disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Fisika Modern
dosen :
disusun oleh:
Windi Awaliah 1400618
BANDUNG
2017
Reaktor nuklir yang pertama muncul dikendalikan oleh alam. Lima belas
reaktor fisi nuklir alami telah ditemukan di tambang Oklo, Gabon, West Africa.
Pertama ditemukan pada tahun 1972 oleh ahli fisika Perancis Francis Perrin.
Reaktor alami ini dikenal dengan sebutan Reaktor Fossil Oklo. Reaktor-reaktor ini
diperkirakan aktif selama 150 juta tahun, dengan daya keluaran rerata 100 kW.
Bintang-bintang juga mengandalkan fusi nuklir guna membangkitkan panas, cahaya
dan radiasi lainnya. Konsep reaktor nuklir alami diajukan pertama kali oleh Paul
Kuroda pada tahun 1956 saat di Universitas Arkansas. Enrico Fermi dan Leó
Szilárd, pertama kali membangun reaktor nuklir Chicago Pile-1 saat mereka di
Universitas Chicago pada 2 Desember, 1942.
Reaktor nuklir generasi pertama digunakan untuk menghasilkan plutonium
sebagai bahan senjata nuklir. Selain itu, reaktor nuklir juga digunakan oleh
angkatan laut Amerika untuk menggerakkan kapal selam dan kapal pengangkut
pesawat udara. Pada pertengahan 1950-an, baik Uni Sovyet maupun negara-negara
barat meningkatkan penelitian nuklirnya termasuk penggunaan atom di luar militer.
Tetapi, sebagaimana program militer, penelitian atom di bidang non-militer juga
dilakukan dengan rahasia.
Pada 20 Desember 1951, listrik dari generator yang digerakkan oleh tenaga
nuklir pertama kali dihasilkan oleh Experimental Breeder Reactor-I (EBR-1) yang
berlokasi di Arco, Idaho. Pada 26 Juni 1954, pukul 5:30 pagi, PLTN pertama dunia
utnuk pertama kalinya mulai beroperasi di Obninsk, Kaluga Oblast, USSR. PLTN
ini menghasilkan 5 megawatt, cukup untuk melayani daya 2,000 rumah.
PLTN skala komersial pertama dunia adalah Calder Hall, yang mulai
beroperasi pada 17 Oktober 1956. Reaktor generasi pertama lainnya adalah
Shippingport Reactor yang berada di Pennsylvania (1957).
Sebelum kecelakaan Three Mile Island pada 1979, sebenarnya permintaan
akan PLTN baru di Amerika Serikat sudah menurun karena alasan ekonomi. Dari
tahun 1978 sampai dengan 2004, tidak ada permintaan PLTN baru di Amerikat
Serikat, meskipun hal itu mungkin akan berubah.
Tidak seperti halnya kecelakaan Three Mile Island, kecelakaan Chernobyl
pada tahun 1986 tidak berpengaruh pada peningkatan standar reaktor nuklir negara
barat. Hal ini dikarenakan memang reaktor Chernobyl dikenal mempunyai desain
yang tidak aman, menggunakan reaktor jenis RBMK, tanpa kubah pengaman
(containment building) dan dioperasikan dengan tidak aman.
Nuklir berarti bagian yang berhubungan dengan nukleus atom (inti atom).
Dalam fisika terdapat reaksi nuklir yaitu sebuah proses dimana dua nukleus atau
partikel nuklir bertubrukan, sehingga menghasilkan partikel-bartikel baru dengan
memancarkan sebagian energi. Energi nuklir merupakan energi hasil dari sebuah
proses kimia yang dikenal dengan reaksi fisi dan reaksi fusi pada sebuah inti atom.
Sudah berpuluh tahun manusia memanfaat potensi energi yang dihasilkan dari
reaksi fisi (pembelahan) inti uranium dan plutonium. Penemuan ini pertama kali
diamati oleh Rutherford pada tahun 1919 dengan menembakkan neutron ke inti
untuk mendapatkan inti baru, namun pada bebarapa inti berat hal itu menyebabkan
inti menjadi pecah (terbagi) sekaligus melepaskan neutron lain yang
konsekuensinya menimbulkan panas disekitarnya. Panas ini kemudian di ambil
dengan menempatkan reaksi tersebut didalam air , air yang panas tadi dimanfaatkan
untuk menggerakkan turbin untuk membuat pembangkit listrik. Selain itu, neutron
yang lepas juga dimanfaatkan untuk banyak hal, seperti untuk mengukur dimensi
dari suatu zat, untuk memutasikan tumbuhan agar didapatkan bibit unggul dan lain
sebagainya.
1. Jenis-jenis Reaktor
Berdasarkan tipe reaksinya, reaktor nuklir dibedakan atas reaktor yang
memanfaatkan reaksi fisi dan reaktor yang memanfaatkan reaksi fusi.
a. Reaktor Fisi
Semua jenis reaktor komersial yang sudah digunakan saat ini adalah tipe
reaktor fisi. Reaktor ini memanfaatkan pembelahan inti berat menjadi inti yang
lebih ringan. Proses pembelahan ini menghasilkan energi yang relatif sangat besar,
sebagai contoh, jika satu inti U-235 mengalami reaksi fisi, akan dihasilkan energi
sekitar 200 MeV per atomnya. Energi total yang dapat dihasilkan dari reaksi fisi 1
kg U-235 adalah sebesar 2.264 × 1016 Joule.
Untuk mendapatkan energi sebesar itu pada PLTU, dibutuhkan setidaknya
2000000 ton batubara. Tapi, pada kenyataannya, energi yang didapatkan dari hasil
reaksi di reaktor nuklir besarnya masih dibawah hasil perhitungan tersebut karena
ada faktor-faktor yang mempengaruhi hasil reaksi di reaktor nuklir.
Pada tiap reaksi inti U-235, rata-rata dihasilkan 2 – 3 neutron tiap reaksinya.
Neutron-neutron yang dihasilkan akan memicu reaksi pada inti U-235 lain sehingga
terjadi reaksi berantai yang menyebabkan energi yang dihasilkan tidak terkendali.
Oleh karena itu, pada reaktor nuklir fisi, dilakukan pengendalian reaksi tersebut
sehingga energi yang dihasilkan dapat juga dikendalikan.
b. Reaktor Fusi
Reaktor fusi memanfaatkan reaksi penggabungan inti-inti atom ringan untuk
membentuk inti berat. Inti ringan yang biasanya digunakan antara lain adalah
hidrogen, deutrium, tritium, litium, dan sebagainya. Energi yang dihasilkan
dari fusi 2 inti ringan menjadi inti yang lebih berat umumnya lebih besar daripada
energi yang dihasilkan dari fisi inti berat. Silakan lihat kurva binding energy per
nukleon di bawah ini.
Binding energy atau dalam bahasa Indonesia disebut sebagai energi ikat. Pada
daerah masa atom ringan, jika terjadi penggabungan neukleon, akan dihasilkan
energi yang sebanding dengan jumlah nukleon yang bergabung. Sebaliknya, pada
daerah masa atom berat, jika terjadi pemutusan nukleon akan menghasilkan energi
sebesar nukleon yang hilang. Kurva di atas memperlihatkan bahwa pada masa atom
yang lebih rendah, kemiringan kurva jauh lebih besar dibandingkan dengan
kemiringan pada daerah masa atom yang besar. Oleh karena itu, pada nomor atom
ringan, energi yang dihasilkan lebih besar.
Hasil dari reaksi fusi pun relatif tidak meninggalkan banyak limbah
radioaktif. Oleh karena itu, reaktor fusi digadang-gadang menjadi teknologi masa
depan yang lebih efisien dan lebih bersih. Namun, pada praktiknya agar dua inti
ringan bergabung menjadi inti berat dibutuhkan energi yang sangat besar (panas
mencapai 6000000 K), dan sampai saat ini belum ditemukan material yang efektif
untuk menahan panas sebesar 6000000 K. Saat ini, telah dikembangkan tokamak,
yakni device yang digunakan untuk melangsungkan terjadinya reaksi fusi. Konsep
desain tokamak memanfaatkan medan magnet untuk menahan plasma hasil dari
reaksi fusi agar tidak keluar ke lingkungan. Penjelasan lebih jauh insya Allah akan
saya tuliskan pada postingan-postingan lain.
Jenis reaktor berdasarkan penggunaannya, dibedakan menjadi :
a. Reaktor Riset
Sesuai dengan namanya, reaktor ini dipergunakan untuk kepentingan
riset/penelitian. Selain itu, reaktor riset juga dipergunakan untuk memproduksi
isotop-isotop radioaktif yang nantinya digunakan pada bidang kedokteran, material,
pertanian, dan lain-lain. Reaktor riset ini diusahakan agar daya yang dihasilkan
sekecil mungkin. Indonesia sendiri memiliki 3 buah reaktor riset yakni reaktor
TRIGA 2000 Bandung, Reaktor Kartini Yogyakarta dan Reaktor G.A. Siwabessy,
Serpong). Pada reaktor riset energi hasil reaksi fisi dibuang ke lingkungan karena
pada dasarnya hasil reaksi yang diambil dari reaktor riset ini adalah partikel
neutron-nya saja agar bisa digunakan untuk produksi isotop radioaktif, analisis
material, dan lain-lain.
b. Reaktor Daya
Reaktor daya merupakan reaktor nuklir yang digunakan untuk kepentingan
komersial. Reaktor ini memanfaatkan energi hasil dari reaksi fisi untuk
menguapkan air sehingga uap tersebut dapat memutar turbin, dan turbin akan
memutar generator listrik. Skema reaktor daya diperlihatkan pada gambar di bawah
ini.
Gambar 2. Skema transfer energi reaktor nuklir tipe BWR
Gambar di atas merupakan skema transfer energi dari reaktor nuklir tipe
BWR. Dapat dilihat bahwa uap yang dihasilkan ditransfer ke turbin sehingga
generator berputar dan dihasilkanlah listrik. Perlu diperhatikan bahwa air yang
diuapkan tidak dilepas ke udara karena air ini membawa partikel radiaktif. Oleh
karena itu, air didinginkan kembali melalui pipa pendingin tanpa adanya kontak
secara langsung.
Reaktor nuklir membutuhkan pendingin agar suhu yang dicapai oleh reaktor
tidak melebihi suhu batas yang ditentukan. Ada banyak macam pendingin yang
digunakan misalnya air ringan, air berat, gas, garam cair (molten salt), logam cair
(liquid metal) dan lain-lain.
a. Reaktor Air Ringan / Light Water Reactor (LWR)
Light Water Reactor (LWR) merupakan reaktor termal yang menggunakan air
ringan sebagai pendingin sekaligus moderator. Yang dimaksud air ringan disini
adalah H2O dengan isotop hidrogen H-1. LWR merupakan tipe reaktor yang paling
banyak digunakan di dunia. Reaktor tipe LWR yang paling populer selama
ini adalah Pressurized Water Reactor (PWR) dan Boiling Water Reactor (BWR).
Pada BWR, panas yang dihasilkan oleh fisi mengubah air menjadi uap yang
langsung dialirkan untuk menggerakkan turbin pembangkit listrik. Lain halnya
dengan PWR, pada reaktor tipe ini panas yang dihasilkan oleh fisi ditransfer ke
loop sekunder melalui penukar panas. Uap dihasilkan di loop sekunder, dan uap di
loop sekunder ini dialirkan untuk menggerakkan turbin pembangkit listrik. Pada
kedua reaktor ini, setelah uap mengalir melalui turbin, uap berubah kembali
menjadi air di kondensor. Skema transfer panas untuk reaktor tipe BWR dapat
dilihat pada gambar 2. Sedangkan untuk tipe PWR bisa dilihat pada gambar berikut
ini.
Gambar 3. Skema transfer panas pada PWR
Reaktor PWR menggunakan pressurizer untuk mengatur tekanan pendingin
primer agar tetap stabil.
b. Reaktor Air Berat / Heavy Water Reactor (HWR)
Reaktor tipe ini menggunakan air berat sebagai pendingin. Air berat yang
dimaksud adalah D2O, D adalah deutrium yang merupakan isotop hidrogen dengan
nomor masa 2 (H-2). Reaktor ini umumnya menggunakan uranium alam tanpa
pengayaan sebagai bahan bakarnya. Pendingin air berat terjaga oleh tekanan,
memungkinkan untuk dipanaskan sampai suhu yang lebih tinggi tanpa mendidih,
seperti halnya PWR. Meskipun air berat secara signifikan lebih mahal daripada air
ringan, tetapi pendingin air berat memiliki nilai keekonomisan neutron yang lebih
tinggi, hal ini memungkinkan reaktor beroperasi tanpa pengayaan bahan bakar dan
umumnya meningkatkan kemampuan reaktor agar secara efisien memanfaatkan
siklus bahan bakar di dalamnya.
Salah satu jenis HWR adalah CANDU (Canadian Deuterium Uranium) yang
merupakan reaktor nuklir di Kanada. CANDU menghasilkan listrik dengan cara
yang sama seperti pembangkit listrik bahan bakar fosil. Panas dihasilkan
dari “pembakaran” bahan bakar dan digunakan untuk menggerakkan turbin
uap yang biasanya terletak di “power hall” terpisah. CANDU mengkonsumsi bahan
bakar nuklir secara in-situ. ketika bahan bakar sudah selesai mengalami
“pembakaran”, bahan bakar tersebut dikeluarkan dari reaktor dan disimpan sebagai
limbah radioaktif tingkat tinggi. Berikut ini skema pengoperasian reaktor nuklir
jenis CANDU yang saya ambil dari wikipedia.
Reaksi fisi terjadi saat neutron menumbuk Uranium-235 dan atom Uranium
akan terbagi menjadi 2 buah atom Kr dan Br. Saat terjadi reaksi fisi akan
dihasilkan energi panas yang sangat besar. Energi hasil reaksi fisi ini dijadikan
sumber panas untuk menghasilkan uap air. Uap air yang dihasilkan digunakan
untuk memutar turbin dan membuat generator menghasilkan listrik.
Pada saat Uranium-235 ditumbuk oleh neutron, akan muncul juga 2-3 neutron
baru. Kemudian neutron ini akan menumbuk lagi Uranium-235 lainnya dan muncul
lagi 2-3 neutron baru lagi. Reaksi seperti ini akan terjadi terus menerus secara
perlahan di dalam reaktor nuklir.
Neutron yang terjadi akibat reaksi fisi sebenarnya bergerak terlalu cepat,
sehingga untuk menghasilkan reaksi fisi yang terjadi secara berantai kecepatan
neutron ini harus diredam dengan menggunakan suatu media khusus. Ada berbagai
macam media yang digunakan sampai saat ini antara lain air ringan/tawar, air berat,
atau pun grafit. Secara umum kebanyakan teknologi PLTN di dunia menggunakan
air ringan (Light Water Reactor, LWR).
Dalam reaktor nuklir, bahan bakar Uranium yang digunakan dijaga agar tidak
sampai terbakar atau mengeluarkan api. Sehingga posisi bahan bakar diatur
sedemikian hingga supaya hasil reaksi fisi ini masih bisa diolah kembali untuk
dijadikan bahan bakar baru untuk digunakan pada teknologi PLTN di masa yang
akan datang.
b. Reaktor Fusi
Reaksi fusi nuklir adalah reaksi yang terjadi didalam atom saat inti ringan
bergabung menjadi satu inti yang massanya lebih berat dari sebelumnya. Proses ini
memerlukan energi yang besar dari masing – masing partikel dan akan
menghasilkan energi yang sangat besar pula. Reaksi ini umumnya dapat ditemui
pada bintang – bintang di luar angkasa dan matahari. Proses awalnya adalah proton
– proton dipercepat dengan suhu yang sangat tinggi mendekati orde K atau
biasanya disebut suhu termonuklir yang kemudian partikel – partikel tersebut akan
bergerak cepat dengan arah saling mendekati dan bergabung menjadi suatu partikel
baru. Contoh pada reaksi fusi yang terjadi pada matahari. Sebab suhu matahari yang
sangat panas, proton – proton yang terdapat pada matahari akan bergerak dengan
cepat. Kemudian, proton – proton tersebut bergerak dengan arah saling mendekati
dan bergabung melakukan reaksi fusi.
Kemudian, partikel yang dihasilkan dari reaksi fusi antar proton tersebut
bergabung melakukan reaksi fusi kembali dengan proton lainnya.
Hasil dari reaksi tersebutpun akan bereaksi fusi kembali dengan proton
lainnya.
Pada setiap reaksi fusi, akan dibebaskan sejumlah energi sekitar 1,4 MeV –
3,5 MeV untuk menghamburkan partikel Helium tersebut. dan reaksi fusi dalam
matahari terus berlangsung seperti siklus, sebab dalam akhir reaksi akan
menciptakan proton – proton kembali yang kemudian akan bereaksi fusi kembali
dengan tahapan reaksi seperti yang telah dijelaskan.
Namun, hingga kini reaksi fusi belum dimanfaatkan manusia sebagai
pembangkit listrik. Sebab, untuk melakukan reaksi fusi ini membutuhkan energi
dan temperatur yang sangat besar. Tapi jika teknologi berkembang, dimana reaksi
fusi sudah dapat digunakan untuk pembangkit listrik, maka ada beberapa
keuntungan yang didapat, diantaranya adalah energi yang tidak terbatas, tercipta
akibat reaksi fusi ini. Sebab, reaksi fusi akan menghasilkan proton – proton
kembali untuk bereaksi fusi dan bebas akan limbah radioaktif.
5. Penanganan Limbah
Secara umum, pengelolaan limbah nuklir yang lazim digunakan oleh negara-
negara maju meliputi tiga pendekatan pokok yang bergantung pada besar kecilnya
volume limbah, tinggi rendahnya aktivitas zat radioaktif yang terkandung dalam
limbah serta sifat-sifat fisika dan kimia limbah tersebut. Tiga pendekatan pokok itu
meliputi:
a. Limbah nuklir dipekatkan dan dipadatkan yang pelaksanaannya dilakukan
dalam wadah khusus untuk selanjutnya disimpan dalam jangka waktu yang
cukup lama. Cara ini efektif untuk menangani limbah nuklir cair yang
mengandung zat radioaktif beraktivitas sedang dan atau tinggi
b. Limbah nuklir disimpan dan dibiarkan meluruh dalam tempat penyimpanan
khusus sampai aktivitasnya sama dengan aktivitas zat radioaktif lingkungan.
Cara ini efektif bila dipakai untuk pengelolaan limbah nuklir cair atau padat
yang beraktivitas rendah dan berwaktu paruh pendek.
c. Limbah nuklir diencerkan dan didispersikan ke lingkungan. Cara ini efektif
dalam pengelolaan limbah nuklir cair dan gas beraktivitas rendah (Sofyan,
1998)
Pada PLTN sebagian besar limbah yang dihasilkan adalah limbah aktivitas
rendah (70 – 80%). Sedangkan limbah aktivitas tinggi dihasilkan pada proses daur
ulang elemen bakar nuklir bekas, sehingga apabila elemen bakar bekasnya tidak
didaur ulang, limbah aktivitas tinggi ini jumlahnya sangat sedikit. Penangan limbah
radioaktif aktivitas rendah, sedang maupun aktivitas tinggi pada umumnya
mengikuti tiga prinsip, yaitu :
a. Memperkecil volumenya dengan cara evaporasi, insenerasi,
kompaksi/ditekan.
b. Mengolah menjadi bentuk stabil (baik fisik maupun kimia) untuk
memudahkan dalam transportasi dan penyimpanan.
c. Menyimpan limbah yang telah diolah, di tempat yang terisolasi
Berikut ini beberapa pengolahan limbah radioaktif:
a. Pengolahan limbah cair dengan cara evaporasi/pemanasan untuk memperkecil
volume, kemudian dipadatkan dengan semen (sementasi) atau dengan gelas
masif (vitrifikasi) di dalam wadah yang kedap air, tahan banting, misalnya
terbuat dari beton bertulang atau dari baja tahan karat. Alat untuk proses
evaporasi di sebut evaporator. Alat ini mampu mereduksi volume limbah cair
dengan faktor reduksi 50. Hal ini berarti jika ada 50 m3 limbah cair yang
diolah, maka akan dihasilkan 1 m3 konsentrat radioaktif, sedang sisanya yang
49 m3 hanyalah berupa air destilat yang sudahtidak radioaktif lagi (Sofyan,
1998).
b. Pengolahan limbah padat adalah dengan cara diperkecil volumenya melalui
proses insenerasi/pembakaran, selanjutnya abunya disementasi. Sedangkan
limbah yang tidak dapat dibakar diperkecil volumenya dengan
kompaksi/penekanan dan dipadatkan dalam drum/beton dengan semen.
Sedangkan limbah yang tidak dapat dibakar/dikompaksi, harus dipotong-
potong dan dimasukkan dalam beton kemudian dipadatkan dengan semen
atau gelas masif. Proses pemadatan bisa dilakukan dengan semen (sementasi),
aspal (bitumentasi), polimer (polimerisasi) maupun bahan gelas (vitrifikasi)
(Sofyan,1998)
c. Pengolahan limbah gas dirancang sehingga ruang simpan dapat digunakan
kembali, berfungsi sebagai tempat peluruhan, kontrol, pelepasan dll. Gas-
gas yang timbul diolah sampai konsentrasi dan kuantitasnya dapat
diturunkan sehingga dosis yang diterima oleh publik di sekitar unit
pembangkit akibat pembuangan limbah gas oleh unit pembangkit tersebut
memenuhi standar yang ditentukan. Limbah gas nitrogen yang berasal dari
gas ventilasi dari tiap tangki yang menggunakan nitrogen sebagai cover
gas dan gas ventilasi dari tiap peralatan diberi tekanan dan dimampatkan
dengan kompresor, gas limbah selanjutnya disimpan sementara di dalam
tangki-tangki gas (gas surge tanks) selanjutnya limbah gas diolah dengan
menggunakan karbon aktif. Limbah gas yang sudah diolah dan mengalami
peluruhan sampai memenuhi baku mutu yang ditentukan maka gas
tersebut dapat dilepas ke lingkungan melalui sistem ventilasi yang telah
diberi filter dan selalu dimonitoring konsentrasi bahan radioaktifnya.
6. Resiko Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir
Dalam pembangunan sebuah PLTN haruslah diperhatikan resiko yang
mungkin akan terjadi dalam pelaksanaanya. Resiko yang mungkin yaitu limbah dari
nuklir ini tidak dapat dibuang begitu saja karena akan membahayakan kehidupan.
Produk limbah radioaktif dari industri nuklir harus diisolasi dari kontak dengan
orang untuk jangka waktu yang sangat lama. Sebagian besar radioaktivitas yang
terkandung dalam bahan bakar bekas, yang cukup kecil mudah ditangani dengan
hati-hati.Namun apabila limbah radioaktif terlalu besar maka limbah dari
pembangkit nuklir akan disimpan dalam tempat penyimpanan sementara bahan
bakar nuklir bekas maupun penyimpanan lestari berdasarkan PP No. 27 Tahun 2002
tentang Pengelolaan Limbah Radioaktif. Tabel berikut ini merupakan persyaratan
minimum yang harus dipenuhi sebagai lokasi/tempat penyimpanan sementara
bahan bakar nuklir bekas maupun penyimpanan lestari berdasarkan PP No. 27
Tahun 2002 tentang Pengelolaan Limbah Radioaktif.
Tabel 1. Standarisasi Lokasi Penyimpanan Limbah Nuklir
Penyimpanan Sementara
Penyimpanan Lestari
Bahan Bakar Nuklir Bekas
Lokasi bebas banjir dan terhindar dari
Lokasi bebas banjir
erosi
Lokasi tahan terhadap gempa dan
Tahan terhadap gempa memenuhi karakteristik materi bumi dan
sifat kimia air
Didesain sehingga terhindar dari Didesain sehingga terhindar dari
kekritisan terjadinya kekritisan
Dilengkapi dengan peralatan proteksi Dilengkapi dengan sistem pemantau
radiasi radiasi dan radioaktivitas lingkungan
Dilengkapi dengan penahan radiasi Dilengkapi dengan sistem pendingin
Dilengkapi dengan sistem proteksi fisik Dilengkapi dengan sistem penahan radiasi
Dilengkapi dengan sistem proteksi fisik
Dilengkapi dengan sistem pemantau Memenuhi distribusi populasi penduduk
radiasi dan tata wilayah sekitar lokasi
penyimpanan
Selain limbah radioaktifitas resiko yang mungkin yaitu apabila PLTN tidak
dirawat dengan baik, maka akan menimbulkan keruasakan dalam alat, seperti
kebocoran bahkan sampai meledak. Hal ini dapat membahayakan, karena radiasi
yang dipancarkan oleh PLTN ini dapat merusak kesehatan manusia bahkan
menyebabkan kematian. Kehidupan disekitar PLTN pun harus terisolir karena
penduduk sekitar harus direlokasi ke tempat yang lebih aman supaya terhindar dari
paparan radiasi. Sementara untuk menghilangkan radiasi tersebut dibutuhkan waktu
yang lama dengan cara mengosongkan daerah dimana PLTN berada.
Resiko utama yang berkaitan dengan tenaga nuklir yaitu kesehatan. Radiasi
ini terdiri dari partikel subatomik yang bergerak mendekati kecepatan cahaya,
186000 mil per detik. Radiasi ini dapat menembus tubuh manusia dan dapat
merusak sel-sel biologi dengan demikian memicu terjadinya kanker. Jika radiasi ini
menyerang sel-sel seks, mereka dapat menyebabkan penyakit genetik pada
keturunan.
Gambar dibawah ini memperlihatkan tentang radiasi dalam kehidupan sehari-
hari yang kita terima tanpa disadari. Disini dapat kita lihat bahwa dosis radiasi
standar di daerah sekitar PLTN sangatlah kecil. Apabila suatu daerah sudah
dinyatakan aman untuk dibangun PLTN, dalam artian resiko bencana alam yang
rendah, alangkah baiknya kita menghilangkan prasangka buruk kita terhadap
bahaya radiasi ini.
Gambar 12. Dosis radiasi dalam kehidupan di sekitar kita
7. Kekurangan dan Kelebihan PLTN
PLTN memiliki kelebihan dan kekurangan, kelebihan dari PLTN yaitu :
a. Tidak menghasilkan gas efek rumah kaca karena pada PLTN tidak melakukan
reaksi pembakaran bahan bakar fosil..
b. Tidak menghasilkan gas-gas yang mencemari udara seperti CO, SO2 , NO,
mercury.
c. Menggunakan bahan bakar yang relatif lebih murah dibandingkan
pembangkit listrik tenaga lain karena pada PLTN digunakan bahan bakar
yang relatif lebih sedikit dibandingkan dengan Pembangkit listrik lainnya.
d. Bahan bakar yang digunakan sangat melimpah di bumi . Dimana reaksi fusi
ini menggunakan Hidrogen yang dapat dielektrolisis dari air yang sangat
melimpah di bumi ini.
e. Rasio bahan bakar yang diperlukan dengan energi yang dihasilkan sangat
besar.
Sementara kekurangan dari PLTN, yaitu:
a. Penerimaan masyarakat terhadap energi nuklir masih kurang. Gambaran
tragedi nuklir menjadi salah satu penyebabnya.
b. Pendanaan yang dibutuhkan besar.
8. Pencegahan Kerusakan Reaktor
Bila sebuah reaktor nuklir sudah dinyatakan terjadi kebocoran harus
dilakukan penanganan sesuai dengan skala kecelakaan yang terjadi sesuai dengan
standar internasional. Semua masyarakat dalam jangkauan tertentu harus segera
dievakuasi dari resiko terkena paparan tersebut. Bagi semua orang yang telah
berada dalam area daerah paparann harus segera dilakukan skrening tes adanya
kontaminasi radiasi dalam tubuhnya. Bila terdapat masyarat yang terkontaminasi
harus segera diisolasi dan dilakukan perawatan dan pemantauan kesehatannya.
Semua masyarakat dalam paparan bencana kebocoran reaktor nuklir sementara
belum diungsikan harus tinggal di dalam rumah dan tidak boleh menyalakan AC
untuk mencegah kontaminasi dengan udara luar. Masyrakat juga dilarang
mengkinsumsi air kran, sayuran, buah-buahan atau bahan makanan yang telah
terkontaminasi dengan udara luar.
9. Peluang Membangun Fusi Nuklir
Sampai detik ini semua reaktor fusi masih berada dalam tahap eksperimen.
Reaktor ini akan terjadi apabila berada dalam keaadaan tekanan dan suhu sangat
tinggi, yang hanya terdapat di dalam inti matahari atau pun bintang. Versi DEMO
pun diperkirakan baru selesai pada tahun 2040. Meski demikian banyak kemajuan
yang telah dicapai. Eksperimen terakhir pada fasilitas JET dan TFTR berhasil
mempertahankan confinement dengan daya sebesar 15 MW selama kurang lebih 1 -
2 detik. Pada saat eksperimen berlangsung seluruh fasilitas eksperimen
mengkonsumsi daya tak kurang 100 MW, jadi masih jauh dari titik breakeven.
Untuk mempercepat penelitian negara-negara Eropa, Jepang, Rusia dan
Amerika bergabung membangun International Thermonuclear Experimental
Reactor (disingkat ITER) yang akan menjadi tokamak terbesar di dunia. Daya
keluaran reaktor ini direncanakan sebesar 500 MW. Meski dengan daya keluaran
sebesar itu daya listrik yang dihasilkan dapat mencapai 150 MW, reaktor ini belum
direncanakan untuk tujuan komersial. ITER dibangun masih untuk menyelidiki
efisiensi pembakaran termonuklir dan mekanisme pengendalian plasma. Untuk
tujuan ini, ITER memfokuskan diri pada pembangunan superkonduktor terbesar di
dunia, penguasaan teknologi cryogenic, kerapatan tinggi, pembiakan serta
penanganan tritium, pemanasan plasma, pengendalian jarak jauh, dan robotika,
yang belum pernah ada sebelumnya. Untuk skala komersial, reaktor sejenis ITER
nanti akan direncanakan berdaya sekitar 4000 MW, sehingga listrik yang dapat
dihasilkan cukup menjanjikan, yaitu sekitar 1000 MW.
DAFTAR PUSTAKA