Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH FISIKA INTI

BATERAI NUKLIR

DISUSUN OLEH

NAMA ANGGOTA : 1. ELSA RAHMAYUNI (15033104)


2. EVERLY ABERTA (15033105)
PRODI : PENDIDIKAN FISIKA C
DOSEN : Hidayati, M.Si

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2018

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii


BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................... 1
1.3 Tujuan .................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 2
2.1 Prinsip Kerja Baterai Nuklir ............................................................... 2
2.2 Proses Peluruhan zat radioaktif .......................................................... 4
2.2.1 Radiasi Alpha ..................................................................................... 5
2.2.2 Radiasi Beta positif ............................................................................ 5
2.2.3 Radiasi Beta Negatif........................................................................... 5
2.3 Berbagai macam baterai nuklir.......................... ................................ 6
2.3.1 Baterai Nuklir “High Speed Electrons Battery” ................................. 8
2.3.2 Baterai Nuklir “Contact Potential Difference Battery” .................... 8
2.3.3 Baterai Nuklir PN Junction ................................................................ 9
2.3.4 Baterai Nuklir Termokopel................................................................ 10
2.3.5 Baterai Nuklir “Secondary Emitter”................................................. 10
2.3.6 Baterai Nuklir Photolistrik................................................................ 11
2.3.7 Baterai Nuklir “Photon Junction”.................................................... 11
BAB III PENUTUP ............................................................................................ 13
3.1. Kesimpulan ...................................................................................... 13
3.2. Saran ................................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Di Abad sekarang ini, perkembangan ilmu pengetahuan telah sampai pada
ranah aplikatif. Perkembangan ilmu pengetahuan yang mengarahkan pada
kemanjuan teknologi yang pesat, berdampak pada ketersediaan sumber energi
yang semakin terbatas, yang lambat laun akan mengantarkan dunia pada
kondisi krisis energi. Penggunaan bahan bakar fosil tentu saja bukan solusi
mengingat jumlahnya yang terbatas. Salah satu solusi yang ditemukan
manusia adalah pemanfaatan nuklir sebagai penghasil energi. Seperti melalui
PLTN (Pusat Listrik Tenaga Nuklir) di berbagai negara-negara maju, yang
digunakan sebagai pemasok listrik perindustriannya dan untuk pemenuhan
kebutuhan energi listrik bagi rumah tangga. Bentuk lainnya yaitu pemanfaatan
nuklir sebagai penghasil energi berupa listrik searah yang dikenal dengan
batterei nuklir. Sebuah alat atau komponen penghasil listrik arus searah (DC)
dengan sumber berupa bahan radioaktif.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apakah yang dimaksud dengan batrai nuklir ?
2. Bagaimana prinsip kerja baterai nuklir ?
3. Bagaimana Proses peluruhan radioaktif ?
4. Apa saja macam-macam dari baterai nuklir ?

1.3. Tujuan Pembahasan


1. Untuk mengetahui definisi batrai nuklir
2. Untuk mengetahui prinsip kerja baterai nuklir
3. Untuk mengetahui proses peluruhan radioaktif
4. Untuk mengetahui macam-macam batrai nuklir

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Konsep Baterai Nuklir

Batterei nuklir merupakan salah satu bentuk dari pengaplikasian


nukir dalam teknologi. Sesuai dengan namanya batterei nuklir, batterei jenis
ini berbeda dengan batterei pada umunya yang biasanya menggunakan
senyawa kimia atau sel elektrokimia untuk menyimpan listrik. Berbeda pada
batterei nuklir yang menggunakan bahan radioaktif sebagai penghasil
listrik. Meskipun dinamakan batterei, batterei nuklir tidak bekerja seperti
batterei pada umumnya yang menyimpan energi dalam bentuk sel
elektrokimia namun prinsip kerjanya justru menghasilkan energi bukan
menyimpan energi. Dengan begini tentu saja dalam penggunaanya kita tidak
perlu repot-repot mengisi ulang batterei untuk menggunakannya. Kelebihan
dari baterei jenis ini yaitu umur yang panjang, memiliki kepadatan energi
yang tinggi, dapat berfungsi walaupun pada lingkungan bertekanan tinggi
seperti di bawah air atau di ruang angkasa. Energi berupa listrik yang
dihasilkan baterei nuklir bersumber dari peluruhan radioisotop sehinnga
tidak perlu mengisi bahan bakar. Kelemahan dari baterai ini adalah bahwa
kerapatan daya mereka lebih rendah atau sebanding dengan baterai kimia.
Mereka juga memiliki efisiensi konversi efisiensi rendah -10%. Kelebihan
lainnya bahwa ini dapat dibuat dari limbah fisi nuklir.

2.2. Prinsip Kerja Baterai Nuklir


Meskipun sama-sama menghasilkan energi, prinsip kerja batterei nuklir
berbeda dengan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN). Pembangkit listrik
tenaga nuklir memanfaatkan panas dari hasil reaksi fisi maupun fusi dari
bahan radioaktif, hal ini berbeda pada betterei nuklir yang memanfaatkan
proses terjadinya reaksi peluruhan (decay process) yaitu proses peluruhan
inti atom dari tidak stabil menjadi stabil yang terjadi secara spontan disertai
dengan pemancaran radiasi dalam bentuk sinar alpa, beta dan gamma.

2
Agar baterai nuklir dapat fungsi, sumber daya harus berupa bahan radioaktif
isotop. Isotop adalah unsur yang memiliki Nomor Atom (Proton) sama tapi
Nomor massanya (Neutron) berbeda. Misalnya, klor (Cl, Z = 17) memiliki
76% dari inti yang mengandung N = 18 neutron sementara yang lain 24%
memiliki N = 20 neutron. struktur atom yang tidak stabil menyebabkan
terjadinya puruhan yang disertia dengan emisi berbagai jenis partikel, radiasi
elektromagnetik, serta panas, yang merupakan proses yang dikenal sebagai
radioactivitas.
Desain baterei menggunakan komponen yang memungkinkan
terjadinya konversi langsung dari emisi radioaktif menjadi arus listrik.
Peluruhan yang terjadi pada sumber arus listrik mendorong sebuah alat yang
mengubah partikel bermuatan listrik. Prinsip kerja batterei bergantung dari
desain baterei yang disesuaikan dengan sumber penghasil listrik.

Flow Chart Tranfer energi baterei Nuklir

Gambar 1 memperlihatkan opsi alur transfer energi menjadi listrik


dengan sumber utama adalah dari proses peluruhan radioaktif yang
digunakan pada baterei. Proses peluruhan disertai dengan radiasi partikel
(alfa, beta, gamma) dan pelepasan energi atau kalor. Partikel-partikel emisi
ketika berinteraksi atau menembus bahan tertentu maka dapat menyebabkan

3
terjadinya ionisasi. Panas dan ionisasi ini dapat dimanfaatkan untuk
menghasilkan arus listrik (cabang 1, 2 dan 4).
Dalam kasus yang paling sederhana, pada desain dasar baterrei nulkir
sumber radioaktif diletakkan dalam foil konduktif yang menghadap sebuah
foil logam di mana muatan elektrostatik akan diakumulasikan. Sumber dan
logam foil dipisahkan oleh bahan dielektrik. Skema sel biaya langsung
dengan beban untuk menggambarkan proses pengisian ditunjukkan pada
Gambar dibawah

Skema Cell Batterei nuklir


di mana A adalah aktivitas bahan radioaktif dan εavg adalah energi rata-rata
dari partikel radioaktif yang dipancarkan dalam Joule.
Tak terlepas dari itu, dalam desain batterei nuklir juga mempertimbangkan
sumber radioaktif yang digunaan yaitu melihat karakteristik dari jenis
partikel yang yang ipancarkan.

2.3. Proses Peluruhan Zat Radioaktif


Proses peluruhan zat radioaktif sebenarnya adalah proses alami dari
suatu zat radioaktif atau radioisotop dalam rangka keseimbangan menuju
kepada energi dasarnya (ground state energy). Proses peluruhan zat
radioaktif yang terjadi berkaitan erat dengan jenis radiasi nuklir dari suatu
radioisotop. Untuk itu, perlu diketahui beberapa jenis radiasi yang mengikuti
terjadinya proses peluruhan tersebut. Jenis radiasi yeng dimaksud

4
sebenarnya ada 8 macam, namun yang akan dijelaskan hanya yang dalam
proses peluruhannya menghasilkan elektron atau yang dapat menyebabkan
ionisasi langsung saja, yaitu radiasi yang dipancarkan oleh radioisotop yang
digunakan dalam baterai nuklir. Jenis radiasi tersebut adalah :

2.3.1. Radiasi Alpha (α)


Radiasi ini pada umumnya terjadi pada elemen berat, yaitu atom
yang nomor massanya besar (mohon dilihat sistem periodik/tabel berkala)
yang tenaga ikatnya rendah, yaitu tenaga ikat antara elektron dan inti
atomya rendah. Radiasi Alpha pada umumnya diikuti juga oleh peluruhan
radiasi Gamma. Atom yang mengalami peluruhan radiasi Alpha, nomor
massanya akan berkurang 4 dan nomor atomnya berkurang 2, sehingga
radiasi Alpha disamakan dengan pembentukan inti Helium yang
bermuatan listrik 2 dan bermassa 4. Contoh peluruhan radiasi Alpha
adalah peluruhan Plutonium menjadi Uranium yang reaksinya sebagai
berikut:
94Pu ––>2He
239 4
+ 92U235 (2He4 = radiasi Alpha)

2.3.2. Radiasi Beta Negatif (β–)


Radiasi Beta Negatif disamakan dengan pemancaran elektron dari suatu
inti atom. Bentuk radiasi ini terjadi pada inti yang kelebihan elektron dan
pada umumnya juga disertai juga dengan radiasi Gamma. Pada radiasi
Beta Negatif, nomor atom akan bertambah 1, sedangkan nomor massanya
tetap. Contoh peluruhan radiasi Beta Negatif adalah :
56Ba
140
––>-1e0 + 57La140 (-1e0 = elektron negatif)

2.3.3 Radiasi Beta Positif (β+)

Radiasi ini sama dengan pancaran positron (elektron positif) dari


inti atom. Bentuk peluruhan ini terjadi pada inti yang kelebihan proton.
Pancaran positron dapat terjadi bila perbedaan energi antara inti semula

5
dengan inti hasil perubahan (reaksi inti) paling tidak sama dengan 1,02
MeV. Radiasi Beta Positif akan selalu diikuti dengan peristiwa annihilasi
atau peristiwa penggabungan, karena begitu terbentuk zarah Beta (+) akan
langsung bergabung dengan elektron (-) yang banyak terdapat di alam ini
dan menghasilkan radiasi Gamma yang lemah. Contoh radiasi Beta Positif
:

7N
13
––> +1e0 + 6C13 (+1e0 = elektron positif / positron)

+1e
0
+ -1e0 ––> 200 (menghasilkan 2 foton Gamma)

Jenis radiasi lainnya (radiasi Gamma, radiasi Neutron dan lain


sebagainya) tidak dibahas dalam kaitannya dengan baterai nuklir, karena
dalam peluruhannya tidak menghasilkan elektron atau muatan listrik yang
langsung dapat mengionisasi medium yang pada akhirnya dapat diubah
menjadi tenaga listrik arus searah. Selain dari itu, radiasi Gamma dan
Neutron mempunyai daya tembus yang sangat besar, sehingga
menyulitkan untuk mengukungnya agar radiasi tidak menembus dinding
baterai nuklir. Kalaupun dinding baterai buklir dibuat tebal, akan
berdampak pada masalah biaya dan secara teknis akan kalah bersaing
dengan sumber radiasi Beta (β–) yang banyak digunakan dalam baterai
nuklir.

2.4. Berbagai Macam baterai nuklir


Pemanfaatan energi nuklir untuk diubah menjadi tenaga listrik arus
searah (DC) adalah karena timbulnya elektron atau muatan listrik pada
peristiwa peluruhan zat radioaktif. Oleh karena itu, sumber arus searah
baterai nuklir ini berasal dari radioisotop yang memancarkan radiasi Alpha,
Beta Negatif maupun Beta Positif. Mengingat daya tembus radiasi Alpha
sangat kecil, maka radioisotop pemancar Alpha jarang digunakan, karena
menyulitkan dalam proses pembuatannya, kecuali bila akan dimanfaatkan
untuk mengionisasi langsung medium baterai nuklir. Radioisotop pemancar

6
Beta Positif (β+) jarang digunakan sebagai sumber tenaga baterai nuklir
karena sumber baterai nuklir adalah radioisotop pemancar radiasi Beta
Negatif (β-). Kemampuan sumber radiasi untuk menghasilkan elektron
sekunder dalam tumbukannya dengan medium baterai nuklir, juga dipakai
sebagai bahan pertimbangan dalam memilih sumber radioisotop. Penelitian
dan pengembangan pembuatan baterai nuklir sangat menarik perhatian para
ahli, karena tegangan yang diperoleh dari baterai nuklir relatif konstan dan
bisa mencapai orde beberapa ribu volt, sehingga sangat menguntungkan
dalam pemakaiannya. Sedangkan umur pakainya sangat panjang, bisa
mencapai 2 kali waktu paro radioisotop yang digunakan. Namun demikian,
efisiensinya dan arus yang dihasilkan sejauh ini masih rendah, untuk itu
perlu ditingkatkan lebih jauh lagi. Adapun rendahnya arus yang dihasilkan
karena adanya pengaruh nuclear barrier transmission (d) yang dinyatakan
dalam persamaan :

di mana : X1 dan X2 = titik partikel pada saat masuk dan meninggalkan


potensial barrier.
M = massa partikel.
V(x) = potensial energi sebagai fungsi barrier.
T = energi kinetik partikel.
h = konstanta Planck.
Mengingat bahwa nuclear barrier transmission merupakan fungsi dari
massa radioisotop yang digunakan dan energi kinetik radiasi yang
dipancarkan, maka usaha untuk meningkatkan arus harus memperhatikan
sumber radioisotop yang digunakan dan juga energi kinetik radiasinya.
Berbagai macam model baterai nuklir yang sudah dikembangkan sejauh ini
adalah sebagai berikut:

7
2.4.1. Baterai Nuklir “High Speed Electrons Battery”
Baterai ini dinamakan juga dengan baterai nuklir Beta, sesuai
dengan jenis radiasi yang dipancarkan oleh radioisotop yang digunakan.
Baterai nuklir ini bisa menghasilkan tegangan sampai beberapa ribu volt.
Tegangan yang tinggi ini dipengaruhi oleh kerapatan isolator yang
digunakan, sehingga tidak terjadi kebocoran yang dapat menimbulkan
ionisasi udara di sekitar terminal elektrodenya. Arus yang dihasilkan
masih rendah dan perlu dinaikkan lagi dengan memperhatikan masalah
nuclear barrier transmission seperti yang diuraikan di atas. Radioisotop
yang digunakan dalam baterai ini adalah Strontium-90 (Sr90) yang
mempunyai waktu paro 28 tahun, sehingga umur pakai baterai nuklir jenis
ini bisa dua kali waktu paronya, yaitu 56 tahun. Bagan baterai nuklir jenis
ini dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Baterai nuklir “High Speed Electrons Battery”

2.4.2. Baterai Nuklir “Contact Potential Difference Battery”


Baterai nuklir ini sering disingkat dengan baterai CPD (Contact
Difference Potential). Elektrode yang digunakan adalah 2 jenis bahan
logam yang mempunyai sifat “work function” yang sangat berbeda. Work
function suatu bahan adalah energi yang diperlukan untuk membebaskan
elektron keluar orbitnya. Bahan elektrode yang mempunyai sifat work
function yang sangat jauh berbeda adalah Seng (Zn) dan Karbon. Ruang
diantara kedua elektrode, yaitu antara bahan logam yang mempunyai sifat
“work function” tinggi dan bahan logam yang mempunyai “work

8
function” rendah, diisi medium berbentuk gas, yaitu Tritium yang setiap
saat dapat diionisasikan oleh radioisotop menghasilkan elektron dan ion
positif. Hasil ionisasi (elektron dan ion) akan menuju ke masing-masing
elektrodenya sesuai dengan muatan listrik yang dibawanya. Penyerahan
muatan listrik ke masing-masing elektrode akan menimbulkan arus listrik
searah secara berkesinambungan. Radioisotop yang digunakan sama
dengan baterai nuklir pertama, yaitu Strontium 90 (Sr90). Bagan baterai
nuklir CPD dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Baterai Nuklir “Contact Potential Difference Battery”

2.4.3. Baterai Nuklir PN Junction


Baterai nuklir ini memanfaatkan sifat radioisotop yang dapat
menimbulkan berondongan elektron (avalanche) pada salah satu elemen
diode semikonduktor yang dipasang di dalam wadah baterai. Bahan
semikonduktor yang dapat menghasilkan berondongan elektron akibat
terkena radiasi adalah Antimon. Sedangkan untuk elektrode positifnya
digunakan Silikon. Berondongan elektron yang terbentuk akan ditarik oleh
elektrode positif dan pada saat penyerahan muatan listrik akan timbul arus
listrik searah seperti yang terjadi pada baterai nuklir CPD. Baterai nuklir PN
junction ini walaupun tegangannya rendah tapi arus yang dihasilkan jauh
lebih besar dari pada baterai nuklir lainnya. Sumber radioisotop yang
digunakan adalah Prometium 147 (Pm147) yang mempunyai waktu paro 2,5
tahun, sehingga umur pakai baterai nuklir jenis ini bisa mencapai 5 tahun.
Bagan baterai nuklir PN junction ini dapat dilihat pada Gambar 3.

9
Gambar 3. Baterai Nuklir PN Junction
2.4.4. Baterai Nuklir Termokopel
Baterai nuklir jenis ini memanfaatkan panas yang ditimbulkan oleh
radioisotop yang ditempatkan pada bagian dalam wadah yang dilengkapi
dengan dua jenis logam yang bersifat sebagai termokopel. Arus yang
timbul dari adanya termokopel dapat menjadi tenaga baterai. Bagan baterai
nuklir jenis termokopel dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Baterai Nuklir Termokopel


2.4.5. Baterai Nuklir “Secondary Emitter”
Baterai nuklir jenis ini menggunakan radioisotop yang dapat
menumbuk bahan target yang peka terhadap radiasi, sehingga akan
menimbulkan elektron sekunder akibat tumbukan tersebut. Elektron
sekunder ini akan dikumpulkan oleh elektrode yang tidak peka terhadap
radiasi. Perbedaan tegangan pada kedua elektrode tersebut akan
menghasilkan arus listrik yang besarnya proporsional dengan energi yang
dibawa oleh elektron sekunder. Skema baterai nuklir jenis ini dapat dilihat
pada Gambar 5.

10
Gambar 5. Baterai Nuklir “Secondary Emitter”
2.4.6. Baterai Nuklir Photolistrik
Baterai nuklir fotolistrik ini memanfaatkan sifat bahan sintilator yang
akan mengeluarkan pendar cahaya (foton) bila terkena radiasi. Pendar
cahaya (foton) yang timbul kemudian diubah menjadi tenaga listrik oleh
bahan semikonduktor yang peka terhadap foton cahaya. Foton cahaya
dapat juga diubah menjadi tenaga listrik oleh sel fotolistrik. Bahan
sintilator yang digunakan dapat berupa Posfor, Natrium Iodida yang diberi
Thalium. Gambar 6 menunjukkan skema baterai nuklir jenis fotolistrik
yang dimaksud.

Gambar 6. Baterai Nuklir Photolistrik


2.4.7. Baterai Nuklir “Photon Junction”
Baterai nuklir ini menggunakan posfor radioaktif (P32) sebagai sumber
radioisotopnya yang diapit oleh bahan semikonduktor. Bahan
semikonduktor diletakkan berhimpitan dengan “semiconductor surface
layer” agar dapat terjadi perpindahan “electron hole” akibat terkena radiasi
P32. Adanya perpindahan electron hole pada bahan semikonduktor ini akan
menimbulkan pulsa listrik yang besarnya sama dengan energi pendar cahaya
yang terjadi. Tegangan baterai nuklir ini relatif konstan. Gambar 7
menunjukkan skema baterai nuklir jenis “photon junction”.

11
Gambar 7. Baterai Nuklir “Photon Junction”

12
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di muka tampak bahwa penelitian dan
pengembangan pembuatan baterai nuklir dari berbagai macam jenis yang
pernah dibuat, masih perlu ditingkatkan lagi untuk memperoleh efisiensi
baterai nuklir yang lebih baik dan juga untuk dapat menaikkan arus
listriknya agar diperoleh daya keluaran yang lebih baik. Umur paro
radioisotop yang digunakan akan sangat mempengaruhi umur pakai baterai
dan juga kestabilan tegangan baterai nuklir. Bahan radioisotop pemancar
radiasi Beta yang dapat digunakan menjadi sumber energi baterai nuklir bisa
diperoleh dari hasil fisi yang dihasilkan oleh reaktor nuklir maupun oleh
akselerator.
Produk radioisotop yang sampai saat ini sudah dipasarkan menjadi
baterai nuklir adalah dari deret Lantanida, yaitu Prometium (Pm147) yang
bisa mencapai umur pakai lebih dari 5 tahun per baterai. Bila umur paro
radioisotop yang digunakan panjang, maka wadah baterai nuklir harus
dibuat sedemikian rupa agar supaya tidak bocor selama dalam pemakaian,
karena hal ini menyangkut masalah keselamatan lingkungan dan proteksi
radiasi. Satu hal yang perlu diketahui bahwa baterai nuklir yang sudah tidak
dipakai tidak boleh dibuang sembrangan, mengingat di dalamnya
mengandung bahan radioaktif, sehingga pembuangannya memerlukan
pengaturan tersendiri sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Untuk
Indonesia pengaturan masalah ini ditetapkan oleh Badan Tenaga Nuklir atau
BAPETEN yang berkedudukan di Jakarta.

3.2. Saran
Dengan selesainya makalah ini, penulis berharap agar makalah ini
bermanfaat bagi para pembaca

13
DAFTAR PUSTAKA

Irving Kaplan: “Nuclear Physics”, Addison Wesley, London, 1979.

Ronald Allen Knief: “Nuclear Energy Technology”, Mc Graw Hill, New York,
1981.

Robert I. Sarbacher: “Encyc. Dic. of Electronics and Nuclear Engineering”,


Prentice Hall Inc., Englewood Cliffs, New Jersey.q

Samuel Glasstone: “Source Book On Otomic Energy”, Van Nostrand, New


Jersey, 1971.

Wisnu Arya Wardhana: “Radioekologi”, Andi Offset, Yogyakarta, 1996.

Wisnu Arya Wardhana: “Aplikasi Teknologi Nuklir”, PATN-BATAN,


Yogyakarta, 1989.

14

Anda mungkin juga menyukai