Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“Konsep Fisika Kuantum Tentang Partikel dan Gelomang”


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Fisika Kuantum”

DOSEN PENGAMPU

Dr. Eng. Jubaidah M.Si

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK A
Aji Ibnu Khair 4203121071
Amelia Lubis 4203121073
Aninda Suhaila 4202121004
Christina Panggabean 4203321019
Laila Tulisna Tulung 4203121016
Putri Surya Ningsih 4203121037

FAKULTAS MATEMATIKAN DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan
pada penyusun untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penyusun
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Konsep Fisika Kuantum Tentang Partikel dan
Gelombang”.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas pada pada mata kuliah Fisika Kuantum di
Universitas Negeri Medan. Selain itu, penyusun juga berharap agar makalah ini dapat
menambah wawasan bagi pembaca tentang .
Penyusun mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Dr. Eng. Jubaidah
M.Si selaku dosen mata kuliahFisika Kuantum. Semoga tugas yang telah diberikan ini dapat
menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penyusun. Penyusun juga
mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan
makalah ini.
Penyusun menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan penyusun terima demi kesempurnaan makalah ini.

Medan, 12 September 2022

Kelompok A

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................................................................i

DAFTAR ISI .......................................................................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................................................. 2

1.3 Tujuan .................................................................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................................................................... 3

2.1 Dualisme Partikel Gelombang ....................................................................................................................... 3

2.2 Sifat Gelombang Materi.................................................................................................................................... 4

2.3 Postulat De Broglie ............................................................................................................................................ 5

2.4 Ketidakpastian Heisenberg ............................................................................................................................ 7

BAB III PENUTUP........................................................................................................................................................... 10

3.1 Kesimpulan ........................................................................................................................................................ 10

3.2 Saran ..................................................................................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................................................................... 11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam fisika modern efek fotolistrik dan hamburan Compton merupakan salah satu
pokok bahasan yang mempunyai kedudukan istimewa karena interpretasi mekanisme
terjadinya peristiwa ini telah mengantarkan fisika pada tahapan baru yang melahirkan
fisika kuantum. Efek fotolistrik adalah pengeluaran elektron dari suatu permukaan
(biasanya logam) ketika dikenai, dan menyerap, radiasi elektromagnetik (seperti cahaya
tampak dan radiasi ultraungu) yang berada di atas frekuensi ambang tergantung pada
jenis permukaan. Efek fotolistrik membutuhkan foton dengan energi dari beberapa
electronvolts sampai lebih dari 1 MeV unsur yang nomor atomnya tinggi. Studi efek
fotolistrik menyebabkan langkah-langkah penting dalam memahami sifat kuantum
cahaya, elektron dan mempengaruhi pembentukan konsep Dualitas gelombang-partikel.
Hamburan Compton adalah suatu efek yang merupakan bagian interaksi sebuah
penyinaran terhadapsuatu materi Efek Compton adalah salah satu dari tiga proses yang
melemahkan energi suatu sinar ionisasi.
Proses perkembangan ilmu fisika mengalami loncatan dari konsep mekanika klasik
menjadi mekanika relativistik (Kural & Kucakulah, 2010). Perbedaan cara pandang
tersebut mendorong terbentuknya konsep yang baru atau terbentuknya konsep turunan
dari konsep mekanika klasik (Nersessien, 1992). Kekomplekan gejala-gejala alam yang
dipelajari disederhanakan dalam suatu model konseptual. Konsep-konsep fisika
merupakan penjelasanpenjelasan dari kejadian-kejadian di alam yang disusun
berdasarkan gambaran yang ada di pikiran. Pandangan, gambaran di pikiran atau gambar
perumpamaan tersebut dikonstruksi sebagai model mental.
Beberapa penggolongan model mental pebelajar tentang fisika kuantum dilakukan
oleh Baily & Finkelstein (2007) menjadi: realistik, kuantum dan agnostik. Ireson (2000)
menggolongkan menjadi beberapa kluster-kluster, yaitu: entitas, mekanika, kuantum dan
konflik berfikir.Sedangkan Model mental pebelajar untuk mempelajari konsep efek
Compton teridentifikasi sebagai model partikel-gelombang, model cahaya dan model
partikel (Gercek & Oszan, 2015).

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan dualitas partikel gelombang ?
2. Apa saja sifat – sifat gelombang materi ?
3. Apa yang dimaksud dengan Postulat De Broglie ?
4. Bagaimana ketidakpastian Heinsberg?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan dualitas partikel gelombang.
2. Untuk mengetahui apa saja sifat – sifat gelombang materi.
3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Postulat De Broglie.
4. Untuk mengetahui bagaimana ketidakpastian Heinsberg.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Dualisme Partikel Gelombang


Dalam fisika, dualisme gelombang-partikel menyatakan bahwa cahaya dan partikel
masing-masing memperlihatkan kedua sifat, yaitu sifat gelombang dan sifat partikel. Ide
awal dualisme berakar pada perdebatan tentang sifat cahaya dan partikel sejak 1600-an,
ketika teori cahaya yang diusulkan oleh Christiaan Huygens bertentangan dengan teori
yang diusulkan oleh Isaac Newton. Melalui hasil kerja Albert Einstein, Louis de Broglie
dan lainnya, sekarang ini telah diterima bahwa seluruh objek memiliki sifat gelombang
dan partikel (meskipun fenomena ini hanya dapat terdeteksi dalam skala kecil, seperti
atom).
Hipotesis Planck mengenai osilator harmonik sederhana, teori kuantum Einstein tentang
cahaya, dan teori hamburan Compton, mendukung gagasan dasar bahwa cahaya
terkuantisasi dan dalam beberapa proses fisik berperilaku seperti partikel. Berikut ini
adalah sifat-sifat dasar cahaya sebagai partikel yang telah diketahui:
a. Energi dan kehadiran cahaya (foton) terkonsentrasi dalam suatu volume dalam
ruang, dan tidak menyebar ke semua arah (tidak menyebar seperti gelombang),
b. Tidak memiliki massa diam, sehingga bisa bergerak dengan laju cahaya c,
c. Memenuhi hubungan 𝐸� = ℎ𝑓�, 𝑝� = ℎ/𝜆�, dan 𝐸� = 𝑝�𝑐�.
Meskipun tidak memiliki massa diam, cahaya (foton) memiliki energi dan
momentum, sehingga dapat "bertumbukan" dengan partikel materi lain, contohnya
elektron, d. dapat dipengaruhi oleh gravitasi seperti halnya partikelpartikel penyusun
materi.
Semua sifat partikel yang disebutkan diatas berpijak pada landasan eksperimental
yang kokoh. Selain sifat-sifat di atas, dalam interaksinya dengan sistem mekanis, foton
tunduk pada hukum-hukum mekanika. Konsep cahaya sebagai gelombang juga
mempunyai landasan
eksperimental. Terdapat beberapa sifat cahaya yang hanya dapat diterangkan jika
menganggap cahaya sebagai gelombang, khususnya gelombang elektromagnetik. Sifat-
sifat cahaya tersebut diantaranya adalah dapat mengalami pemantulan, pembiasan,
interferensi dan difraksi. Sebagai gelombang, cahaya dapat dicirikan oleh beberapa hal,
yaitu:

3
a. Kecepatan rambat dan kecepatan fasa,
b. Panjang gelombang atau (frekuensi).
Beberapa gejala fisik hanya dapat diterangkan dengan menganggap bahwa cahaya
berperilaku sebagai gelombang, dan beberapa gejala fisik yang lain ditekankan pada
perilakunya sebagai partikel. Hal ini dinamakan sebagai dualisme cahaya. Dualisme
cahaya adalah adanya dua macam sifat cahaya, dalam beberapa kejadian fisik segala
sesuatunya dapat diterangkan dengan menganggap cahaya berperilaku sebagai
gelombang, sedangkan beberapa gejala fisik lainnya hanya dapat diterangkan berdasar
perilakunya sebagai partikel. Meskipun adanya dualisme tersebut, tidak pernah dua sifat
tersebut muncul sekaligus dalam suatu peristiwa fisika.

2.2 Sifat Gelombang Materi


Hipotesis tentang gelombang materi berasal dari gagasan foton Einstein. Kemudian
diterapkan Louis de Broglie pada 1922, sebelum Compton membuktikannya, untuk
menurunkan Hukum Wien (1896). Ini menyatakan bahwa "bagian tenaga elektromagnet
yang paling banyak dipancarkan benda (hitam) panas adalah yang frekuensinya sekitar
100 milyar kali suhu mutlak (273 + suhu Celsius) benda itu". Pekerjaan ini ternyata
memberi dampak yang berkesan bagi de Broglie. Pada musim panas 1923, de Broglie
menyatakan, "secara tiba-tiba muncul gagasan untuk memperluas perilaku rangkap
(dual) cahaya mencangkup pula alam partikel". Ia kemudian memberanikan diri dengan
mengemukakan bahwa "partikel, seperti elektron juga berperilaku sebagai gelombang".
Gagasannya ini ia tuangkan dalam tiga makalah ringkas yang diterbitkan pada 1924;
salah satunya dalam jurnal vak fisika Perancis, Comptes Rendus.
Penyajiannya secara terinci dan lebih luas kemudian menjadi bahan tesis
doktoralnya yang ia pertahankan pada November 1924 di Sorbonne, Paris. Tesis ini
berangkat dari dua persamaan yang telah dirumuskan Einstein untuk foton, E=hf dan
p=h/. Dalam kedua persamaan ini, perilaku yang "berkaitan" dengan partikel (energi E
dan momentum p) muncul di ruas kiri, sedangkan ruas kanan dengan gelombang
(frekuensi f dan panjang gelombang , baca: lambda). Besaran h adalah tetapan alam yang
ditemukan Planck, tetapan Planck. Secara tegas, de Broglie mengatakan bahwa
hubungan di atas juga berlaku untuk partikel. Ini merupakan maklumat teori yang
melahirkan gelombang partikel atau de Broglie. Untuk partikel, seperti elektron,
momentum p adalah hasilkali massa (sebanding dengan berat) dan lajunya. Louis de

4
Broglie mengemukakan bahwa tidak hanya cahaya yang memiliki sifat “mendua”, tetapi
juga partikel. Suatu partikel dapat juga memiliki sifat gelombang.
Menurut de Broglie suatu partikel yang memiliki momentum p jika dipandang
sebagai gelombang, mempunyai panjang gelombang: Panjang gelombang ini disebut
panjang gelombang de Broglie. Karena itu, panjang gelombang de Broglie berbanding
terbalik dengan massa dan laju partikel. Sebagai contoh, elektron dengan laju 100 cm per
detik, panjang gelombangnya sekitar 0,7 mm. Bohr mengajukan postulat kuantisasi
momentum sudutnya, begitu saja tanpa memberikan alasan fisis sama sekali. Louis de
broglie dengan teori gelombang-partikelnya menjelaskan bahwa: partikel (misalnya
elektron) yang bergerak dengan kecepatan v kemungkinan memiliki sifat gelombang
dengan panjang gelombang, λ, yang sesuai. Hipotesis ini telah diuji oleh Davidsson-
Germer dan G.P.Thomson yang membuktikan adanya pola difraksi pada elektron seperti
pada gelombang.

2.3 Postulat De Broglie


Pada tahun 1924, Louis de Broglie dalam disertasinya mengusulkan bahwa
elektron mungkin memiliki sifat-sifat gelombang. Menurut de Broglie, jika diketahui
bahwa cahaya memiliki sifat gelombang dan partikel, maka seharusnya partikel
khususnya elektron dapat bersifat gelombang. Pemikiran inilah yang kemudian diteliti
dan dikembangkan hingga mengubah sudut pandang fisikawan mengenai hakikat partikel
dan gelombang. De Broglie hanya membuat hipotesis atau teori, dan tidak pernah
membuktikan elektron bersifat gelombang
melalui eksperimen. Menurut hipotesis de Broglie, frekuensi dan panjang
gelombang dari sebuah gelombang yang terkait dengan partikel masing-masing
ditentukan melalui energi E dan momentum p partikel, melalui
𝐸
𝑓=ℎ Rumus 1
ℎ ℎ
𝜆 = 𝑝 = 𝑚𝑣 Rumus 2

Panjang gelombang λ sebuah partikel yang dihitung menurut persamaan tersebut


disebut panjang gelombang de Broglie. Hipotesis de Broglie menjelaskan bahwa partikel
khusus seperti elektron yang dipercepat dengan kecepatan mendekati kecepatan cahaya
akan memiliki momentum karena kecepatannya, serta dengan adanya momentum
tersebut, elektron memiliki panjang gelombang. Adanya panjang gelombang inilah yang

5
menyebabkan partikel yang bergerak cepat bersifat sebagai gelombang. Karena pada saat
itu model atom Bohr sudah mantap dalam konsepnya, maka hal tersebut menjadi salah
satu pokok de Broglie. Dalam gambaran de Broglie, elektron yang mengelilingi inti atom
Bohr didampingi oleh gelombang materi (gelombang pandu). Kuantisasi momentum
angular menurut Bohr 𝐿�𝑛� = 𝑛�ℏ, sebetulnya sama dengan pemenuhan syarat resonansi
gelombang materi terhadap panjang lintasan orbit elektron tersebut di dalam atom.
Artinya pada orbit Bohr yang pertama, panjang lintasan orbit sama dengan satu panjang
gelombang. Panjang lintasan orbit kedua sama dengan dua panjang gelombang pengarah,
dan seterusnya. Orbit elektron pada atom Bohr dan kaitannya dengan gelombang berdiri
de Broglie dapat dilihat pada rumus 1.

Orbit elektron pada atom Bohr dan kaitannya dengan gelombang berdiri de
Broglie. Kuantisasi momentum sudut menurut Bohr akan memberikan bahwa:
𝐿𝑛 = 𝑛ℏ
𝑚𝑜 𝑣𝑟𝑛 = 𝑛ℏ
𝑛ℏ
𝑟𝑛 = = 𝑛𝜆
𝑚𝑜𝑣
dapat pula di tulis sebagai:
𝑛ℏ
2𝜋𝑟𝑛 = = 𝑛𝜆
𝑚𝑜𝑣
Jadi, untuk bilangan kuantum utama sebesar n, maka dalam gambaran atom Bohr,
panjang lintasan orbit adalah n kali panjang gelombang. Oleh karena itu, panjang
gelombang materi 𝜆�, adalah:
ℎ ℎ
𝜆= =
𝑚𝑜𝑣 𝑃
6
Disini terlihat kesejajaran antara radiasi dan perilaku gelombang materi. Hipotesis
ini berkenaan dengan sifat gelombang dari partikel yang diperlukan untuk perkembangan
teori kuantum modern selanjutnya. Interferensi dan difraksimerupakan dua penunjuk
khas perilaku gelombang. Sehingga dengan melakukan dua percobaan tersebut akan
menampakkan apakah partikel bersifat sebagai gelombang atau tidak. Peneliti dahulu
melakukan percobaan dengan partikel berukuran besar, namun dengan panjang
gelombang de Broglie yang sangat kecil maka pola gelap terang tidak tampak pada layar.
Partikel sebesar atom atau sub atom dapat digunakan untuk melakukan percobaan
difraksi dan interferensi. Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa atom-atom,
yang ukurannya dalam orde 10-10m, merupakan objek difraksi yang sangat baik bagi
gelombang yang panjang gelombangnya juga dalam orde 10-10m. Jadi verifikasi
hipotesis de Broglie harus dilakukan melalui bukti bahwa partikel yang bergerak
memperlihatkan gejala-gejala tersebut diatas.
Berdasarkan hasil perhitungan, karenakecilnya nilai h (konstanta Planck), maka
hanya partikel berukuran atom atau inti atom yang perilakugelombangnya dapat teramati.
Sehingga untuk benda berukuran besar bila dipercepat dengan kecepatan mendekati
cahaya juga akan memiliki sifat gelombangnamun panjang gelombang yang teramati
sangat kecil. Panjang gelombang kecil mengakibatkan pengamat sulit melihat sifat
gelombang partikel. Di tahun 1926, berkas elektron yang ditembakkan pada kristal
digunakan sebagai cara untuk menguji perilaku gelombang materi. Kisi kristal dengan
jarak antar atom sebesar beberapa angstrom merupakan kisi yang baik untuk difraksi
gelombang materi yang menyertai elektron.

2.4 Ketidakpastian Heisenberg


Menurut Heisenberg, pada pengukuran dalam dimensi partikel, kita tidak dapat
melakukan pengukuran yang akurat untuk menentukan posisi dan momentum partikel
secara serentak. Jika momentum dapat ditentukan secara akurat, maka posisi partikel
tidak dapat ditentukan. Demikian juga, jika posisi partikel dapat ditentukan secara akurat,
maka momentumnya tidak dapat ditentukan. Prinsip tersebut dikenal sebagai prinsip
ketidakpastian Heisenberg. Prinsip ini menyatakan bahwa hasil pengukuran untuk
menentukan posisi dan momentum partikel mengandung ketidakpastian. Heisenberg
menyatakan hubungan ketidakpastian momentum dan posisi sebagai berikut.

7

∆𝑝𝑥 ∆𝑥 ≥
2
Pernyataan tersebut dapat dipahami sebagai berikut.
Momentum elektron adalah 𝑝� = ℎ𝑘�, yang berarti perubahan momentum Δ𝑝� =
ℎΔ𝑘� memberikan relasi Δ𝑘�Δ𝑥� = 2𝜋�. Penentuan nilai Δ𝑥�dapat dilakukan secara lebih
bebas, sehingga dari kedua relasi tersebut dapat diperoleh relasi ketidakpastian
Heisenberg.
Prinsip ketidakpastian juga berlaku untuk pengukuran energi. Berdasarkan
persamaan energi, 𝐸� = ℎ𝑓�, dapat dinyatakan bahwa perubahan energi sebanding dengan

perubahan frekuensi, atau∆ 𝐸� = ℎ∆𝑓� = . Jadi, relasi ketidakpastian energi dan waktu
∆𝑡

dapat dinyatakan sebagai berikut.


Pada pembahasan elektron sebagai gelombang, posisi elektron diten tukan oleh
posisi paket gelombang. Paket gelombang tersebut memiliki ketidakpastian posisi karena
gelombang tidak menempati ruang yang sempit. Jika posisi elektron mengandung
ketidakpastian, maka kecepatannya juga mengandung ketidakpastian karena kecepatan
terkait dengan posisi sesuai relasi berikut:
𝑑𝑥
𝑣=
𝑑𝑡
Heisenberg menggunakan per cobaan dalam pikiran (gedanken experiment) untuk
menyatakan peluang dalam mengamati partikel sistem atomik, sebagai berikut. Andaikan
sebuah elektron di amati melalui suatu mikroskop dengan menggunakan foton-foton
yang dipancarkan suatu sumber cahaya. Susunan eksperimennya seperti dalam sketsa
berikut ini.

8
Sudut 𝜃�′adalah sudut maksimum dengan foton yang datang dari kedudukan
elektron masih dapat masuk dalam sistem optik dari mikroskop. Andaikan sebuah foton
datang dari sumber cahaya dalam arah seperti yang h digambarkan dan dengan

momentum linier sebesar 𝑝0 = 𝜆. Selanjutnya, foton tersebut menumbuk elektron

kemudian terhambur dengan sudut terhadap sumbu optik dari mikroskop. Besarnya
momentum linier foton terhambur dalam arah x adalah:

𝑝′ = sin 𝜃
𝜆
Berdasarkan kekekalan momentum linier, maka komponen arah x dari momentum
linier elektron sesudah tumbukan adalah:

𝑝= sin 𝜃
𝜆

Momentum ini arahnya bertolak belakang dengan arah 𝑝�′𝑥�


Jadi elektron dapat "terlihat" dalam mikroskop apabila momentum linier
ℎ ℎ
𝑝′𝑥 = + sin 𝜃 ′ 𝑑𝑎𝑛� 𝑝′𝑥 = sin 𝜃′′
𝜆 𝜆
Oleh sebab itu ,moemetum foton memiliki ketidakpastian sebesar:
2ℎ
Δ𝑝′𝑥 = sin 𝜃′
𝜆
Hal ini berarti bahwa elektron juga akan terlihat jika ketidakpastian nilai
momentum liniernya adalah:
2ℎ
Δ𝑝′𝑥 = sin 𝜃′
𝜆
Ketidakpastian Werner Heisenberg, menyimpulkan suatu keterbatasan dalam
menentukan posisi dan momentum elektron. Kesimpulan Heisenberg dikenal sebagai
asas ketidakpastian. Menurut Heisenberg, tidaklah mungkin menentukan posisi dan
momentum elektron secara bersamaan dengan ketelitian tinggi.Jika suatu percobaan
dirancang untuk memastikan posisinya, maka ketidakpastian momentumnya akan
semakin besar, sebaliknya jika pecobaan dirancang untuk memastikan momentum atau
kecepatannya, maka ketidakpastian posisinya semakin besar.

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dualisme partikel gelombang menyatakan bahwa setiap partikel bisa sebgai
pertikel dan bisa sebagai gelombang. Di mana partikel bisa disebut sebagai partikel Jika
dia hanya memiliki satu elektron sehingga ia bisa dapat bergerak dengan cepat.
Kemudian partikel bisa disebut sebagai gelombang Jika ia memenuhi gejala gejala
gelombang jadi berlaku sebagai sifat gelombang dengan melihat panjang gelombangnya,
frekuensinya, dan energinya atau semua hal yang berkaitan dengan sifat-sifat gelombang.
Sifat partikel dan gelombang suatu materi tidak tampak sekaligus, sifat yang tampak
jelas tergantung pada perbandingan panjang gelombang de Broglie dengan dimensinya
serta dimensi sesuatu yang berinteraksi dengannya.Adanya momentum lah yang
mencirikan sifat partikel dari cahaya. Louis de Broglie mengemukakan bahwa tidak
hanya cahaya yang memiliki sifat “mendua”, tetapi juga partikel. Suatu partikel dapat
juga memiliki sifat gelombang.

3.2 Saran
Diharapkan agar pembaca dapat memahami maksud dari makalah ini dan bisa
menambah pengetahuan, terutama tentang materi Fenomena Kuantum. Dan penyusun
mengharapkan adanya kritik dari para pembaca untuk bisa membuat makalah ini menjadi
makalah yang lebih kompleks.

10
DAFTAR PUSTAKA

Beiser, A. 1981. Fisika Modern. Terjemahan The Houw Liong. Jakarta: Erlangga.
Gie, T.I, et al. 1998. Fisika Modern. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Hermawan, D. W., Yulianto, A., & Sulhadi, S. (2016). IDENTIFIKASI MODEL MENTAL
MAHASISWA PADA MATERI ATOM BERELEKTRON TUNGGAL.
Journal of Innovative Science Education, 5(2), 163-169.
Nurlina. 2017. Fisika Kuantum. Makassar: LPP Unismuh Makassar.
Nuryadin, A., & Khan, A. H. (2018). FISIKA KUANTUM.
Prihatiningtyas, S., Prastowo. 2016. Pembelajaran Pengantar Fisika Kuantum Dengan
Memanfaatkan Media Phet Simulation. Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika. 3(1)
Sani, R. A., & Kadri, M. (2022). Fisika kuantum. Jakarta: Bumi Aksara.
Vani Sugiyono, S.T.2016. Mekanika Kuantum. Erlangga : Jakarta

11

Anda mungkin juga menyukai