercepat. Ketiga elektoda
berbentuk silindris dan satu sumbu dengah sumbu CRT.
Suatu berkas yang dipercepat tinggi memiliki energi kinetik yang lebih besar dan
dengan demikian menghasilkan bayangan yang lebih terang pada layar CRT, tetapi berkas ini
juga lebih sukar disimpangkan dan kadang-kadang disebut berkas yang sukar (hard beam) .

8
nilai khas faktor defleksi ini adalah rangkuman 10 volt/em sampai 100 volt/em, yang
berturut-turut sesuai dengan sensivitas sebesar 1,0 mm/v sampai 0,1 mm/v.
c. Layar untuk CRT
Bila berkas elektron membentur layar CRT, dihasilkan sebuah bintik cahaya. Bahan
layar di bagian dalam CRT yang menghasilkan efek ini adalah fosfor. Fosfor menyerap
energi kinetik elektron-elektron memborbardir dan memancarkan kembali energi tersebut
pada frekuensi yang lebih rendah pada spektrum yang dapat dilihat. Sifat dari beberapa bahan
yang berkristal seperti fosfor atau oksida seng (zinc oxide) yang memancarkan cahaya bila
dirangsang oleh radiasi disebut fluoresensi. Bahan-bahan fluoresensi memiliki karakteristik
kedua yang disebut fosforisensi (phosphorescence) yang berkenan dengan sifat bahan yang
terus memancarkan cahaya walaupun sumber eksitasi telah diputuskan (dalam hal ini berkas
elektron). Lama waktu terjadinya fosforisensi atau cahaya yang tinggal setelah bahan yang
bersinar hilang disebut ketahanan (persistensi) fosfor. Ketahanan biasanya diukur
berdasarkan waktu yang dibutuhkan oleh bayangan CRT agar berkurang ke suatu persentase
tertentu (biasanya 10 persen) dari keluaran cahaya semula.
Intensitas cahaya yang dipancarkan dari layar CRT disebut luminansi (luminance).
Dan bergantung pada beberapa faktor. Yang pertama adalah, intensitas cahaya dikontrol oleh
jumlah elektron pemborbardir yang membentur layar setiap second. Jika yang disebut arus
berkas (beam current) ini diperbesar atau arus berkas dengan jumlah yang sama dipusatkan di
dalam sebuah daerah yang lebih kecil dengan mengurangi ukuran bintik, maka luminansi
akan bertambah. Yang kedua adalah, luminansi bergantung pada energi dengan mana
elektron-elektron pembombardir membentur layar, dan ini pada gilirannya ditentukan oleh
potensial pemercepat. Suatu kenaikan pada potensial pemercepat akan menghasilkan
pertambahan luminansi. Ketiga, luminansi merupakan fungsi dari waktu berkas untuk
membentur suatu permukaan fosfor tertentu, berarti kecepatan penyauan akan mempengaruhi
luminansi. Dan akhirnya, luminansi merupakan fungsi karakteristik fisik dari fosfor itu
sendiri. Hampir semua pabrik melengkapi pembeli dengan pilihan bahan fosfor.
Sebagai contoh, fosfor P11 yang memiliki ketahanan yang singkat, sangat baik untuk
pemotretan bentuk gelombang tetapi samasekali tidak sesuai untuk pengamatan visual
fenomena kecepatan rendah. P31 dengan luminansi yang tinggi dan ketahanan sedang,
merupakan kompromi paling baik untuk penglihatan gambar secara umum dan dengan
demikian ditemukan dalam kebanyakan CRO standar tipe laboratorium.

9
Bila sebuah fosfor dieksitasi oleh berkas elektron pada rapat arus yang berlebihan,
kerusakan seterusnya karena panas dapat terjadi pada fosfor tersebut, dan keluaran cahaya
akan berkurang. Dua fator yang mengontrol terjadinya panas adalah kerapatan berkas dan
lamanya eksitasi. Kerapatan berkas dikontrol oleh INTENSITY, FOCUS dan
ASTIGMATISM pada panel dengan CRO. Waktu yang diperlukan oleh berkas untuk
mengeksitasi suatu permukaan fosfor tertentu dapat diatur dengan penyapu atau alat kontrol
TIME/DIV. Panas, dan mungkin kerusakan total pada fosfor, dicegah dengan
mempertahankan berkas pada intensitas yang rendah dan pada waktu pencahayaan yang
singkat.
Elektron pembombardir yang membentur fosfor mengeluarkan elektron emisi
sekunder, jadi mempertahankan layar dalam keadaan setimbang elektris. Elektron emisi
sekunder berkecepatan rendah ini dikumpulkan oleh sebuah lapisan konduktif dipermukaan
dalam tabung gelas yang dikenal sebagai aquadog,yang secara elektris dihubungkan ke anoda
kedua. Dalam beberapa tabung, khususnya CRT yang dilenkapi dengan pemusatan magnetik
(seperti tabung gambar TV), anoda pemercepat ditiadakan seluruhnya dan menggunakan
lapisan konduktif sebagai anoda pemercepat akhir.
d. Graticules
Peragaan bentuk gelombang pada permukaan CRT secara visual dapat diukur pada
sepasang tanda skala horizontal dan vertical yang disebut graticule. Tanda-tanda skala ini
dapat ditempatkan dipermukaan luar tabung CRT, yang dalam hal ini disebut eksternal
graticule atau di bagian dalam permukaan CRT, yang disebut internal graticule. Graticule
yang dipasang dipermukaan luar terdiri dari sebuah plat plastik bening atau berwarna yang
dilengkapi dengan tanda pembagian skala. Dia dipasang di permukaan luar layar CRT.
Graticule luar mempunyai keuntungan, mudah duganti dengan sesuatu yang memiliki pola
gambar khusus, seperti tanda-tanda derajat untuk analisis vektor tv berwarna. Juga, posisi
graticule luar dapat dengan mudah diatur agar sejajar dengan CRT. Kelebihan utama
graticule luar adalah paralaksis, sebab tanda skala tidak sebidang dengan bayangan
gelombang yang dihasilkan pada fosfor. Sebagai akibatnya penjajaran gerak dan graticule
akan berubah terhadap posisi pengamatan.
Sebuah graticule yang dipasang dipermukaan dalam CRT disebut internal graticule.
Dengan adanya graticule ini tidak terjadi paralaksis, sebab bayangan CRT dan graticule
berada pada bidang yang sama. Namun CRT dengan internal graticule lebih mahal dalam
pembuatannya dan tidak dapat diganti pada mengganti CRT. Disamping itu, CRT dengan

10
graticule di permukaan dalam harus mempunyai suatu cara untuk menjajarkan jejak, dan ini
menambah harga keseluruhan CRO.
e. Sambungan CRT
Sambungan elektris ke berbagai elemen di bagian dalam tabung gelas CRT di lakukan
melalui dasar tabung. Berbagai tegangan suplay bagi peralatan senapan elektron di
bangkitkan oleh dua sumber daya yang dihubungkan secara seri, yaitu sumber tegangan
tinggi untuk tegangan percepat, dan sumber tegangan rendah untuk rangkaian tambahan.
Sebuah jaringan pembagi tegangan dihubungkan ke kedua sumber daya guna melengkapi
tegangan kerja yang dibutuhkan oleh sistem.
Intensitas berkas elektron di atur dengan mengubah tegangan antara katoda grid dari
trioda. Dalam gambar 9-15 pengaturan ini di lakukan oleh potensiometer 500 kΩ, yang
terdapat sebagai alat kontrol pada panel depan dengan tanda INTENSITY. Potensiometer 2
MΩ di dalam jaringan pembagi teganagn juga merupakan alat kontrol pada panel depan yang
di tandai dengan FOCUS. Dia mengatur tegangan negatif pada cincin fokus dari seksi lensa
antara -500 V dan -900 V, efek lensa menjadi lebih kuat (panjang fokus lebih pendek) bila
tegangan pada cincin fokus lebih negatif tehadap kedua anoda luar. Alat kontrol
ASTIGMATISM pada panel dengan CRT menyetel tegangan pada anoda pemercepat di acu
terhadap pelat-pelat defleksi vertikal yang mengikuti seksi lensa. Ini membentuk sebuah lensa
silindris yang mengoleksi setiap penyebaran bintik (defocusing) yang mungkin terjadi, dan
pengaturan dilakukan agar mendapatkan bintik yang paling bulat pada layar CRT.
Berkas dapat ditempatkan dimana saja pada layar dengan menggunakan dua kontrol
panel depan terpisah yang ditandai dengan VERTICAL POSITION dan HORIZONTAL
POSITION. Dengan mengatur VERT POS pada posisi tengahnya, plat-plat defleksi vertical
dihubungkan ke tegangan DC yang identik, sehingga tidak ada medan listrik antara keduanya.
Berarti, berkas elektron tidak disimpangkan dan hanya merambat menuju pusat CRT. Sedikit
pengaturan pada alat kontrol VERT POST mengakibatkan ketidaksetimbangan pada tegangan
DC yang dimasukkan ke plat vertikal, sehingga beda potensial yang dihasilkan membentuk
medan listrik antara keduanya. Medan ini mempengaruhi defleksi berkas sewaktu lewat
diantara pelat dan membawa bintik CRT ke suatu posisi baru pada layar. Dengan cara yang
serupa, alat kontrol HOR POS dapat menggerakkan bintik CRT dalam setiap arah horizontal
pada layar. Selanjutnya pengaturan kedua pengontrol posisi ini secara bersamaan dapat
membawa bintik ke setiap lokasi yang diinginkan pada layar.

11
2.5 Sistem Defleksi Vertikal
a. Elemen-elemen dasar
Sistem defleksi vertikal harus memenuhi persyaratan prestasi yang cukup ketat yang
dapat disimpulkan dengan menyatakan bahwa sistem tersebut secara meyakinkan
menghasilkan kembali bentuk gelombang masukkan dalam batas-batas lebar bidang
(bandwidth), kenaikan waktu (risetime) dan amplitudo yang telah ditetapkan. Sistem defleksi
vertikal juga melengkapi sebuah penyangga (isolation) antara sumber sinyal dan pelat
defleksi vertikal. Dalam beberapa hal, sistem vertikal melengkapi berbagai modus operasi
seperti kopling DC atau AC, operasi jejak banyak (multiple trace), modus peragaan banyak
(multiple display modes), kemampuan menerima masukan selisih dan lain-lain. Ciri-ciri
khusus ini umumnya trsedia pada CRO tipe laboratorium yang lebih rumit menggunakan
yang disebut unit-unit kontak tusuk (plug in).
Sistem defleksi vertikal biasanya terdiri dari elemen-elemen yaitu :
a) Jarum penduga CRO (probe)
b) Pemilih masukan (input selector)
c) Pelemah masukan (input attenuator)
d) Penguat vertikal.
Jarum penduga CRO (CRO probe) melakukan fungsi penting yaitu menghubungkan
penguat vertikal ke rangkaian yang diukur tanpa membenani atau jika tidak mengganggu
rangkaian. Jenis jarum penduga yang berbeda tersedia untuk berbagai pemakaian dalam
pengukuran. Jarum penduga untuk pemakaian umum disebut jarum penduga pasif (passive
probe). Dia terdiri dari sebuah tahanan seri (pelemahan sinyal) dan sebuah kapasitor shunt
variabel (kompensasi jarum penduga), keduanya berada di dalam tubuh jarum penduga, di
tambah dengan ujung jarum penduga (probe tip) dan sebuah penghubung ke tanah (ground
connector). Tubuh jarum penduga dihubungkan ke terminal masukan vertikal melalui sebuah
kakel yang dilengkapi dengan konektor BNC (banana connector); atau pada CRO frekuensi
rendah yang murah digunakan kontak tusuk tipe pisang (banana) atau konektor sederhana
lainnya.
b. Pemilih masukan (input selector)
Penempatan pemilih masukan keposisi ac secara kapasitif akan menggandengkan
tegangan sinya kepelemah ( attenuator ). Kapasitor menahan (memblokir) komponen Dc dari
gelombang masukan dan hanya mengijinkan kemponen ac memasuki penguat. Ini merupakan
ciri yang sangat bermanfaat yang memungkinkan pengukuran tegangan sinyal ac yang
bergabung dengan tegangan catu dc atau sumber tegangan. Penempatan pemilih masukan

12
pada posisi dc menghubungkan tegangan sinyal secara langsung kepelemah sehingga kedua
komponen ac dan dc tersambung ke penguat. Modus pengukuran ini terutama sangat
bermanfaat guna menentukan nilai tegangan sesaat total sambungan tanah pada pemilih
masukan yang terdapat pada beberapa CRO sebagai posisi pertengahan antara ac dan dc,
merupakan ciri pengamanan yang memindahkan setiap muatan yang tersimpan didalam
pelemah masukan dengan cara mentanahkan masukan pelemah secara seketika sewaktu dc di
ubah ke modus ac.
c. Pelemah masukan ( input attenuator)
Pelemah masukan (input attenuator) terdiri dari sejumlah pembagi tegangan RC ,
yang dikontrol melalui panel depan CRO oleh pemilih VOLTS/DIV. Pemilih ini dikalibrasi
dalm faktor defleksi (V/DIV) yang biasanya dalam urutan 1-2-5. Rangkuman khas penyetelan
pelemah adalah 0,1 ; 0,2 ; 0,5 ; 1;2 ; 5;10 ; 20 ; dan 50 volt/divisi, dengan pelemahan
maximal pada kedudukan 50 V/DIV.
Untuk menjamin operasi CRO yang linier pada rangkuman frekuensi yang tertentu
(lebar bidang khas adalah dc sampai 25 MHz), pelemahan sinyal masukan harus tidak
bergantung pada frekuensi, dan ini memerlukan yang disebut pelemah yang terkompensir
(compensatet attenuator). Gambar 9-17 menunjukkan pelemah ini bersama tingkat masukan
dari penguat vertikal yang impedansi masukannya dinyatakan oleh tahanan paralel terhadap
kapasitor .
Dengan menempatkan saklar pelemah di posisi atas, sinyal masukan tersambung
langsung ke masukan penguat vertikal tanpa pelemahan. Dalam contoh, ini akan sesuai
dengan penyetelan 0,1 V atau dengan sensivitas sistem defleksi vertikal yang maksimal.
Pelemahan vertikal dapat diubah-ubah melaui penyetelan VOLT/DIV, dan setiap
pengubahan memberikan jaringan pelemah Ra-Ca yang berlainan. Semua jaringan ini
menggunakan prinsip yang sama yakni: pembagi tegangan RC sederhana yang
mempertahankan suatu perbandingan penyetelan (set ratio) terhadapa satu sama lain dan
frekuensinya dikompensir oleh kapasitor variabel kecil Ca. Pada CRO tipe laboratorium
komponen-komponen resistip dan kapasitip dari pelemah dipilih sedemikian, sehingga
masukan vertikal CRO selalu menyajikan inpedansi yang sama terhadap rangkaian yang
diuju, tampa menghiraukan kedudukan VOLT/DIV. Nilai khas parameter masukan ini adalah
1 MΩ diperoleh 33 pF.
d. Penguat vertikal
Penguat vertikal (vertical amplifier) terdiri dari beberapa tingkatan dengan sensifitas
atau penguatan total yang tetap biasanya dinyatakan dalam faktor defleksi (V/DIV).

13
Keuntungan penguatan tetap adalah bahwa penguat tersebut dapat lebih mudah dirancang
atau mempertahankan persyaratan stabilitas dan lebar bidang (bandwith). Penguat vertikal
dipertahankan dalam batas kemampuannya untuk menangani sinyal berdasarkan pemilihan
pelemah masukan ( input attenuator) yang sesuai. Dengan membuat pelemah positif yang
paling sensitif, penguatan total dari penguat berhubungan dengan pembacaan terendah dari
selektor VOLT/DIV.
Penguat vertikal pada umumnya terdiri dari dua balok rangkaian utama yaitu pra-
penguat (preampliflier) dan penguat utama (main vertikal ampliflier). Daalm CRO tipe
laboratorium, pra penguat sering tersedia sebagai suatu urut kontak tusuk yang dengan mudah
dan cepat dapat dihubungkan ke rangka casis utama (main frame) CRO. Kemudian penguat
utama membentuk sebuah bagian yang mutu dari kerangka utama. Unit vertikal kontak tusuk
yang berbeda jenis yang dirancang untuk pemakaian pengukuran tertentu, dapat memperbesar
kemampuan CRO dengan biaya yang pantas.
Elemen pertama dari pra penguat adalah tingkat masukan; sering berisi sebuah FET
source follower, yang impedansi masukannya yang tinggi pada dasarnya memisahkan
penguat dari pelemah. Tingkat masukan FET ini kadang kadang disusul oleh sebuah emitter
follower BJT yang bertindak sebagai transformator impedansi untuk menyesuaikan (match)
impedansi keluaran FET yang besarnya sedang terhadap masukan pembalik fasa impedansi
rendah yang menyusulnya. Pembalik fasa atau penguat parafasa (paraphase amplifier),
menyediakan dua sinyal keluaran anti fasa yang dibutuhkan untuk mengoperasikan penguat
keluaran jenis dorong-tarik (push-pull). Tingkat akhir dari pra penguat menyediakan
penggerak yang dibutuhkan bagi penguat vertikal utama. Sinyal keluaran dari penguat
dorong-tarik sebesar 1000 mV/div adalah cocok bagi sebuah pra penguat standar dari jenis
kontak tusuk.
Penguat vertikal utama terdiri dari sebuah jaringan penggerak (driver amplifier) dan
sebuah penguat tingkat keluaran jenis dorong-tarik yang memberikan tegangan tegangan
sinyal yang sama tetapi berlawanan polaritas kekedua pelat defleksi vertikal CRT. Rangkaian
rangkaian dorong-tarik hampir selalu digunakan di dalam penguat verikal, sama halnya
seperti penguat horisontal sebab mereka memperbaiki linearitas defleksi CRT. Dalam
penguat utama juga termasuk rangkaian yang dibutuhkan untuk memusatkan berkas beserta
penguat penguat tambahan untuk menggerakan saluran tunda, vertikal.

14
2. 6 Saluran Tunda (Delay Line)
a. Fungsi saluran tunda
Semua rangkaian elektronik dalam CRO (pelemah, penguat, pembentuk pulsa,
generator, dan tentu saja didalam kawat rangkaian sendiri) menyebabkan keterlambatan
waktu tertentu didalam transmisi tegangan sinyal ke pelat pelat refleksi. Hampir semua
keterlambatan ini terjadi di dalam rangkaian rangkaian yang melakukan pemindahan,
pembentukan, atau pembangkitan. Kita lihat bahwa sinyal horisontal (basis waktu atau
tegangan penyapu), dimulai atau dipicu oleh sebagian dari sinyal keluaran yang dimasukan
ke pelat pelat vertikal CRT. Pengolahan sinyal dalam sinyal horisontal mencakup
pembangkitan dan pembentukan sebuah pulsa pemicu (trigger pick-off) yang menghidupkan
generator penyapu, yang keluarannya dikembalikan ke penguat horisontal dan kemudian ke
pelat pelat defleksi horisontal. Keseluruhan proses ini membutuhkan waktu dalam orde 80 ns
atau sekitarnya.
Untuk memungkinkan operator mengamati “leading edge” dari bentuk gelombang
sinyal, berarti penggerak sinyal bagi pelat pelat CRT harus terlambat paling sedikit sebesar
jumlah waktu yang sama. Ini merupakan fungsi dari saluran tunda vertikal. Kita melihat pada
gambar 9-22 saluran tunda sebesar 200 ns telah ditambahkan ke saluran vertikal, sehingga
tegangan sinyal ke pelat pelat CRT terlambat sebesar 200 ns, dan penyapuan horisontal
dimulai sebelum defleksi vertikal. Walaupun saluran tunda dapat muncul hampir dimana
mana sepanjang lintasan sinyal vertikal, pemicu harus mendahului saluran tunda.
Pada dasarnya terdapat 2 saluran tunda, yaitu saluran tunda dengan parameter
tergumpal (lumped parameter delay line) dan saluran tunda dengan parameter terbagi
(distributed parameter line).
b. Saluran tunda dengan parameter tergumpal.
Saluran tunda dengan parameter tergumpal (lumped parameter line) terdiri dari
sejumlah jaringan simetri LC bertingkat. Jika bentuk T berakhir pada impedansi
karakteristiknya Z0 (characteristic impedance Z0), maka menurut defenisi, impedansi,
dengan melihat kembali ke terminal masukan juga adalah Z0. Kondisi penutupan ini
memberikan karakteristik filter pelewat rendah (low pass filter) bagi bentuk T yang
pelemahan dan pergeseran phasanya merupakan fungsi dari frekuensi, dan pita pelewatnya
(pass band)didefinisikan oleh rangkuman frekuensi pada mana pelemahan adalah nol.
Karena frekuensi pemutus dari saluran tunda parameter tergumpal yang tajam,
amplitudo dan distorsi phasa menjadi suatu masalah bila frekuensi sinyal masukan
bertambah. Sebagai contoh, pemberian masukan tegangan tangga yang mengandung

15
komponen-komponen frekuensi tinggi (frekuensi harmonik ganjil) menyebabkan distorsi
ppada respon transien tegangan keluaran dalam bentuk lonjakan (over shoot) dan bentuk
cincin (ringing). Jenis respon ini dapat diperbaiki agar lebih mirip dengan masukan tegangan
tangga semula dengan mengubah rancangan bagian filter menjadi, misalnya bagian m yang
diturunkan. Bagian m yang diturunkan merupakan rangkaian populer yang menggunakan
gandengan bersama antara kedua induktor dari bagian T.
Adalah penting untuk untuk menyesuaikan saluran tunda sedekat mungkin ke
impedansi karakteristiknya Zo pada ujung masukan maupun ujung keluaran. Persyaratan inii
sering membawa ke rangkaian penutupan yang rumit dalam usaha untuk mengoptimumkan
kesetimbangan antara ampitudo dan distorsi fasa dan dalam mendapatkan respon transien
yang lebih baik.
Sebuah rangkaian saluran tunda praktis dalam sebuah CRO digerakan oleh sebuah
penguat dorong-tarik dan selanjutnya terdiri dari susunan bagian bagian filter bertingkat yang
simetris. Respon optimal dari saluran tunda memerlukan pertimbangan komponen L dan C
yang tepat dalam masing masing bagian; kapasitor variabel harus diatur dengan cermat agar
efektif.
c. Saluran tunda dengan parameter terbagi
Saluran tunda dengan parameter terbagi (distributet parameter delay line) terdiri dari
kabel coaxial yang di buat secara khusus dengan nilai induktansi yang tinggi setiap satuan
panjang. Untuk jenis saluran tund a ini konduktor tengan dari kabel coaxial normal yang
lurus di ganti dnegan sebuah kumparan kawat kontinu, digulung dalam bentuk spiral pada
sebuah inti lunak di bagian dalam. Untuk mengurangi arus pusar (eddy current) biasanya
konduktor luar di buat dari kawat jaringan terisolasi (braided insulated wire), yang secara
elektris di hubungkan pada ujung -ujung kabel.
Induktansi saluran tunda di hasilkan oleh kumparan bagian dalam, dan besarnya sama
dengan induktansi solenoid dengan n lilitan setiap meter. Induktansi dapat d perbesar dengan
menggulung konduktor spiral bagian dalam pada sebuah inti ferromagnetic, yang memiliki
efek memperbesar waktu keterlambatan td dan impedansi karakteristik Zo. Kapasitansi dari
saluran tunda dinyatakan oleh kapasitansi dari silinder coaxial yang dipisahkan oleh
dielektrik dari bahan politilene (Polyethylene). Kapasitansi dapat diperbesar dengan
menggunakan jarak ruang dielektrik yang lebih kecil antara konduktor dalam dan konduktor
luar.
Parameter khas untuk sebuah saluran tunda berimpedansi tinggi berbentuk spiral
adalah Zo 1000 Ω dan td = 180ns/m. saluran tunda coaxial adalah menguntungkan sebab

16
tidak memerlukan pengaturan yang cermat terhadap parameter tergumpal, dan dia
memerlukan ruangan yang jauh lebih kecil.

2.7 Sistem Defleksi Horisontal


a. Generator penyapu (sweep generator)
CRO biasanya mmemperagakan bentuk gelombang masukann vertikal sebgai fungsi
dari waktu ini memerllukan tegangan defleksi horisontal guna menggerakkan atau menyapu
bintik CRT sepanjang layar dari kiri kekanan dengan kecepatan konstan, dan kemudian
mengembalikan bintik tersebut dengan cepat keposisi semula di bagian kiri layar, siap untuk
penyapuan berikutnya. Tegangan penyapun atau basis waktu ini dihasilkan dalamsistem
deleksi horisontal CRO oleh generator penyapu (sweep generator).
Tegangan penyapu yang ideal bertambah dengan kecepatan yang linear dari suatu
nilai minimal ke nilai maksimal tertentu, dan kemudian turun dengan cepat kelevel semula.
Bagian gigi gergaji yang naik secara linear disebut tegangan tanjak (ramp voltage).
Selama selang waktu Ts, bila tegangan tanjak naik dari V minimal ke Vmaksimal, bintik
CRT tersapu sepanjang layar dari kiri kekanan. Dalam setiap waktu kembali memulai jejak
atau melenting (fly back), Tr, tegangan penyapu turun dengan cepat ke nilai minimalx, dan
bintik CRT kembali ke titik semula pada layar. Dalam hampir semua CRO berkas elektron di
lenyapkan selama selang waktu pembalikan ini, sehingga bintik CRT tidak dapat
menghasilkan bayangan pada layar.
Dalam beberapa pemakaian, besarnya ketidakliniearan ini dapat diterima dan
karenanya dalam beberapa CRO untuk frekuensi yang harganya murah,digunakan rangkaian
RC sederhana.
Dalam rangkaian penyapu RC yang praktis, fungsi saklar S diganti oleh sebuah alat
penghubung (saklar) elektronik, misalnya transistor UJT (Uni Junction Transistor), saklar
yang dikontrol oleh silikon,thyristor,gas thyratron,dan lain-lain. Bila mula-mula daya
dimasukkan kapasitor c mengisi secara eksponensial melalui tahanan R, dan tegangan emitter
UJT yaitu VE naik menuju tegangan suplai EBB. Bila VE mencapai tegangan puncak UJT
yaitu VP dioda emitter ke basis 1 (E B1) akan dicatu dalam arah maju (forward biased) dan
UJT memicu. Ini menyediakan lintangan pengosongan muatan tahanan rendah antara E dan
B1, sehingga kapasitor muatan dengan cepat melalui UJT. Dengan demikian, tegangan VE
berkurang sampai dia tidak dapat lebih lama menyokong catu minimal yang diperlukan untuk
konduksi UJT. Pada titik ini lintasan bertahanan rendah E-B1 terputus, dan kapasitor mengisi
kembali siklus(perioda) pengisian dan pengosongan muatan ini berulang dalam suatu proses

17
yang kontinu atau bekerja penuh (free running process dan menghasilkan sebuah gelombang
gigi gergaji.
Untuk memperbaiki liniearitas penyapuan, sebuah rangkaian relaksasi UJT yang
sebenarnya mungkin menggunakan 2 sumber tegangan terpisah, yaitu sumber tegangan
rendah untuk UJT dan sumber tegangan tingii untuk rangkaian RC.
Frekuensi osilasi dapat diubah dengan mengubah nilai R dan C (mengubah konstanta
waktu). Dalam sebuah rangkaian penyapu CRO yang praktis, tahanan digunakan untuk
pengontrolan frekuensi secara kontinu (oleh alat kontrol VARIABLE) dan kapasitor C diubah
secara bertahap guna menghasilkan sejumlah rangkuman frekuensi (saklar pemilih
TIME/DIV). Karena R maupun C keduanya dapat mengubah frekuensi penyapuan atau basis
waktu, mereka sering disebut Tahanan pengatur waktu (timing resistor) dan kapasitor
pengatur waktu (timing kapasitor).
b. Sinkronisasi penyapuan
Generator gigi geragaji disebut bekerja penuh (free running) sebab tidak tersedia alat
control luar yang menghidupkan generator pada setiap penyapuan baru. Penyapuan baru
benar benar di mulai begitu kapasitor telah dikosongkan dan cukup untuk membuat UJT tidak
bekerja. Adalah mungkin menggunakan sebuah penyapu yang beroperasi secara penuh guna
menghasilkan suatu peragaan CRT yang stabil, asalkan frekuensi sinyal masukan vertikal
merupakan perkalian bulat dari frekuensi penyapuan (fv=nfa). Untuk menghasilkan suatu
pergaan yang stabil generator penyapu harus berjalan sinkron atau sejalan dengan sumber
sinyal vertikal, sehingga sinyal vertikal dan horizontal keduanya mencapai suatu titik
referensi dalam siklusnya pada saat yang bersamaan.
Sinkronisi penyapuan dapat diperoleh dengan masukkan yang disebut sinyal
sinkronisasi (syne signal). Keterminal masukkan syne sedemikian sehingga memperkecil
tegangan puncak UJT dan dengan demikian menghentikkan tegangan tanjak naik sebelum
waktunya, dimana sederetan pulsa sinkronisasi negatif ditindihkan diatas tegangan puncak
UJT.
Beberapa pulsa pertama tidak mempunyai efek terhadap frekuensi gelombang gigi
gergaji,dan generator penyapu terus berjalan tidak sinkron pada frekuensi peribadinya sendiri.
Akhirnya proses pengisian kapasitor dihentikan sebelum waktunya oleh sebuah pulsa
sinkronisasi yang terjadi pada saat yang tepat yaitu pada saat tegangan tanjak yang naik sama
dengan penurunan seketika tegangan puncak UJT . pada saat itu kapasitor mengosongkan
muatan secara tepat melalui UJT,dan tegangan tanjak yang menaik diakhiri. Bila tegangan
kapasitor telah turun ke tegangan minimal yang dibutuhkan untuk mempertahankan konduksi

18
UJT,transistor tidak bekerja dan kapasitor mengisi kembali guna menghasilkan tanjak
berikutnya.
Adalah jelas bahwa proses singkronisasi hanya dapat terjadi karena pulsa
singkronisasi menghasilkan penyapuan sebelum waktunya . ini berarti bahwa pereode ( T)
dari sinyal singkronisaasi harus lebih kecil dari perioda yang biasa(T0) dari gelombang gigi
gergaji . ini juga berarti bahwa bila penyapuan dibuat serempak,dia menganggap frekuensi
sinyal singkronisasi sedikit lebih rendah dari frekuensi sendiri yang biasa . disamping itu ,
amplitude sinyal singkronisasi harus cukup besar untuk menjembatani kesenjangan antar
tegangan kapasitor yang sebenarnya dan tegangan puncak titik kerja ( quiscent) dari UJT .
pulsa – pulsa singkronisasi beramplitude rendah benar benar tidak akan mensinkronkan
penyapuan.
Sebagai pengganti pemakaian pulsa singkronisasi negativ, sinkronisasi penyapuan
dapat juga diperoleh melalui sebuah sinyal sinkronisasi sinusoidal dengan amplitude yang
cukup. Pulsa sinkronisasi negativ menghentikan proses pengisian kapasitor sebelum
waktunya, berarti memperpendek perioda yang biasa dari sinyal penyapu. Sinyal
singkronisasi gelombang sinus juga dapat memperpendek atau memperpanjang perioda yang
biasa dari gigi gergaji. Kedua tegangan penyapu dari frekuensi yang berbeda disingkronkan
kesinyal sinkronisasi gelombang sinus yang sama . satu gelombang gigi gergaji (digambarkan
sebagai garis tebal) , yang periodanya biasanya lebih pendek dari perioda sinyal singkronisasi
,diperpanjang sampai dia sejalan dengan gelombang sinus. Gelombang gigi gergaji yang lain(
digambarkan sebagai garis putus-putus) , yang periodanya biasa lebih panjang dari perioda
sinyal sinkronisasi , diperpendek hingga dia sinkron dengan gelombang sinus sebelumnya,
dalam kedua hal ini penyapuan yang telah disinkronkan menggunakan frekuensi sinyal
sinkronisasi.
Sinyal sinkronisasi untuk generator penyapu dapat di peroleh dari berbagai sumber
dan dipilih oleh sebuah alat kontrol pada panel depan CRO yang disebut SYNC SELECTOR.
Pada posisi internal atau INT, digunakan sebuah sampel sinyal penguat vertikal yang
dilengkapi dengan sebuah pembagi tegangan untuk membangkitkan pulsa singkronisasi.
Dengan demikian, ini menghubungkan mulainya penyapuan terhadap sinyal masukan vertikal
yang diselidiki. Pada posisi eksternal atau EXT generator penyapu dapat disinkronkan
terhadap sebuah sinyal yang dimasukkan dari luar melalui sebuah cagak (jack) dipanel depan
yang diberi tanda EXT. Pada posisi LINE sebuah sampel tegangan jala-jala dimasukkan
kegenerator penyapu, sehingga sinyal yang di amati disinkronkan terhadap frekuensi jala-jala.

19
c. Penyapuan terpicu (triggered sweep)
CRO jenis laboratirum biasanya dilengkapi dengan sistem basis waktu yang
menggunakan apa yang disebut penyapu terpicu (triggered sweep). Dengan penyapuan
terpicu ini, generator gigi gergaji tidak membangkitkan suatu tegangan tanjak kecuali kalau
diminta untuk melakukannya oleh sebuah pulsa pemicu. Sebuah penyapu terpicu
meningkatkan keandalan CRO dalam pengertian bahwa dia memungkinkan CRT
memergunakan sinyal-sinyal masukan vertikal yang waktunya sangat singkat (misalnya pulsa
sempit), terbentang sepanjang satu permukaan layar yang cukup besar, hanya karena
penyapuan diawali oleh sebuah pulsa pemicu yang berasal dari gelombang yang diselidiki.
Tahanan-tahanannya dipilih sedemikian sehingga tegangan VD pada katoda dari
dioda D berada dibawah tegangan puncak VP untuk menghidupkan UJT. Bila mula-mula
rangkaian dibuat bekerja dan UJT pada keadaan tidak konduksi, kapasitor pengatur waktu CT
mengisi muatan secara eksponensial melalui tahan pengatur RT menuju VBB sampai tercapai
suatu titik dimana dioda menjadi tercatu maju, (forward biased) dan konduksi. Selanjutnya
kapasitor tidak pernah mencapai tegangan puncak yang dibutuhkan untuk menghidupkan UJT
tetapi dikepit (clamped) pada VD dan tidak dapat mengosongkan muatan. Jika sekarang
sebuah pulsa pemicu negatif dengan amplitudo yang cukup dimasukkan ke basis no.2 dari
UJT, tegangan puncak VP secara seketika turun dan UJT menyala. Sebagai akibatnya, CT
mengosongkan muatan dengan cepat melalui UJT sampai tegangan memertahankan UJT
tercapai. Pada titik ini, UJT berubah ke tidak bekerja, dan CT mengisi muatan menuju
tegangan sumber VBB sampai dia dikepit sekali lagi pada VD dimana dia menantikan
kedatangan pulsa pemicu berikutnya.
Perhatikan bahwa pulsa pemicu memulai penjejakan kembali sebelum penyapuan
dapat dibangkitkan, sehingga bagian awal dari gelombang yang akan diselidiki akan hilang
dalam waktu penjejakan kembali yang singkat, kecuali jika saluran tunda vertikal
memberikan keterlambatan (delay) simyal yang cukup.
Rangkaian pemicu menerima sinyal masukan dari bentuk dan amplitudo yang
berlainan, dan dari berbagai sumber; dan mengubahnya menjadi pulsa-pulsa yang
amplitudonya seragam untuk operasi penyapuan yang terpercaya. Selektor pemicu
ditunjukkan sebagai sebuah saklar tiga posisi yang diberi tanda INT-EXT-LINE dan
memperlengkapi operator guna memilih sinyal masukan pemicu dalam cara yang sama.
Sinyal masukan pemicu ini dimasukkan ke sebuah pembanding tegangan yang level
acuannya disetel oleh alat kontrol TRIGGER LEVEL pada panel depan CRO. Rangkaian
pembanding memberi reaksi terhadap perubahan sinyal masukan pemicu yang melampaui

20
nilai yang telah disetel melalui pengontrol level pemicu. Generator pulsa (Pemicu Schmitt)
di belakang pembanding menghasilkan sebuah pula pemicu negatif setiap kali keluaran
pembanding memotong level titik kerjanya (Quiscent Level) yang pada gilirannya akan
memicu generator penyapu guna memulai penyapuan yang baru.
d. Perbaikan linearitas penyapuan
Osilator-osilator laboratorium dirancang untuk melakuakan pengukuran yang teliti
terhadap waktu dan karena itu memerlukan penyapuan dengan linearitas penyapuan.
Diantaranya yang terpenting adalah
1. Arus pengisisan yang konstan, dengan cara kapasitor pengatur waktu dimuati secara
linear dari sumber arus yang konstan.
2. Rangkaian penyapu Miller, dengan cara sebuah masukan tangga (step Input) diubah
menjadi sebuah fungsi linear dengan menggunakan integrator operasional.
3. Rangkaian “phantastron” yang merupakan variasi Miller.
4. Rangkaian boostrap, dengan cara arus pengisian yang konstan dapat dipelihara yakni
dengan pempertahankan tegangan pada tahanan pengisi ; dan dengan demikian, arus
pengisian yang melaluinya adalah konstan.
5. Rangkaian kompensasi, yang digunakan untuk memperbaiki linearitas rangkaian
miller dan rangkaian bootstrep.
Analisis terperinci dari rangkaian- rangkaian ini tidak termasuk dalam jangkauan
buku ini.mahasiswa yang ingin mempelajari materi ini dapat membaca buku- buku tertentu
mengenai rangkaian pulsa dan penyakelaran (switching).
e. Penguat Horizontal
Dalam sebuah CRO yang biasa tingkat persyaratan prestasi (penguatan/ lebar bidang)
penguat Horizontal lebih rendah dari penguat vertikal. Sementara penguat vertikal harus
mampu menangani sinyal- sinyal beramplitudo kecil dengan kenaikan waktu yang cepat,
penguat horizontal hanya harus memproses sinyal penyapu yang amplitudonya cukup tinggi
dan kenaikan waktunya relatif lambat. Akan tetapi penguatan penguat horizontal lebih besar
dari penguatan penguat vertikal, sebab sensivitas defleksi horizontal CRT lebih kecil dari
sensivitas defleksi vertikal.
Penguat ini terdiri dari 3 tingkatan; penguat masukan, penguat parafasa. Dan tingkat
keluaran dorong tarik. Dalam pemakaian yang lazim, penguat masukan menerima sinyalnya
dari generator penyapu, yang secara khas menghasilkan suatu sinyal yang tampak basis
waktu sebesar 10 V.bersama- sama dengan tegangan penyapu, tingkat masukan juga
menerima suatu tegangan mengimbangi arus searah (DC offset voltage) yang memungkinkan

21
pengaturan posisi horizontal bintik CRT pada layar. Keluaran pada 1 jenis ini dihubungkan
kesebuah penguat parafasa berumpan balik negatif, yang menghasilkan 2 sinyal keluaran
yang setimbang guna menghidupkan tingkat akhir. penguat keluaran dorong tarik negatif,
diperkuat kelevel yang diperlukan untuk dimasukkan secara simultan ke kedua pelat defleksi
horisontal CRT.
Terdapat sejumlah pemakaian yang sangat bermanfaat jika CRO ditempatkan pada
yang disebut modus operasi X-Y sebagai pengganti modus Y-T yang lazim. Dalam modus
yang disinyal masukan vertikal dihubungkan keCRO dengann cara yang biasa, tetapi basis
waktu horisontal diganti dengan sebuah sinyal luar yang dihubungkan kepenguat horisontal
melalui sebuah penguat depan dan posisi EXP pada selektor penyapu. Jika peragaan X-Y
harus menyajikan hubungan tepat antara sinyal horisontal dan sinyal vertikal, kedua sistem
harus memiliki keterlambatan fasa, faktor defleksi dan pita pelewat atau (bendpas) yang
sama. Persyaratan ini menempatkan sistem penguat horisontal dalam kelas yang sama dengan
sistem pemguat vertikal.
Dalam CRO tipe laboratorium yang lebih maju, tingkat masukan sering digabungkan
kegenerator penyapu agarmembentuk unit basis waktu k0ntak tusuk, dengan penguat parafasa
dan penguat keluaran yang tetap berada di dalam kerangka utama CRO.

2.8 Jarum Penduga CRO


a. Pendahuluan
Jarum penduga (probe) CRO melakukan fungsi penting yaitu menghubungkan
rangkaian yang akan diselidiki keterminal-terminal masukan CRO tanpa membebani atau jika
tidak mengganggu susunan pengujian. Agar memenuhi persyaratan dari berbagai CRO
pemakaian umum dan pemakaian khusus, terdapat berbagai jenis jarum penduga adari jenis
tegangan pasif yang sederhana sampai kejarum penduga aktif yang baik untuk pemakaian
khusus. Namua dalam masing-masing hal jarum penduga tidak harus menurunka prestasi
CRO, dana gabungan jarum penduga bersma CRO harus disesuiakan dengan cepat dan
dikalibrasi sebagai suatu sistem pengukuran guna menjamin ketellitian pengukuran yang
maksimal.
Kepala jarum penduga (probe head) berisi rangkaian pengindera sinyal. Rangkaian ini
biasa pasif seperti halnya tahanan 10 MΩ yang diparalel oleh sebuah kapasitor 7pF atau bisa
aktif seperti halnya sebuah FET source follower beserta elemen-elemen yang sesuai. Sebuah
kabel koaksial (jenis kabel bergantung pada jenis jarum penduga, digunakan untuk
menggandengkan kepala jarum penduga) kerangkaian penutup (termination), yang juga bisa

22
aktif dan pasif. Rangkaian penutup ini melengkapi CRO dengan impedansi sumber yang dia
perlukan menutup kabel koaksial pada impedansi karakteristiknya.
b. Jarum penduga tegangan pasif ( passiv probe )
Jarum penduga yang paling terkenal dan mengenyangkan untuk menggandengkan
sinyal yang akan di selidiki ke CRO adalah jarum penduga tegangan pasif ( disebut demikian
sebab tidak mengandung elemen-elemen aktif ).
Jarum penduga pasif paling sederhana adalah jarum penduga tampa pelemahan atau
jarum penduga XI. Jarum penduga ini berisi sebuah kabel coaxial dengan ujung jarum
penduga ( probe tip ) pada salah satu ujung kabel dan conektor BMC pada ujung lainnya.
Walaupun sambungan dari titik uji ke masukan CRO adalah langsung, kapasitansi paralel
dari kabel memainkan suatu peranan dan harus di perhitungkan. Secara has, kapasitansi dari
sebuah kabel kapasitansi coaxial 50 ohm adalah sekitar 30 pF/kaki, sehinggan sebuah kabel
coaxial yang panjangnya 5 kaki menambahkan sekitar 150pF terhadap kapasitansi masukan
CRO. Dengan demikian jarum penduga XI pada dasarnya adalah sebuah kapasitansi
pemaralel ( shunting capacitance ) yang besar dengan terminal masukan yang letaknya
beberapa kaki dari masukan CRO karna jarum penduga XI menyajikan beban besar terhadap
sinyal-sinyal frekuensi tinggi dia biasanya di batasi untuk pemakaian frekuensi rendah seperti
halnya pengukuran keru gelombang sumberdaya arus bolak-balik.
Salah satu jarum penduga tegangan pasif yang paling banyak di pakai adalah jarum
penduga terkompensasi 10x di rancang untuk melengkapi pelemahan sinya sebesar 10 di
banding 1 pada suatu rangkuman frekuensi yang lebar. Sebuah kabel coaxial menghubungkan
kepala jarum penduga CRO yang impedansi masukannya di nyatakan oleh tahanan R1n
paralel terhadap capasitor C1n . untuk instrumen laboratorium pemakaian umum, R1n = 1 M
ohm dan C1n = 20pF merupakan nilai-nilai yang pantas.
Adalah penting untuk menyadari bahwa bila jarum penduga pelemah 10 X mula-mula
di hubungkan ke CRO, maka kapasitor kompensasi C1 harus di atur agar menghasilkan
respons frekuensi gabungan jarum penduga dan CRO yang optimal. Pengaturan ini paling
mudah dilakukan dengan cara m enghubungkan ujung jarum penduga ke sinyal uji
gelombang persegi 1 kHz (tegangan pengalibrasi) dan mengamati peragaan CRT yang
menghasilkan respons optimal sewaktu mengatur C1.
c. Jarum penduga tegangan aktif
Jarum penduga tegangan aktif yang dirancang guna memberikan suatu cara yang
efisien dalam menggandeng sinyal frekuensi tinggi yang kenaikan wktunya cepat kemasukan
CRO, berisi komponen aktif seperti dioda , FET, BJT atau tabung vakum miniatur.

23
Umumnya jarum penduga aktif memiliki impedansi masukan yang sangat tinggi dengan
pelemahan yang lebih kecil dari jarum penduga pasif. Karena mereka berisi rangkaian
elektronik, jarum penduga aktif lebih mahal dan lebih bear dari jarum penduga pasif, tetapi
mereka sangat memperbesar kemampuan pengukuran dari sistem jarum penduga dan CRO.
Bentuk jarum penduga aktif yang terdahulu adalah jarum penduga cathode follower
(CF) yang menggunakan sebuah tabung vakum trioda miniatur sebagai elemen aktif.
Keseluruhan rangkaian CF terkandung di dalam kepala jarum penduga ; sebuah kabel
koaksial menghubungkan keluaran CF ke terminal-terminal masukan CRO. Ketentuan khusus
dibuat untuk penyaluran tegangan tinggi dan tegangan filamen ke trioda vakum dengan cara
penyambungan kabel yang terpisah. Impedansi masukan dari rangkain CF adalah tinggi
sekali, khasnya dalam orde 10 MΩ atau lebih ; sedand kapasitansi masukan adalah rendah
sekali (kira-kira 5 pF). Impedansi keluaran dari CF dimaksudkan untuk mengemudikan kabel
koaksial yang di tutup pada impedansi karakteristiknya pada masukan CRO. Jarum penduga
CF di batasi pada tegangan masukan yang tidak melebihi beberapa volt, walaupun
rangkuman tegangannya dapat diperbesar dengan penambahan pembagi tegangan
terkompensasi 10 : 1 ke masukan CF dengan cara menambah ujung jarum penduga.
Versi jarum penduga tegangan aktif yang lebih baik adalah jarum penduga FET,
dimana sebuah transistor efek medan (field effect transistor) dalam konfigurasi “source
follower” digunakan sebagai elemen masukan yang aktif. Jarum penduga FET, seperti jarum
penduga lainnya, terdiri dari tiga bagian yakni kepala jarum penduga, kabel koaksial dan
penutupan. Kepala jarum penduga berisi “source folower FET” di tambah sebuah penguat
pengemudi EF (Efndriver amplifier) untuk mengemudikan kapal koaksial. Impedansi
masukan dari rangkaain FET adalah sekitar 10 MΩ yang di paralel oleh 5 pF, dan rangkuman
sinyal dinamik dari penguat jarum penduga dibatasi pada sekitar ± 500 mV. Untuk
memperbesar rangkuman tegangan masukan yang terbatas ini, biasanya tersedia pelemah
10X dan 100X sebagai alat tambahan. Akabel koaksial menghubungkan kepala jarum
penduga ke kotak penutupan (termination box) yang pada gilirannya di hubungkan ke
masukan CRO. Kabel koaksial ditutup pada impedansi karakteristiknya (misalnya Zo = 50Ω)
oleh peralatan aktif yang terdapat di dalam kotak penutup. Rangkaian tambahan yang
direncanakan untuk memperbaiki stabilitas rangkaian respons frekuensi yang sering
mengandung peralatan aktif dan penguat keluaran, juga disediakan di dalam kotak penutup.
d. Jarum penduga arus
Jarum penduga arus memberikan suatu metoda penggandengan sinyal ke masukan
CRO secara induktif, sehingga tidak memerlukan hubungan listrik langsung kerangkaian uji.

24
Sebagaimana halnya pada jarum penduga tegangan, jarum penduga arus terdiri dari sebuah
pengindera (sensor), sebuah kabel koaksial dan rangkaian penutup.
Terdapat berbagai jenis jarum penduga arus. Sebuah contoh jarum penduga arus pasif
jenis inti terpisah (splitcore) yang dapat di buka dan dijepit sekeliling konduktor yang
arusnya akan di ukur. Alat pengindera arus pada jarum penduga ini adalah yang disebut
transformator arus (current transformer) dari inti terpisah, terdiri dari lempeng stasioner
berbentuk U dan sebuah lempeng datar yang dapat bergerak sebuah kumparan dengan jumlah
lilitan sekitar 25 digulungkan pada salah satu kaki dari inti ferrit guna membentuk kumparan
transformator sekunder. Konduktor yang akan di uji adalah kumparan primer satu gulungan.
Sinyal masukan ke jarum penduga adalah arus di dalam konduktor yang akan di ukur; sinyal
keluaran adalah tegangan yang di bangkitkan pada sekunder transformator. Jelas bahwa
jarum penduga arus ini hanya mengindera perubahan arus dan dengan demikian hanya dapat
digunakan untuk mengujur sinyal-sinyal bolak-balik (ac). Jika ditutup secara tepat,
sensitivitas jarum penduga ini adalah dalam orde 10 mA/mV (keluaran sinyal sebesar 1 mV
sebagai akibat dari perubahan arus masukan sebesar 10 mA). Tegangan keluaran
transformator digandengkan dari kepala jarum penduga kepenutupan melalui sebuah kabel
koaksial pada impedansi karakteristiknya. Rangkaian tambahan guna memperbaiki
karakteristik respons jarum penguga juga terdapat didalam kotak penutup.
e. Jarum penduga tegangan tinggi
Jarum penduga tegangan tinggi digunakan untuk menghubungkan sinyal-sinyal
kilovolt ke CRO konvensional dengan melengkapi perbandingan tegangan sebesar 1000 : 1
atau lebih. Kepala jarum penduga tegangan tinggi dibuat dari bahan termoplastik yang
kekuatan tumbuknya (impact strength) tinggi dan direncanakan secara khusus guna
melindungi pemakai terhadap bahaya kejutan elektris.
Kepala jarum penduga berisi sebuah tahanan 100 MΩ yang panjangnya sekitar 4 inci,
yang kapasitansi terbaginya ditunjukkan pada skema. Sebuah kabel jarum penduga yang
khusus menghubungkan kepala ke kotak penutup yang dapat ditusukkan ke dalam terminal-
terminal masukan vertikal CRO. Perbandingan pelemahan sebesar 1000 : 1 diperoleh dengan
mengatur tahanan Rs yang seri dengan R 4 = 100 kΩ, dan dengan tahanan masukan CRO
sebesar 1 MΩ seperti terlihat pada gambar. Jarum penduga dikompensir terhadap konstanta
waktu masukan CRO melalui pengaturan jaringan yang terdiri dari R1, C 1, R 2, C2 dan C 3.
Kabel jarum penduga ditutup pada impedansi karakteristiknya oleh tahanan R3 dan R6.

25
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
Osiloskop sinar katoda (Cathode Ray Oscilloscope (CRO)) adalah instrumen
laboratorium yang sangat bermanfaat dan terandalkan yang digunakan untuk pengukuran dan
analisa bebtuk-bentuk gelombang dan gejala-gejala lain dalam rangkaian elektronik.

Pada jarum penduga (prode) CRO berfungsi sebagai penghubung rangkaian yang
akan diselidiki ke terminal-terminal masukan CRO tanpa membebani atau tidak mengaggu
susunan penguji.

Dari CRO juga bisa menghasilkan gelombang yang berbentuk gelombang sinus. Dari
gelombang ini juga bisa ditentukan frekuensi sinyal yang terjadi. Selain itu juga bisa
mengetahui besar sudut fase. Pemakaian CRO untuk pemakaian khusus, yaitu

1. CRO dengan jejak rangkap dua


2. CRO berkas ramngkap
3. CRO penyimpanan
4. CRO cuplik
5. CRO penunjuk angka

3.2 Saran

Dari penulisan makalah yang sangat sederhana ini penulis berharap pembaca dapat
mengambil ilmu di dalamnya. Selain itu diharapkan pembaca memberikan sarannya dalam
pembuatan makalah-makalah selanjutnya.

26
DAFTAR PUSTAKA

Sears, Zemansky : Fisika Untuk Universitas 2 Listrik Magnet, Bina Cipta, Bandung, 1992
http://farhan-shareknowledge.blogspot.com/2013/01/osiloskop_8325.html
http://elektro18.blogspot.com/2013/11/prinsip-kerja-osiloskop.html
http://syamsuryaalam.blogspot.com/2012/11/osciloscope.html
http://elektronika-dasar.web.id/instrument/cathode-ray-oscilloscope-cro/
http://sasandoo.wordpress.com/2011/03/14/kalibrasi-osiloskop/
http://cathode-ray-oscilloscope.blogspot.com/2009/04/cara-mengkalibrasi-cro.html
http://osiloskop-vivie.blogspot.com/2011/06/osiloskop.html
http://hidayahweb.blogspot.com/2012/05/osiloskop-perhitungan-dan-pengkuran.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Osiloskop

27

Anda mungkin juga menyukai