Anda di halaman 1dari 23

Bioelektrisitas Laktosa Pada Rangkaian Paralel Sistem Microbial

Fuel Cell (MFC) Menggunakan Lactobacillus bulgaricus Untuk


Menghasilkan Energi Listrik

OLEH

NAMA : JUMARDIN DJALILI


NIM : F1C117047
MATA KULIAH : FERMENTASI

CHEMISTRY DEPARTMENT
FACULTY OF MATH AND SCIENCE
UNIVERSITY OF HALU OLEO
KENDARI
2020
PENDAHULUAN

Seiring dengan pertumbuhan penduduk, kebutuhan energi


listrik di Indonesia diperkirakan terus bertambah sebesar 4,6%
per tahun, jika tidak ada upaya untuk meningkatkan produksi
energi listrik, angka ini akan meningkat tiga kali lipat pada tahun
2030

Salah satu energi alternatif yang ramah lingkungan adalah mikrobial fuel cell (MFC). Microbial
fueel cells (MFC) merupakan salah satu alternatif dengan memanfaatkan materi organik (substrat)
sebagai sumber energi bakteri dalam melakukan aktivitas metabolismenya untuk menghasilkan
listrik.

Berbasis prinsip bioelektrokimia yaitu perubahan energi kimia menjadi energi listrik yang
melibatkan reaksi redoks dengan memanfaatkan mikroba.
Sistem MFC terdiri dari anoda, katoda dan larutan elektrolit.
Mikroba akan melakukan metabolismenya pada kompartemen
anoda dalam keadaan anaerob mengurai substrat menjadi
proton, elektron (e) dan karbon dioksida (CO2). Elektron akan
dialirkan menuju katoda melalui sirkuit luar, sedangkan proton
berdifusi melalui jembatan garam menuju katoda.

Proses Reaksi Kimia dalam MFC untuk Menghasilkan


Arus Listrik

Sistem MFC yang terdiri lebih dari satu sel bisa dihubungkan secara paralel atau seri, sesuai dengan
orientasi yang diinginkan.

Sistem MFC dengan rangkain paralel berkaitan dengan besar arus yang dihasilkan, dimana
rangkaian paralel akan menghasilkan arus yang lebih besar jika dibandingkan dengan rangkaian
tunggal atau rangkaian seri.
Bahan Baku

Komposisi kimia; Cair

Fungsi Penambahan Bahan Kimia

 Laktosa 0,39%; sebagai substrat


 Agar; sebagai media elektroda jembatan garam
 KCl; sebagai larutan elektrolit
 HCl; untuk memberi suasana asam
 NaOH; untuk memberi suasana basa
 Akuades; untuk menetralkan pH
 Alkohol 70%; untuk mensterilisasi alat
 Susu sapi; sebagai media pertumbuhan Lactobacillus bulgaricus yang berfungsi sebagai starter mikroba
 KMnO4; sebagai kompartemen katoda, atau sebagai akseptor elektron yang berasal dari anoda
 K2HPO4 dan KH2PO4; sebagai buffer pospat dan media elektron yang ditempatkan pada kompartemen
katoda
Mikroba

Bakteri Lactobacillus bulgaricus merupakan bakteri gram positif, tidak


dapat bergerak, berbentuk batang, dapat dijumpai secara tunggal,
berpasangan atau berbentuk rantai, tidak membentuk spora, bersifat
mikroaerobik dan anaerobik.

Gambar. Lactobacillus bulgaricus, Bakteri L. bulgaricus adalah bakteri yang menghasilkan asam laktat yang
perbesaran 0,29 Micron berperan mengawetkan susu, mendegradasi laktosa sehingga susu bisa
dikonsumsi.
Lactobacillus tersebar luas dilingkungan, terutama pada hewan dan
produk makanan sayur-sayuran. Mereka biasanya mendiami saluran usus
burung dan mamalia, dan vagina mamalia, dan tidak bersifat patogen.
Dalam susu, Lactobacilus bulgaricus akan mengubah laktosa menjadi
asam laktat. Bakteri ini bersifat termodurik (dapat hidup pada suhu
pasteurisasi 63 – 75°C).

L. bulgaricus tumbuh optimal pada 37°C dengan fase adaptasi (lag


Struktur sel Lactobacillus bulgaricus phase) pada 0 - 2 jam, fase eksponensial 2 - 14 jam dan mulai mencapai
fase stasioner pada 14 jam inkubasi dengan jumlah total L. Bulgaricus
mencapai 4,9 x 109 pada 16 jam inkubasi.
Alat

Reaktor MFC Multimeter digital DT-830B Kabel dan jepit buaya Incubator anaerob

Auotoklaf Mikrometer Resistor Aluminium foil


Prosedur Kerja

1. Preparasi Komponen MFC


(Konstruksi MFC )

ditambahkan ke dipanaskan dan


dalam Aquades 250 dimasukan kedalam
5% agar mL KCl 1M Elektro
da

Pipa U
direndam direndam direndam
dalam dalam
Akuades Larutan NaOH dalam
Larutan HCl
1M 1M
2. Preparasi Elektrolit KMnO4
0,2M

ditambahkan buffer fosfat pH 7


dengan konsentrasi 0,2 M 20 mL dilapisi
Larutan KMnO4 0,2 Kompartemen
M 80 mL katoda

3. Preparasi Mikroorganisme Aluminium foil


Lactobacillus bulgaricus

diinkubasi selama 24 jam


pada suhu 40⁰C.
Bibit Lactobacillus ditumbuhkan Susu sapi Starter
bulgaricus

diinokulasikan pada substrat laktosa di


enam tabung reaktor yang berbeda.
3. Pengukuran Arus Listrik dan Beda
Potensial pada Variasai Rangkaian
Paralel

12 kompartemen anoda Kompartemen katoda


dirangkai yang masing-masing
yang terdiri dari 6 starter Kompartemen
mikroba dengan 6 substrat berisi elektrolit KMnO4 anoda dan katoda
laktosa dan buffer fospat

diisi dengan

Rangkaian kabel dihubungkan dengan


tunggal, paralel 1 dan Elektroda grafit
paralel 2 pada
multimeter digital
Kondisi Proses Produksi

1. Reaktor

Alat MFC pada proses ini menggunakan reaktor dual chamber, terdapat dua kompartemen
yaitu anoda dan katoda yang dihubungkan dengan jembatan garam. Kompartemen anoda
yang berisikan kultur bakteri Lactobacillus bulgaricus dan laktosa sebagai substrat,
sedangkan kompartemen katoda berisikan KMnO4.
2. Aerasi/pengadukan

Cara yang dapat meningkatkan kinerja MFC adalah dengan mengaduk larutan pada kompartemen anoda. Menurut
Aremu dan Agarry, pengadukan (agitasi) dapat meningkatkan produksi listrik pada sistem MFC karena
dapatmempermudah terjadinya tumbukan elektron dengan elektroda.

Selain itu, dengan agitasi substrat dapat menyebar rata dalam kompartemen anoda, sehingga mikroba dapat
mendegradasi semua senyawa organik yang ada. Namun, jika tidak diberi agitasi mikroba hanya akan mendegradasi
senyawa organik yang melayang disekelilingnya, sedangkan yang mengendap tidak mampu didegradasi

3. Waktu produksi

Kondisi lingkungan selama inkubasi diatur dalam keadaan optimum yaitu suhu 40 ⁰C dengan kondisi anaerob 24
jam

Setelah mikroba dari media susu sapi direfresh, selanjutnya dilakukan inokulasi pada media laktosa sebanyak 6
tabung, inkubasi selama 24 jam. Starter mikroba dalam laktosa inilah yang akan digunakan dalam kompartemen
anoda pada sistem MFC
4. Kondisi reaktor

Kompartemen anoda yang terdiri dari starter Lactobacilluc bulgaricus yang telah diinkubasi pada suhu
40⁰C dengan substrat laktosa dirangkai dengan kompartemen katoda yang masing-masing berisi
elektrolit KMnO4 dan buffer fospat pH 7. Kompartemen anoda dan katoda masing-masing diisi dengan
elektroda grafit, kemudian elektroda grafit pada masing-masing kompartemen dihubungkan dengan
rangkaian kabel tunggal, paralel 1 dan paralel 2 pada multimeter digital. Selanjutnya pengamatan beda
potensial dan arus listrik (Resistansi eksternal 1,95 Ohm) yang dihasilkan setiap jam selama 24 jam. Dari
data besar arus listrik dan beda potensial yang dihasilkan akan diperoleh energi listrik (daya)

5. Proses kontinyu

Dengan adanya jembatan garam terjadi aliran elektron yang kontinyu melalui kawat pada rangkaian luar
dan aliran ion-ion melalui larutan sebagai akibat dari reaksi redoks yang spontan yang terjadi pada
kedua elektroda. Pada sistem MFC jembatan garam memiliki fungsi yang sama dengan PEM yaitu untuk
mengalirkan proton dari anoda ke katoda.
Reaksi atau Metabolisme

Substrat laktosa dalam kompartemen anoda akan dihidrolisis menjadi monosakaridanya yaitu glukosa
dan galaktosa dengan bantuan enzim laktase yang disekresikan oleh bakteri. Proses metabolisme
bakteri dimulai dengan proses glikolisis, Glukosa dari hasil hidrolisis langsung bisa digunakan dalam
proses glikolisis, sedangkan galaktosa tidak, meskipun glukosa dan galaktosa memiliki rumus molekul
yang sama yaitu C6H12O6, namun perbedaan struktur pada konfigurasi C ke 4 menyebabkan enzim
glikolisis tidak mengenali galaktosa. Untuk masuk ke proses glikolisis galaktosa harus diubah menjadi
glukosa-6-fosfat

Hasil dariglikolisis akan masuk ke dalam siklus krebs di dalam mitokondria, pada siklus ini juga
dihasilkan ATP, NADH2, dan FADH2. Tahap selanjutnya adalah rantai transfer elektron dimana molekul
NADH2 dan FADH2 yang dihasilkan dari serangkaian proses glikolisis dan siklus asam sitrat akan
dioksidasi menjadi NAD+ dan FAD+ dengan melepaskan elektron dan proton.
Reaksi yang berlangsung pada MFC dengan substrat berupa glukosa dan oksigen sebagai elektron aseptor
adalah sebagai berikut:

Pada anoda : C6H12O6 + 6H2O mikroba


6CO2 + 24H+ + 24e- (1.1)
mikroba
Pada Katoda : O2 + 4H+ + 4e- 2H2O(1.2)
mikroba
Pada overall : C6H12O6 + 6O2 6CO2 + 6H2O (1.3)
Bakteri memperoleh energi melalui proses oksidasi-reduksi. Oksidasi adalah proses pelepasan
elektron sedang reduksi adalah proses penangkapan elektron. Karena elektron tidak dapat
berada dalam bentuk bebas, maka setiap reaksi oksidasi selalu diiringi oleh reaksi reduksi. Hasil
dari reaksi oksidasi dapat terbentuknya energi.

Reaksi oksidasi secara biologi dikatalisis oleh enzim dehidrogenase. Enzim tersebut mentransfer elektron dan
proton yang dibebaskan kepada aseptor elektron intermedier. Fosforilasi oksidasi terjadi pada saat elektron
yang mengandung energi tinggi tersebut ditranfer ke dalam serangkain transpor elektron sampai akhirnya di
tangkap oleh oksigen atau oksidan anorganik lainnya sehingga oksigen akan tereduksi menjadi H 2O. Molekul
NADH2 dan FADH2 yang dihasilkan dari serangkaian proses glikolisis dan siklus asam sitrat akan dioksidasi
menjadi NAD+ dan FAD+ dengan melepaskan elektron dan proton.

Pada tahap akhir dengan kondisi anaerob elektroda akan menjadi aseptor elektron yang akan
menangkap dan mengalirkan elektron menghasilkan listrik, dan kondisi inilah yang dimanfaatkan
oleh sistem MFC. Elektron yang dihasilkan kemudian ditransfer melalui sitokrom menuju
elektroda di kompartemen anoda dan selanjutnya dialirkan melalui sirkuit eksternal menuju
katoda, sedangkan proton berdifusi melalui jembatan garam pada roton dan elektron dari
kompartemen anoda
Gambar. Metabolisme Lactobacillus bulgaricus menghasilkan elektron (energi)
Produk (Cara Pemurnian
Produk)

Arus Listrik dan Beda Potensial pada Variasi


Rangkaian Paralel dengan Substrat Laktosa

Gambar. Kuat arus listrik pada variasi rangkaian Gambar. Beda potensial pada variasi rangkaian
paralel dengan substrat laktosa paralel dengan substrat Laktosa
Kuat Arus pada rangakaian pararlel sistem MFC ini sesuai dengan hukum ohm dimana kuat arus total pada
rangkaian paralel adalah kuat arus sel satu di tambahkan dengan kuat arus sel lainnya dari sistem rangkaian yang
ada, sedangkan beda potensial atau tegangan adalah sama besar.

kuat arus listrik pada sampel dengan substrat laktosa pada rangkaian paralel 1 adalah dua kalinya kuat arus pada
rangkaian tunggal dengan presentase rasio perbandingan 97%, demikian juga dengan rangkaian paralel 2 adalah
tiga kalinya rangkaian tunggal dengan presentase rasio perbandingan 102%.

Rangkaian paralel yang terdiri lebih dari satu sel, jika setiap selnya menghasilkan elektron dan proton dengan
jumlah yang berbeda maka akan berakibat pada perbedaan besar beda potensial yang teramati, hal ini disebabkan
karena adanya perbedaan besar voltase antar sel pada rangkaian paralel 1 dan paralel 2 sehingga yang teramati
adalah voltase rata-rata.

profil grafik arus listrik dan grafik beda potensial, memiliki profil garis yang sangat mirip, seperti fase eksponensial
yang dimulai dari jam ke 7, dan fase stasioner dimulai dari jam ke 8 sampai jam ke jam ke 12 dan selanjutnya
adalah fase kematian, hal ini disebabkan karena arus listrik dan beda potensial memiliki perbandingan yang
sebanding , semakin besar arus listrik maka semakin besar pula beda potensial dan sebaliknya.
Perbandingan Daya Listrik pada Variasi
Rangkaian Paralel dengan Subsrat Laktosa

Besar daya yang dihasilkan sebanding dengan arus


listrik rangkaian paralel, dengan beda potensial yang
sama maka besar daya pada rangkaian paralel 1
mendekati dua kalinya rangkaian tunggal dan besar
daya pada rangkaian paralel 2 mendekati tiga kalinya
rangkaian tunggal

Daya yang dihasilkan dari sistem MFC menggunakan


substrat laktosa menghasilkan daya pada rangkaian
tunggal, paralel 1 dan paralel 2 masing-masing adalah
72,58 x10-6 mWatt; 155,77 x10-6 mWatt ; 270,28 x106
Gambar. Daya pada variasi rangkaian paralel menggunakan
mWatt.
substrat laktosa
Pada proses pengolahan awal, energi yang dihasilkan dari metabolisme bahan organik sebagian besar
digunakan untuk membentuk biofilm. Sel-sel teradsorpsi pada permukaan media, kemudian tumbih,
berkembang biak dan menghasilkan extracellular polymeric subtances (EPS) untuk membentuk biofilm.

Elektroda grafit pada ruang anoda berperan menjadi media lekat pada
mikroorganisme untuk membentuk biofilm. Selain sel bakteri hidup dan sel bakteri
yang mati dapat membentuk lapisan pada permukaan anoda semakin bertambah.
Apabila permukaan elektroda sudah dipenuhi oleh biofilm, jumlah elektron yang
ditransfer ke elektroda semakin sedikit sehingga terjadi penurunan arus listrik

Bertambahnya jumlah sel bakteri memungkinkan semakin banyaknya proton dan elektron yang dapat
dihasilkan dari proses metabolisme sehingga arus listrik yang terbaca semakin besar. Pada jam berikutnya,
kuat arus yang dihasilkan turun seiring dengan berkurangnya jumlah glukosa yang tersedia. Hal ini sesuai
dengan kesimpulan Chaudhuri dan Lovley bahwa potensial dan kuat arus berbanding lurus dengan
konsentrasi substrat yang tersedia untuk dioksidasi.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.siswapedia.com/glikogenesis-glikogenolisis-dan-glukoneogenesis/.
Diakses pada tanggal 13 April 2020, Pukul 15.30 Wita.
http://phytocode.net/phytoglossary/lactobacillus-bulgaricus/. Diakses pada tanggal
13 April 2020, Pukul 15.30 Wita.
https://aguskrisnoblog.wordpress.com/2011/01/11/kontribusi-penting-bakteri-
lactobaccilus-bulgaricus-pada-yogurt-untuk-kesejahteraan-manusia/ .
Diakses pada tanggal 13 April 2020, Pukul 15.30 Wita.
Putra A., Rahmad N., dan Linda S., 2014, Lactose Bioelectricity on A Microbial Fuel
Cell System Parallel Circuit using Lactobacillus bulgaricus, Jurnal Sains dan
Matematika, 22 (4): 107-111.
THANK YOU!

Anda mungkin juga menyukai