Anda di halaman 1dari 23

Tugas Makalah Kimia Radiasi

Pokok Bahasan II

ENERGI PENGIKAT INTI

OLEH:

KELOMPOK II

ANGGOTA: DICKY SAPUTRA F1C117009

JUMARDIN DJALILI F1C1 17047

DIMAN F1C117069

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
izin-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Energi Pengikat Inti”
ini dengan baik. Makalah ini disusun sebagai salah satu pemenuhan tugas mata
kuliah Kimia Radiasi
Makalah ini mengulas tentang salah satu sifat inti atom yaitu energi ikat
yang mengenai packing fraction, model tetes cairan, model tetes cairan, energi
coulomb dan energi asimetri, pengaruh tegangan permukaan, efek coulomb pada
energi ikat dan pengaruh ganjil genap
Atas dukungan moral dan materi yang diberikan dalam penyusunan
makalah ini, maka kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak La Ode
Kadidae, S.Si., M.Si, selaku dosen pengampu mata kuliah Kimia Radiasi
Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, diharapkan kepada siapapun yang
membaca makalah ini dapat memberikan kritik dan saran yang konstruktif agar
makalah ini menjadi lebih baik. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua

Kendari, 06 November 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL.............................................................................................i
KATA PENGANTAR. ...........................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
1.1 Latar Belakang .........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan......................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………..…...3
2.1 Radiasi / Peluruhan radioaktif……………………..……………..……..3
2.2 Pengertian Atom ......................................................................................5
2.3 Sifat – Sifat Inti ........................................................................................6
2.4 Pengertian Packing Fraction dan Energi Ikat ..........................................7
2.5 Model Tetes Cairan. ...............................................................................10
2.6 Energi Coulomb pada Inti Stabil............................................................11
2.7 Energi Asimetri ......................................................................................12
2.8 Pengaruh Tegangan Permukaan.............................................................13
2.9 Efek Coulomb ........................................................................................14
2.10 Pengaruh Ganjil Genap ........................................................................15
BAB III PENUTUP................................................................................................19
3.1 Kesimpulan ............................................................................................19
3.2 Saran ......................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................20

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Peluruhan radioaktif mencakup beragam proses di mana sebuah inti atom


yang tidak stabil memancarkan partikel subatomik (partikel radiasi). Peluruhan
terjadi pada sebuah nukleus induk dan menghasilkan sebuah nukleus anak. Ini
adalah sebuah proses "acak" (random) sehingga sulit untuk memprediksi
peluruhan sebuah atom.
Inti atom harus diperlakukan dengan cara yang sama seperti elektron,
meskipun tidak ada orbit proton ataupun neutron. Inti atom berbentuk bola padat
berisi proton dan neutron. Gaya inti (gaya interaksi antar proton dan
netron/nukleon) mengatasi gaya tolak Coulomb. Gaya inti ini menyebabkan
proton dan neutron terkumpul pada daerah pusat, padahal rapat inti atom relatif
konstan jadi terdapat suatu mekanisme lain yang mencegah inti mengerut ke pusat
atom. Kerapatan inti atom tidak bergantung pada nomor massa A. Inti atom ringan
memiliki kerapatan yang kurang lebih sama dnegan inti atom berat. Dengan
perkataan lain, jumlah neutron dan proton tiap satuan volume kurang lebih tidak
berubah di seluruh daerah inti.
Sifat-sifat inti menggambarkan sebuah inti dengan jumlah relatif kecil
pada parameter muatan listrik yaitu radius massa isotop, energi ikat, momentum
sudut, momen dipole magnetik dan momen kuadrapole listrik. Untuk di metode
yang sama digunakan adalah analisis sinar positif, spektrometer massa Dempster,
dan penggabungan dua metode (matched doublet).
Momentum sudut total pada inti terdapat pada nukleon A dengan jumlah
vektor momentum sudut pada semua nukleon. Momentum sudut total biasanya
disebut dengan spin inti dan dinotasikan dengan I. Momentum sudut I semuanya
terdapat pada sifat-sifat vektor momentum sudut pada mekanika kuantum. Momen
dipole magnetik timbul dari gerakan partikel bermuatan dan dapat dipandang
sebagai alat untuk distribusi arus yang ditimbulkan dari sekitarnya (perpindahan

1
muatan). Dari pendekatan kuantum diperoleh suatu hubungan yang sama yaitu
momen sudut intrinsik untuk momen magnetik.
Momen kuadrapole listrik ditentukan dari distribusi muatan dari pada arus
dalam inti. Deviasi tingkat terendah dari simetri sperikal dalam suatu inti sampai
saat ditunjukkan dengan mengukur kuadrapole listrik. Dan untuk sifat inti yang
terakhir yaitu energi ikat akan dibahas lebih lanjut di makalah ini.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Packing Fraction, energi ikat dan mass defect?


2. Apa yang dimaksud dengan model tetes cairan?
3. Bagaimana energi Coulomb pada inti stabil dan energi asimetri nya ?
4. Apa pengaruh tegangan permukaan ?
5. Bagaimana efek Coulomb pada energi ikat?
6. Apa pengaruh ganjil dan genap?

1.3 Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah, maka adapun tujuan penulisan pada


makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui terkait energi ikat dan packing fraction
2. Untuk mengetahui dengan model tetes cairan
3. Dapat mengetahui energi Coulomb pada inti stabil dan energi asimetri
4. Untuk mengetahui pengaruh tegangan permukaan
5. Untuk mengetahui efek Coulomb pada energi ikat
6. Untuk mengetahui pengaruh ganjil dan genap pada energi ikat

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Radiasi / Peluruhan radioaktif

Peluruhan radioaktif adalah kumpulan beragam proses di mana sebuah inti


atom yang tidak stabil memancarkan partikel subatomik (partikel radiasi).
Peluruhan terjadi pada sebuah nukleus induk dan menghasilkan sebuah nukleus
anak. Ini adalah sebuah proses "acak" (random) sehingga sulit untuk memprediksi
peluruhan sebuah atom.
Satuan internasional (SI) untuk pengukuran peluruhan radioaktif adalah
becquerel (Bq). Jika sebuah material radioaktif menghasilkan 1 buah kejadian
peluruhan tiap 1 detik, maka dikatakan material tersebut mempunyai aktivitas 1
Bq. Karena biasanya sebuah sampel material radiaktif mengandung banyak atom,1
becquerel akan tampak sebagai tingkat aktivitas yang rendah; satuan yang biasa
digunakan adalah dalam orde gigabecquerels.
Radioaktivitas pertama kali ditemukan pada tahun 1896 oleh ilmuwan
Perancis Henri Becquerel ketika sedang bekerja dengan material fosforen.
Material semacam ini akan berpendar di tempat gelap setelah sebelumnya
mendapat paparan cahaya, dan dia berfikir pendaran yang dihasilkan tabung
katode oleh sinar-X mungkin berhubungan dengan fosforesensi. Karenanya ia
membungkus sebuah pelat foto dengan kertas hitam dan menempatkan beragam
material fosforen diatasnya. Kesemuanya tidak menunjukkan hasil sampai ketika
ia menggunakan garam uranium. Terjadi bintik hitam pekat pada pelat foto ketika
ia menggunakan garam uranium tesebut. Tetapi kemudian menjadi jelas bahwa
bintik hitam pada pelat bukan terjadi karena peristiwa fosforesensi, pada saat
percobaan, material dijaga pada tempat yang gelap. Juga, garam uranium
nonfosforen dan bahkan uranium metal dapat juga menimbulkan efek bintik hitam
pada pelat.

3
Gambar 2.1 Alfa, Beta, Gamma Radiation
Laju peluruhan, atau aktivitas, dari material radioaktif ditentukan oleh:
 Konstanta:
a. Waktu paruh - simbol - waktu yang diperlukan sebuah material radioaktif
untuk meluruh menjadi setengah bagian dari sebelumnya.
b. Rerata waktu hidup - simbol - rerata waktu hidup (umur hidup) sebuah
material radioaktif.
c. Konstanta peluruhan - simbol – konstanta peluruhan berbanding terbalik
dengan waktu hidup (umur hidup).
(Perlu dicatat meskipun konstanta, mereka terkait dengan perilaku yang
secara statistik acak, dan prediksi menggunakan kontanta ini menjadi berkurang
keakuratannya untuk material dalam jumlah kecil. Tetapi, peluruhan radioaktif
yang digunakan dalam teknik penanggalan sangat handal. Teknik ini merupakan
salah satu pertaruhan yang aman dalam ilmu pengetahuan sebagaimana yang
disampaikan).
 Variabel:
1. Aktivitas total - simbol - jumlah peluruhan tiap detik.
2. Aktivitas khusus - simbol - jumlah peluruhan tiap detik per jumlah
substansi. "Jumlah substansi" dapat berupa satuan massa atau volume.
Persamaan:

4
(2.1.1)
Dimana: a0 adalah awal material aktif
Satuan aktivitas adalah: becquerel (simbol Bq) = jumah disintegrasi
(pelepasan)per detik ; curie (Ci) = 3,7 x 1010 disintegrasi per detik; dan
disintegrasi per menit (dpm). Sebagaimana yang disampaikan di atas, peluruhan
dari inti tidak stabil merupakan proses acak dan tidak mungkin untuk
memperkirakan kapan sebuah atom tertentu akan meluruh, melainkan ia dapat
meluruh sewaktu waktu. Karenanya, untuk sebuah sampel radioisotop tertentu,
jumlah kejadian peluruhan –dN yang akan terjadi pada selang (interval) waktu dt
adalah sebanding dengan jumlah atom yang ada sekarang.

2.2 Pengertian Atom

Atom adalah suatu satuan dasar materi yang terdiri atas beberapa struktur.
Istilah atom berasal dari Bahasa Yunani (átomos), yang berarti tidak dapat
dipotong ataupun sesuatu yang tidak dapat dibagi-bagi lagi. Konsep atom sebagai
komponen yang tak dapat dibagibagi lagi pertama kali diajukan oleh para filsuf
India dan Yunani. Pada abad ke-17 dan ke-18, para kimiawan meletakkan dasar-
dasar pemikiran ini dengan menunjukkan bahwa zatzat tertentu tidak dapat dibagi-
bagi lebih jauh lagi menggunakan metode-metode kimia.Selama akhir abad ke-19
dan awal abad ke-20, para fisikawan berhasil menemukan struktur dan komponen-
komponen sub atom di dalam atom, membuktikan bahwa “atom” tidaklah tak
dapat dibagi lagi. Prinsip-prinsip mekanika kuantum yang digunakan para
fisikawan kemudian berhasil memodelkan atom. Menurut teori atom dari
Rutherford-Bohr dan pengikutnya diketahui bahwa muatan positif inti atom
terkukung dalam suatu daerah sangat kecil di pusat atom, bahwa inti atom
memiliki muatan + Ze dan bahwa seluruh massa atom (99,9%) berasal dari inti

5
atom. Ada beberapa hipotesa penyusun inti: (1) proton-proton; (2) proton-
elektron; dan (3) proton-netron.
Sifat nukleon berturut-turut: Proton-neutron: muatan (+e, 0); massa energi
(938,28 MeV; 939,57 MeV), spin (½ , ½). Sifat kimia suatu unsur tertentu
bergantung pada nomor atom Z, tidak pada nomor massa A. Inti-inti atom dengan
Z sama tetapi A berbeda disebut isotop. Inti-inti atom dengan A sama, tetapi Z
berbeda disebut Isobar. Dan inti-inti atom dengan jumlah neutron (N) sama
disebut isoton. (Pratiwi,D. 2012)
Inti atom ditemukan pada eksperimen hamburan sinar alpha oleh
Rutherford. Inti terdiri dari
proton dan neutron dan dinyatakan dengan:
𝐴
𝑍 𝑋𝑁 dengan X = lambang kimia
A = nomor massa
Z = nomor atom
N = nomor neutron
Massa dinyatakan dalam satuan amu (atomic mass unit) atau u dengan
nilai : 1 amu = 1,660566 × 10−27 kg dan dikonversi massa dengan tenaga 1 u =
931,502 Mev/𝑐2

2.3 Sifat-Sifat Inti

Sifat-sifat inti menggambarkan sebuah inti dengan jumlah relatif kecil


pada parameter rmuatan listrik yaitu radius massa isotop, energi ikat, momentum
sudut, momen dipole magnetik dan momen kuadrapole listrik. Untuk radius massa
isotop di metode yang digunakan adalah analisis sinar positif, spektrometer massa
Dempster, dan penggabungan dua metode (matched doublet).
Momentum sudut total pada inti terdapat pada nukleon A dengan jumlah
vector momentum sudut pada semua nukleon. Momentum sudut total biasanya
disebut dengan spin inti dan dinotasikan dengan I. Momentum sudut I semuanya
terdapat pada sifat-sifat vector momentum sudut pada mekanika kuantum. Momen
dipole magnetik timbul dari gerakan partikel bermuatan dan dapat dipandang
sebagai alat untuk distribusi arus yang ditimbulkan dari sekitarnya (perpindahan

6
muatan). Dari pendekatan kuantum diperoleh suatu hubungan yang sama yaitu
momen sudut intrinsik untuk momen magnetik.
Momen kuadrapole listrik ditentukan dari distribusi muatan dari pada arus dalam
inti. Deviasi tingkat terendah dari simetri sperikal dalam suatu inti sampai saat
ditunjukkan dengan mengukur kuadrapole listrik.
Sifat inti yang terakhir yaitu energi ikat. Pada inti stabil terdapat perbedaan
antara massa suatu inti dengan massa penyusun inti. Perbedaan ini disebut “mass
defect” menjadi energi ikat inti atom. Dapat dimaksudkan energi ikat sebagai
energi tambahan yang diperoleh ketika membentuk sebuah atom dari semua
partikel penyusunnya atau energi yang harus dimuat untuk memisahkan atom
menjadi komponen-komponen.
Setiap inti memiliki energi dasar yang rendah, keadaan dasar, dan energi
yang lebih tinggi pada keadaan pembangkit. Banyak yang dapat dijelaskan tentang
nilai inti dan inti pada keadaan dasar, apakah inti tersebut dapat berdiri sendiri
untuk menjadi stabil atau mempunyai kemungkinan untuk penurunan
radioaktifitas. Hampir semua sistem bekerja pada massa, radius, muatan, nilai
rata-rata dan lainnya. Pada pengujian terakhir tentunya periodesitasnya juga akan
terbukti. Model inti atom yang mana akan dipertimbangkan utnuk dijelaskan dan
dapat dibagi ke model semiklasik (partikel), dimana dapat dimengerti tentang
kecenderungan sistematik umum dan model mekanika kuantum (gelombang) yang
memberikan pemahaman tentang periodesitas.

2.4 Pengertian Packing Fraction dan Energi Ikat

Pengukuran yang akurat pada massa atom isotop yang berbeda dari unsur
stabil dan beberapa isotop radioaktif. Massa isotop yang berbeda sangat sedikit
238
dari jumlah integral, deviasi maksimum berada pada kasus yang memiliki
massa isotop 238,050786 amu. Variasi ini kecil bila dibandingkan dengan seluruh
nomor telah diungkapkan oleh Aston dalam hal kuantitas yang disebut dengan
packing fraction, f didefinisikan sebagai:
𝑓 = massa atom pada isotop – jumlah massa (A) / jumlah massa (A)
𝑀(𝐴,𝑍)−𝐴
f= (2.4.1)
𝐴

7
Dimana M(A,Z) adalah massa aktual dari sebuah nuklida pada skala fisika
atom C12 atau O16 dan A adalah nomor massa Z + N, Z dan N masing-masing
adalah jumlah proton dan neutron. Pembilang pada persamaan (3.1) disebut mass
defect yaitu :
(𝐴, 𝑍) − 𝐴 = 𝐴𝑓 (2.4.2)
Beberapa inti mempunyai keadaan energi lebih rendah, pada keadaan
ground, dan energi dalam keadaan tinggi yang disebut dengan keadaan eksitasi.
Banyak yang dapat dipelajari pada gaya inti dengan mempertimbangkan dimana
dalam keadaan ground apakah inti yang terjadi disini akan stabil atau mempunyai
kemungkinan terjadi peluruhan radioaktif.
Model inti dapat dikembangkan dengan menerangkan secara kasar model
semiemperikal,. Pada model liquid-drop dan model shell. Jumlah pertama yang
lebih penting dipertimbangkan adalah massa inti, biasanya diekspresikan dalam
satuan massa yang disingkat dengan u, kemudian didefinisikan massa satu atom
pada C12 sama dengan 12,000000 u.
Perbedaan antara massa inti sebenarnya dan massa seluruh nukleon itu
sendiri disebut energi ikat total Btot (A,Z). Hal ini menggambarkan diperlukannya
kerja untuk memisahkan inti menjadi inti terpisah atau sebaliknya, energi akan
terlepas jika nukleon yang telah terpisah dipasangkan menjadi sebuah nukleus.
Untuk memudahkan, massa atom lebih besar dari massa inti yang digunakan pada
semua perhitungan. Tidak ada kesulitan, kecuali pada energi ikat pada elektron
atom harus dipertimbangkan juga. Dan dapat ditulis dengan
𝐵𝑡𝑜𝑡 = [𝑍𝑚𝑝 + (𝐴 − 𝑍)𝑛 − 𝑀(𝐴 − 𝑍)]𝑐2 (2.4.3)
Energi ikat rata-rata pernukleon diperoleh dengan membangi energi ikat
total pada nukleus dengan jumlah massa A (energi ikat semua elektorn dalam
atom adalah sangat kecil dan dapat diabaikan) maka :
𝐵𝐸/𝐴 = [𝑍𝑚𝐻 + (𝐴 − 𝑍)𝑛 − 𝑀(𝐴 − 𝑍)]𝑐2/𝐴 (2.4.4)
Dengan H adalah massa pada atom hidrogen.
Cara untuk memisahkan proton, neutron, deuteron atau partikel alfa dari
inti disebut dengan pemisahan energi S. Sn adalah jumlah energi yang dibutuhkan
dengan melepaskan neutron dari sebuah inti 𝐴𝑍𝑋𝑁 dan dirumuskan dengan:

8
𝑆𝑁 = 𝐵( 𝐴𝑍𝑋𝑁 ) − 𝐵(𝐴−1𝑍𝑋𝑁−1 )
= [( 𝐴−1𝑍 𝑋𝑁−1 ) − 𝑚(𝐴𝑍𝑋𝑁 )) + 𝑚(11𝐻 )]𝑐2 (2.4.5)
Dengan cara yang sama, dapat didefinisikan pemisahan energi proton,
sehingga energi yang diperlukan dengan melepaskan sebuah proton:
𝑆𝑁 = 𝐵( 𝐴𝑍𝑋𝑁 ) − 𝐵(𝐴−1
𝑍−1𝑋𝑁 )

= [( 𝐴−1 𝐴 1
𝑍−1𝑋𝑁 ) − 𝑚( 𝑍 𝑋𝑁 )) + 𝑚( 1𝐻 )]𝑐
2
(2.4.6)
Tabel 1. Beberapa cacat massa dan pemisahan Energi
Nuklida 𝛁(𝑴𝒆𝑽) Sn(MeV) SP(MeV)

O16 -4,737 15,66 12,13

O17 -0,810 4,54 13,78

F17 1,952 16,81 0,60

Ca40 -34,847 25,64 8,33

Ca41 -35,138 8,36 8,89

Sc41 -28,644 16,19 1,09

Pb208 -21,759 7,37 8,01

Pb209 -17,624 3,94 8,15

Bi209 -18,768 7,46 3,80

Pemisahan energi proton dan neutron adalah sama dengan energi ionisasi
dalam fisika atom. Pemisahan energi memperlihatkan struktur kulit inti adalah
sama dengan struktur kulit atom. Sifat inti yang lain pada struktur inti adalah
dengan mempelajari sistematik pada energi ikat pada inti, karena pertambahan
energi ikat kurang lebih linier dengan bilangan massa (A). secara umum energi
ikat rata-rata pernukleon BE/A. Seperti telihat pada gambar 1.2

9
Gambar 2.2 Nilai rata-rata energi ikat per nukleon dengan nomor massa yang
tentu saja terjadi pada inti (dan 𝐵𝑒8). Skala muatan pada absis A =
30. Dengan nilai konstanta 0,72 MeV dengan 𝑅0 = 1,2 𝑓𝑚

2.5 Model Tetes Cairan

Didefinisikan proton dan neutron dalam posisi yang kompak oleh


kekuatan yang kuat. Itulah mengapa model drop cair karena setetes air juga
mempertahankan bentuk lingkarannya. Model tetes cairan digunakan untuk
menemukan massa inti.
Sebuah teori secara terperinci pada energi ikat, didasari pada teknik
matematika sangat pengalaman dalam konsep-konsep fisikanya. Telah
dikembangkan oleh Brukmer dan rekan kerjanya (1954-1961). Sebuah model
yang jauh lebih kasar ada di mana gaya inti diabaikan, tetapi daya tarik antar inti
kuat ditekankan. Hal ini telah ditemukan oleh Von Weissacker (1935) atas dasar
analogi drop-liquid untuk bahan inti, diusulkan oleh Bohr. Asumsi-asumsi yang
penting adalah :
1
1. Inti terdiri dari bahan yang tidak dimengerti sehingga R~ 𝐴3
2. Gaya inti adalah identik untuk setiap nuckleon dan tidak tergantung
mengenai apakah merupakan neutron atau proton.
3. Gaya inti jenuh.
Pengaruh mekanika kuantum dan Coulomb sangat dipertimbangkan, dari
asumsi 2 dan 3 pada nukleon A energi ikat utama adalah sebanding dengan inti A
biasanya diasumsikan dalam sebuah bentuk sperikal seperti terlihat pada gambar

10
2.3 oleh karena itu nukleon pada permukaan tertarik sebanyak yang diperkirakan
sepuluh lebih besar dari ikatan energi dengan N = 2. Syarat terakhir koreksi harus
dijumlahkan karena memberikan ikatan lebih besar dari inti genap-genap. Ikatan
paling sedikit pada inti genap-genap yang mana menggambarkan pengaruh kulit.
Disini bentuk energi ikat utama sebanding dengan A, harus mengoreksi karena
bentuk disini bergantung dengan yang lain.

Gambar 2.3 Sebuah inti sperikal dalam materi inti tak terbatas
Asumsi benda-benda yang lain pada muatan tidak bergantung pada gaya
inti, dengan interaksi n – n, p – p, dan p – n adalah identik, dan energi ikat pada
inti dapat ditulis :
1
𝑍(𝑍−1) (𝑁−2)2
𝐵𝑡𝑜𝑡 (𝐴, 𝑍) = 𝑎𝑣𝐴 - 𝑎𝑠 𝐴3 - 𝑎𝑐 1 - 𝑎𝑠 ±𝛿+ ή (2.5.1)
𝐴
𝐴3

Dimana :
𝑎𝑣𝐴 = bentuk volume
1
𝑎𝑠 𝐴3 = bentuk permukaan ~ luas permukaan 4𝜋𝑅2
±𝛿 = bentuk pasangan energi 4𝜋𝑅2 memilih 0 untuk A genap.
Untuk nuklida genap-genap (+) dan nuklida gasal-gasal (-).

2.6 Energi Coulomb pada inti stabil

Dua syarat yang lain adalah energi asimetri dan energi Coulomb

11
Gambar 2.4 Energi Coulomb pada sebuah muatan sperikal yang tidak seragam.
a. Distribusi muatan sebenarnya sebuah layer dengan ketebalan dr
dijumlahkan dengan sebuah lingkaran dengan radius r
b. Distribusi muatan maksudnya adalah sama dengan perhitungan
energi potensial, dengan rapat muatan dinotasikan dengan 𝜌
Energi Coulomb yang memberikan kontribusi pada energi inti karena
energi potensial dari muatan inti. Meskipun gaya coulomb antara pasangan proton
sudah cukup untuk tujuan saat ini perlu dipertimbangkan inti atom sebagai bola
merata bermuatan Ze dan kerapatan muatan 4/3𝜋𝑅3. Dapat dihitung energi
Coulomb sebagai berikut:
𝑍𝑒
𝜌= 4 (2.6.1)
3
𝜋𝑅 3

2.7 Energi Asimetri

Sebuah model yang sangat sederhana untuk menunjukkan bentuk asimetri.


Karena neutron dan proton mematuhi hukum mekanika kuantum, neutron dan
proton harus dalam keadaan energi tertentu, mirip dengan kotak tertutup. Untuk
memudahkan perhitungan, asumsikan bahwa tingkat yang berjarak sama dengan
jarak ∆ dan bahwa sebagai akibat dari prinsip Pauli hanya ada satu nukleon
identik dengan gaya antara proton kecuali untuk efek Coulomb, menyebutkan
energi neutron dan proton diperkirakan identik. Energi Asimetri adalah perbedaan
energi dalam inti pada sebuah nukleus dengan nomor neutron dan proton N dan Z,
pada isobar dengan nomor neutron dan proton keduanya sama dengan A/2. Jika

12
sebelumnya membuat inti dari nukleus terakhir proton harus diubah menjadi
neutron.
1
N = 2𝐴+ 𝑣
1 1
Z = 2 𝐴 − 𝑣 atau 𝑣 = 2 (𝑁 − 𝑍) (2.7.1)

Perhatikan bahwa masing-masing proton harus dibesarkan dalam energi


dengan jumlah v∆. Karena persamaan (2.7.1) selalu positif, energi ikat inti akan
selalu berkurang untuk inti dengan ≠ sebanding dengan N = Z . dapat
ditunnjukkan bahwa ∆~1/A dengan menghitung energi Emax yang mana level inti
harus diisi untuk menampung neutron N dan kemudian menetapkan ∆ ≈ Emax/N.

𝑁 = 𝐴/2 𝑍 = 𝐴/2 𝑁 = (𝐴/2) + 𝑣 𝑍 = (𝐴/2) – 𝑣


Gambar 2.5 Model untuk bentuk asimetri. Neutron dan proton diasumsikan
memiliki keadaan berjarak sama E dengan spasi ∆. Melintas
mewakili keadaan awalnya menempati. Dalam transfer dari tiga
proton untuk menyatakan neutron energi 3 x 3 ∆ harus dikeluarkan.

2.8 Pengaruh Tegangan Permukaan

Gambar 2.6 Pemodelan Pengaruh Tegangan Permukaan dengan setetes cairan.

13
Setetes cairan mula-mula berbentuk bola seperti gambar a. bila padanya
dikenakan suatu gaya bentuknya akan berubah menjadi lonjong seperti gambar b.
Bila gaya tidak cukup besar untuk melampaui tegangan permukaan tetes cairan,
maka tetesan lonjong b akan kembali ke bentuk bola (Gambar a). Sebaliknya
tetesan akan terus melonjong hingga mencapai bentuk seperti gambar c, yang
pada akhirnya akan terbelah menjadi dua tetesan seperti pada Gambar d. Masing-
masing belahan tetesan kembali ke bentuk bola (Gambar a) dengan ukuran yang
lebih kecil. Dalam kasus ini inti atom dianggap menyerupai bola sempurna
dengan jari-jari R, dan S adalah koefisien tegangan permukaan.
Nilai pengurangan yang cepat pada energi ikat per nukleon pada A kecil
dapat dijelaskan dengan pengaruh tegangan permukaan yang dipandang sebagai
tetesan dalam cairan. Sisi bagian dalam nukleon pada inti adalah dipandang dari
tiap-tiap sisi dengan tetangga nukleon walaupun pada permukaannya adalah dari
satu sisi. Pengaruh tegangan permukaan disini adalah lebih besar untuk inti
dengan A kecil. Karena fraksin lebih besar pada nukleon dekat permukaan
dibandingkan dengan inti yang A nya besar. Jika R adalah radius pada nukleon. S
adalah koefisien tegangan permukaan. (Erika,dkk, 2012).

2.9 Efek Coulomb

Kurva energi ikat dalam tetesan zat cair pada nilai A yang panjang dapat
dijelaskan dengan efek Coulomb, menurut hukum Coulomb bagian proton pada
inti dapat menolak yang lain, mengurangi energi ikat atau meningkatkan massa
pada inti. Karena gaya Coulomb mempunyai range yang panjang, setiap proton
mempengaruhi proton yang lain. Pada gaya tolak kemudian dengan
menjumlahkan Z dan A.
Hasil dari gaya tolak disini terdapat dua konsekuensi:
1. Energi ikat rata-rata pernukleon akan akan turun sebagai penambahan A,
seperti terlihat pada gambar 2.5 yang menggambarkan penurunan bertahap
dalam BE/A pada nilai A tinggi.
2. Pada tempat inti stabil dapat menyimpang dari garis N/2-1 arahnya naik
pada jumlah neutron lebih tinggi.

14
Gambar 2.7 Sebuah grafik N vs Z dari inti. Kestabilan inti ditunjukkan oleh
rectangles padat. Kurva stabil yang ditunjukan inti mulai dengan
N/Z = 1 dari inti dengan nomor massa rendah dan mencapai nilai
N/Z = 1,6 dari nomor massa tinggi (gambar grafik dari inti).
Energi Coulomb total di kontribusikan pada kurva energi ikat yang
dihitung dengan cara berikut : mengambil lagi model tetesan cairan pada inti
genap sampai tetesan mempunyai muatan Ze, dimana Z adalah jumlah proton
bagian dalam inti dan e adalah muatan setiap proton. Selanjutnya jika diambil
muatan Ze adalah seragam didistribusikan seluruhnya pada bola. Rapat muatan
adalah:
4 3
𝜋𝑅 𝜌 = 𝑍𝑒
3
3𝑧𝑒
𝜌= (3.9.1)
4𝜋𝑅 3

2.10 Pengaruh Ganjil-Genap

Sebagai tambahan untuk faktor lain, total energi ikat dari nukleus
dihasilkan tidak hanya oleh rasio dari jumlah proton dan neutron, tetapi juga
jumlahnya genap atau ganjil. Berikut ini empat tipe dari inti yang mungkin yaitu
genap-genap, ganjil-ganjil, genap-ganjil, dan ganjil-genap. Lima inti ganjil genap
(5B10, 7N14, 73Ra180, 1H2, 3Li6) mungkin diperlakukan sebagai kasus khusus.
Tabel disini memberi kesan inti dalam keadaan khusus cenderung untuk dua
nukleon pada tipe yang sama dalam keadaan yang sama bekerja sama sebagai

15
bentuk dengan spin berlawanan. Dalam kasus inti genap-genap disini satu akan
tidak dipasangkan dengan nucleon, karena inti genap-genap adalah sebagain besar
tidak stabil, memberikan kesan nukleon disini berpasangan bukan akibat tempat
proton dan neutron, sebaliknya akan menjadi inti gasal-gasal tidak stabil dengan
inti genap-genap.
Tabel 2. Jumlah Isotop Stabil
A Z N Jumlah Kasus

Genap Genap Genap 156

Ganjil Genap Ganjil 50

Ganjil Ganjil Genap 48

Genap Ganjil Ganjil 5

Ʃ jumlah kasus 259

Prosedur penyusunan formula massa untuk M(A,Z), adalah pertama


menulis massa pada unsur atom, kemudian menerapkan koreksi penting. Hasil ini
dikenal dengan nama Formula Massa Semiemperical Weisacker. Syarat-syarat
yang berbeda dibutuhkan dalam pembentukan Formula Massa Semiemperical.
1. Massa konstituen atom konstan, proton, neutron, dan elektron
M0 = mpZ + mn(Z-A)-meZ, atau
M0 = mHZ + mn(A-Z) (2.10.1)
Dimana energi ikat elektron dan proton diabaikan untuk membentuk atom
hidrogen.
2. Energi ikat inti spesifik
Dari M0 harus mengurangi energi ikat pada nukleon. Energi ikat disini
sama dengan panas pengembunan dalam tetesan zat cair. Telah diketahui energi
ikat per nukleon adalah selalu konstan dan syarat koreksi adalah sebanding
dengan jumlah partikel dalam nukleon dan diberikan :
M1 = −𝑎1 𝐴 (2.10.2)

16
Tanda negatif pada A adalah pertambahan massa yang lebih banyak dirubah
energi inti agar energi ikat total bertambah. Nilai pada 𝑎1 konstan dapat dihitung
belakangan.
3. Tegangan permukaan
Koreksi massa M1 dapat diperkirakan di atas, karena nukleon dekat
permukaan adalah benar-benar tidak sebagus batas volume. Pengaruh tegangan
permukaan telah didiskusikan di depan, dengan massa koreksi tegangan
permukaan adalah sebanding dengan luas permukaan dan tandanya positif.
2
M2 = +𝑎2 𝐴3 (2.10.3)
4. Refulsion coulomb
Pada pengaruh refulsion coulomb karena muatan positif pada proton telah
didiskusikan, maka hasil penjumlahan pada massa adalah :
𝑍2
M3 = 𝑎3 1 (2.10.4)
𝐴3

5. Pasangan pada nukleon


Massa disini tergantung pada jumlah relatif proton dan neutron. Sebuah
survei memberi kasan pada sepuluh inti stabil dengan bentuk pasangan neutron-
proton. Inti sebagian besar akan stabil karena batasnya betul-betul lebih kuat jika
A=2Z. Beberapa penyimpangan hari A=2Z akan mengurangi energi ikat. Koreksi
masa positif untuk jumlah nukleon tidak dipasangkan adalah diterapkan dalam
bentuk berikut:
𝐴
( −𝑍)2
2
M4 = 𝑎4 (2.10.4)
𝐴

6. Pengaruh ganjil genap


Faktor penting lain yang mempengaruhi energi ikat inti dan, karenanya,
massanya jumlah proton dan neutron yang ganjil atau genap. Inti yang paling
stabil adalah inti ganjil-ganjil. Sebagian besar inti adalah genap-genap, sementara
itu inti ganjil-ganjil yang paling sedikit stabil. Hasil penjumlahan dengan istilah
yang lain adalah 𝛿(A,Z) pada formula massa. Istilah ini diberikan oleh:

17
−𝑓(𝐴)
𝛿(A,Z) = { 0 (2.10.6)
+𝑓(𝐴)
Dimana: −𝑓 (𝐴)= untuk A genap, Z genap (inti paling stabil)
0 = untuk A gasal (inti setengah stabil)
+𝑓(𝐴) = untuk A genap, Z gasal (inti kurang stabil)

18
BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

1. Atom adalah suatu satuan dasar materi yang terdiri atas beberapa struktur.
Ada beberapa hipotesa penyusun inti: (1) proton-proton; (2) proton-
elektron; dan (3) proton-netron.
2. Sifat-sifat inti menggambarkan sebuah inti dengan jumlah relatif kecil
pada parameter rmuatan listrik yaitu radius massa isotop, energi ikat,
momentum sudut, momen dipole magnetik dan momen kuadrapole listrik
3. Pengukuran akurat pada massa atom isotop berbeda dari unsur stabil dan
beberapa isotop radioaktif. Massa isotop yang berbeda sangat sedikit dari
jumlah integral, deviasi maksimum berada pada kasus U238 yang memiliki
massa isotop 238,050786 amu.
4. Model Tetes Cairan didefinisikan proton dan neutron dalam posisi yang
kompak oleh kekuatan yang kuat.
5. Energi Coulomb memberikan kontribusi pada energi inti karena energi
potensial dari muatan inti.
6. Syarat-syarat yang dibutuhkan dalam pembentukan Formula Massa
Semiemperical meliputi: Massa konstituen atom konstan, proton, neutron,
dan electron; Energi ikat inti spesifik; Tegangan permukaan; Refulsion
coulomb; Pasangan pada nucleon; dan garuh ganjil genap.

3.2 Saran

Penyusunan makalah ini diharapkan mampu memberikan sumbangsih


ilmu pengetahuan kepada Pelajar dan Mahasiswa baik sebagai sumber referensi
ataupun planalar luar lainnya.

19
DAFTAR PUSTAKA

Cohen, B.L., (1971). Concepts of Nuclear Physics. New Delhi: Tata McGraw-Hill
Publishing Company, Ltd.
Edi Santosa Ign. M.Si, 2018. Modul 6 Fisika Inti dan Radioaktivitas. Kementrian
Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi: Jakarta.
Enge, H.A. (1966). Introduction to Nuclear Physics. Reading Massachusetts:
Addison-Wesley Publishing Company.
Krane, K.S. (1988). Introductory to Nuclear Physics. New York: John Wiley &
Son, Inc.
Meyerhof, W.E. (1967). Elements of Nuclear Physics. New York: McGraw-Hill
International Editions.
Pratiwi Dwijananti, M.Si, 2012. Diktat Mata Kuliah Fisika Inti. Jurusan Fisika,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam: Universitas Negeri
Semarang.
Theraja, B.L., (1982). Modern Physics. New Delhi: S. Chand & Company Ltd.
Tsoulfanidis, N. (1983). Measurement and Detection Radiation. New York:
Hemisphere Publishing Corporation.
Wehr, M.R., Richard, J.A. & Adair, T.W. (1989). Physics of The Atom. Reading,
Massachussets: Addison-Wesley Publishing Company.
Wendri, 2016. Diktat Fisika Inti. Jurusan Fisika, Fakultas Matermatika dan Ilmu
Pengetahuan Alam: Universitas Udayana.

20

Anda mungkin juga menyukai