Anda di halaman 1dari 20

TUGAS MAKALAH

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR


TERMODINAMIKA

Oleh :

DENNY KRISTANTO K 2312202010

JURUSAN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan “Tugas Makalah Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir” ini
dengan sebaik-baiknya.
Terima kasih kami ucapkan kepada Bapak Ate Romli selaku dosen pengajar yang telah
membimbing kami. Dalam makalah ini berisi tentang informasi mengenai Pembangkit Listrik
Tenaga Nuklir (PLTN).
Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk dapat lebih memahami tentang
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun akan sangat kami
butuhkan demi melengkapi makalah ini.
Akhirnya semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi para
pembaca sekalian dan bagi yang membutuhkan.

Jakarta, 28 Desember 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR .................................................................................................. 2
DAFTAR ISI ................................................................................................................ 3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 4
1.3 Tujuan ......................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi PLTN ............................................................................................ 5
2.2 Prinsip Kerja PLTN .................................................................................... 6
2.3 Tipe – Tipe PLTN ....................................................................................... 8
2.4 Permasalahan Pemanfaatan PLTN ............................................................ 13
2.5 Sistem Termodinamika pada PLTN .......................................................... 15
2.6 Keuntungan dan Kerugian PLTN ............................................................... 17
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ................................................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 20

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Sumber energi menjadi permasalahan dunia akhir-akhir ini. Kebutuhan manusia
akan energi, masih menjadi penentu untuk kelangsungan hidup manusia. Banyak perhatian
dunia diarahkan pada ditemukannya sumber energi baru alternatif yang dapat diperbaharui.
Energi alternatif ini dapat berupa energi matahari, energi angin, energi air, energi panas
bumi sampai energi nuklir yang masih terus menjadi perdebatan.
Sampai saat ini, tenaga nuklir khususnya zat radioaktif telah dipergunakan secara
luas dalam berbagai bidang antara lain bidang industri, kesehatan, pertanian, peternakan,
sterilisasi produk farmasi dan alat kedokteran, pengawetan bahan makanan, bidang
hidrologi, yang merupakan aplikasi teknik nuklir untuk non energi. Salah satu pemanfaatan
teknik nuklir dalam bidang energi saat ini sudah berkembang dan dimanfaatkan secara
besar-besaran dalam bentuk Pembangkit Listrik Tenaga nuklir (PLTN), di mana tenaga
nuklir digunakan untuk membangkitkan tenaga listrik yang relatif murah, aman dan tidak
mencemari lingkungan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi dari Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir ?
2. Bagaimana prinsip kerja dari Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) ?
3. Apa saja tipe-tipe dari Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) ?
4. Apa saja permasalahan pemanfaatan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN)?
5. Bagaimana penerapan termodinaika pada Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN)?
6. Apa keuntungan dan kerugian dari Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) ?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN).
2. Mengetahui prinsip kerja dari Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN).
3. Untuk mengetahui tipe-tipe dari Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN).
4. Mengetahui permasalahan pemanfaatan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN).
5. Mengetahui aplikasi termodinamika pada Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN).
6. Mengetahui keuntungan dan kerugian dari pemanfaatan Pembangkit Listrik Tenaga
Nuklir (PLTN).

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir


Pembangkit listrik tenaga nuklir atau PLTN merupakan pembangkit yang
meggunakan tenaga panas dimana sumber panasnya dihasilkan oleh reaktor nuklir.
Seperti di semua stasiun tenaga termal konvensional pada umumnya, panas digunakan
untuk menghasilkan uap yang menggerakkan turbin uap yang terhubung ke generator
listrik yang menghasilkan listrik. Listrik yang dihasilkan kemudian didistribusikan dan
dijual ke masyarakat. 2 Perbedaan antara berbagai jenis instalasi listrik yang ada di
sumber energi adalah pembangkit tenaga nuklir menggunakan panas yang dilepaskan
dalam reaksi fisi nuklir dari atom tertentu. Pada pembangkit listrik termal, sumber panas
berasal dari pembakaran satu atau lebih banyak bahan bakar fosil seperti batubara, gas
alam dan bahan bakar.Sementara pada pembangkit listrik thermoelectric solar, sumber
energi yang digunakan adalah radiasi matahari. Energi termal yang digunakan oleh
pembangkit listrik tenaga nuklir untuk menghasilkan energi listrik dihasilkan oleh reaktor
nuklir. Dalam reaktor, reaksi fisi rantai terjadi secara terkendali. Elemen yang fisi, bahan
bakar nuklir, adalah uranium alami atau uranium yang diperkaya. Uranium murni adalah
uranium alami dengan rasio isotop uranium-235 yang lebih tinggi. Selain reaktor,
pembangkit listrik tenaga nuklir selalu terdiri dari turbin uap, alternator, dua atau tiga
sirkuit – menara pendingin kondenser primer, sekunder dan tersier dan satu atau lebih
yang biasanya berisi air. Efisiensi totalnya antara 30% sampai 40%. Masa pengoperasian
pembangkit listrik tenaga nuklir biasanya dilakukan dalam kurun waktu sekitar tiga puluh
tahun. Masalah utama yang dihadirkan dalam penggunaan pembangkit listrik tenaga
nuklir ini adalah pengelolaan limbah nuklir yang dihasilkan.

5
2.2 Prinsip Kerja PLTN

Gambar 1. Prinsip kerja sederhana PLTN

Prinsip kerja PLTN, pada dasarnya sama dengan pembangkit listrik konvensional,
yaitu air diuapkan di dalam suatu ketel melalui pembakaran. Uap yang dihasilkan dialirkan
ke turbin yang akan bergerak apabila ada tekanan uap. Perputaran turbin digunakan untuk
menggerakkan generator, sehingga menghasilkan tenaga listrik. Perbedaannya pada
pembangkit listrik konvensional bahan bakar untuk menghasilkan panas menggunakan
bahan bakar fosil seperti batubara, minyak dan gas. Sisa pembakaran tersebut akan ter-
emisikan ke udara dan berpotensi mencemari lingkungan hidup, yang bisa menimbulkan
hujan asam dan peningkatan suhu global.
Sedangkan pada PLTN panas yang digunakan untuk menghasilkan uap yang
sama, dihasilkan dari reaksi pembelahan inti bahan fisil (uranium) dalam reaktor nuklir.
Sebagai pemindah panas biasa digunakan air yang disirkulasikan secara terus menerus
selama PLTN beroperasi. Proses pembangkit yang menggunakan bahan bakar uranium ini
tidak melepaskan partikel seperti CO2, SO2, atau NOx, juga tidak mengeluarkan asap atau
debu yang mengandung logam berat yang dilepas ke lingkungan. Oleh karena itu PLTN
merupakan pembangkit listrik yang ramah lingkungan. Limbah radioaktif yang dihasilkan
dari pengoperasian PLTN berupa elemen bakar bekas dalam bentuk padat. Elemen bakar
bekas ini untuk sementara bisa disimpan di lokasi PLTN, sebelum dilakukan penyimpanan
secara lestari.
Panas yang digunakan untuk membangkitkan uap diproduksi sebagai hasil dari
pembelahan inti atom yang dapat diuraikan sebagai berikut : Apabila satu neutron
(dihasilkan dari sumber neutron) tertangkap oleh satu inti atom uranium-235, inti atom ini

6
akan terbelah menjadi 2 atau 3 bagian/fragmen. Sebagian dari energi yang semula mengikat
fragmen-fragmen tersebut masing - masing dalam bentuk energi kinetik, sehingga mereka
dapat bergerak dengan kecepatan tinggi. Oleh karena fragmen-fragmen itu berada di dalam
struktur kristal uranium, mereka tidak dapat bergerak jauh dan gerakannya segera
diperlambat. Dalam proses perlambatan ini energi kinetik diubah menjadi panas (energi
thermal). Sebagai gambaran dapat dikemukakan bahwa energi thermal yang dihasilkan dari
reaksi pembelahan 1 kg uranium-235 murni besarnya adalah 17 milyar kilo kalori, atau
setara dengan energi thermal yang dihasilkan dari pembakaran 2,4 juta kg (2400 ton)
batubara. Selain fragmen-fragmen tersebut reaksi pembelahan menghasilkan pula 2 atau 3
neutron yang dilepaskan dengan kecepatan lebih besar dari 10.000 km per detik. Neutron-
neutron ini disebut neutron cepat yang mampu bergerak bebas tanpa dirintangi oleh atom-
atom uranium atau atom-atom kelongsongnya. Agar mudah ditangkap oleh inti atom
uranium guna menghasilkan reaksi pembelahan, kecepatan neutron ini harus diperlambat.
Zat yang dapat memperlambat kecepatan neutron disebut moderator.
Seperti telah disebutkan di atas, panas yang dihasilkan dari reaksi pembelahan,
oleh air yang bertekanan 160 atmosfir dan suhu 3000 C secara terus menerus dipompakan
ke dalam reaktor melalui saluran pendingin reaktor. Air bersirkulasi dalam saluran
pendingin ini tidak hanya berfungsi sebagai pendingin saja melainkan juga bertindak
sebagai moderator, yaitu sebagai medium yang dapat memperlambat neutron. Neutron
cepat akan kehilangan sebagian energinya selama menumbuk atom-atom hidrogen. Setelah
kecepatan neutron turun sampai 2000 m per detik atau sama dengan kecepatan molekul gas
pada suhu 3000 C, barulah ia mampu membelah inti atom uranium-235. Neutron yang telah
diperlambat disebut neutron thermal.
Untuk mendapatkan keluaran thermal yang mantap, perlu dijamin agar banyaknya
reaksi pembelahan inti yang terjadi dalam teras reaktor dipertahankan pada tingkat tetap,
yaitu 2 atau 3 neutron yang dihasilkan dalam reaksi itu hanya satu yang dapat meneruskan
reaksi pembelahan. Neutron lainnya dapat lolos keluar reaktor, atau terserap oleh bahan
lainnya tanpa menimbulkan reaksi pembelahan atau diserap oleh batang kendali. Batang
kendali dibuat dari bahan-bahan yang dapat menyerap neutron, sehingga jumlah neutron
yang menyebabkan reaksi pembelahan dapat dikendalikan dengan mengatur keluar atau
masuknya batang kendali ke dalam teras reaktor..
Fragmen-fragmen yang diproduksi selama reaksi pembelahan inti disebut hasil
belahan, yang kebanyakan berupa atom-atom radioaktif seperti xenon-133, kripton-85 dan
iodium- 131. Zat radioaktif ini meluruh menjadi atom lain dengan memancarkan radiasi
alpha, beta, gamma atau neutron. Selama proses peluruhan, radiasi yang dipancarkan dapat
7
diserap oleh bahan-bahan lain yang berada di dalam reaktor, sehingga energi yang
dilepaskan berubah menjadi panas. Panas ini disebut panas peluruhan yang akan terus
diproduksi walaupun reaktor berhenti beroperasi. Oleh karena itu reaktor dilengkapi
dengan suatu sistem pembuangan panas peluruhan. Selain hasil belahan, dalam reaktor
dihasilkan pula bahan radioaktif lain sebagai hasil aktivitas neutron. Bahan radioaktif ini
terjadi karena bahan-bahan lain yang berada di dalam reaktor (seperti kelongsongan atau
bahan struktur) menangkap neutron sehingga berubah menjadi unsur lain yang bersifat
radioaktif. Radioaktif adalah sumber utama timbulnya bahaya dari suatu PLTN, oleh
karena itu semua sistem pengamanan PLTN ditujukan untuk mencegah atau menghalangi
terlepasnya zatradioaktif ke lingkungan dengan aktivitas yang melampaui nilai batas
ambang yang diizinkan menurut peraturan yang berlaku.

2.3 Tipe-Tipe PLTN


PLTN dikelompokkan berdasarkan jenis reaktor yang digunakan. Tetapi ada juga
PLTN yang menerapkan unit-unit independen, dan hal ini bisa menggunakan jenis reaktor
yang berbeda.
Tipe – tipe reaktor PLTN yang telah beroperasi di dunia antara lain :
1. Reaktor air didih (Boiling Water Reactor, BWR)
Pada reaktor air didih, panas hasil fisi dipakai secara langsung untuk menguapkan
air pendingin dan uap yang terbentuk langsung dipakai untuk memutar turbin.
Turbin tekanan tinggi menerima uap pada suhu sekitar 290 ºC dan tekanan sebesar
7,2 MPa. Sebagian uap diteruskan lagi ke turbin tekanan rendah. Dengan sistem ini
dapat diperoleh efisiensi thermal sebesar 34 %. Efisiensi thermal ini menunjukkan
prosentase panas hasil fisi yang dapat dikonversikan menjadi energi listrik. Setelah
melalui turbin, uap tersebut akan mengalami proses pendinginan sehingga berubah
menjadi air yang langsung dialirkan ke teras reaktor untuk diuapkan lagi dan
seterusnya.

Gambar 2. Reaktor air didih (Boiling Water Reactor, BWR)


8
2. Reaktor Air Tekan ( Pressurized Water Reactor, PWR)
Reaktor Air Tekan juga menggunakan H2O sebagai pendingin sekaligus moderator.
Bedanya dengan Reaktor Air Didih adalah penggunaan dua macam pendingin, yaitu
pendingin primer dan sekunder. Panas yang dihasilkan dari reaksi fisi dipakai untuk
memanaskan air pendingin primer. Dalam reaktor ini dilengkapi dengan alat
pengontrol tekanan (pessurizer) yang dipakai untuk mempertahankan tekanan
sistem pendingin primer.

Gambar 3. Reaktor Air Tekan ( Pressurized Water Reactor, PWR)

Sistem pressurizer terdiri atas sebuah tangki yang dilengkapi dengan pemanas listrik
dan penyemprot air. Jika tekanan dalam teras reaktor berkurang, pemanas listrik
akan memanaskan air yang terdapat di dalam tangki pressurizer sehingga
terbentuklah uap tambahan yang akan menaikkan tekanan dalam sistem pendingin
primer. Sebaliknya apabila tekanan dalam sistem pendingin primer bertambah, maka
sistem penyemprot air akan mengembunkan sebagian uap sehingga tekanan uap
berkurang dan sistem pendingin primer akan kembali ke keadaan semula. Tekanan
pada sistem pendingin primer dipertahankan pada posisi 150 Atm untuk mencegah
agar air pendingin primer tidak mendidih pada suhu sekitar 300 ºC. Pada tekanan
udara normal, air akan mendidih dan menguap pada suhu 100 ºC.
Dalam proses kerjanya, air pendingin primer dialirkan ke sistem pembangkit uap
sehingga terjadi pertukaran panas antara sistem pendingin primer dan sistem
pendingin sekunder. Dalam hal ini antara kedua pendingin tersebut hanya terjadi
pertukaran panas tanpa terjadi kontak atau percampuran, karena antara kedua
pendingin itu dipisahkan oleh sistem pipa. Terjadinya pertukaran panas
menyebabkan air pendingin sekunder menguap. Tekanan pada sistem pendingin
9
sekunder dipertahankan pada tekanan udara normal sehingga air dapat menguap
pada suhu 100 ºC. Uap yang terbentuk di dalam sistem pembangkit uap ini
selanjutnya dialirkan untuk memutar turbin.
Dari uraian di atas tergambar bahwa sistem kerja PLTN dengan Reaktor Air Tekan
lebih rumit dibandingkan dengan sistem Reaktor Air Didih. Namun jika dilihat pada
sistem keselamatannya, Reaktor Air Tekan lebih aman dibandingkan dengan
Reaktor Air Didih. Pada Reaktor Air Tekan perputaran sistem pendingin primernya
betul-betul tertutup, sehingga apabila terjadi kebocoran bahan radioaktif di dalam
teras reaktor tidak akan menyebabkan kontaminasi pada turbin. Sedang pada
Reaktor Air Didih, kebocoran bahan radioaktif yang terlarut dalam air pendingin
primer dapat menyebabkan terjadinya kontaminasi pada turbin. Reaktor Air Tekan
juga mempunyai keandalan operasi dan keselamatan yang sangat baik. Salah satu
faktor penunjangnya adalah karena reaktor ini mempunyai koefisien reaktivitas
negatif. Apabila terjadi kenaikan suhu dalam teras reaktor secara mendadak, maka
daya reaktor akan segera turun dengan sendirinya. Namun karena menggunakan dua
sistem pendingin, maka efisiensi thermalnya sedikit lebih rendah dibandingkan
dengan Reaktor Air Didih.

3. Reaktor Air Berat atau HWR (Heavy Water Reactor)


Reaktor Air Berat merupakan jenis reaktor yang air berat sebagai moderator
sekaligus pendingin. Reaktor ini menggunakan bahan bakar uranium alam sehingga
harus digunakan air berat yang penampang lintang serapannya terhadap neutron
sangat kecil. PLTN dengan Reaktor Air berat yang paling terkenal adalah CANDU
(Canadian Deuterium Uranium) yang pertama kali dikembangkan oleh Canada.
Seperti halnya Reaktor Air tekan, Reaktor CANDU juga mempunyai sistem
pendingin primer dan sekunder, pembangkit uap dan pengontrol tekanan untuk
mempertahankan tekanan tinggi pada sistem pendingin primer. Air berat dalam
reaktor CANDU hanya dimanfaatkan sebagai sistem pendingin primer, sedang
sistem pendingin sekundernya menggunakan H2O.
Dalam pengoperasian reaktor CANDU, kemurnian air berat harus dijaga pada
tingkat 95-99,8 %. Air berat merupakan bahan yang harganya sangat mahal dan
secara fisik maupun kimia tidak dapat dibedakan secara langsung dengan H2O. Oleh
sebab itu, perlu adanya usaha penanggulangan kebocoran air berat baik dalam
bentuk uap maupun cairan. Aliran ventilasi dari ruangan dilakukan secara tertutup

10
dan selalu dipantau tingkat kebasahannya, sehingga kemungkinan adanya
kebocoran air berat dapat diketahui secara dini.

4. Reaktor Magnox atau MR (Magnox Reactor)


Reaktor Magnox menggunakan bahan bakar dalam bentuk logam uranium atau
paduannya yang dimasukkan ke dalam kelongsong paduan magnesium (Mg).
Reaktor Magnox menggunakan CO2 sebagai pendingin, grafit sebagai moderator,
dan uranium alam sebagai bahan bakar. Panas hasil fisi diambil dengan mengalirkan
gas CO2 melalui elemen bakar menuju ke sistem pembangkit uap. Dari pertukaran
panas ini akan dihasilkan uap air yang selanjutnya dapat dipakai untuk memutar
turbin.

Gambar 4. Reaktor Magnox atau MR (Magnox Reactor)

5. Hasil dari usaha dalam penyempurnaan unjuk kerja Reaktor Magnox adalah
diperkenalkannya Reaktor Maju Berpendingin Gas atau AGR (Advanced Gas-
cooled Reactor). Dalam reaktor ini juga menggunakan CO2 sebagai pendingin, grafit
sebagai moderator, namun bahan bakarnya berupa uranium sedikit diperkaya yang
dibungkus dengan kelongsong dari baja tahan karat. Pengayaan bahan bakar ini
dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi thermal dan fraksi bakar bahan
bakarnya.

11
6. Reaktor Temperatur Tinggi atau HTR (High Temperature Reactor)
ini mampu menghasilkan panas hingga 750 ºC dengan efisiensi thermalnya sekitar
40 %. Panas yang dibangkitkan dalam teras reaktor dipindahkan menggunakan
pendingin He (sistem primer) ke pembangkit uap. Dalam pembangkit uap ini panas
akan diserap oleh sistem uap air umpan (sistem sekunder) dan uap yang
dihasilkannya dialirkan ke turbin. Dalam reaktor ini juga ada sistem pemisah antara
sistem pendingin primer yang radioaktif dan sistem pendingin sekunder yang tidak
radioaktif.

Gambar 5. Reaktor Temperatur Tinggi atau HTR (High Temperature Reactor)

Dalam operasi normal, reaktor ini membutuhkan bahan bakar bola berdiameter 60
mm sebanyak ± 675.000 butir yang diletakkan di dalam teras reaktor. Rata-rata
setiap butir bahan bakar tinggal di dalam teras selama enam bulan pada operasi
beban penuh.

12
2.4 Permasalahan Pemanfaatan PLTN
Pemanfaatan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir mempunyai beberapa
permasalahan antara lain:
 Resiko kecelakaan nuklir
Kecelakaan nuklir terbesar adalah kecelakaan Chernobyl (tidak mempunyai
containment building).
 Limbah nuklir
Limbah radioaktif tingkat tinggi yang dihasilkan dapat bertahan hingga ribuan tahun.
Berbagai usaha pengamanan dilakukan untuk melindungi kesehatan dan
keselamatan masyarakat, para pekerja reaktor dan lingkungan PLTN. Usaha ini
dilakukan untuk menjamin agar radioaktif yang dihasilkan reaktor nuklir tidak terlepas
ke lingkungan baik selama operasi maupun jika terjadi kecelakaan. Tindakan protektif
dilakukan untuk menjamin agar PLTN dapat dihentikan dengan aman setiap waktu
jika diinginkan dan dapat tetap dipertahanan dalam keadaan aman, yakni memperoleh
pendinginan yang cukup. Untuk ini panas peluruhan yang dihasilkan harus dibuang
dari teras reaktor, karena dapat menimbulkan bahaya akibat pemanasan lebih pada
reaktor.
Keselamatan terpasang dirancang berdasarkan sifat-sifat alamiah air dan
uranium. Bila suhu dalam teras reaktor naik, jumlah neutron yang tidak tertangkap
maupun yang tidak mengalami proses perlambatan akan bertambah, sehingga reaksi
pembelahan berkurang. Akibatnya panas yang dihasilkan juga berkurang. Sifat ini
akan menjamin bahwa teras reaktor tidak akan rusak walaupun system kendali gagal
beroperasi.
PLTN mempunyai sistem pengamanan yang ketat dan berlapis-lapis,
sehingga kemungkinan terjadi kecelakaan maupun akibat yang ditimbulkan sangat
kecil. Sebagai contoh, zat radioaktif yang dihasilkan selama reaksi pembelahan inti
uranium sebagian besar (> 99 %) akan tetap tersimpan di dalam matriks bahan bakar,
yang berfungsi sebagai penghalang pertama. Selama operasi maupun jika terjadi
kecelakaan, selongsong bahan bakar, akan berperan sebagai penghalang kedua untuk
mencegah terlepasnya zat radioaktif tersebut keluar kelongsong. Kalau zat radioaktif
masih dapat keluar dari dalam kelongsong, masih ada penghalang ketiga yaitu sistem
pendingin. Lepas dari sistem pendingin, masih ada penghalang keempat berupa bejana
tekan terbuat dari baja dengan tebal + 20 cm. Penghalang kelima adalah perisai beton
dengan tebal 1,5 - 2 m. Bila saja zat radioaktif itu masih ada yang lolos dari perisai

13
beton, masih ada penghalang keenam, yaitu sistem pengungkung yang terdiri dari pelat
baja setebal + 7 cm dan beton setebal 1,5 - 2 m yang kedap udara.
Desain keselamatan suatu PLTN menganut falsafah pertahanan berlapis
(defence in depth). Pertahanan berlapis ini meliputi:
a. Lapisan keselamatan pertama, PLTN dirancang, dibangun dan dioperasikan sesuai
dengan ketentuan yang sangat ketat, mutu yang tinggi dan teknologi mutakhir.
b. Lapis keselamatan kedua PLTN dilengkapi dengan sistem
pengamanan/keselamatan yang digunakan untuk mencegah dan mengatasi akibat-
akibat dari kecelakaan yang mungkin dapat terjadi selama umur PLTN.
c. Keselamatan ketiga, PLTN dilengkapi dengan sistem pengamanan tambahan, yang
dapat diandalkan untuk dapat mengatasi kecelakaan hipotesis, atau kecelakaan
terparah yang diperkirakan dapat terjadi pada suatu PLTN. Namun kecelakaan
tersebut kemungkinannya tidak akan pernah terjadi selama umur PLTN.
Selama operasi PLTN, pencemaran yang disebabkan oleh zat radioaktif
terhadap lingkungan dapat dikatakan tidak ada. Air laut atau sungai yang
dipergunakan untuk membawa panas dari kondensor sama sekali tidak
mengandung zat radioaktif, karena tidak bercampur dengan air pendingin yang
bersirkulasi di dalam reaktor. Sedangkan gas radioaktif yang dapat keluar dari
sistem reaktor tetap terkungkung di dalam sistem pengungkung PLTN dan sudah
melalui sistem ventilasi dengan filter yang berlapis-lapis. Gas yang dilepas melalui
cerobong aktivitasnya sangat kecil (sekitar 2 milicurie/tahun) sehingga tidak
menimbulkan dampak terhadap lingkungan.
Pada PLTN sebagian besar limbah yang dihasilkan adalah limbah aktivitas rendah
(70–80%). Sedangkan limbah aktivitas tinggi dihasilkan pada proses daur ulang
elemen bakar nuklir bekas, sehingga apabila elemen bakar bekasnya tidak didaur
ulang, limbah aktivitas tinggi ini jumlahnya sangat sedikit. Penangan limbah
radioaktif aktivitas rendah, sedang maupun aktivitas tinggi pada umumnya
mengikuti tiga prinsip, yaitu:
 Memperkecil volumenya dengan cara evaporasi, insenerasi, kompaksi/ditekan.
 Mengolah menjadi bentuk stabil (baik fisik maupun kimia) untuk memudahkan
dalam transportasi dan penyimpanan.
 Menyimpan limbah yang telah diolah, di tempat yang terisolasi.
Pengolahan limbah cair dengan cara evaporasi/pemanasan untuk
memperkecil volume, kemudian dipadatkan dengan semen (sementasi) atau
dengan gelas masif (vitrifikasi) di dalam wadah yang kedap air, tahan banting,
14
misalnya terbuat dari beton bertulang atau dari baja tahan karat. Pengolahan
limbah padat adalah dengan cara diperkecil volumenya melalui proses
insenerasi/pembakaran, selanjutnya abunya disementasi. Sedangkan limbah yang
tidak dapat dibakar diperkecil volumenya dengan kompaksi/penekanan dan
dipadatkan di dalam drum/beton dengan semen. Sedangkan limbah padat yang
tidak dapat dibakar atau tidak dapat dikompaksi, harus dipotong-potong dan
dimasukkan dalam beton kemudian dipadatkan dengan semen atau gelas masif.
Selanjutnya limbah radioaktif yang telah diolah disimpan secara sementara (10-
50 tahun) di gudang penyimpanan limbah yang kedap air sebelum disimpan secara
lestari. Tempat penyimpanan lembah lestari dipilih di tempat/lokasi khusus,
dengan kondisi geologi yang stabil dan secara ekonomi tidak bermanfaat.

2.5 Sistem Termodinamika pada Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir


Pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) mulai dilirik untuk memenuhi sebagian dari
kebutuhan energinya. Jenis PLTN yang sudah terbukti (proven) keandalannya akan
merupakan prioritas untuk dipilih sebagai pembangkit listrik, jenis tersebut adalah
Pressurized Water Reaktor (PWR). Analisis termodinamika pada PLTN tipe PWR dapat
dilakukan dengan menggunakan siklus Rankine, karena siklus Rankine adalah siklus
yang digunakan sebagai standar untuk instalasi pembangkit daya yang menggunakan
air sebagai fluida kerja.
3

Diagram T-s Air Siklus Rankine Ideal

Persamaan-persamaan yang berlaku sesuai dengan proses-proses yang terjadi di dalam


siklus tersebut adalah sebagai berikut :

Kerja pompa yang diperlukan per satuan massa fluida kerja (Wpompa):
Wpompa = h2 – h1

15
Kondisi setelah keluar pompa secara berurutan dengan mempertimbangkan
volum jenis (v1) cairan yang konstan dan tekanan (P) pada proses isotermal h2
dapat dievaluasi sebagai berikut :

Panas yang dimasukkan ke dalam sistem per satuan massa fluida kerja
(Qmasuk):
Qmasuk = h3 – h2
Kerja yang dihasilkan persatuan massa uap air di dalam turbin (Wturbin) :
Wturbin = h3 – h4
Proses yang berlangsung di dalam turbin adalah entropi konstan (s3 = s4s),
fraksi uap (x4s) yang terjadi pada proses entropi konstan diperoleh dengan
menggunakan persamaan :

Dengan sfg adalah entropi penguapan. Nilai entalpi pada keadaan isentropik
(h4s) diperoleh dengan menggunakan persamaan,
h4s= hf + x4shg
Dengan menggunakan hasil dari persamaan tersebut dapat diperoleh nilai
entalpi pada kondisi 4 (h4) yaitu :
h4= h3 – ηT (h3 – h4s)
Panas yang dilepaskan oleh kondensor (Qkeluar) :
Qkeluar = h4 – h1

Efisiensi termik siklus (η)


𝑾𝒕𝒖𝒓𝒃 −𝑾 𝒑𝒖𝒎𝒑 (h3-h4 )−(h2-h1)
η= =
𝑸𝒊𝒏 h3-h1

16
2.6 Keuntungan dan Kerugian Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir
Keuntungan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir adalah:
1. Tidak Memerlukan Lahan yang Luas
PLTN tidak begitu memerlukan area yang luas untuk pemakaiannya. Berbeda
dengan pembangkit lain seperti, Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (angin) atau
PLTA yang memerlukan catchment area yang luas. Untuk melakukan pendinginan,
PLTN bisa saja diletakkan di pinggir pantai , karena memang harus membutuhkan
banyak air. Peletakannya juga harus di tempat yang dapat mencegah terganggunya
air minum.
2. Emisi Karbon Cukup Rendah
PLTN tidak berkontribusi terhadap emisi karbon. Tak ada emisi CO2 yang
dikeluarkan oleh PLTN, karenanya itu tidak akan menyebabkan global warming.
3. Tidak Memproduksi Partikel Polutan
PLTN juga tidak mengeluarkan partikel polutan seperti halnya Pembangkit Thermal
dari bahan fosil. Sehingga tidak menimbulkan pencemaran udara yang dapat
menyebabkan hujan asam.
4. Energi Yang Dihasilkan Sangat Padat
Energi nuklir memiliki intensitas energi yang tertinggi, energi yang sangat besar
diproduksi dari jumlah bahan bakar yang sangat sedikit.
5. Reliable
Energi nuklir sangat reliable, tidak tergantung cuaca, tidak seperti PLT Bayu atau
PLTA.
6. Volume Sampah Kecil
Sampah dari energi nulir volumenya relatif cukup kecil. Namun, sampah yang
dihasilkan bersifat radioaktif

Kerugian Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir adalah:


1. Sulit untuk membuang sampah nuklir
Agar tidak mencemari, tempat pembuangan sampah cukup mahal sehingga harus
membutuhkan treatment khusus untuk menangani sampah yang bersifat radioaktif.
Sehingga tidak dapat mencemari lingkungan.
2. Decomissioning
PLTN yang tidak terpakai tidak bisa begitu saja ditinggalkan. Proses decomissioning
akan memakan waktu yang lama dan biaya yang besar untuk mencegah terpaparnya
lingkungan sekitar dari sampah radioaktif.
17
3. Resiko kecelakaan Nuklir
Kecelakaan nuklir dapat menyebarkan partikel radioaktif kelingkungan yang luas.
Radiasi ini dapat merusak sel-sel tubuh yang dapat menyebabkan penyakit atau
kematian. Penyakit dapat muncul dalam waktu yang lama setelah kejadian radiasi.

18
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dijabarkan sebelumnya, maka dapat di ambil
beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Pusat Listrik Tenaga Nuklir adalah stasiun pembangkit listrik thermal di mana panas
yang dihasilkan diperoleh dari satu atau lebih reaktor nuklir pembangkit listrik.
2. Prinsip kerja PLTN adalah uap dihasilkan dari reaksi pembelahan inti bahan fisil
(uranium) dalam reaktor nuklir. Uap yang dihasilkan dialirkan ke turbin yang akan
bergerak apabila ada tekanan uap. Perputaran turbin digunakan untuk menggerakkan
generator, sehingga menghasilkan tenaga listrik.
3. Jenis-jenis PLTN dikelompokkan berdasarkan jenis reaktor yang digunakan.
4. Sistem termodinasika pada PLTN dapat dianalisa menggunakan siklus rankine.
5. PLTN mempunyai kelebihan antara lain tidak membutuhkan lahan yang luas, emisi
karbon cukup rendah, tidak memproduksi partikel polutan, energi yang dihasilkan sangat
padat, reliable, dan volume sampah kecil.
6. PLTN mempunyai kekurangan antara lain pembuangan energi nuklir, decommissioning
dan resiko kecelakaan nuklir.

19
DAFTAR PUSTAKA

A. E. Waltar & A. B. Reynolds..1981. AECL, "CANDU 6 Technical Outline"Atomic


Energi of Canada Ltd, "Fast Breeder Reactor". Pergamon Press.
BATAN. 2003. "Model Atom, Uranium dan Prospeknya sebagai Energi Masa Depan".
Jakarta.
BATAN. 2005. "Rangkuman Eksekutif, Paket Informasi Energi Nuklir Sebagai Bagian
dari Sistem Energi Nasional Jangka Panjang". Jakarta.
Reynolds., W.C., And Perkins, H.C.1991. Termodinamika Teknik, Edisi Kedua. Jakarta.
Penerbit : Erlangga.
Todreas, N. E., And Kazmi, M.S. 1990. Nuclear System 1, Thermal Hydraulic
Fundamentals, McGraw Hill, Inc.. New York.
Uranium.Info. 2010. "The Nuclear Fuel Cycle", tersedia online di http://www.
uranium.info
Woong, Lee Kwang. 2010. Why? Nuklir & Energi. Jakarta : Elex Media Komputindo

20

Anda mungkin juga menyukai