Anda di halaman 1dari 41

MAKALAH

LISTRIK DAN MAGNET


TRANSFORMATOR

Kelompok : 9

Nama : 1) Yundha Martiani (14033025)

2) Dilla Ainum Mardhiyyah (14033027)

Prodi : Pendidikan Fisika A

Dosen : Syafriani, S.Si, Msi, Ph.D

Asisten Dosen : 1. Edi Kurnia, S.Si

2. Zurian Affandi, S.Si

LABORATORIUM LISTRIK DAN MAGNET

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2016
TRANSFORMATOR

A. Tujuan
1. Menentukan pengaruh jumlah lilitan primer terhadap tegangan dan
arus keluaran
2. Menentukan pengaruh jumlah lilitan sekunder terhadap tegangan
dan arus keluaran
3. Menentukan pengaruh daya terhadap kuat arus masukan dan
keluaran (transformator step up)
4. Menentukan pengaruh daya terhadap kuat arus masukan dan
keluaran (transformator step down)

B. Alat dan Bahan


1. Laptop dengan aplikasi transformator
2. Transformator
3. Multimeter analog atau digital
4. Kabel penghubung
5. Osiloskopdua channel

C. Teori Dasar
1. Pengertian
Transformator adalah sebuah alat untuk menaikkan atau menurunkan
tegangan AC. Transformator dapat ditemukan dimana-mana di dalam televisi
untuk menghasilkan tegangan tinggi yang diperlukan oleh tabung gambar, di
dalam adaptor untuk walkman, di tiang-tiang listrik untuk menurunkan
tegangan tinggi dari pembangkit menjadi tegangan rumah (110 V atau 220
V), dan banyak aplikasi-aplikai lain.
2. Bentuk dan Simbol Transformator (Trafo)
Berikut ini adalah gambar bentuk dan simbol Transformator :
Gambar 1. Bentuk dan Simbol Transformator
3. PrinsipKerja
Sebuah transformator memiliki dua kumparan kawat yang dinamakan
kumparan primer dan sekunder. Kedua kumparan dapat dijalin satu sama lain
(dengan kawat berisolasi) atau mereka dapat dihubungkan dengan inti besi
lunak yang sudah dilaminasi untuk mencegah kerugian akibat arus eddy.
Transformator dirancang sedemikian rupa sehingga (hampir) seluruh fluks
magnet yang dihasilkan arus pada kumparan primer dapat masuk ke
kumparan sekunder dan kita asumsikan bahwa hal ini benar terjadi dalam
pembahasan-pembahasan selanjutnya.
Jika tegangan AC diberikan pada kumparan primer, bahan medan
magnet yang dihasilkannya akan menginduksi tegangan AC berfrekuensi
sama pada kumparan sekunder. Namun, tegangan yang timbul akan berbeda
sesuai dengan jumlah lilitan pada setiap kumparan. Dari hukum Faraday,
tegangan atau ggl induksi pada kumparan sekunder adalah:
1
Vs =Ns (1)
t

Dimana Ns adalah jumlah lilitan pada kumparan sekunder, dan /


adalah laju perubahan fluks magnet. Tegangan masukan pada kumparan
primer, Vp juga berhubungan dengan laju perubahan fluks magnet

2
Vp =Np (2)
t

Dimana Np adalah jumlah lilitan pada kumparan primer. Kita


membagi kedua persamaan ini dengan bahwa fluks yang hilang sangat kecil
atau tidak ada untuk memperoleh

= (3)

(Giancoli,2001:186).
Jika Ns lebih besar Np, kita dapatkan transformator step up. Tegangan
sekunder lebih besar dari tegangan primer. Sebagai contoh, jika jumlah lilitan
sekunder dua kali jumlah lilitan primer, maka tegangan sekunder akan dua
kali lipat tegangan primer. Jika Ns lebih dari Np, kita dapatkan transformator
step down.
Walaupun tegangan AC dapat dinaikkan (atau diturunkan) dengan
menggunakan transformator, kita tidak bisa memperoleh sesuatu secara
cuma-cuma. Kekekalan energi mengatakan kepada kita bahwa daya keluaran
tidak bisa lebih besar daya masukan. Transformator yang dirancang dengan
baik dapat memiliki efisiensi lebih dari 99 persen, sehingga sedikit lagi yang
hilang menjadi panas. Daya masukan pada dasarnya sama dengan daya
keluaran. Karena daya P=VI, kita dapatkan
= (4)
Atau
Is Np
=N (5)
Ip s

(Sutrisno,1984:187).
4. Daya
Daya adalah tingkat penggunaan energi dan diukur dalam satuan
Watt(W). Daya 1 W dihasilkan dari energi yang digunakan pada tingkat 1 J
perdetik. Dengan demikian secara matematis dapat dirumuskan


= (6)

Dimana P adalah daya dalam Watt (W), W adalah energy dalam


satuan Joule(J) dan t adalah waktu dalam detik (s). Daya dalam rangkaian
setara dengan hasil tegangan dan arus yang dapat diformulasikan
P=IV (7)

(Asrizal,2014:17).
5. Efisiensi

Untuk memperkecil kehilangan energy, maka pemasangan kumparan


primer dan sekunder dibuat dalam susunan tertutup dengan besar tunak yang
dibuat berlapis-lapis dan dilekatkan satu sama lain dengan bahan isolasi untuk
mengurangi terjadinya arus putaran. Besarnya efisiensi transformator :


= 100% (8)

(Supramono.2003:185-186)
D. Prosedur Kerja
1) Mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan saat praktikum.
2) Membuka aplikasi praktikum Transformator.

Gambar 2. Aplikasi transformator


3) Setelah itu, menetapkan nilai tegangan masukan, daya, arus masukan dan
tegangan sekunder.
4) Dengan menetapkan nilai diatas, mengukur besar tegangan keluaran dan
arus keluaran yang dihasilkan.
5) Melakukan variasi data terhadap jumlah lilitan primer dan mengukur
besar tegangan keluaran dan arus keluaran yang dihasilkan.
6) Memasukkan data pada tabel 1.

Vp = ... V Ip = ... A

Pout = . . . Watt Ns = ...

No Np VS (Volt) IS (A)
1
2
....
10
7) Dengan mengulangi langkah 3 dan 4, melakukan variasi data terhadap
jumlah lilitan sekunder dan mengukur besar tegangan keluaran dan arus
keluaran yang dihasilkan.
8) Memasukkan data pada tabel 2.

Vp =... V Ip = ... A

Pout = . . . Watt Np =...

No Ns VS (Volt) IS (A)
1
2
....
10

9) Selanjutnya, menetapkan jumlah lilitan sekunder dan lilitan primer,


tegangan masukan dan tegangan keluaran, serta nilai daya.
10) Mengukur besar arus masukan dan arus keluaran yang dihasilkan.
11) Melakukan variasi data dengan mengubah-ubah nilai daya, dan
mengukur besar arus masukan dan arus keluaran yang dihasilkan.
12) Memasukkan data pada tabel 3, dengan mengatur transformator dalam
keadaan step-up transformator dan tabel 4 untuk transformator dalam
keadaan step-down transformator.

Vp = . . . Volt Vs = . . . Volt

Ns = Np =

No P(Watt) Ip(A) Is(A)


1
2
....
10
E. Tabel Pengamatan

Tabel 1. Menentukan pengaruh jumlah lilitan primer terhadap tegangan dan arus
tegangan.

Vp = 10 Volt Ip = 1,55 A

Pout = 15,49 Watt Ns = 40

No Np VS (Volt) IS (A)
1 10 40 0,39
2 20 20 0,77
3 30 13,3 1,16
4 40 10 1,55
5 50 8 1,94
6 60 6,67 2,32
7 70 5,71 2,71
8 80 5 3,1
9 90 4,4 3,49
10 100 4 3,87

Tabel 2. Menentukan pengaruh jumlah lilitan sekunder terhadap tegangan dan


arus tegangan.

Vp = 10 Volt Ip = 5,13 A

Pout = 51,31 Watt Np = 60

No Ns VS (Volt) IS (A)
1 10 1,67 30,79
2 20 3,33 15,39
3 30 5 10,26
4 40 6,67 7,7
5 50 8,33 6,16
No Ns VS (Volt) IS (A)
6 60 10 5,13
7 70 11,67 4,4
8 80 13,3 3,85
9 90 15 3,42
10 100 16,67 3,08

Tabel 3. Menentukan pengaruh daya terhadap kuat arus masukan dan arus
keluaran (Step Up Transformator)

Vp = 10 Volt Vs = 40 Volt

Ns = 80 Np = 20

No Pout (Watt) IP (A) IS (A)


1 10,3 1,03 0,26
2 20,44 2,04 0,51
3 32,65 3,26 0,82
4 44,22 4,42 1,11
5 52,99 5,29 1,32
6 62,83 6,28 1,57
7 72,48 7,25 1,81
8 82,94 8,29 2,07
9 92,03 9,2 2,3
10 100 10 2,5

Tabel 4. Menentukan pengaruh daya terhadap kuat arus masukan dan arus
keluaran (Step Down Transformator)

Vp = 10 Volt Vs = 2,5 Volt

Ns = 20 Np = 80
No Pout (Watt) IP(A) IS (A)
1 11,97 1,2 4,79
2 24,14 2,41 9,65
3 34,79 3,48 13,92
4 46,81 4,68 18,72
5 53,79 5,38 21,52
6 63,87 6,39 25,55
7 73,52 7,35 29,41
8 84,79 8,48 33,92
9 93,76 9,38 37,51
10 100 10 40
F. Pengolahan Data

Pengolahan data untuk tabel satu menggunakan persamaan hubungan


antara tegangan dengan jumlah lilitan dan hubungan antara kuat arus dengan
jumlah lilitan. Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut (persamaan 3
dan 5):
Vp Np
=
Vs Ns
atau
VP NS
VS =
NP

dan
Is Np
=
Ip Ns

atau
IP N P
IS =
NS

Dengan menggunakan rumus tersebut pengolahan data untuk tabel satu adalah:
Vp = 10 Volt Ip = 1,55 A
Pout = 15,49 Watt Ns = 40
Data 1
Np = 10
VSU = 40 V
ISu = 0,39 A
VP NS VSH VSU
VSH = % Kesalahan = | | 100 %
NP VSH

10 V (40) 40 V 40 V
= =| | 100 %
10 40 V

= 40 V = 0%

IP N P ISH ISU
ISH = % Kesalahan = | | 100 %
NS ISH
1,55 A ( 10) 0,39 A 0,39 A
= =| | 100 %
40 0,39 A

= 0,39 A = 0%
Data 2
Np = 20
VSU = 20 V
ISu = 0,77 A
VP NS VSH VSU
VSH = % Kesalahan = | | 100 %
NP VSH

10 V (40) 20 V 20 V
= =| | 100 %
20 20 V

= 20 V = 0%

IP N P ISH ISU
ISH = % Kesalahan = | | 100 %
NS ISH

1,55 A (20) 0,77 A 0,77 A


= =| | 100 %
40 0,77 A

= 0,77 A = 0%
Data 3
Np = 30
VSU = 13,3 V
ISu = 1,16 A
VP NS VSH VSU
VSH = % Kesalahan = | | 100 %
NP VSH

10 V (40) 13,3 V 13,3 V


= =| | 100 %
30 13,3 V

= 13,3 V = 0%

IP N P ISH ISU
ISH = % Kesalahan = | | 100 %
NS ISH

1,55 A (30) 1,16 A 1,16 A


= =| | 100 %
40 1,16 A
= 1,16 A = 0%
Data 4
Np = 40
VSU = 10 V
ISu = 1,55 A
VP NS VSH VSU
VSH = % Kesalahan = | | 100 %
NP VSH

10 V (40) 10 V 10 V
= =| | 100 %
40 10 V

= 10 V = 0%

IP N P ISH ISU
ISH = % Kesalahan = | | 100 %
NS ISH

1,55 A (40) 1,55 A 1,55 A


= =| | 100 %
40 1,55 A

= 1,55 A = 0%
Data 5
Np = 50
VSU =8V
ISu = 1,94 A
VP NS VSH VSU
VSH = % Kesalahan = | | 100 %
NP VSH

10 V (40) 8V8V
= =| | 100 %
50 8V

= 8 V = 0%

IP N P ISH ISU
ISH = % Kesalahan = | | 100 %
NS ISH

1,55 A (50) 1,94 A 1,94 A


= =| | 100 %
40 1,94 A

= 1,94 A = 0%
Data 6
Np = 60
VSU = 6,67 V
ISu = 2,32 A
VP NS VSH VSU
VSH = % Kesalahan = | | 100 %
NP VSH

10 V (40) 6,67 V 6,67 V


= =| | 100 %
60 6,67 V

= 6,67 V = 0%

IP N P ISH ISU
ISH = % Kesalahan = | | 100 %
NS ISH

1,55 A (60) 2,32 A 2,32 A


= =| | 100 %
40 2,32 A

= 2,32 A = 0%
Data 7
Np = 70
VSU = 5,71 V
ISu = 2,71 A
VP NS VSH VSU
VSH = % Kesalahan = | | 100 %
NP VSH

10 V 40 5,71 V 5,71 V
= =| | 100 %
70 5,71 V

= 5,71 V = 0%

IP N P ISH ISU
ISH = % Kesalahan = | | 100 %
NS ISH

1,55 A 70 2,71 A 2,71 A


= =| | 100 %
40 2,71 A

= 2,71 A = 0%
Data 8
Np = 80
VSU =5V
ISu = 3,10 A
VP NS VSH VSU
VSH = % Kesalahan = | | 100 %
NP VSH

10 V 40 5V5V
= =| | 100 %
80 5V

= 5V = 0%

IP N P ISH ISU
ISH = % Kesalahan = | | 100 %
NS ISH

1,55 A 80 3,1 A 3,1 A


= =| | 100 %
40 3,1 A

= 3,1 A = 0%
Data 9
Np = 90
VSU = 4,4 V
ISu = 3,49 A
VP NS VSH VSU
VSH = % Kesalahan = | | 100 %
NP VSH

10 V 40 4,4 V 4,4 V
= =| | 100 %
90 4,4 V

= 4,4 V = 0%
IP N P ISH ISU
ISH = % Kesalahan = | | 100 %
NS ISH

1,55 A 90 3,49 A 3,49 A


= =| | 100 %
40 3,49 A

= 3,49 A = 0%
Data 10
Np = 100
VSU =4V
ISu = 3,87 A
VP NS VSH VSU
VSH = % Kesalahan = | | 100 %
NP VSH
10 V 40 4V4V
= =| | 100 %
100 4V

= 4V = 0%

IP N P ISH ISU
ISH = % Kesalahan = | | 100 %
NS ISH

1,55 A 100 3,87 A 3,87 A


= =| | 100 %
40 3,87 A

= 3,87 A = 0%

Berdasarkan pada pengolahan data diatas maka hasil dari perhitungan dan
pengukuran serta persentase kesalahannya dapat disimpulkan pada tabel di bawah
ini.

Tabel 5. Pengaruh jumlah lilitan primer terhadap tegangan dan arus tegangan.

Vs (Volt) Is ( A )
No Np
VSU VSH % ISU ISH %
1 10 40 40 0 0,39 0,39 0
2 20 20 20 0 0,77 0,77 0
3 30 13,3 13,3 0 1,16 1,16 0
4 40 10 10 0 1,55 1,55 0
5 50 8 8 0 1,94 1,94 0
6 60 6,67 6,67 0 2,32 2,32 0
7 70 5,71 5,71 0 2,71 2,71 0
8 80 5 5 0 3,1 3,1 0
9 90 4,4 4,4 0 3,49 3,49 0
10 100 4 4 0 3,87 3,87 0

Pengolahan data untuk tabel dua juga menggunakan persamaan hubungan


antara tegangan dengan jumlah lilitan dan hubungan antara kuat arus dengan
jumlah lilitan. Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut (persamaan 3
dan 5):
Vp Np
=
Vs Ns
atau
VP NS
VS =
NP

dan
Is Np
=N
Ip s

atau
IP N P
IS =
NS

Dengan menggunakan rumus tersebut pengolahan data untuk tabel dua adalah:
Vp = 10 Volt Ip = 5,13 A
Pout = 51,31 Watt Np = 60
Data 1
NS = 10
VSU = 1,67 Volt
ISU = 30,79 A
VP NS VSH VSU
VSH = % Kesalahan = | | 100 %
NP VSH

10 V 10 1,67 V 1,67 V
= =| | 100 %
60 1,67 V

= 1,67 V = 0%

IP N P ISH ISU
ISH = % Kesalahan = | | 100 %
NS ISH

5,13 A 60 30,7 A 30,7 A


= =| | 100 %
10 30,78 A

= 30,78 A = 0%
Data 2
NS = 20
VSU = 3,33 Volt
ISU = 15,39 A
VP NS VSH VSU
VSH = % Kesalahan = | | 100 %
NP VSH

10 V 20 3,33 V 3,33 V
= =| | 100 %
60 3,33 V

= 3,33 V = 0%

IP N P ISH ISU
ISH = % Kesalahan = | | 100 %
NS ISH

5,13 A 60 15,39 A15,39 A


= =| | 100 %
20 15,39 A

= 15,39 A = 0%
Data 3
NS = 30
VSU = 5 Volt
ISU = 10,26 A
VP NS VSH VSU
VSH = % Kesalahan = | | 100 %
NP VSH

10 V 30 5 V 5V
= =| | 100 %
60 5 V

= 5V = 0%

IP N P ISH ISU
ISH = % Kesalahan = | | 100 %
NS ISH

5,13 A 60 10,26A10,26 A
= =| | 100 %
30 10,26 A

= 10,26 A = 0%
Data 4
NS = 40
VSU = 6,67 Volt
ISU = 7,7 A
VP NS VSH VSU
VSH = % Kesalahan = | | 100 %
NP VSH

10 V 40 6,67 V 6,67 V
= =| | 100 %
60 6,67 V

= 6,67 V = 0%

IP N P ISH ISU
ISH = % Kesalahan = | | 100 %
NS ISH

5,13 A 60 7,7 A 7,7 A


= =| | 100 %
40 7,7 A

= 7,7 A = 0%
Data 5
NS = 50
VSU = 8,83 Volt
ISU = 6,16 A
VP NS VSH VSU
VSH = % Kesalahan = | | 100 %
NP VSH

10 V 50 8,33 V 8,33 V
= =| | 100 %
60 8,33 V

= 8,33 V = 0%

IP N P ISH ISU
ISH = % Kesalahan = | | 100 %
NS ISH

5,13 A 60 6,16 A 6,16 A


= =| | 100 %
50 6,16 A

= 6,16 A = 0%
Data 6
NS = 60
VSU = 10 Volt
ISU = 5,13 A
VP NS VSH VSU
VSH = % Kesalahan = | | 100 %
NP VSH

10 V 60 10 V 10 V
= =| | 100 %
60 10 V

= 10 V = 0%

IP N P ISH ISU
ISH = % Kesalahan = | | 100 %
NS ISH

5,13 A 60 5,13 A 5,13 A


= =| | 100 %
60 5,13 A

= 5,13 A = 0%
Data 7
NS = 70
VSU = 11,67 Volt
ISU = 4,40 A
VP NS VSH VSU
VSH = % Kesalahan = | | 100 %
NP VSH

10 V 70 11,67V11,67 V
= =| | 100 %
60 11,67 V

= 11,67 V = 0%
IP N P ISH ISU
ISH = % Kesalahan = | | 100 %
NS ISH

5,13 A 60 4,4 A 4,4 A


= =| | 100 %
70 4,4 A

= 4,40 A = 0%
Data 8
NS = 80
VSU = 13,3 Volt
ISU = 3,85 A
VP NS VSH VSU
VSH = % Kesalahan = | | 100 %
NP VSH

10 V 80 13,3 V 13,3V
= =| | 100 %
60 13,3 V
= 13,3 V = 0%

IP N P ISH ISU
ISH = % Kesalahan = | | 100 %
NS ISH

5,13 A 60 3,85 A 3,85 A


= =| | 100 %
80 3,85 A

= 3,85 A = 0%
Data 9
NS = 90
VSU = 15 Volt
ISU = 3,42 A
VP NS VSH VSU
VSH = % Kesalahan = | | 100 %
NP VSH

10 V 90 15 V 15 V
= =| | 100 %
60 15 V

= 15 V = 0%

IP N P ISH ISU
ISH = % Kesalahan = | | 100 %
NS ISH

5,13 A 60 3,42 A 3,42A


= =| | 100 %
90 3,42 A

= 3,42 A = 0%
Data 10
NS = 100
VSU = 16,67 Volt
ISU = 3,08 A
VP NS VSH VSU
VSH = % Kesalahan = | | 100 %
NP VSH

10 V 100 16,67V16,67V
= =| | 100 %
60 1,67 V

= 16,67 V = 0%
IP N P ISH ISU
ISH = % Kesalahan = | | 100 %
NS ISH

5,13 A 60 3,08 A 3,08 A


= =| | 100 %
100 3,08 A

= 3,08 A = 0%
Berdasarkan pada pengolahan data diatas maka hasil dari perhitungan dan
pengukuran serta persentase kesalahannya dapat disimpulkan pada tabel di bawah
ini.

Tabel 6. Pengaruh jumlah lilitan sekunder terhadap tegangan dan arus tegangan.

Vs (Volt) Is ( A )
No Ns
VSU VSH % ISU ISH %
1 10 1,67 1,67 0 30,79 30,79 0
2 20 3,33 3,33 0 15,39 15,39 0
3 30 5 5 0 10,26 10,26 0
4 40 6,67 6,67 0 7,7 7,7 0
5 50 8,33 8,33 0 6,16 6,16 0
6 60 10 10 0 5,13 5,13 0
7 70 11,67 11,67 0 4,4 4,4 0
8 80 13,3 13,3 0 3,85 3,85 0
9 90 15 15 0 3,42 3,42 0
10 100 16,67 16,67 0 3,08 3,08 0

Pengolahan data untuk tabel tiga menggunakan persamaan hubungan


antara daya dengan tegangan. Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut
(persamaan 7):
P = IV

atau
P
Ip =
Vp
dan
P
IS =
VS

Dengan menggunakan rumus tersebut pengolahan data untuk tabel tiga adalah:
= 10
= 20
= 80
= 40
Data 1

= % = | | 100%

10,3 1,03 1,03
= =| | 100%
10 1,03
= 1,03 = 0%

= % = | | 100%

10,3 0,26 0,26
= =| | 100%
40 0,26
= 0,26 = 0%

Data 2

= % = | | 100%

20,44 2,04 2,04
= =| | 100%
10 2,04
= 2,04 = 0%

= % = | | 100%

20,44 0,51 0,51
= =| | 100%
40 0,51
= 0,51 = 0%
Data 3

= % = | | 100%

32,65 3,27 3,26
= =| | 100%
10 3,27
= 3,27 = 0,3%

= % = | | 100%

32,65 0,82 0,82
= =| | 100%
40 0,82
= 0,82 = 0%

Data 4

= % = | | 100%

44,22 4,42 4,42
= =| | 100%
10 4,42
= 4,42 = 0%

= % = | | 100%

44,22 1,11 1,11
= =| | 100%
40 1,11
= 1,11 = 0%

Data 5
= 1,32
=

52,9
= % = | | 100%
10
= 5,29
5,29 5,29
=| | 100%
= 5,29

= 0%
52,9
=
40
% 1,32 1,32
=| | 100%
1,32
=| | 100%
= 0%
Data 6

= % = | | 100%

62,83 6,28 6,28
= =| | 100%
10 6,28
= 6,28 = 0%

= % = | | 100%

62,83 1,57 1,57
= =| | 100%
40 1,57
= 1,57 = 0%

Data 7

= % = | | 100%

72,48 7,25 7,25
= =| | 100%
10 7,25
= 7,25 = 0%

= % = | | 100%

72,48 1,81 1,81
= =| | 100%
40 1,81
= 1,81 = 0%

Data 8

= =

82,94 82,94
= =
10 40
= 8,29 = 2,07
= 0%
%
% = | | 100%

=| | 100% 2,07 2,07

=| | 100%
2,07
= 0%
8,29 8,29
=| | 100%
8,29
Data 9

= % = | | 100%

92,03 9,2 9,2
= =| | 100%
10 9,2
= 9,2 = 0%

= % = | | 100%

92,03 2,3 2,3
= =| | 100%
40 2,3
= 2,3 = 0%

Data 10

= % = | | 100%

100 10 10
= =| | 100%
10 10
= 10 = 0%

= % = | | 100%

100 2,5 2,5
= =| | 100%
40 2,5
= 2,5 = 0%

Berdasarkan pada pengolahan data diatas maka hasil dari perhitungan dan
pengukuran serta persentase kesalahannya dapat disimpulkan pada tabel di bawah
ini.
Tabel 7. Pengaruh daya terhadap kuat arus masukan dan arus keluaran (Step Up
Transformator)

P Ip (A) Is ( A )
No
(Watt) IPU IPH % ISU ISH %
1 10,3 1,03 1,03 0 0,26 0,26 0
2 20,44 2,04 2,04 0 0,51 0,51 0
3 32,65 3,26 3,26 0 0,82 0,82 0
4 44,22 4,42 4,42 0 1,11 1,11 0
5 52,99 5,29 5,29 0 1,32 1,32 0
6 62,83 6,28 6,28 0 1,57 1,57 0
7 72,48 7,25 7,25 0 1,81 1,81 0
8 82,94 8,29 8,29 0 2,07 2,07 0
9 92,03 9,2 9,2 0 2,3 2,3 0
10 100 10 10 0 2,5 2,5 0

Pengolahan data untuk tabel empat juga menggunakan persamaan


hubungan antara daya dengan tegangan. Secara matematis dapat dituliskan
sebagai berikut (persamaan 7):
P = IV

atau
P
Ip =
Vp

dan
P
IS =
VS

Dengan menggunakan rumus tersebut pengolahan data untuk tabel tiga adalah:
= 10
= 80
= 20
= 2,5
Data 1

= % = | | 100%

11,97 1,2 1,2
= =| | 100%
10 1,2
= 1,2 = 0%

= % = | | 100%

11,97 4,79 4,79
= =| | 100%
2,5 4,79
= 4,79 = 0%

Data 2

= % = | | 100%

24,14 2,41 2,41
= =| | 100%
10 2,41
= 2,41 = 0%

= % = | | 100%

24,14 9,66 9,65
= =| | 100%
2,5 9,66
= 9,66 = 0,1%

Data 3

= =

34,79 34,79
= =
10 2,5
= 3,48 = 13,92
% = 0%

=| | 100% % = | | 100%

13,92 13,92
=| | 100%
13,92
3,48 3,48
=| | 100% = 0%
3,48
Data 4

= % = | | 100%

46,81 4,68 4,68
= =| | 100%
10 4,68
= 4,68 = 0%

= % = | | 100%

46,81 18,72 18,72
= =| | 100%
2,5 18,72
= 18,72 = 0%

Data 5
= 0%
=

=
53,79
=
10 53,79
=
= 5,38 2,5
% = 21,52

=| | 100% % = | | 100%

21,52 21,52
=| | 100%
21,52
5,38 5,38
=| | 100% = 0%
5,38
Data 6
63,87
= =
10
= 6,39 6,39 6,39
=| | 100%
6,39
=
= 0%
63,87
= % = | | 100%
2,5
= 25,55 25,55 25,55
=| | 100%
25,55
= 0%
%

=| | 100%

Data 7

= % = | | 100%

73,52 7,35 7,35
= =| | 100%
10 7,35
= 7,35 = 0%

= % = | | 100%

73,52 29,41 29,41
= =| | 100%
2,5 29,41
= 29,41 = 0%

Data 8

=

% = | | 100%
84,79
=
10 8,48 8,48
= 8,48 =| | 100%
8,48
= 0%
=

84,79 % = | | 100%

=
2,5 33,92 33,92
= 33,92 =| | 100%
33,92
= 0%
Data 9

= % = | | 100%

93,76 9,38 9,38
= =| | 100%
10 9,38
= 9,38 = 0%

= % = | | 100%

93,76 37,50 37,50
= =| | 100%
2,5 37,50
= 37,50 = 0%

Data 10

= % = | | 100%

100 10 10
= =| | 100
10 10
= 10 = 0%

= % = | | 100%

100 40 40
= =| | 100%
2,5 40
= 40 = 0%

Berdasarkan pada pengolahan data diatas maka hasil dari perhitungan dan
pengukuran serta persentase kesalahannya dapat disimpulkan pada tabel di bawah
ini.

Tabel 8. Pengaruh daya terhadap kuat arus masukan dan arus keluaran (Step
Down Transformator)
P Ip (A) Is ( A )
No
(Watt) IPU IPH % ISU ISH %
1 11,97 1,2 1,2 0 4,79 4,79 0
2 24,14 2,41 2,41 0 9,65 9,65 0
3 34,79 3,48 3,48 0 13,92 13,92 0
4 46,81 4,68 4,68 0 18,72 18,72 0
5 53,79 5,38 5,38 0 21,52 21,52 0
6 63,87 6,39 6,39 0 25,55 25,55 0
7 73,52 7,35 7,35 0 29,41 29,41 0
8 84,79 8,48 8,48 0 33,92 33,92 0
9 93,76 9,38 9,38 0 37,51 37,51 0
10 100 10 10 0 40 40 0
G. Pembahasan

Praktikum kali ini adalah mengenai transfornator. Adapun tujuan dari


praktikum ini adalah menyelidiki pengaruh jumlah lilitan primer dan sekunder
terhadap tegangan keluaran dan arus keluaran serta pengaruh daya terhadap arus
masukan dan arus keluaran pada transformator.

Pada tabel 1 dapat dilihat dari data yang diperoleh pengaruh jumlah lilitan
primer (NP) terhadap tegangan keluaran (VS) dan arus keluaran (IS). Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada grafik dibawah ini :

Grafik Hubungan Np dengan Vs


50
40
30
Vs (Volt)

20
10
0
0 20 40 60 80 100 120
Np (lilitan)

Grafik Hubungan Np dengan Is


5
4
3
Is (mA)

2
1
0
0 20 40 60 80 100 120
Np (lilitan)

Gambar 3. Grafik hubungan antara lilitan primer (Np) dengan tegangan keluaran
(Vs) dan arus keluaran (Is)

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa NP berbanding terbalik dengan VS, dimana
dengan bertambahnya nilai NP, maka nilai VS akan semakin berkurang, begitu
juga sebaliknya. Sedangkan nilai NP berbanding lurus dengan IS, dimana semakin
besar nilai NP maka nilai IS juga semakin bertambah, begitu juga sebaliknya.
Kenyataan ini sesuai dengan teori yang sudah dijabarkan pada teori dasar.

Pada tabel 2, dari data yang diperoleh dapat dilihat pengaruh jumlah lilitan
sekunder (NS) terhadap tegangan keluaran (VS) dan arus keluaran (IS) pada grafik
dibawah ini.

Grafik Hubungan Ns terhadap Vs


20

15
Vs (Volt)

10

0
0 20 40 60 80 100 120
Ns (lilitan)

Grafik Hubungan Ns dengan Is


40

30
Is (mA)

20

10

0
0 20 40 60 80 100 120
Ns (lilitan)

Gambar 4. Grafik hubungan antara lilitan sekunder (Ns) dengan tegangankeluaran


(Vs) dan arus keluaran (Is)

Dari grafik diatas dapat disimpulkan bahwa NSberbanding lurus dengan VS dan
berbanding terbalik dengan IS. Berarti semakin besar nilai NS maka nilai VS akan
semakin besar dan nilai IS akan semakin kecil, begitu juga sebaliknya, semakin
kecil nilai NS maka nilai VS akan semakin kecil dan nilai IS akan semakin besar.
Hal ini sesuai dengan teori yang ada.
Pada tabel 3 dan 4 terdapat data untuk melihat pengaruh daya terhadap
arus masukan (IP) dan arus keluaran (IS) dengan dua keadaan transformator, yaitu
step-up transformator dan step-down transformator . Dari percobaan yang
dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa transformator dalam keadaan step-up
apabila NS besardari NP dan transformator dalam keadaan step-down apabila NP
besardari NS. Untuk melihat pengaruh daya (Pout) terhadap IP danIS dapat dilihat
pada grafik dibawah ini.

Grafik Hubungan P terhadap Ip dan Is


12

10
Ip ( A )
8

4
Is ( A )
2

0
0 20 40 60 P (Watt) 80 100 120

Gambar 5a. Grafik hubungan antara daya (P) dengan arus masukan (Ip) dan arus
keluaran (Is) pada saat transformator step-up

Grafik Hubungan P terhadap Ip dan Is

50
40 Is (A)
30
20
10
Ip (A)
0
0 20 40 60 80 100 120

Gambar 5b. Grafik hubungan antara daya (P) dengan arus masukan (Ip) dan arus
keluaran (Is) pada saat transformator step-down
Dari grafik diatas dapat diambil kesimpulan bahwa daya (P) berbanding
lurus terhadap IP dan IS. Jika nilai P semakin besar, maka nilai IP dan IS akan
semakin besar pula, begitu juga sebaliknya, jika nilai P semakin kecil maka IP dan
IS akan semakin kecil pula. Hal ini membuktikan dengan teori yang ada.

Pada saat transformator dalam keadaan step-up, yakni saat jumlah lilitan
sekunder lebih besar dari pada jumlah lilitan primer, maka arus sekunder akan
lebih besar dari arus primer, hal ini terbukti pada grafik diatas. Begitu juga
sebaliknya, saat transformator dalam keadaan step-down, dimana jumlah lilitan
primer lebih besar dari lilitan sekunder, maka arus sekunder akan lebih besar
daripada arus primer, hal ini juga terbukti pada grafik diatas.
H. Kesimpulan
1. Menentukan pengaruh jumlah lilitan primer terhadap tegangan dan arus
keluaran
Semakin besar jumlah lilitan primer yang diberikan maka tegangan
keluarannya semakin kecil karena jumlah lilitan dan tegangan keluarannya
berbanding terbalik, sedangkan arus keluarannya semakin besar karena
jumlah lilitan dan arus keluarannya berbanding lurus.

2. Menentukan pengaruh jumlah lilitan sekunder terhadap tegangan dan arus


keluaran
Semakin besar jumlah lilitan sekunder yang diberikan maka tegangan
keluarannya semakin besar karena jumlah lilitan dan tegangan keluarannya
berbanding lurus, sedangkan arus keluarannya semakin kecil karena jumlah
lilitan dan arus keluarannya berbanding terbalik.

3. Menentukan pengaruh daya terhadap kuat arus masukan dan keluaran


(transformator step up)
Pada keadaan step up, jumlah lilitan primer lebih kecil dari jumlah lilitan
sekunder, tegangan masukan (primer) lebih kecil dari tegangan keluaran
(sekunder) sehingga kuat arus masukan (primer) lebih besar dari kuat arus
keluaran (sekunder).

4. Menentukan pengaruh daya terhadap kuat arus masukan dan keluaran


(transformator step down)
Pada keadaan step down, jumlah lilitan primer lebih besar dari jumlah lilitan
sekunder, tegangan masukan (primer) lebih besar dari tegangan keluaran
(sekunder) sehingga kuat arus masukan (primer) lebih kecil dari kuat arus
keluaran (sekunder).
I. Pertanyaan dan Tanggapan

Setelah melakukan presentasi di depan kelas, adapun pertanyaan yang


diajukan beserta jawabannya adalah sebagai berikut.

1. Bagaimana prinsip kerja dan aplikasi dari transformator step-up dan step-
down? ( Sepna Gitnita, Novelia Prima, Tri Septiani, Fitri Nisak, Hanisa
Ayudia Shaleh, Dessi Verawati, Silvia Aguza xdan Yulia Herlina Putri)
Jawaban :
Prinsip kerja traasformator secara umum adalah ketika kumparan
primer dihubungkan dengan tegangan bolak-balik, besar dan arah medan
magnet yang ditimbulkan oleh kumparan primer tersebut akan selalu
berubah. Kumparan sekunder berada di dekat kumparan primer sehingga
perubahan medan magnet yang menembus nya menyebabkan terjadinya
GGL induksi pada kumparan sekunder. Besar atau kecilnya tegangan yang
dihasilkan kumparan sekunder diakibatkan oleh jumlah lilitannya.
Apabila jumlah lilitan kumparan sekunder lebih banyak dari
jumlah lilitan kumparan primer, transformator akan menaikkan tegangan.
Transformator ini disebut transformator penaik tegangan (transformator
step up). Dan apabila jumlah lilitan kumparan sekunder lebih sedikit dari
jumlah lilitan kumparan primer, transformator akan menurunkan tegangan.
Transformator ini disebut transformator penurun tegangan (transformator
step down).
Berikut ini merupakan peralatan rumah tangga yang memanfaatkan
prinsip trafo di dalamnya.
Catu daya (power supply), adalah alat yang dapat menghasilkan
tegangan AC rendah. Catu daya menggunakan trafo step down
untuk menurunkan tegangan listrik PLN 220 V menjadi beberapa
tegangan AC yang besarnya antara 2 sampai 12 V.
Adaptor terdiri dari trafostep down dan rangkaian dioda sebagai
penyearah arus. Adaptor adalah bentuk lain catu daya yang
ditambah dengan penyearah arus. Fungsi penyearah arus adalah
untuk mengubah arus AC menjadi DC.
Transmisi Listrik Jarak Jauh. Pengiriman listrik dari pembangkit
listrik menuju rumah-rumah penduduk melibatkan jarak yang
sangat jauh. Agar energi listrik dapat disalurkan kepada
konsumen yang sanga tjauh, maka tegangan dari pembangkit
listrik harus dinaikkan hingga ribuan volt. Tegangan yang tinggi
dengan nilai arus yang kecil dapat memberikan keuntungan,
energi yang hilang selama perjalanan dapat dikurangi, dan kawat
yang dibutuhkan menjadi lebih kecil jika tegangannya tinggi.

2. Apa yang dimaksud kerugian arus eddy pada makalah? (Renggina


Anamunamita)
Jawaban:
Kerugian yang disebabkan oleh ggl masukan yang menimbulkan
arus dalam inti magnet yang melawan perubahan fluks magnet yang
membangkitkan ggl. Karena adanya fluks magnet yang berubah-ubah,
terjadi tolakan fluks magnet pada material inti. Kerugian ini berkurang
kalau digunakan inti berlapis-lap

3. Jelaskan hubungan antara jumlah lilitan dengan arus ! ( Wiwit Milasari,


Mimo Putra Ardiansyah, Arizaldy, dan Sri Aningsih)
Jawaban:
Ketika kumparan primer dihubungkan dengan tegangan bolak-
balik, besar dan arah medan magnet yang ditimbulkan oleh kumparan
primer tersebut akan selalu berubah. Kumparan sekunder berada di dekat
kumparan primer sehingga perubahan medan magnet yang menembus nya
menyebabkan terjadinya GGL induksi pada kumparan sekunder. Sehingga,
arus yang dihasilkan akan berbanding terbalik dengan banyak kumparan.
Jika kumparan sekunder lebih banyak dari pada kumparan primer, maka
arus primer akan lebih besar dari arus sekunder, begitu juga sebaliknya.
4. Bagaimanakah pengaruh daya terhadap tegangan keluaran dan bagaimana
cara mengukur daya ? ( Silvi Atika Sari, Nessa Aqila, dan Ramadhan
Saputra)
Jawaban :
Daya berbanding lurus dengan tegangan keluaran, artinya semakin
besar daya makan tegangan juga semakin besar. Adapun cara untuk
mengukur daya adalah menggunakan alat pengukur daya, yaitu Wattmeter.

5. Pada praktikum nilai Vp ditetapkan 10 Volt, di praktikum nyata, nilai Vp


idealnya berapa? (Hazrati Ashel)
Jawaban :
Tegangan primer merupakan tegangan bolak-balik, sehingga besar
dan arahnya selalu berubah-ubah. Dalam praktikum di labor kita bisa
menggunakan tegangan bolak-balik dari audiogenerator sesuai keinginan
kita.
DAFTAR PUSTAKA

Asrizal.2014.Elektronika Jilid 1.Padang:UNP

Giancoli,Douglas C.2001.Fisika.Jakarta:Erlangga

Supramono.2003.Fisika Dasar 2.Malang:JICA UNM

Sutrisno.1984.Seri Fisika Dasar.Bandung:ITB

Anda mungkin juga menyukai