Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH FISIKA KUANTUM

“FENOMENA KUANTUM”
DOSEN PENGAMPU :
Dr.Eng.Jubaidah, M.Si

Disusun Oleh:

KELOMPOK 5

1. Abdul rafid fakhrun gani (4201121007)

2. Elvina Simanullang (4203321017)


3. Fakhry Asad Agusfrianto (1305620012)
4. Restina Tiolenta Sihombing (4201121017)

5. Sampang Rotua Simanullang (4202421013)

PROGRAM STUDI S-1 PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat rahmat dan
hidayahnya, tugas Makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Makalah ini di disusun untuk
menambah wawasan kepada para Mahasiswa. Semoga Makalah yang telah kami selesaikan ini
dapat dinilai dengan baik. Dalam Makalah ini diadakan pembahasan mengenai yang dapat
mendukung dalam kegiatan fisika kuantum tentang fenomena kuantum.

Pada kesempatan ini Kami ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada ibu
Dr.Eng.Jubaidah, M.Si selaku Dosen pengampu yang telah memberikan tugas dan petunjuk
kepada kami sehingga kami termotivasi dan dapat menyelesaikan tugas makalah ini.

Kami sangat menyadari dalam penyusunan makalah ini terdapat banyak kekurangan dan
kesalahan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran sehingga dapat membuat makalah
lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan menambah pengetahuan
pembaca.

Medan, 26 Agustus 2022

Penulis
Kelompok 5
DAFTAR ISI
Contents
KATA PENGANTAR .....................................................................................................................................2
DAFTAR ISI ...................................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................................4
1.1 Latar belakang .....................................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................................................5
1.3 Tujuan ..................................................................................................................................................5
BAB II .............................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN ..............................................................................................................................................6
2.1 Radiasi Benda Hitam .......................................................................................................................6
2.2 Efek Fotolistrik ................................................................................................................................7
2.3 Efek Compton ................................................................................................................................12
2.4 Sinar X .................................................................................................................................................16
BAB III ..........................................................................................................................................................21
PENUTUP .....................................................................................................................................................21
3.1 KESIMPULAN..............................................................................................................................21
3.2 SARAN ..........................................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................................................22
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Ilmu fisika adalah ilmu yang dinamis, terus berkembang secara teoritis dan
eksperimental. Konsep-konsep fisika yang dikaji secara teoritis didukung dengan penemuan
hasil eksperimen. Pembuktian konsep teoritis secara eksperimen didukung dengan adanya
perkembangan berbagai peralatan teknologi yang sangat canggih sehingga dapat
menghasilkan data pengukuran yang angat akurat.
Pada awal abad ke-20 Albert Einstein dan Max Planck ilmuwan yang telah
mempelopori teori kuantum yang menjelasakan sifat – sifat partikel dari gelombang. Setelah
itu bermunculan ilmuan lain seperti pada tahun 1923 A.H. Compton menemukan bahwa
cahaya memiliki sifat kembar sebagai gelombang dan sebagai partikel. Penemuan ini
menyebabkan De Broglie berpikir sebagaimana cahaya bersifat gelombang dan partikel, maka
partikel pun dapat bersifat gelombang. Canggung-nya para ilmuan terhadap hipotesis De
Broglie karena gagasan nya tidak berdasarkan eksperimental tidak seperti teori kuantum yang
mempunyai fakta fakta empiris. Akan tetapi setelah 3 tahun kemudian, Hipotesis De Broglie
terbukti kebenaranya oleh dua ahli fisika Amerika Serikat yaitu Clinton Davisson dan Lester
Germer. Dalam hipotesis-nya De Broglie menyatakan partikel-partikel seperti elektron,
neutron maupun proton mempunyai sifat dualisme yaitu partikel dan gelombang.
Begitupun pada tahun 1925, Einstein mengusulkan bahwa radiasi elektromagnetik
(EM) terdiri dari paket-paket energi yang selajutnya disebut foton. Prinsip dualisme partikel
dan gelombang ini merupakan proses perkembangan Mekanika kuantum yang sekarang ini
masih di jadikan dasar penelitian dan masih kita gunakan untuk belajar di bangku sekolah
maupun perguruan tinggi.
Oleh karena itu, makalah tentang Foton dan Dualisme Gelombang Partikel sangat
dibutuhkan untuk disusun agar dapat menambah wawasan dan perkembangan para pembaca
nantinya mengenai subbab pada materi Fisika Kuantum itu sendiri.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana radiasi benda hitam terhadap fisika kuantum?
2. Bagaimana efek Fotolistrik terhadap fisika kuantum?
3. Bagaimana Efek Compton terhadap fisika kuantum?
4. Bagaimana sinar X terhadap fisika kuantum?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana Radiasi benda hitam terhadap fisika kuantum
2. Untuk mengetahui bagaimana Efek fotolistrik terhadap fisika kuantum
3. Untuk mengetahui bagaimana Efek Compton terhadap fisika kuantum
4. Untuk mengetahui bagaimana Efek sinar X terhadap fisika kuantum
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Radiasi Benda Hitam

Radiasi Benda Hitam adalah suatu benda yang permukaannya menyerap


radiasi yang dating padanya. Dengan kata lain, tidak ada radiasi yang dipantulkan
keluar benda hitam tersebut. (Krane, 2019).

Karena sulit ditemukan benda hitam di dunia ini yang mewakili, maka
digunakan analisis radiasi pada suatu rongga. Sebagai ilustrasi, perhatikan gambar
disamping.
Distribusi Radiasi Benda Hitam

Dua teori klasik yang mencoba menjelaskan spektrum radiasi benda hitam :
1. Wilhelm Wien melakukan eksperimen radiasi rongga benda hitam yang terbuat
dari porselen dan platina. Wien merumuskan persamaan empiris densitas energi
radiasi benda hitam persatuan frekuensi sebagai
𝑑𝑢
= 𝑎𝑓 3 𝑒 −𝑏𝑓/𝑇
𝑑𝑓
Dengan 𝑎, 𝑏 adalah parameter dalam ramalan. Secara fisis, Wien masih belum
memahami parameter 𝑎, 𝑏.
Persamaan Wien dapat menjelaskan benda hitam berfrekuensi tinggi, tetapi
gagal untuk frekuensi rendah. (Malau, 2018)
2. Rayleigh-Jeans membuat persamaan densitas energi benda hitam persatuan
frekuensi yaitu:
8𝜋𝑓 2
𝑢𝑓 = 3 𝑘𝑇
𝑐
Dengan 𝑘 adalah tetapan Boltzman.
Tetapi, rumusan Rayleigh-Jeans gagal pada benda hitam gelombang
berfrekuensi tinggi. Kegagalan ini dinamakan bencana ultraviolet. Sedangkan,
untuk benda hitam dengan frekuensi rendah rumusan Rayleigh-Jeans mampu
meramalkan distribusinya. (Malau, 2018)
2.2 Efek Fotolistrik
Efek Fotolistrik merupakan salah satu peristiwa yang dikemukakan oleh Albert
Einstein dalam makalahnya pada tahun1905. Efek fotolistrik adalah terlepasnya
elektron dari suatu permukaan logam karena pada permukaan logam tersebut diradiasi
oleh cahaya berfrekuensi tinggi. Peristiwa efek fotolistrik dapat diamati melalui
eksperimen pada gambar di bawah ini,

Gambar 2.1 Percobaan Efek Fotolistrik


Pada anode dipasangi sebuah logam. Ketika logam tersebut diradiasi oleh foton,
mengakibatkan elektron pada logam tersebut terlepas. Elektron yang terlepas walaupun
bermuatan negatif akan memiliki energi yang cukup untuk sampai e katode.
Elektron yang bergerak dari anode menuju katode membentuk arus listrik yang
terukuroleh amperemeter. Pada saat potensial perintang V diperbesar, elektron yang
sampai di katode menurun, akibatnya arus listrik yang mengalir juga mengalami
penurunan. Jika nilai V diperbesar hingga mencapai atau sama dengan nilai V0 (yang
nilainya dalam satuan volt) maka tidak ada elektron yang sampai di katode sehingga
tidak ada arus yang mengalir.

Hasil eksperimen tersebut dapat disajikan pada Gambar 2.3a dan Gambar 2.3b
Gambar 2.2 (a)
Arus foto elektron sebanding dengan Gambar 2.2 (b)
intensitas cahaya. Tegangan Nilai tegangan pemberhenti (V0)
pemberhenti (V0) bernilai sama bergantung dari frekuensi cahaya (v).
untuk semua intensitas cahaya dari
frekuensi yang diberikan v (tetap)
Berdasarkan Gambar 2.2 (a) dan (b) dapat diambil kesimpulan bahwa besar kecilnya
energi pada peristiwa efek fotolistrik bergantung pada frekuensi foton yang datang dan tidak
bergantung pada intensitasnya. Intensitasnya hanya berpengaruh pada banyaknya elektron yang
terlepas. Semakin besar intensitas maka semakin banyak electron foto yang terlepas dari logam.
Semakin banyak electron yang terlepas maka semakin besar arus yang timbul. Oleh karena itu,
pada efek fotolistrik berlaku persamaan:
𝑬 = 𝑬𝑲𝒎𝒂𝒌𝒔 + 𝑾𝟎

𝑬𝑲𝒎𝒂𝒌𝒔 = 𝒉𝒗 − 𝒉𝒗𝟎
𝒆𝑽𝟎 = 𝒉𝒗 − 𝒉𝒗𝟎𝒉
𝑽𝟎 = (𝒗 − 𝒗𝟎)
𝒆
Keterangan :
E = h.v = energi foton (joule)
EKmaks = energi kinetik maksimum electron (joule) h =
ketetapan Planck (6,62 x 10-34 Js)
W0 = hv0 = energi ambang = energi foton minimal untuk melepaskan electron (joule)v =
frekuensi foton (Hz)
v0 = frekuensi ambang (Hz) V0 =
potensial perintang (volt) e = muatan
electron
Syarat terjadinya efek fotolistrik sebagai berikut :
a. Frekuensi foton lebih besar daripada frekuensi ambang (𝑣 > 𝑣0)
b. Panjang gelombang foton lebih kecil daripada panjang gelombang ambang (𝜆 <𝜆)
Contoh soal:
Sebuah keping logam yang mempunyai energi ambang 2 eV disinari dengan cahaya
monokromatis dengan panjang gelombang 6000 Å hingga elektron meninggalkan
permukaan logam. Jika ℎ = 6,6 × 10−34𝐽𝑠 dan kecepatan cahaya 3 × 108𝑚/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘, maka
energi kinetik elektron yang lepas sebesar ....
Penyelesaian:
Diketahui: 𝑊0 = 2 𝑒𝑉 = 2 × (1,6 × 10−19) =3,2 × 10−19𝐽 ℎ
= 6,6 × 10−34𝐽𝑠
𝜆 = 6000 Å = 6000 × 10−10 = 6 × 10−7𝑚
𝑐 = 3 × 108𝑚/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘

Ditanyakan: Ek
Jawab: 𝐸 = 𝑊0 + 𝐸𝑘
ℎ𝑣 = 𝑊0 + 𝐸𝑘
𝑐
ℎ 𝜆 = 𝑊0 + 𝐸𝑘
3×108
(6,6 × 10−34) = 3,2 × 10−19 + 𝐸𝑘
6×10−7
=3,3 × 10−19 = 3,2 × 10−19 + 𝐸𝑘
𝐸𝑘 = 3,3 × 10−19 − 3,2 × 10−19
𝐸𝑘 = 0,1 × 10−19𝐽𝑜𝑢𝑙𝑒
Jadi, energi kinetik elektron yang lepas sebesar 0,1 × 10−19𝐽𝑜𝑢𝑙𝑒
Beberapa hasil eksperimen pada efek foto listrik menunjukkan :
No Gambar Keterangan
1. Tidak ada waktu tunda antara saat penyinaran elektroda K dan
terlepasnya foto elektron. Pada gambar grafik berikut
diperlihatkan bahwa hanya dalam waktu 10 detik besarnya arus I
konstan dan tegangan V juga konstan. Bahwa penyinaran pada
katoda berefek langsung pada terlepasnya elektron dari katoda ke
anoda. Foto elektron terlepas dari aktoda bukan karena beda
tegangan antara katoda K dan anoda A.

Gambar 2. 2 Grafik kuat arus terhadap tegangan


2. Pada frekuensi cahaya f dan tegangan V tetap, kuat arus yang
timbul berbanding lurus dengan intensitas cahaya I seperti
ditunjukkan pada gambar grafik berikut. Pada frekuensi f tetap,
maka sesuai rumus energi Plank energi E = h.f juga tetap. Jadi
dihubungkan dengan energi listrik W = V0.i juga tetap. Jadi dalam
hal ini perubahan arus i ditentukan oleh intensitas penyinaran I.

Gambar 2. 3 grafik kuat arus terhadap Intensitas cahaya


6

No Gambar Keterangan
3. pada frekuensi f dan intensitas cahaya I tetap, arus i yang timbul
berkurang dengan bertambahnya tegangan. Besarnya arus i
berbanding terbalik dengan tegangan V. Pada hukum Ohm V =
i.R, untuk keadaan besar hambatan R tetap jika V diperbesar maka
arus I akan besar, karena hubungannya linear. Pada efek foto
listrik keadaan ini tidak sesuai atau hukum Ohm tidak berlaku.
Jadi pada percobaan efek foto listrik, arus meningkat disebabkan
oleh peningkatan intensitas penyinaran
seperti yang digambarkan pada grafik berikut.

Gambar 2. 4 grafik kuat arus terhadap tegangan

4. Untuk suatu permukaann bahan tertentu (misalnya Cs, K, dan


Cu) nilai V bergantung pada besarnya frekuensi cahaya f dan
bukan pada intensitas cahaya I. Gambar grafik berikut
menunjukkan hubungan frekuensi penyinaran f dan tegangan V
untuk sembarang I pada berbagai bahan. kemampuan bahan K
untuk melepaskan foto elektron diperlukan energi penyinaran yang
berbeda, bergantung pada jenis bahan, untuk dapat menghasilkan
energi kinetik foto elektron.

Gambar 2. 5 grafik tegangan terhadap frekuensi


2.3 Efek Compton

Compton menjelaskan bahwa teori yang dikembangkannya didasarkan pada


pengandaian bahwa setiap elektron yang berperan dalam proses hamburan Compton
terhadap foton cahaya secara. Teori ini juga berlandaskan pada hipotesis yang menyatakan
bahwa kuantum-kuantum cahaya datang dari berbagai arah tertentu dan dihamburkan pula
dalam arah-arah tertentu (tidak acak). Hasil eksperimen yang dilakukan untuk menjelaskan
teori tersebut menunjukkan bahwa foton juga memiliki momentum linear. Kesimpulan
tersebut memiliki dampak yang besar, karena foton juga ditandai dengan suatu besaran fisika
yang lain, yaitu momentum linear.

Secara skematis proses efek Compton sebagai berikut:

Gambar 2.4 Efek Compton


Pada peristiwa tersebut berlaku persamaan-persamaan berikut.
1) Foton datang
Energi sebuah foton datang dirumuskan:
𝑬 = 𝒉𝒗
Momentum yang dimiliki foton:

𝒉𝒗 𝒉
𝒑= =
𝒄 𝝀
Dengan demikian, energi foton dapat dirumuskan:
𝑬 = 𝒉𝒗 = 𝒑𝒄
2) Elektron Target
Elektron mula-mula dalam keadaan diam. Dengan demikian, momentum elektron
benilai nol (p = 0). Energi yang dimiliki electron hanyalah energi diamnya. Energi
diam elektron dirumuskan:
𝑬 = 𝒎𝟎𝒄𝟐
3) Foton Hambur

Setelah menumbuk electron, energy foton menjadi berkurang. Energi yang hilang ini
diubah menjadi energy kinetik elektron sehingga menjadi gerak. Pada gambar 2.4,
foton terhambur ke atas membentuk sudut 𝜃 dari arah datangnya foton. Elektron
terhambur kebawah.
Elektron yang memiliki foton terhambur dirumuskan :
𝑬 = 𝒉𝒗′
Momentum foton hambur dirumuskan :
𝒉𝒗′ 𝒉
𝒑′ =
=
𝒄 𝝀′
Pada percobaannya, Compton menggunakan sasaran berupa grafit dan dianalisis
menggunakan spectrometer Kristal yang berputar dan itensitasnya diukur oleh ruang
ionisasi yang menghasilkan arus sebanding dengan itensitas. Grafik eksperimen
menunjukan adanya pergeseran puncak yang bersesuaian dengan pergeseran panjang
gelombang pada saat pengukuran intensitas dilakukan ada empat sudut penyebaran.
Puncak pada sudut penyebaran 0o didefenisikan sebagai λ, dan puncak lain pada sudut
penyebaran bukan nol, didefinisikan sebagai 𝜆′ yang lebih besar dari λ. Puncak yang
tergeser dari 𝜆′ disebabkan oleh penyebaran sinar X dari elekron bebas.
Persamaan pergeseran Compton sebagai berikut :
𝒉
𝝀′ − 𝝀 = (𝟏 − 𝐜𝐨𝐬 𝜽)
𝒎 𝒆𝒄
Keterangan :

𝜆′ = panjang gelombang pada sudut hamburan bukan nol (m)


λ = panjang gelombang pada sudut hamburan nol (m)
h = konstanta plank (6,626 x 10−34𝐽. 𝑠)
𝑚𝑒 = massa electron ( 9,1 x 10−31 kg )
𝜃 = besar sudut
Pada peristiwa hamburan Compton, tumbukan antara foton dan electron akan
menghasilkan foton terhambur dan electron terhambur. Hal ini biasa terjadi jika foton
terhambur memiliki energy minimal 1,02 eV. Peristiwa berubahnya foton menjadi
partikel lain dinamakan produksi pasangan dan berlaku persamaan sebagi berikut :
𝐸𝑓𝑜𝑡𝑜𝑛 = 𝐸𝑚𝑎𝑡𝑒𝑟𝑖
ℎ𝑣 = 𝑚𝑜𝑐2 + 𝐸+ + 𝑚𝑜𝑐2 + 𝐸−
𝑘 𝑘
ℎ𝑣 = 2𝑚𝑜𝑐2 + 𝐸𝑘𝑡𝑜𝑡
Keterangan :
𝑣 = frekuensi foton (Hz)
h = konstanta plank (6,626 x 10−34𝐽. 𝑠)
mo = massa diam electron/positron

Ek+ = energy kinetic positron (J)

Ek- = energy kinetic electron (J)


Kebalikan dari produksi pasangan yaitu materi lenyap dan menjadi foton, berlaku
persamaan berikut :
𝐸𝑚𝑎𝑡𝑒𝑟𝑖 = 𝐸𝑓𝑜𝑡𝑜𝑛

Katerangan :
𝐸𝑚𝑎𝑡𝑒𝑟𝑖 = energy electron terhambur (J)
𝐸𝑓𝑜𝑡𝑜𝑛 = energy foton terhambur (J)
Contoh soal:
Foton dengan panjang gelombang 0,06 nm mengalami hamburan compton dengan sudut
hamburan 60o. Tentukan panjang gelombang foton yang dihamburkan ?
Penyelesaian :
Diketahui :
ℎ = 6,6 × 10−34𝐽𝑠
𝑚𝑜 = 9,1 × 10−31𝑘𝑔
𝑐 = 3 × 108m/s
𝜆 = 0,06 𝑛𝑚
𝜃 = 60°
Ditanya: λ’ ......... ?

∆𝜆 = (1 − cos 𝜃)
𝑚0 𝑐

6,6 × 10−34
∆𝜆 = (1 − cos 60)
9,1 × 10−31. 3 × 108

6,6 × 10−11 1
∆𝜆 =
(1 − )
9,1 × 3 2
2,2 × 10−11 1
()
∆𝜆 = 9,1 2

∆𝜆 = 1,2 × 10−12 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟

𝜆′ − 𝜆 = 1,2 × 10−3𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟

𝜆′ − 0,06 𝑛𝑚 = 0,0012 𝑛𝑚

𝜆′ = 0,0612 𝑛𝑚

Jadi , besar panjang gelombang foton yang dihamburkan sebesar 0,0612 𝑛𝑚


2.4 Sinar X

Sinar X ditemukan pertama oleh Wilhelm Condrad Rontgen pada tahun 1895. Pada
saat itu sinar X dimanfaatkan untuk mengenali struktur atom sebuah materi. Pada
perkembangannya alat tersebut dikenal dengan XRD (X Ray Diffraction). Sinar X juga
sangat familiar dalam dunia kesehatan. Sinar X dimanfaatkan untuk mendeteksi keadaan
tulang memperlihatkan absorbsi dan refleksi sinar X. absorbsi dan refleksi sinar X oleh
organ tubuh menghasilkan sebuah pencitraan. Sinar X merupakan gelombang
elektromagnetik yang memiliki panjang gelombang pada orde amstrong (10-10 m). sinar X
terbentuk dari proses hamburan.

a.Sumber Sinar X
Rontgen menemukan sinar X di laboratorium University Wurzburg, Jerman. Dia
menguji cahaya dan sumber radiasi yang lain dengan penembakan elektrode pada sebuah
tabung gelas yang disebut tabung lucutan Geisler. Dia membungkus tabung yang kemudian
disebut dengan tabung Geisler, sehingga tidak ada cahaya yang keluar dari tabung. Kondisi
laboratorium juga gelap sehingga yang tampak hanya cahaya kuning kehijauan dari layar
fluorescent yang berada tidak jauh dari tabung lucutan. Layar tampak berkelip-kelip saat
tegangan tinggi dari sumber AC menginduksi koil meskipun layar berada beberapa meter
dari tabung.
Rontgen keheranan ketika ia menempatkan tangannya di antara tabung dan layar dan
pada layar menunjukkan jejak tulang tangannya. Rontgen lantas mendokumentasikan
penemuannya dan mempublikasikannya dalam sebuah karya tulis yang berjudul “Uber eine
neue Art von Strahle – vorlauvige Mitteilung”.
Tabung sinar X Rontgen dikembangkan oleh General Electric Research Laboratoriesdi
New York. Sumber elektron dari filamen yang dipanaskan dipercepat menuju anode yang
terhubung dengan pendingin (air). Namun, sesuai dengan perkembangan teknologi kini kita
dapat memvariasi tegangan tinggi dan arus sesuai dengan keinginan kita. Berikut skema dari
tabung lucutan rontgen.
Gambar 2.5 Tabung lucutan dan anode berputar
Sementara proses terbentuknya sinar X yang berasal dari elektron katode yang
dipercepat sebagai berikut :

Gambar 2.6 Percepatan elektron yang menghasilkan sinar X


b.Spektrum Sinar X
Ada berbagai cara untuk mengukur panjang gelombang sinar X salah satunya adalah
memanfaatkan pemantuan sinar X oleh kristal zat padat. Apabila konfigurasi atom-atom
dan jarak antara atom-atom diketahui, maka kristal tersebut dapat digunakan sebagai
analisator panjang gelombang sinar X.
Sinar X terpancar ketika elektron berenergi tinggi menembak sebuah sasaran logam,
spektrum sinar X ditunjukkan oleh kurva dengan pancak tajam seperti ditunjukkan oleh
gambar di bawah ini.

Gambar 2.7 Spektrum sinar X dari sebuah sasaran logam yang mengandung
spectrum kontinu yang lebar (bremsstrahlung) ditmbah sejumlah garis tajam yang
bergantung pada sinar-sinar karakteristiknya. Data yang ditunjukkan diperoleh
ketika elektron 37 keV ditembakkan pada sebuah sasaran molybdenum.
Gambar 2.7 adalah hasil dari perlambatan elektron berenergi tinggi yang menembak
sasaran molibdenum. Elektron ini mengelami sejumlah interaksi dengan atom sasaran sebelum
elektron kehilangan seluruh energi kinetiknya.
Besar energi kinetik yang hilang dalam interaksi dapat bervariasi dari nol hingga
seluruhnya hilang. Jadi, panjang gelombang radiasi ini berada dalam rentang kontinu dimulai
dari nilai minimum sampai dengan tak hingga. Kejadian perlambatan umum dari elektron ini
menghasilkan kurva kuntinu seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.7.
Radiasi sinar X pada kondisi awal perlambatan dari elektron tersebut bremsstrahlung
(radiasi pengereman). Garis-garis diskrittersebut disebut sinar X karakteristik (1908). Asal usul
sinar X perincian mengenai truktur atom telah dipahami. Pembangkitan sinar X karakteristik
terjadi ketika sebuah elektron menabrak atom sasaran. Elektron harus memiliki energi yang
cukup untuk menghilangkan elektron dalam kulit atom. Kekosongan pada kulit akan terisi oleh
elektron dalam tingkat yang lebih tinggi. Transisi ini diserti dengan emisi foton yang energinya
setara dengan perbedaan energi antara kedua tingkat. Energi ari transisi tersebut lebih besar dari
1.000 eV dan foton sinar X yang terpancarkan memiliki panjang gelombang dalam jarak 0,01
nm hingga 1 nm.
Percobaan penyelidikan spektrum sinar X menggunakan molibdenum sebagai anode
memperoleh hasil sebagai berikut.
1. Panjang gelombang bergantung pada potensial antara anode dan katode.
2. Bentuk spektrum kontinu terletak dibawah potensi tertentu.
3. Sinar-sinar karakteristik muncul pada beda potensial tertentu.

Panjang gelombang
spektrum sinar X diperoleh pada beda potensial tertento v0
min

7
12,42 10
min V0

Keterangan:
min = panjang gelombang terpendek
(m)V0= Beda potensial (volt)
Contoh soal:
Tabung sinar X diberi beda potensial 10 Kv. Elektron pada tabung menumbuk target
danmenghasilkan foton. Berapa panjang gelombang foton yang dihasilkan tabung ?
Penyelesaian :
Diketahui :
𝑉0 = 10 𝑘𝑉 = 1 × 1014𝑉
Ditanya 𝜆𝑚𝑖𝑛 .......... ?
Jawab :
12,42 × 10−7𝐽
𝜆𝑚𝑖𝑛 =
𝑉0
= 12,42 × 10−7𝐽

1 × 104

= 1,24 × 10−10𝑚
= 1,24 Å
Jadi, panjang gelombang minimum yang di keluarka tabung sebesar 1,24 Å
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Radiasi Benda Hitam adalah suatu benda yang permukaannya menyerap radiasi
yang dating padanya. Dengan kata lain, tidak ada radiasi yang dipantulkan keluar benda
hitam tersebut. (Krane, 2019).
Efek fotolistrik adalah terlepasnya elektron dari suatu permukaan logam karena
pada permukaan logam tersebut diradiasi oleh cahaya berfrekuensi tinggi.
Compton menjelaskan bahwa teori yang dikembangkannya didasarkan pada
pengandaian bahwa setiap elektron yang berperan dalam proses hamburan Compton
terhadap foton cahaya secara. Teori ini juga berlandaskan pada hipotesis yang
menyatakan bahwa kuantum-kuantum cahaya datang dari berbagai arah tertentu dan
dihamburkan pula dalam arah-arah tertentu (tidak acak).
Sinar X merupakan gelombang elektromagnetik yang memiliki panjang gelombang
pada orde amstrong (10-10 m). sinar X terbentuk dari proses hamburan.

3.2 SARAN

Kami sebagai penulis, menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kesalahan dan
sangat jauh dari kesempurnaan .tentunya, penulis akan terus memperbaiki makalah dengan
mengacu pada sumber yang dapat dipertanggungjawabkan nantinya. Oleh karena itu,
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran tentang pembahasan makalah diatas.
DAFTAR PUSTAKA

1. Vani Sugiyono, S.T.2016. Mekanika Kuantum. Erlangga : Jakarta


2. David J Griffiths. Introduction to Quantum Mechanics. Second Edition. Pearson
Education International.
3. Mikrajuddin Abdullah. Fisika Statistik untuk Mahasiswa MIPA. KK Fisika Material
Elektronik - FMIPA, ITB. Tidak Diterbitkan
4. Beiser, Arthur. 1982 . Konsep Fisika Modern. Jakarta : Penerbit Erlangga

5. https://www.academia.edu/37843336/dualisme_gelombang_partikel_doc.diakses
padatanggal 4 maret 2021.
6. Chasanah, Risdiyani. dkk. 2015. Fisika Peminatan Matematika dan Ilmu-Ilmu Alam.
Klaten:Intan Pariwara

Anda mungkin juga menyukai