Anda di halaman 1dari 25

REAKSI NUKLIR : PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR

disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Fisika Modern
dosen :

Dr. Parlindungan Sinaga, M.Si.

disusun oleh:
Windi Awaliah 1400618

DEPARTEMEN PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2017
Reaktor nuklir yang pertama muncul dikendalikan oleh alam. Lima belas
reaktor fisi nuklir alami telah ditemukan di tambang Oklo, Gabon, West Africa.
Pertama ditemukan pada tahun 1972 oleh ahli fisika Perancis Francis Perrin.
Reaktor alami ini dikenal dengan sebutan Reaktor Fossil Oklo. Reaktor-reaktor ini
diperkirakan aktif selama 150 juta tahun, dengan daya keluaran rerata 100 kW.
Bintang-bintang juga mengandalkan fusi nuklir guna membangkitkan panas, cahaya
dan radiasi lainnya. Konsep reaktor nuklir alami diajukan pertama kali oleh Paul
Kuroda pada tahun 1956 saat di Universitas Arkansas. Enrico Fermi dan Leó
Szilárd, pertama kali membangun reaktor nuklir Chicago Pile-1 saat mereka di
Universitas Chicago pada 2 Desember, 1942.
Reaktor nuklir generasi pertama digunakan untuk menghasilkan plutonium
sebagai bahan senjata nuklir. Selain itu, reaktor nuklir juga digunakan oleh
angkatan laut Amerika untuk menggerakkan kapal selam dan kapal pengangkut
pesawat udara. Pada pertengahan 1950-an, baik Uni Sovyet maupun negara-negara
barat meningkatkan penelitian nuklirnya termasuk penggunaan atom di luar militer.
Tetapi, sebagaimana program militer, penelitian atom di bidang non-militer juga
dilakukan dengan rahasia.
Pada 20 Desember 1951, listrik dari generator yang digerakkan oleh tenaga
nuklir pertama kali dihasilkan oleh Experimental Breeder Reactor-I (EBR-1) yang
berlokasi di Arco, Idaho. Pada 26 Juni 1954, pukul 5:30 pagi, PLTN pertama dunia
utnuk pertama kalinya mulai beroperasi di Obninsk, Kaluga Oblast, USSR. PLTN
ini menghasilkan 5 megawatt, cukup untuk melayani daya 2,000 rumah.
PLTN skala komersial pertama dunia adalah Calder Hall, yang mulai
beroperasi pada 17 Oktober 1956. Reaktor generasi pertama lainnya adalah
Shippingport Reactor yang berada di Pennsylvania (1957).
Sebelum kecelakaan Three Mile Island pada 1979, sebenarnya permintaan
akan PLTN baru di Amerika Serikat sudah menurun karena alasan ekonomi. Dari
tahun 1978 sampai dengan 2004, tidak ada permintaan PLTN baru di Amerikat
Serikat, meskipun hal itu mungkin akan berubah.
Tidak seperti halnya kecelakaan Three Mile Island, kecelakaan Chernobyl
pada tahun 1986 tidak berpengaruh pada peningkatan standar reaktor nuklir negara
barat. Hal ini dikarenakan memang reaktor Chernobyl dikenal mempunyai desain
yang tidak aman, menggunakan reaktor jenis RBMK, tanpa kubah pengaman
(containment building) dan dioperasikan dengan tidak aman.
Nuklir berarti bagian yang berhubungan dengan nukleus atom (inti atom).
Dalam fisika terdapat reaksi nuklir yaitu sebuah proses dimana dua nukleus atau
partikel nuklir bertubrukan, sehingga menghasilkan partikel-bartikel baru dengan
memancarkan sebagian energi. Energi nuklir merupakan energi hasil dari sebuah
proses kimia yang dikenal dengan reaksi fisi dan reaksi fusi pada sebuah inti atom.
Sudah berpuluh tahun manusia memanfaat potensi energi yang dihasilkan dari
reaksi fisi (pembelahan) inti uranium dan plutonium. Penemuan ini pertama kali
diamati oleh Rutherford pada tahun 1919 dengan menembakkan neutron ke inti
untuk mendapatkan inti baru, namun pada bebarapa inti berat hal itu menyebabkan
inti menjadi pecah (terbagi) sekaligus melepaskan neutron lain yang
konsekuensinya menimbulkan panas disekitarnya. Panas ini kemudian di ambil
dengan menempatkan reaksi tersebut didalam air , air yang panas tadi dimanfaatkan
untuk menggerakkan turbin untuk membuat pembangkit listrik. Selain itu, neutron
yang lepas juga dimanfaatkan untuk banyak hal, seperti untuk mengukur dimensi
dari suatu zat, untuk memutasikan tumbuhan agar didapatkan bibit unggul dan lain
sebagainya.
1. Jenis-jenis Reaktor
Berdasarkan tipe reaksinya, reaktor nuklir dibedakan atas reaktor yang
memanfaatkan reaksi fisi dan reaktor yang memanfaatkan reaksi fusi.
a. Reaktor Fisi
Semua jenis reaktor komersial yang sudah digunakan saat ini adalah tipe
reaktor fisi. Reaktor ini memanfaatkan pembelahan inti berat menjadi inti yang
lebih ringan. Proses pembelahan ini menghasilkan energi yang relatif sangat besar,
sebagai contoh, jika satu inti U-235 mengalami reaksi fisi, akan dihasilkan energi
sekitar 200 MeV per atomnya. Energi total yang dapat dihasilkan dari reaksi fisi 1
kg U-235 adalah sebesar 2.264 × 1016 Joule.
Untuk mendapatkan energi sebesar itu pada PLTU, dibutuhkan setidaknya
2000000 ton batubara. Tapi, pada kenyataannya, energi yang didapatkan dari hasil
reaksi di reaktor nuklir besarnya masih dibawah hasil perhitungan tersebut karena
ada faktor-faktor yang mempengaruhi hasil reaksi di reaktor nuklir.
Pada tiap reaksi inti U-235, rata-rata dihasilkan 2 – 3 neutron tiap reaksinya.
Neutron-neutron yang dihasilkan akan memicu reaksi pada inti U-235 lain sehingga
terjadi reaksi berantai yang menyebabkan energi yang dihasilkan tidak terkendali.
Oleh karena itu, pada reaktor nuklir fisi, dilakukan pengendalian reaksi tersebut
sehingga energi yang dihasilkan dapat juga dikendalikan.
b. Reaktor Fusi
Reaktor fusi memanfaatkan reaksi penggabungan inti-inti atom ringan untuk
membentuk inti berat. Inti ringan yang biasanya digunakan antara lain adalah
hidrogen, deutrium, tritium, litium, dan sebagainya. Energi yang dihasilkan
dari fusi 2 inti ringan menjadi inti yang lebih berat umumnya lebih besar daripada
energi yang dihasilkan dari fisi inti berat. Silakan lihat kurva binding energy per
nukleon di bawah ini.

Gambar 1. Kurva binding energy

Binding energy atau dalam bahasa Indonesia disebut sebagai energi ikat. Pada
daerah masa atom ringan, jika terjadi penggabungan neukleon, akan dihasilkan
energi yang sebanding dengan jumlah nukleon yang bergabung. Sebaliknya, pada
daerah masa atom berat, jika terjadi pemutusan nukleon akan menghasilkan energi
sebesar nukleon yang hilang. Kurva di atas memperlihatkan bahwa pada masa atom
yang lebih rendah, kemiringan kurva jauh lebih besar dibandingkan dengan
kemiringan pada daerah masa atom yang besar. Oleh karena itu, pada nomor atom
ringan, energi yang dihasilkan lebih besar.
Hasil dari reaksi fusi pun relatif tidak meninggalkan banyak limbah
radioaktif. Oleh karena itu, reaktor fusi digadang-gadang menjadi teknologi masa
depan yang lebih efisien dan lebih bersih. Namun, pada praktiknya agar dua inti
ringan bergabung menjadi inti berat dibutuhkan energi yang sangat besar (panas
mencapai 6000000 K), dan sampai saat ini belum ditemukan material yang efektif
untuk menahan panas sebesar 6000000 K. Saat ini, telah dikembangkan tokamak,
yakni device yang digunakan untuk melangsungkan terjadinya reaksi fusi. Konsep
desain tokamak memanfaatkan medan magnet untuk menahan plasma hasil dari
reaksi fusi agar tidak keluar ke lingkungan. Penjelasan lebih jauh insya Allah akan
saya tuliskan pada postingan-postingan lain.
Jenis reaktor berdasarkan penggunaannya, dibedakan menjadi :
a. Reaktor Riset
Sesuai dengan namanya, reaktor ini dipergunakan untuk kepentingan
riset/penelitian. Selain itu, reaktor riset juga dipergunakan untuk memproduksi
isotop-isotop radioaktif yang nantinya digunakan pada bidang kedokteran, material,
pertanian, dan lain-lain. Reaktor riset ini diusahakan agar daya yang dihasilkan
sekecil mungkin. Indonesia sendiri memiliki 3 buah reaktor riset yakni reaktor
TRIGA 2000 Bandung, Reaktor Kartini Yogyakarta dan Reaktor G.A. Siwabessy,
Serpong). Pada reaktor riset energi hasil reaksi fisi dibuang ke lingkungan karena
pada dasarnya hasil reaksi yang diambil dari reaktor riset ini adalah partikel
neutron-nya saja agar bisa digunakan untuk produksi isotop radioaktif, analisis
material, dan lain-lain.
b. Reaktor Daya
Reaktor daya merupakan reaktor nuklir yang digunakan untuk kepentingan
komersial. Reaktor ini memanfaatkan energi hasil dari reaksi fisi untuk
menguapkan air sehingga uap tersebut dapat memutar turbin, dan turbin akan
memutar generator listrik. Skema reaktor daya diperlihatkan pada gambar di bawah
ini.
Gambar 2. Skema transfer energi reaktor nuklir tipe BWR
Gambar di atas merupakan skema transfer energi dari reaktor nuklir tipe
BWR. Dapat dilihat bahwa uap yang dihasilkan ditransfer ke turbin sehingga
generator berputar dan dihasilkanlah listrik. Perlu diperhatikan bahwa air yang
diuapkan tidak dilepas ke udara karena air ini membawa partikel radiaktif. Oleh
karena itu, air didinginkan kembali melalui pipa pendingin tanpa adanya kontak
secara langsung.
Reaktor nuklir membutuhkan pendingin agar suhu yang dicapai oleh reaktor
tidak melebihi suhu batas yang ditentukan. Ada banyak macam pendingin yang
digunakan misalnya air ringan, air berat, gas, garam cair (molten salt), logam cair
(liquid metal) dan lain-lain.
a. Reaktor Air Ringan / Light Water Reactor (LWR)
Light Water Reactor (LWR) merupakan reaktor termal yang menggunakan air
ringan sebagai pendingin sekaligus moderator. Yang dimaksud air ringan disini
adalah H2O dengan isotop hidrogen H-1. LWR merupakan tipe reaktor yang paling
banyak digunakan di dunia. Reaktor tipe LWR yang paling populer selama
ini adalah Pressurized Water Reactor (PWR) dan Boiling Water Reactor (BWR).
Pada BWR, panas yang dihasilkan oleh fisi mengubah air menjadi uap yang
langsung dialirkan untuk menggerakkan turbin pembangkit listrik. Lain halnya
dengan PWR, pada reaktor tipe ini panas yang dihasilkan oleh fisi ditransfer ke
loop sekunder melalui penukar panas. Uap dihasilkan di loop sekunder, dan uap di
loop sekunder ini dialirkan untuk menggerakkan turbin pembangkit listrik. Pada
kedua reaktor ini, setelah uap mengalir melalui turbin, uap berubah kembali
menjadi air di kondensor. Skema transfer panas untuk reaktor tipe BWR dapat
dilihat pada gambar 2. Sedangkan untuk tipe PWR bisa dilihat pada gambar berikut
ini.
Gambar 3. Skema transfer panas pada PWR
Reaktor PWR menggunakan pressurizer untuk mengatur tekanan pendingin
primer agar tetap stabil.
b. Reaktor Air Berat / Heavy Water Reactor (HWR)
Reaktor tipe ini menggunakan air berat sebagai pendingin. Air berat yang
dimaksud adalah D2O, D adalah deutrium yang merupakan isotop hidrogen dengan
nomor masa 2 (H-2). Reaktor ini umumnya menggunakan uranium alam tanpa
pengayaan sebagai bahan bakarnya. Pendingin air berat terjaga oleh tekanan,
memungkinkan untuk dipanaskan sampai suhu yang lebih tinggi tanpa mendidih,
seperti halnya PWR. Meskipun air berat secara signifikan lebih mahal daripada air
ringan, tetapi pendingin air berat memiliki nilai keekonomisan neutron yang lebih
tinggi, hal ini memungkinkan reaktor beroperasi tanpa pengayaan bahan bakar dan
umumnya meningkatkan kemampuan reaktor agar secara efisien memanfaatkan
siklus bahan bakar di dalamnya.
Salah satu jenis HWR adalah CANDU (Canadian Deuterium Uranium) yang
merupakan reaktor nuklir di Kanada. CANDU menghasilkan listrik dengan cara
yang sama seperti pembangkit listrik bahan bakar fosil. Panas dihasilkan
dari “pembakaran” bahan bakar dan digunakan untuk menggerakkan turbin
uap yang biasanya terletak di “power hall” terpisah. CANDU mengkonsumsi bahan
bakar nuklir secara in-situ. ketika bahan bakar sudah selesai mengalami
“pembakaran”, bahan bakar tersebut dikeluarkan dari reaktor dan disimpan sebagai
limbah radioaktif tingkat tinggi. Berikut ini skema pengoperasian reaktor nuklir
jenis CANDU yang saya ambil dari wikipedia.

Gambar 4. Skema pengoperasian CANDU


c. Reaktor Berpendingin Gas / Gas Cooled Reactor (GCR)
Gas Cooled Reactor adalah pembangkit listrik yang menggunakan gas
sebagai pendingin reaktor. Panas diambil oleh gas selama proses pendinginan
reaktor yang kemudian digunakan secara tidak langsung untuk menghasilkan uap
dimana uap tersebut digunakan untuk menggerakan turbin, atau pada kasus lain
pendingin yang mengambil panas ini dapat digunakan secara langsung sebagai
fluida kerja dari turbin gas sehingga tidak memerlukan sirkuit uap terpisah. Tentu
saja kedua pendekatan ini memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing.
Moderator yang digunakan pada jenis reaktor ini adalah grafit yang memiliki
kelebihan tetap stabil di bawah kondisi radiasi tinggi serta suhu tinggi. Contoh
reaktor berpendingin gas adalah Gas Cooled Fast Reactor (GCFR). Berikut ini
diperlihatkan skema sirkuit dari GCFR.

Gambar 5. Skema sirkuit GCFR


Seperti ditunjukkan pada gambar di atas, GCFR menggunakan spektrum
neutron cepat dengan pendingin helium. Menggunakan siklus bahan bakar tertutup.
Bahan bakar merupakan komposit keramik yang terbungkus dengan rapih, dilapisi
(U, Pu)C. Reaktor ini didesain memiliki suhu output 850 ° C yang memungkinkan
untuk menghasilkan hidrogen atau memproses panas dengan efisiensi konversi
yang tinggi.
d. Reaktor Berpendingin Logam Cair / Liquid Metal Cooled Reactor (LMCR)
Reaktor Berpendingin Logam Cair merupakan tipe reaktor cepat, digunakan
logam cair untuk menjaga agar neutron tetap berada pada spektrum neutron cepat.
Reaktor ini biasanya sangat kompak dan bisa juga berpotensi digunakan untuk
sumber energi kapal angkatan laut. Meskipun pada saat ini ada reaktor
berpendingin logam cair yang digunakan sebagai pembangkit listrik, sebagian besar
contoh merupakan prototipe yang telah dibangun di seluruh dunia sebagai reaktor
eksperimental. Contoh dari reaktor tipe ini antara lain adalah Sodium Cooled Fast
Reactor (SCFR) dan Lead Cooled Fast Reactor (LCFR). Berikut ini ditampilkan
skema sirkuit dari kedua reaktor tersebut.

Gambar 6. Skema sirkuit SCFR

Gambar 7. Skema sirkuit LFR

e. Reaktor Garam Cair / Molten Salt Reactor (MSR)


Molten Salt Reactor (MSR) merupakan reaktor fisi nuklir dimana pendingin
primer, atau bahkan bahan bakar itu sendiri merupakan campuran garam cair.
MSRs dijalankan pada suhu yang lebih tinggi dari reaktor berpendingin air untuk
efisiensi termodinamika yang lebih tinggi, namun tekanan uap rendah. Proyek
penelitian MSR sudah dilakukan sejak tahun 60-an, namun sampai saat ini belum
digunakan untuk keperluan komersial. Salah satu alasannya adalah bahwa banyak
modal penelitian nuklir berasal dari militer, dan teknologi MSR skala besar
biasanya kurang diminati untuk keperluan sumber energi kapal selam dan kapal
induk dibandingkan LWR yang berukuran relatif lebih kecil. selain itu,
MSR membutuhkan fasilitas terpisah untuk menyaring campuran inti (bahan
bakar). Namun, untuk keperluan produksi listrik secara massal, desain MSR
memiliki beberapa keuntungan, terutama berkaitan dengan dua isu utama
yakni aspek keselamatan dan aspek ekonomi. Berikut ini adalah gambar skema
sirkuit Molten Salt Reactor.

Gambar 8. Skema sirkuit MSR


2. Bagian-bagian Reaktor dan Fungsinya
Gambar 9. Desain Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir

PLTN dibuat untuk menghasilkan energi alternatif dengan memerlukan


komponen-komponen didalamnya. Berikut adalah nama – nama komponen
penyusun PLTN beserta fungsinya.
a. Reaktor
Reaktor berfungsi sebagai tempat untuk keberlangsungan reaksi fisi nuklir.
b. Control Rods
Control Rods berfungsi untuk mengontrol penyerapan neutron setelah reaksi
inti berlangsung.
c. Containment Building
Containment Building berfungsi sebagai tempat pelindung reaktor agar
lingkungan luar tak terpancar radiasi akibat reaksi fisi nuklir tersebut.
d. Primary Water Loop
Primary Water Loop berfungsi sebagai pipa yang berada diantara reaktor.
Pipa ini sebagian terdapat didalam Secondary Water Loop bersama dengan
air
e. Secondary Water Loop
Secondary Water Loop berfungsi sebagai pipa yang yang didalamnya terdapat
air. Sehingga, didalam pipa tersebut akan terjadi penguapan dan uap panas
tersebut akan dialirkan ke turbin agar turbin bergerak.
f. Turbin
Turbin berfungsi sebagai alat untuk menggerakan generator.
g. Generator
Generator berfungsi untuk mengubah energi gerak menjadi energi listrik.
h. Cooling Water Pump
Cooling Water Pump berfungsi sebagai pipa yang mengalirkan air dingin.
3. Bahan Bakar Reaktor
Pada bahan bakar reaktor nuklir dihasilkan energi dari proses pembelahan inti
atom, biasanya bahan bakar yang digunakan adalah uranium dan plutonium, tetapi
dapat juga digunakan torium. Cadangan torium di bumi lebih banyak daripada
uranium. Torium alam mengandung 100% torium-233, torium ini bukan merupakan
inti dapat belah. Inti torium-233 menjadi uranium-233, setelah menyerap neutron.
Uranium-233 ini merupakan inti dapat belah. Pada awalnya, torium dicampur pada
bahan bakar uranium dan plutonium, kemudian diperoleh uranium-233 setelah
pembakaran di dalam reaktor nuklir. Bahan bakar bekas diolah ulang untuk diambil
uranium-233, setelah itu uranium-233 dicampur dengan torium alam untuk
dijadikan bahan bakar reaktor. Selain itu sedang dikembangkan penelitian
penggunaan unsur aktinida hasil olah ulang seperti amerisium, neptunium dan lain-
lain, sebagai bahan bakar reaktor pembiak cepat (FBR).
Torium (Th) merupakan sumber bahan bakar nuklir yang terkandung di alam
bersama dengan uranium, dan cadangannya di bumi lebih banyak dari uranium.
Menurut laporan NEA/IAEA pada tahun 1986, selain India jumlah sumber
terindikasi di dunia sebesar 657.770 ton Th, dan berharga di bawah 80US$ per kg.
Jumlah sumber tambahan diperkirakan adalah 904.420 ton Th untuk jenis 1 dan
862.490 ton Th untuk jenis 2. Selain itu, pasir laut India mengandung sumber
torium sebesar 400.000 ton (Januari 1985).
Torium digunakan untuk campuran logam ringan tahan panas. Torium belum
digunakan sebagai bahan bakar nuklir, sehingga penelitian tentang batuan torium
masih sedikit. Torium alam mengandung 100% torium-232. Umur paro unsur
radioaktif ini sekitar 14x109tahun. Torium-232 tersebut tidak dapat membelah,
tetapi dapat menjadi torium-233 setelah menyerap neutron. Torium-233 menjadi
protoaktinium-233 (Pa-233) setelah meluruhkan beta (b). Pa-233 mempunyai waktu
paro 27 hari, menjadi U-233 setelah melepaskan beta. U-233 adalah unsur dapat
belah dan dapat digunakan sebagai bahan bakar. Hal ini sama dengan pembuatan
Pu-239 yang dapat belah dari U-238 di dalam reaktor nuklir. Torium-232
merupakan bahan fertil sama dengan U-238.
Untuk menggunakan torium sebagai bahan bakar reaktor nuklir, pertama-
tama reaktor nuklir dioperasikan menggunakan bahan bakar plutonium dan uranium
dicampur dengan torium. Dari proses olah ulang bahan bakar bekas diperoleh U-
233, selanjutnya U-233 ini dicampur dengan torium alam digunakan sebagai bahan
bakar dalam reaktor nuklir.
Seperti ditunjukkan pada Gambar 1, jumlah neutron (h) yang dihasilkan
untuk setiap pembelahan satu inti U-233 pada kisaran neutron termal lebih besar
dibandingkan U-235 dan Pu-239. Hal ini berarti tidak hanya diperoleh rasio
konversi yang tinggi untuk neutron termal, tetapi juga merupakan keuntungan
reaktor pembiak neutron termal yang menghasilkan U-233 melebihi jumlah bahan
bakar (U-233 awal) yang dikonsumsi.
U-233 melepaskan sinar alpha (a) dan gamma (g), dan juga merupakan inti
dapat belah. U-233 yang dihasilkan di reaktor nuklir mengandung U-232 radioaktif
dalam jumlah kecil dan melepaskan sinar gamma energi tinggi pada saat peluruhan.
Oleh karena itu dibutuhkan peralatan seperti tembok perisai sinar gamma dan sinar
alpha. Tetapi, di balik kesulitan penggunaan bahan bakar ini, terdapat juga
manfaatnya. Berikut ini keunggulan penggunaan bahan bakar torium.
a. Sumber torium sangat banyak, dan sebagai sumber energi akan meningkat
melebihi penggunaan uranium. Gambar 1 dan Gambar 2 masing-masing
menunjukkan sumber torium dunia dan Amerika.
b. Nilai η pada kisaran energi neutron termal untuk U-233 lebih besar daripada
U-235 dan Pu-239, sehingga memungkinkan sebagai reaktor pembiak neutron
termal selain sebagai reaktor konversi tinggi.
c. Bahan bakar torium dapat digunakan dengan tidak merubah dimensi reaktor
saat ini.
d. Meskipun harga uranium meningkat, pengaruhnya pada daur bahan bakar
nuklir kecil.
e. U-232 yang terkandung dalam jumlah kecil dalam U-233 melepaskan sinar
gamma energi tinggi, sehingga meskipun penanganannya sulit, tetapi efektif
mencegah penyebaran persenjataan nuklir.
Sampai saat ini, sudah ada pengalaman penggunaan bahan bakar torium di
dalam reaktor neutron termal, yaitu reaktor gas suhu tinggi dan reaktor natrium cair.
Keunggulan ini telah terbukti setelah dilakukan pengujian di reaktor Shipping Port
(tipe air bertekanan), Amerika dari tahun 1977 sampai tahun 1982. Selanjutnya,
unsur aktinida seperti amerisium (Am), neptunium (Np) juga diproses olah ulang
sebagai bahan bakar selain plutonium dan uranium. Penelitian dan pengembangan
penggunaan unsur tersebut sebagai bahan bakar FBR makin maju.
4. Proses Kerja Reaktor
Pembangkit listrik tenaga nuklir adalah stasiun pembangkit listrik termal
dimana panas yang dihasilkan diperoleh dari satu atau lebih reaktor nuklir di
dalamnya. Dalam PLTN, terdapat satu atau lebih reaktor nuklir dan didalam reaktor
nuklir berlangsung reaksi nuklir. Reaksi nuklir tersebut menghasilkan panas yang
tinggi. Panas ini yang kemudian digunakan untuk menghasilkan listrik.
Prinsip kerja PLTN hampir mirip dengan cara kerja pembangkit listrik tenaga
uap (PLTU) berbahan bakar fosil lainnya. Jika PLTU menggunakan boiler untuk
menghasilkan energi panasnya, PLTN menggantinya dengan menggunakan reaktor
nuklir. PLTU menggunakan bahan bakar batubara, minyak bumi, gas alam dan
sebagainya untuk menghasilkan panas dengan cara dibakar, kemudia panas yang
dihasilkan digunakan untuk memanaskan air di dalam boiler sehingga
menghasilkan uap air, uap air yang didapat digunakan untuk memutar turbin
uap,sehingga terjadi ggl induksi karena generator berputar seporos dengan turbin
uap sehingga menghasilkan listrik. Pada PLTN terjadi reaksi fisi bahan bakar
uranium sehingga menghasilkan energi panas, kemudian air di dalam reaktor
dididihkan, energi kinetik uap air yang didapat digunakan untuk memutar turbin
sehingga menghasilkan listrik untuk diteruskan ke jaringan transmisi,.
Berdasarkan reaksi nuklir yang terjadi, PLTN dapat dibagi menjadi 2 jenis:
a. Reaktor Fisi
Dalam PLTN Reaktor fisi, terjadi reaksi fisi di dalam reaktornya. Reaksi fisi
adalah reaksi pemecahan inti atom. Dengan memecah atom, akan diperoleh tenaga
yang cukup besar. Biasanya digunakan bahan uranium dan plutonium untuk reaksi
fisi ini. Reaksi fisi bisa terjadi disetiap inti atom dari suatu unsur tanpa terkecuali.
Namun reaksi fisi yang paling mudah terjadi adalah reaksi pada inti atom Uranium.
Unsur Uranium yang paling mudah terjadi reaksi adalah Uranium-235, sedangkan
Uranium-238 memerlukan energi yang lebih besar agar dapat terjadi reaksi fisi ini.
Berikut merupkn reksi fisi :
( )

Reaksi fisi terjadi saat neutron menumbuk Uranium-235 dan atom Uranium
akan terbagi menjadi 2 buah atom Kr dan Br. Saat terjadi reaksi fisi akan
dihasilkan energi panas yang sangat besar. Energi hasil reaksi fisi ini dijadikan
sumber panas untuk menghasilkan uap air. Uap air yang dihasilkan digunakan
untuk memutar turbin dan membuat generator menghasilkan listrik.
Pada saat Uranium-235 ditumbuk oleh neutron, akan muncul juga 2-3 neutron
baru. Kemudian neutron ini akan menumbuk lagi Uranium-235 lainnya dan muncul
lagi 2-3 neutron baru lagi. Reaksi seperti ini akan terjadi terus menerus secara
perlahan di dalam reaktor nuklir.
Neutron yang terjadi akibat reaksi fisi sebenarnya bergerak terlalu cepat,
sehingga untuk menghasilkan reaksi fisi yang terjadi secara berantai kecepatan
neutron ini harus diredam dengan menggunakan suatu media khusus. Ada berbagai
macam media yang digunakan sampai saat ini antara lain air ringan/tawar, air berat,
atau pun grafit. Secara umum kebanyakan teknologi PLTN di dunia menggunakan
air ringan (Light Water Reactor, LWR).
Dalam reaktor nuklir, bahan bakar Uranium yang digunakan dijaga agar tidak
sampai terbakar atau mengeluarkan api. Sehingga posisi bahan bakar diatur
sedemikian hingga supaya hasil reaksi fisi ini masih bisa diolah kembali untuk
dijadikan bahan bakar baru untuk digunakan pada teknologi PLTN di masa yang
akan datang.

Gambar 10. Proses terjadinya reaksi fisi

Reaktor fisi dapat dikelompokan lagi menjadi:


1) Reaktor Termal
Reaktor termal ini menggunakan moderator neutron untuk melambatkan
atau me-moderate neutron sehingga mereka dapat menghasilkan reaksi
fissi selanjutnya. Neutron yang dihasilkan dari reaksi fissi mempunyai
energi yang tinggi atau dalam keadaan cepat, dan harus diturunkan
energinya atau dilambatkan (dibuat thermal) oleh moderator sehingga
dapat menjamin kelangsungan reaksi berantai.
2) Reaktor Cepat
Reaktor cepat digunakan untuk menjaga kesinambungan reaksi berantai
tanpa memerlukan moderator neutron. Karena reaktor cepat menggunkan
jenis bahan bakar yang berbeda dengan reaktor thermal, neutron yang
dihasilkan di reaktor cepat tidak perlu dilambatkan guna menjamin reaksi
fissi tetap berlangsung.
3) Reaktor Subkritis
Menggunakan sumber neutron luar ketimbang menggunakan reaksi
berantai untuk menghasilkan reaksi fisi. Namun hingga tahun 2004 hal ini
hanya berupa konsep teori saja, dan tidak ada purwarupa yang diusulkan
atau dibangun untuk menghasilkan listrik, meskipun beberapa
laboratorium mendemonstrasikan dan beberapa uji kelayakan sudah
dilaksanakan.
Besarnya energi reaksi fisi untuk 1 gram bahan bakar Uranium dapat
menghasilkan energi listrik yang setara dengan 3 ton bahan bakar batubara, atau
2000 liter minyak bumi untuk menghasilkan 1000 MW listrik dalam satu tahun.
Oleh karena energi yang dihasilkan Uranium sangat besar, bahan bakar PLTN juga
dapat menghemat biaya di pengakutan dan penyimpanan bahan bakar pembangkit
listrik
Gambar 11. Banyaknya bahan bakar yang diperlukan dalam 1 tahun
untuk masing-masing pembangkit listrik berkapasitas 1000 MW

b. Reaktor Fusi
Reaksi fusi nuklir adalah reaksi yang terjadi didalam atom saat inti ringan
bergabung menjadi satu inti yang massanya lebih berat dari sebelumnya. Proses ini
memerlukan energi yang besar dari masing – masing partikel dan akan
menghasilkan energi yang sangat besar pula. Reaksi ini umumnya dapat ditemui
pada bintang – bintang di luar angkasa dan matahari. Proses awalnya adalah proton
– proton dipercepat dengan suhu yang sangat tinggi mendekati orde K atau
biasanya disebut suhu termonuklir yang kemudian partikel – partikel tersebut akan
bergerak cepat dengan arah saling mendekati dan bergabung menjadi suatu partikel
baru. Contoh pada reaksi fusi yang terjadi pada matahari. Sebab suhu matahari yang
sangat panas, proton – proton yang terdapat pada matahari akan bergerak dengan
cepat. Kemudian, proton – proton tersebut bergerak dengan arah saling mendekati
dan bergabung melakukan reaksi fusi.

Kemudian, partikel yang dihasilkan dari reaksi fusi antar proton tersebut
bergabung melakukan reaksi fusi kembali dengan proton lainnya.

Hasil dari reaksi tersebutpun akan bereaksi fusi kembali dengan proton
lainnya.

Pada setiap reaksi fusi, akan dibebaskan sejumlah energi sekitar 1,4 MeV –
3,5 MeV untuk menghamburkan partikel Helium tersebut. dan reaksi fusi dalam
matahari terus berlangsung seperti siklus, sebab dalam akhir reaksi akan
menciptakan proton – proton kembali yang kemudian akan bereaksi fusi kembali
dengan tahapan reaksi seperti yang telah dijelaskan.
Namun, hingga kini reaksi fusi belum dimanfaatkan manusia sebagai
pembangkit listrik. Sebab, untuk melakukan reaksi fusi ini membutuhkan energi
dan temperatur yang sangat besar. Tapi jika teknologi berkembang, dimana reaksi
fusi sudah dapat digunakan untuk pembangkit listrik, maka ada beberapa
keuntungan yang didapat, diantaranya adalah energi yang tidak terbatas, tercipta
akibat reaksi fusi ini. Sebab, reaksi fusi akan menghasilkan proton – proton
kembali untuk bereaksi fusi dan bebas akan limbah radioaktif.
5. Penanganan Limbah
Secara umum, pengelolaan limbah nuklir yang lazim digunakan oleh negara-
negara maju meliputi tiga pendekatan pokok yang bergantung pada besar kecilnya
volume limbah, tinggi rendahnya aktivitas zat radioaktif yang terkandung dalam
limbah serta sifat-sifat fisika dan kimia limbah tersebut. Tiga pendekatan pokok itu
meliputi:
a. Limbah nuklir dipekatkan dan dipadatkan yang pelaksanaannya dilakukan
dalam wadah khusus untuk selanjutnya disimpan dalam jangka waktu yang
cukup lama. Cara ini efektif untuk menangani limbah nuklir cair yang
mengandung zat radioaktif beraktivitas sedang dan atau tinggi
b. Limbah nuklir disimpan dan dibiarkan meluruh dalam tempat penyimpanan
khusus sampai aktivitasnya sama dengan aktivitas zat radioaktif lingkungan.
Cara ini efektif bila dipakai untuk pengelolaan limbah nuklir cair atau padat
yang beraktivitas rendah dan berwaktu paruh pendek.
c. Limbah nuklir diencerkan dan didispersikan ke lingkungan. Cara ini efektif
dalam pengelolaan limbah nuklir cair dan gas beraktivitas rendah (Sofyan,
1998)
Pada PLTN sebagian besar limbah yang dihasilkan adalah limbah aktivitas
rendah (70 – 80%). Sedangkan limbah aktivitas tinggi dihasilkan pada proses daur
ulang elemen bakar nuklir bekas, sehingga apabila elemen bakar bekasnya tidak
didaur ulang, limbah aktivitas tinggi ini jumlahnya sangat sedikit. Penangan limbah
radioaktif aktivitas rendah, sedang maupun aktivitas tinggi pada umumnya
mengikuti tiga prinsip, yaitu :
a. Memperkecil volumenya dengan cara evaporasi, insenerasi,
kompaksi/ditekan.
b. Mengolah menjadi bentuk stabil (baik fisik maupun kimia) untuk
memudahkan dalam transportasi dan penyimpanan.
c. Menyimpan limbah yang telah diolah, di tempat yang terisolasi
Berikut ini beberapa pengolahan limbah radioaktif:
a. Pengolahan limbah cair dengan cara evaporasi/pemanasan untuk memperkecil
volume, kemudian dipadatkan dengan semen (sementasi) atau dengan gelas
masif (vitrifikasi) di dalam wadah yang kedap air, tahan banting, misalnya
terbuat dari beton bertulang atau dari baja tahan karat. Alat untuk proses
evaporasi di sebut evaporator. Alat ini mampu mereduksi volume limbah cair
dengan faktor reduksi 50. Hal ini berarti jika ada 50 m3 limbah cair yang
diolah, maka akan dihasilkan 1 m3 konsentrat radioaktif, sedang sisanya yang
49 m3 hanyalah berupa air destilat yang sudahtidak radioaktif lagi (Sofyan,
1998).
b. Pengolahan limbah padat adalah dengan cara diperkecil volumenya melalui
proses insenerasi/pembakaran, selanjutnya abunya disementasi. Sedangkan
limbah yang tidak dapat dibakar diperkecil volumenya dengan
kompaksi/penekanan dan dipadatkan dalam drum/beton dengan semen.
Sedangkan limbah yang tidak dapat dibakar/dikompaksi, harus dipotong-
potong dan dimasukkan dalam beton kemudian dipadatkan dengan semen
atau gelas masif. Proses pemadatan bisa dilakukan dengan semen (sementasi),
aspal (bitumentasi), polimer (polimerisasi) maupun bahan gelas (vitrifikasi)
(Sofyan,1998)
c. Pengolahan limbah gas dirancang sehingga ruang simpan dapat digunakan
kembali, berfungsi sebagai tempat peluruhan, kontrol, pelepasan dll. Gas-
gas yang timbul diolah sampai konsentrasi dan kuantitasnya dapat
diturunkan sehingga dosis yang diterima oleh publik di sekitar unit
pembangkit akibat pembuangan limbah gas oleh unit pembangkit tersebut
memenuhi standar yang ditentukan. Limbah gas nitrogen yang berasal dari
gas ventilasi dari tiap tangki yang menggunakan nitrogen sebagai cover
gas dan gas ventilasi dari tiap peralatan diberi tekanan dan dimampatkan
dengan kompresor, gas limbah selanjutnya disimpan sementara di dalam
tangki-tangki gas (gas surge tanks) selanjutnya limbah gas diolah dengan
menggunakan karbon aktif. Limbah gas yang sudah diolah dan mengalami
peluruhan sampai memenuhi baku mutu yang ditentukan maka gas
tersebut dapat dilepas ke lingkungan melalui sistem ventilasi yang telah
diberi filter dan selalu dimonitoring konsentrasi bahan radioaktifnya.
6. Resiko Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir
Dalam pembangunan sebuah PLTN haruslah diperhatikan resiko yang
mungkin akan terjadi dalam pelaksanaanya. Resiko yang mungkin yaitu limbah dari
nuklir ini tidak dapat dibuang begitu saja karena akan membahayakan kehidupan.
Produk limbah radioaktif dari industri nuklir harus diisolasi dari kontak dengan
orang untuk jangka waktu yang sangat lama. Sebagian besar radioaktivitas yang
terkandung dalam bahan bakar bekas, yang cukup kecil mudah ditangani dengan
hati-hati.Namun apabila limbah radioaktif terlalu besar maka limbah dari
pembangkit nuklir akan disimpan dalam tempat penyimpanan sementara bahan
bakar nuklir bekas maupun penyimpanan lestari berdasarkan PP No. 27 Tahun 2002
tentang Pengelolaan Limbah Radioaktif. Tabel berikut ini merupakan persyaratan
minimum yang harus dipenuhi sebagai lokasi/tempat penyimpanan sementara
bahan bakar nuklir bekas maupun penyimpanan lestari berdasarkan PP No. 27
Tahun 2002 tentang Pengelolaan Limbah Radioaktif.
Tabel 1. Standarisasi Lokasi Penyimpanan Limbah Nuklir
Penyimpanan Sementara
Penyimpanan Lestari
Bahan Bakar Nuklir Bekas
Lokasi bebas banjir dan terhindar dari
Lokasi bebas banjir
erosi
Lokasi tahan terhadap gempa dan
Tahan terhadap gempa memenuhi karakteristik materi bumi dan
sifat kimia air
Didesain sehingga terhindar dari Didesain sehingga terhindar dari
kekritisan terjadinya kekritisan
Dilengkapi dengan peralatan proteksi Dilengkapi dengan sistem pemantau
radiasi radiasi dan radioaktivitas lingkungan
Dilengkapi dengan penahan radiasi Dilengkapi dengan sistem pendingin
Dilengkapi dengan sistem proteksi fisik Dilengkapi dengan sistem penahan radiasi
Dilengkapi dengan sistem proteksi fisik
Dilengkapi dengan sistem pemantau Memenuhi distribusi populasi penduduk
radiasi dan tata wilayah sekitar lokasi
penyimpanan
Selain limbah radioaktifitas resiko yang mungkin yaitu apabila PLTN tidak
dirawat dengan baik, maka akan menimbulkan keruasakan dalam alat, seperti
kebocoran bahkan sampai meledak. Hal ini dapat membahayakan, karena radiasi
yang dipancarkan oleh PLTN ini dapat merusak kesehatan manusia bahkan
menyebabkan kematian. Kehidupan disekitar PLTN pun harus terisolir karena
penduduk sekitar harus direlokasi ke tempat yang lebih aman supaya terhindar dari
paparan radiasi. Sementara untuk menghilangkan radiasi tersebut dibutuhkan waktu
yang lama dengan cara mengosongkan daerah dimana PLTN berada.
Resiko utama yang berkaitan dengan tenaga nuklir yaitu kesehatan. Radiasi
ini terdiri dari partikel subatomik yang bergerak mendekati kecepatan cahaya,
186000 mil per detik. Radiasi ini dapat menembus tubuh manusia dan dapat
merusak sel-sel biologi dengan demikian memicu terjadinya kanker. Jika radiasi ini
menyerang sel-sel seks, mereka dapat menyebabkan penyakit genetik pada
keturunan.
Gambar dibawah ini memperlihatkan tentang radiasi dalam kehidupan sehari-
hari yang kita terima tanpa disadari. Disini dapat kita lihat bahwa dosis radiasi
standar di daerah sekitar PLTN sangatlah kecil. Apabila suatu daerah sudah
dinyatakan aman untuk dibangun PLTN, dalam artian resiko bencana alam yang
rendah, alangkah baiknya kita menghilangkan prasangka buruk kita terhadap
bahaya radiasi ini.
Gambar 12. Dosis radiasi dalam kehidupan di sekitar kita
7. Kekurangan dan Kelebihan PLTN
PLTN memiliki kelebihan dan kekurangan, kelebihan dari PLTN yaitu :
a. Tidak menghasilkan gas efek rumah kaca karena pada PLTN tidak melakukan
reaksi pembakaran bahan bakar fosil..
b. Tidak menghasilkan gas-gas yang mencemari udara seperti CO, SO2 , NO,
mercury.
c. Menggunakan bahan bakar yang relatif lebih murah dibandingkan
pembangkit listrik tenaga lain karena pada PLTN digunakan bahan bakar
yang relatif lebih sedikit dibandingkan dengan Pembangkit listrik lainnya.
d. Bahan bakar yang digunakan sangat melimpah di bumi . Dimana reaksi fusi
ini menggunakan Hidrogen yang dapat dielektrolisis dari air yang sangat
melimpah di bumi ini.
e. Rasio bahan bakar yang diperlukan dengan energi yang dihasilkan sangat
besar.
Sementara kekurangan dari PLTN, yaitu:
a. Penerimaan masyarakat terhadap energi nuklir masih kurang. Gambaran
tragedi nuklir menjadi salah satu penyebabnya.
b. Pendanaan yang dibutuhkan besar.
8. Pencegahan Kerusakan Reaktor
Bila sebuah reaktor nuklir sudah dinyatakan terjadi kebocoran harus
dilakukan penanganan sesuai dengan skala kecelakaan yang terjadi sesuai dengan
standar internasional. Semua masyarakat dalam jangkauan tertentu harus segera
dievakuasi dari resiko terkena paparan tersebut. Bagi semua orang yang telah
berada dalam area daerah paparann harus segera dilakukan skrening tes adanya
kontaminasi radiasi dalam tubuhnya. Bila terdapat masyarat yang terkontaminasi
harus segera diisolasi dan dilakukan perawatan dan pemantauan kesehatannya.
Semua masyarakat dalam paparan bencana kebocoran reaktor nuklir sementara
belum diungsikan harus tinggal di dalam rumah dan tidak boleh menyalakan AC
untuk mencegah kontaminasi dengan udara luar. Masyrakat juga dilarang
mengkinsumsi air kran, sayuran, buah-buahan atau bahan makanan yang telah
terkontaminasi dengan udara luar.
9. Peluang Membangun Fusi Nuklir

Gambar 13. Dosis Radiasi dalam kehidupan di sekitar kita

Sampai detik ini semua reaktor fusi masih berada dalam tahap eksperimen.
Reaktor ini akan terjadi apabila berada dalam keaadaan tekanan dan suhu sangat
tinggi, yang hanya terdapat di dalam inti matahari atau pun bintang. Versi DEMO
pun diperkirakan baru selesai pada tahun 2040. Meski demikian banyak kemajuan
yang telah dicapai. Eksperimen terakhir pada fasilitas JET dan TFTR berhasil
mempertahankan confinement dengan daya sebesar 15 MW selama kurang lebih 1 -
2 detik. Pada saat eksperimen berlangsung seluruh fasilitas eksperimen
mengkonsumsi daya tak kurang 100 MW, jadi masih jauh dari titik breakeven.
Untuk mempercepat penelitian negara-negara Eropa, Jepang, Rusia dan
Amerika bergabung membangun International Thermonuclear Experimental
Reactor (disingkat ITER) yang akan menjadi tokamak terbesar di dunia. Daya
keluaran reaktor ini direncanakan sebesar 500 MW. Meski dengan daya keluaran
sebesar itu daya listrik yang dihasilkan dapat mencapai 150 MW, reaktor ini belum
direncanakan untuk tujuan komersial. ITER dibangun masih untuk menyelidiki
efisiensi pembakaran termonuklir dan mekanisme pengendalian plasma. Untuk
tujuan ini, ITER memfokuskan diri pada pembangunan superkonduktor terbesar di
dunia, penguasaan teknologi cryogenic, kerapatan tinggi, pembiakan serta
penanganan tritium, pemanasan plasma, pengendalian jarak jauh, dan robotika,
yang belum pernah ada sebelumnya. Untuk skala komersial, reaktor sejenis ITER
nanti akan direncanakan berdaya sekitar 4000 MW, sehingga listrik yang dapat
dihasilkan cukup menjanjikan, yaitu sekitar 1000 MW.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 22 November 2010. Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir. [online]


http://kpip-pltn.blogspot.co.id/ [25 Desember 2017]
Batan. Ensiklopedia Teknologi Nuklir. [online]
http://www.batan.go.id/ensiklopedi/15/04/01/02/15-04-01-02.html [25 Desember 2017]
Eviromental & Energy. 27 Juli 2009. Upaya Penanganan Limbah Nuklir. [online]
https://environergy.wordpress.com/2009/07/27/upaya-penanganan-limbah-nuklir/ [25
Desember 2017]
Husen Zamroni, Pungky Ayu Artiani. PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF
TERPADU DARI PLTN. [online] http://www.imuzcorner.net/2013/07/daftar-pustaka-
jurnal-koran-dan-majalah.html [25 Desember 2017]
Januari, Asniki. 28 Maret 2011. Dampak Nuklir Bagi Manusia dan
Pencegahannya. [online] http://nikiaja.blogspot.co.id/2011/03/dampak-nuklir-bagi-
manusia-dan.html [25 Desember 2017]
Kadek Fendy Sutrisna. 19 Februari 2011. Prinsip Kerja Pembangkit Listrik
Tenaga Nuklir. [online] https://indone5ia.wordpress.com/2012/02/17/prinsip-kerja-
pembangkit-listrik-tenaga-nuklir/ [25 Desember 2017]
Kadek Fendy Sutrisna. 7 September 2011 . Sekilas Mengenai Bahaya Radiasi
Nuklir dari PLTN. [online] https://indone5ia.wordpress.com/2011/09/07/sekilas-
mengenai-bahaya-radiasi-nuklir-dari-pltn/ [25 Desember 2017]
Mart, Terry. 23 Juli 2004. 2050 Reaktor Fusi Dioperasikan. [online]
http://staff.fisika.ui.ac.id/tmart/fusi2050.html [25 Desember 2017]
Rouf. 6 April 2014. Tipe-tipe Reaktor Nuklir. [online]
https://nuclearthinker.wordpress.com/2014/04/06/tipe-tipe-reaktor-nuklir/ [25 Desember
2017]

Anda mungkin juga menyukai