BATERAI NUKLIR
DISUSUN OLEH
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2018
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Agar baterai nuklir dapat fungsi, sumber daya harus berupa bahan radioaktif
isotop. Isotop adalah unsur yang memiliki Nomor Atom (Proton) sama tapi
Nomor massanya (Neutron) berbeda. Misalnya, klor (Cl, Z = 17) memiliki
76% dari inti yang mengandung N = 18 neutron sementara yang lain 24%
memiliki N = 20 neutron. struktur atom yang tidak stabil menyebabkan
terjadinya puruhan yang disertia dengan emisi berbagai jenis partikel, radiasi
elektromagnetik, serta panas, yang merupakan proses yang dikenal sebagai
radioactivitas.
Desain baterei menggunakan komponen yang memungkinkan
terjadinya konversi langsung dari emisi radioaktif menjadi arus listrik.
Peluruhan yang terjadi pada sumber arus listrik mendorong sebuah alat yang
mengubah partikel bermuatan listrik. Prinsip kerja batterei bergantung dari
desain baterei yang disesuaikan dengan sumber penghasil listrik.
3
terjadinya ionisasi. Panas dan ionisasi ini dapat dimanfaatkan untuk
menghasilkan arus listrik (cabang 1, 2 dan 4).
Dalam kasus yang paling sederhana, pada desain dasar baterrei nulkir
sumber radioaktif diletakkan dalam foil konduktif yang menghadap sebuah
foil logam di mana muatan elektrostatik akan diakumulasikan. Sumber dan
logam foil dipisahkan oleh bahan dielektrik. Skema sel biaya langsung
dengan beban untuk menggambarkan proses pengisian ditunjukkan pada
Gambar dibawah
4
sebenarnya ada 8 macam, namun yang akan dijelaskan hanya yang dalam
proses peluruhannya menghasilkan elektron atau yang dapat menyebabkan
ionisasi langsung saja, yaitu radiasi yang dipancarkan oleh radioisotop yang
digunakan dalam baterai nuklir. Jenis radiasi tersebut adalah :
5
dengan inti hasil perubahan (reaksi inti) paling tidak sama dengan 1,02
MeV. Radiasi Beta Positif akan selalu diikuti dengan peristiwa annihilasi
atau peristiwa penggabungan, karena begitu terbentuk zarah Beta (+) akan
langsung bergabung dengan elektron (-) yang banyak terdapat di alam ini
dan menghasilkan radiasi Gamma yang lemah. Contoh radiasi Beta Positif
:
7N
13
––> +1e0 + 6C13 (+1e0 = elektron positif / positron)
+1e
0
+ -1e0 ––> 200 (menghasilkan 2 foton Gamma)
6
Beta Positif (β+) jarang digunakan sebagai sumber tenaga baterai nuklir
karena sumber baterai nuklir adalah radioisotop pemancar radiasi Beta
Negatif (β-). Kemampuan sumber radiasi untuk menghasilkan elektron
sekunder dalam tumbukannya dengan medium baterai nuklir, juga dipakai
sebagai bahan pertimbangan dalam memilih sumber radioisotop. Penelitian
dan pengembangan pembuatan baterai nuklir sangat menarik perhatian para
ahli, karena tegangan yang diperoleh dari baterai nuklir relatif konstan dan
bisa mencapai orde beberapa ribu volt, sehingga sangat menguntungkan
dalam pemakaiannya. Sedangkan umur pakainya sangat panjang, bisa
mencapai 2 kali waktu paro radioisotop yang digunakan. Namun demikian,
efisiensinya dan arus yang dihasilkan sejauh ini masih rendah, untuk itu
perlu ditingkatkan lebih jauh lagi. Adapun rendahnya arus yang dihasilkan
karena adanya pengaruh nuclear barrier transmission (d) yang dinyatakan
dalam persamaan :
7
2.4.1. Baterai Nuklir “High Speed Electrons Battery”
Baterai ini dinamakan juga dengan baterai nuklir Beta, sesuai
dengan jenis radiasi yang dipancarkan oleh radioisotop yang digunakan.
Baterai nuklir ini bisa menghasilkan tegangan sampai beberapa ribu volt.
Tegangan yang tinggi ini dipengaruhi oleh kerapatan isolator yang
digunakan, sehingga tidak terjadi kebocoran yang dapat menimbulkan
ionisasi udara di sekitar terminal elektrodenya. Arus yang dihasilkan
masih rendah dan perlu dinaikkan lagi dengan memperhatikan masalah
nuclear barrier transmission seperti yang diuraikan di atas. Radioisotop
yang digunakan dalam baterai ini adalah Strontium-90 (Sr90) yang
mempunyai waktu paro 28 tahun, sehingga umur pakai baterai nuklir jenis
ini bisa dua kali waktu paronya, yaitu 56 tahun. Bagan baterai nuklir jenis
ini dapat dilihat pada Gambar 1.
8
function” rendah, diisi medium berbentuk gas, yaitu Tritium yang setiap
saat dapat diionisasikan oleh radioisotop menghasilkan elektron dan ion
positif. Hasil ionisasi (elektron dan ion) akan menuju ke masing-masing
elektrodenya sesuai dengan muatan listrik yang dibawanya. Penyerahan
muatan listrik ke masing-masing elektrode akan menimbulkan arus listrik
searah secara berkesinambungan. Radioisotop yang digunakan sama
dengan baterai nuklir pertama, yaitu Strontium 90 (Sr90). Bagan baterai
nuklir CPD dapat dilihat pada Gambar 2.
9
Gambar 3. Baterai Nuklir PN Junction
2.4.4. Baterai Nuklir Termokopel
Baterai nuklir jenis ini memanfaatkan panas yang ditimbulkan oleh
radioisotop yang ditempatkan pada bagian dalam wadah yang dilengkapi
dengan dua jenis logam yang bersifat sebagai termokopel. Arus yang
timbul dari adanya termokopel dapat menjadi tenaga baterai. Bagan baterai
nuklir jenis termokopel dapat dilihat pada Gambar 4.
10
Gambar 5. Baterai Nuklir “Secondary Emitter”
2.4.6. Baterai Nuklir Photolistrik
Baterai nuklir fotolistrik ini memanfaatkan sifat bahan sintilator yang
akan mengeluarkan pendar cahaya (foton) bila terkena radiasi. Pendar
cahaya (foton) yang timbul kemudian diubah menjadi tenaga listrik oleh
bahan semikonduktor yang peka terhadap foton cahaya. Foton cahaya
dapat juga diubah menjadi tenaga listrik oleh sel fotolistrik. Bahan
sintilator yang digunakan dapat berupa Posfor, Natrium Iodida yang diberi
Thalium. Gambar 6 menunjukkan skema baterai nuklir jenis fotolistrik
yang dimaksud.
11
Gambar 7. Baterai Nuklir “Photon Junction”
12
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di muka tampak bahwa penelitian dan
pengembangan pembuatan baterai nuklir dari berbagai macam jenis yang
pernah dibuat, masih perlu ditingkatkan lagi untuk memperoleh efisiensi
baterai nuklir yang lebih baik dan juga untuk dapat menaikkan arus
listriknya agar diperoleh daya keluaran yang lebih baik. Umur paro
radioisotop yang digunakan akan sangat mempengaruhi umur pakai baterai
dan juga kestabilan tegangan baterai nuklir. Bahan radioisotop pemancar
radiasi Beta yang dapat digunakan menjadi sumber energi baterai nuklir bisa
diperoleh dari hasil fisi yang dihasilkan oleh reaktor nuklir maupun oleh
akselerator.
Produk radioisotop yang sampai saat ini sudah dipasarkan menjadi
baterai nuklir adalah dari deret Lantanida, yaitu Prometium (Pm147) yang
bisa mencapai umur pakai lebih dari 5 tahun per baterai. Bila umur paro
radioisotop yang digunakan panjang, maka wadah baterai nuklir harus
dibuat sedemikian rupa agar supaya tidak bocor selama dalam pemakaian,
karena hal ini menyangkut masalah keselamatan lingkungan dan proteksi
radiasi. Satu hal yang perlu diketahui bahwa baterai nuklir yang sudah tidak
dipakai tidak boleh dibuang sembrangan, mengingat di dalamnya
mengandung bahan radioaktif, sehingga pembuangannya memerlukan
pengaturan tersendiri sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Untuk
Indonesia pengaturan masalah ini ditetapkan oleh Badan Tenaga Nuklir atau
BAPETEN yang berkedudukan di Jakarta.
3.2. Saran
Dengan selesainya makalah ini, penulis berharap agar makalah ini
bermanfaat bagi para pembaca
13
DAFTAR PUSTAKA
Ronald Allen Knief: “Nuclear Energy Technology”, Mc Graw Hill, New York,
1981.
14