Anda di halaman 1dari 33

DAR2/Profesional/184/6/2022

PENDALAMAN MATERI FISIKA

MODUL 6 KB 3.

KONSEP DAN FENOMENA


KUANTUM

Penulis : Dr. Ignatius Edi Santosa, M.S.

Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Ristek, dan Teknologi


2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................. 1


DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... 2

A. Pendahuluan ...................................................................................... 3
B. Inti ..................................................................................................... 4

Capaian Pembelajaran ................................................................... 4


Pokok materi.................................................................................. 4
Uraian materi ................................................................................. 4

3.1. Efek fotolistrik ......................................................................... 4


3.2. Sinar X ................................................................................... 12
3.3. Efek Compton ........................................................................ 16
3.4. Sifat gelombang dari partikel ................................................. 19

Forum Diskusi ............................................................................. 22

C. Penutup............................................................................................ 25

Rangkuman .................................................................................. 25
Tes formatif ................................................................................. 26

Daftar pustaka .......................................................................................... 29


Kunci Jawaban Tes Formatif KB3 .......................................................... 31

1
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1. Rangkaian alat untuk mengamati efek fotolistrik ............................... 6


Gambar 3.2. Hubungan antara arus dengan tegangan untuk dua nilai intensitas
cahaya yang digunakan I1 dan I2. ............................................................. 7
Gambar 3.3. Hubungan antara arus dengan tegangan, untuk dua frekuensi yang
berbeda fM dan fB ....................................................................................... 8
Gambar 3.4. Hasil pengamatan hubungan tegangan penghenti terhadap frekuensi
yang digunakan.......................................................................................... 9
Gambar 3.5. Bagan pembangkit sinar X ............................................................... 13
Gambar 3.6. Spektrum sinar X dari berbagai tegangan pemercepat (Va1 > Va2 > Va3)
................................................................................................................. 14
Gambar 3.7. Bagan efek fotolistrik ....................................................................... 15
Gambar 3.8. Bagan pembangkit sinar X ............................................................... 16
Gambar 3.9.Hamburan foton dan elektron ............................................................ 17

2
A. Pendahuluan
Modul ini ditujukan agar mahasiswa menguasai konsep fisika modern
(kuantum) secara umum. Isi modul meliputi konsep-konsep dalam fisika modern
yaitu sifat dualisme cahaya dan sifat gelombang dari partikel. Pembahasan diawali
dengan review ulang tentang konsep cahaya. Selanjutnya dijelaskan efek fotolistrik
yaitu munculnya lucutan elektron dari logam yang disinari. Pada bagian ini dibahas
teori baru yang dikemukakan oleh Einstein yaitu pandangan bahwa cahaya adalah
partikel disebut foton dengan tenaga sebanding dengan frekuensinya. Konsep yang
sama juga digunakan untuk menjelaskan adanya frekuensi pancung pada
pembangkitan sinar X dan pergeseran panjang gelombang terhambur pada efek
Compton. Pembahasan berikutnya mengenai sifat gelombang dari partikel seperti
yang dikemukakan oleh de Broglie.
Pembahasan materi dalam modul ini terkait dengan pembahasan sifat-sifat
cahaya pada Modul 4 KB2 dan radiasi elektromagnetik Modul 6 KB1. Konsep
utama kuantisasi radiasi elektromagnetik akan diterapakan untuk membahas
fenomena baru yang akan dibahas dalam modul ini.
a. Materi dalam modul ini dibagi dalam empat topik yaitu, efek fotolistrik,
sinar X, efek Compton, dan aspek gelombang dari partikel.
b. Untuk dapat memahami materi pada setiap topik, mahasiswa perlu
- mempelajari bahan yang disediakan dalam “buku ajar” yang berupa
uraian materi dan contoh soal
- mendalami materi dalam video yang disediakan
- melakukan simulasi sesuai petunjuk yang disertakan
c. Mahasiswa dapat lebih mendalami dan memperkaya materi dari sumber
pustaka / acuan yang digunakan
d. Untuk mengetahui tingkat pemahaman, mahasiswa perlu mengerjakan tes
formatif di bagian akhir modul.

3
B. Inti
Capaian Pembelajaran
Menganalisis materi fisika modern dan penerapannya untuk menyelesaikan
permasalahan fisika dalam kehidupan sehari-hari. Para peserta diharapkan
dapat memenuhi sub capaian pembelajaran, sebagai berikut:
Setelah mempelajari modul ini mahasiswa diharapkan mampu:
a. menguasai konsep dan fenomena kuantum dengan benar
b. menganalisis konsep, prinsip gejala fotolistrik dengan benar
c. menganalisis pembangkitan sinar X dengan benar
d. menganalisis efek Compton
e. menganalisis aspek gelombang dari partikel dengan benar
Pokok materi
• Konsep dan fenomena kuantum
• Efek fotolistrik
• Sinar X
• Efek Compton
• Aspek gelombang dari partikel
Uraian materi

3.1. Efek fotolistrik


Selamat berjumpa lagi
Pada bagian ini kita akan mempelajari materi sifat dualisme cahaya yaitu
sebagai gelombang dan partikel. Untuk itu kita akan mempelajarinya satu persatu.
Pertama kita akan melihat gejala-gejala yang terkait dengan konsep cahaya sebagai
gelombang. Selanjutnya kita akan mempelajari peristiwa efek fotolistrik yang
menunjukkan bahwa cahaya berlaku sebagai partikel.
Mari kita mulai dengan sub-bab pertama.
a. Cahaya
Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak bisa lepas dari cahaya. Cahaya banyak
digunakan untuk penerangan misalnya cahaya dari lampu pijar, lilin dan sinar

4
matahari. Tetapi cahaya juga dimanfaatkan untuk keperluan lainnya, sebagai contoh
cahaya matahari kita gunakan untuk mengeringkan pakaian dan hasil pertanian.
Terkait dengan cahaya ini, kita akan mengawali dengan mereview ulang
materi yang sudah pernah kita pelajari di bagian optika. Sifat cahaya yang sudah
kita kenal adalah bahwa cahaya merambat lurus, dan juga dapat dipantulkan. Sesuai
dengan kenyataan tersebut, Newton berpendapat bahwa cahaya adalah partikel,
seperti halnya bola. Apakah pandangan ini dapat diterima? Kita perlu membahas
gejala lain terlebih dahulu.
Lintasan cahaya yang lurus teramati di suatu medium. Namun ketika cahaya
masuk ke medium yang lain, lintasannya akan berbelok tidak lagi seperti arah
semula. Saat memasuki medium yang berbeda cahaya dibiaskan. Demikian pula
ketika cahaya melewati celah sempit yang seorde dengan panjang gelombangnya,
cahaya tersebut akan mengalami difraksi. Cahaya juga dapat berinterferensi, saling
berpadu. Gejala difraksi dan interferensi ini akan menghasilkan pola gelap terang.
Apakah kia pernah membayangkan bagaimana mungkin cahaya yang berpadu
menjadikan suatu tempat gelap. Kalau kita menggunakan teori Newton bahwa
cahaya adalah partikel, maka kita akan berpandangan bahwa perpaduan cahaya
akan menyebabkan suatu tempat menjadi lebih terang. Gejala ini memang jadi
membingungkan kita. Karena gejala semacam ini, Huygen menyampaikan
pendapatnya tentang cahaya yang berbeda dari Newton. Menurut Huygen cahaya
adalah gelombang. Hal ini kita pelajari di Modul 4 KB2. Dengan dasar ini Huygen
dapat menjelaskan bagaimana terjadinya pola gelap terang pada peristiwa difraksi
dan interferensi. Melalui konsep ini pula kita dapat memahami bahwa cahaya juga
dapat dipolarisasi.
Pandangan bahwa cahaya sebagai gelombang ini dapat diterapkan untuk
menjelaskan gejala-gejala yang teramati di muka. Sebaliknya konsep cahaya
sebagai partikel tidak sepenuhnya dapat digunakan. Karena itu pada abad ke 19,
cahaya dipahami sebagai gelombang bukan partikel.
Konsep cahaya sebagai gelombang juga sesuai dengan perkembangan di
bidang elektromagnetika. Dengan menggunakan persamaannya, Maxwell
menunjukkan bahwa terdapat gelombang elektromagnetik. Gelombang ini

5
merambat dengan kecepatan yang tergantung mediumnya. Kemudian gelombang
elektromagnetik dapat ditunjukkan dengan nyata dalam eksperimen oleh Hertz.

b. Efek Fotolistrik
Di depan kita sudah membahas bahwa cahaya adalah gelombang berdasar
dari fakta-fakta pada saat itu. Namun sekarang kita akan melihat perkembangan
yang terjadi sesudahnya. Pada tahun 1887 Hertz menjumpai peristiwa yang sangat
istimewa. Saat menyinari elektroda dengan sinar ultraviolet, dia melihat adanya
lucutan listrik. Gejala ini disebut efek fotolistrik.
Untuk meneliti lebih lanjut gejala ini Philip Lenard mengembangkan
“phototube”. Dalam penelitiannya, digunakan susunan peralatan seperti pada
gambar 3.1. Sebuah keping logam yang akan disinari dan keping kolektor
diletakkan dalam tabung hampa. Cahaya yang digunakan untuk menyinari, dapat
diubah intensitas maupun frekuensinya. Selanjutnya tabung dirangkai dengan catu
daya dan amperemeter. Tegangan catu daya dapat diatur. Polaritas catu daya dapat
dibalik, sehingga potensial keping yang disinari dapat lebih tinggi atau lebih rendah
dari pada potensial keping kolektor. Amperemeter digunakan sebagai indikator
banyaknya elektron yang sudah terlepas dari logam dan terkumpul di keping
kolektor

Gambar Error! No text of specified style in document..1. Rangkaian alat untuk


mengamati efek fotolistrik

6
Lenard mengadakan berbagai eksperimen. Pada saat menyinari keping
logamnya dia mengamati adanya partikel yang dilepaskan dari permukaan logam.
Dari penelitian lanjutan dapat diketahui bahwa muatan partikel tersebut adalah
negatif dan disebut sebagai fotoelektron, Apa yang istimewa dari peristiwa ini?
Marilah kita lihat satu persatu.
a. Kejadian munculnya fotoelektron sangat cepat. Begitu logam disinari, saat
itu juga teramati adanya arus pada amperemeter. Hal ini terjadi tanpa
tergantung intensitas cahaya yang digunakan. Meskipun intensitas
cahayanya kecil, bila fotoelektron muncul, munculnya tetap sesaat, tidak
ada waktu tunda.
b. Dengan susunan di muka, tegangan kolektor dapat diatur polaritas dan
nilainya. Bila keping kolektor kita buat lebih positif, maka fotoelektron akan
tertarik ke arah kolektor. Sebagai akibatnya akan terlihat adanya arus pada
amperemeter. Bila tegangan kolektor ini diperkecil, tarikannya terhadap
fotoelektron juga mengecil, sehingga arusnya menurun. Namun ketika
tegangan kolektor sudah bernilai nol, arusnya masih ada. Selanjutnya bila
polaritasnya dibalik, berarti kolektor menjadi lebih negatif. Hal ini
menyebabkan kolektor menolak fotoelektron, sehingga arusnya turun. Bila
kemudian tegangannya diperbesar, maka fotelektron semakin tertolak dan
tidak mencapai kolektor, sehingga arusnya menjadi nol. Pada keadaan ini
tegangannya kita sebut tegangan penghenti (VP). Hubungan ini
digambarkan pada gambar 3.2. sebagai berikut:

Gambar Error! No text of specified style in document..2. Hubungan antara arus dengan
0 yang digunakan I1 dan I2.
tegangan untuk dua nilai intensitas cahaya

7
Dengan memvariasikan intensitas cahaya yang digunakan ternyata
tegangan penghentinya tetap, tidak berubah. Seperti terlihat pada gambar
3.2 ketika disinari dengan intensitas I1, tegangan penghentinya VP. Jika
disinari dengan intensitas yang lebih tinggi I2, tegangan penghentinya juga
tetap VP.

c. Namun bila frekuensi cahaya diubah, ternyata tegangan penghentinya juga


berubah. Semakin tinggi frekuensi cahayanya, tegangan penghentinya juga
semakin besar, seperti pada gambar 3.3.

Gambar Error! No text of specified style in document..3. Hubungan antara arus dengan
tegangan, untuk dua frekuensi yang berbeda fM dan fB

Untuk cahaya dengan frekuensi fM, didapatkan tegangan penghenti


sebesar VM, sedang bila digunakan cahaya dengan frekuensi yang lebih
tinggi yaitu fB akan diperoleh tegangan yang lebih besar pula yaitu VB.

d. Dengan memperhatikan gambar 3.3. di atas, selanjutnya kita dapat membuat


grafik hubungan antara tegangan penghenti terhadap frekuensi pada satu
bahan logam. Seperti yang ditunjukkan pada gambar 3.4. Apa yang menarik
pada gambar 3.4 ini? Pertama ternyata hubungan antara tegangan penghenti
terhadap frekuensi mengikuti garis lurus (linear). Yang kedua, efek foto
listrik terjadi bila frekuensi cahayanya lebih besar dari nilai batas ambang.
Kejadian ini konsisten dan berlaku untuk logam-logam yang lain pula.

8
Gambar Error! No text of specified style in document..4. Hasil pengamatan hubungan
K
tegangan penghenti terhadap frekuensi yang digunakan

Mari kita lanjutkan pembahasan tentang hasil eksperimen di atas. Hasil


pengamatan di atas tidak dapat dijelaskan, karena tidak sesuai dengan pemahaman
cahaya pada waktu itu. Seperti yang kita bahas di bagian cahaya, kita lebih
memandang cahaya sebagai gelombang. Karena itu tenaga yang dibawa cahaya
tergantung pada amplitudonya dan ini dinyatakan dengan intensitasnya.
Fotoelektron yang dilepaskan cahaya dari logam memiliki tenaga kinetik.
Ketika fotoelektron tidak mencapai kolektor karena tolakan dengan tegangan
penghenti, berarti tenaga potensial penghenti yang kita berikan sama dengan
besarnya tenaga kinetik. Hal yang tidak dipahami adalah tegangan penghenti ini
tidak tergantung pada intensitas (lihat gambar 3.2 tetapi justru tergantung pada
frekuensinya seperti pada gambar 3.3. Sesuai konsep gelombang, tenaga kinetik
fotoelektron semestinya tergantung intensitas cahayanya. Tetapi faktanya tidak
demikian.
Mari kita lanjutkan pembahasan kita di depan. Persoalan ini diselesaikan oleh
Einstein pada tahun 1905. Einstein menyatakan bahwa cahaya terkuantisasi, terdiri
dari paket yang diskrit (quanta) yang disebut foton. Tenaga setiap foton tergantung
frekuensinya mengikuti persamaan
E=hf=hc/ (3.1)

9
dengan
h: tetapan Planck = 6,626 x 10-34 J s
f: frekuensi ( Hz)
𝜆 : panjang gelombang ( m )
c : kecepatan cahaya = 3 x 108 m/s.

Menurut Einstein pelepasan elektron terjadi karena foton yang datang pada
logam akan menumbuk sebuah elektron yang terikat dalam logam. dan memberikan
seluruh tenaganya sebesar h f untuk
- melepaskan elektron dari ikatan
- tenaga gerak elektron
Tenaga ikat elektron tergantung jenis bahan dan disebut sebagai fungsi kerja.
Dengan demikian jika foton dengan tenaga E datang ke logam dengan fungsi kerja
W, kita dapat memperoleh hubungan
E = W + Ek (3.2)

atau
h f = W + Ek (3.3)

dengan Ek adalah tenaga kinetik fotoelektron


Dari eksperimen diketahui bahwa gerak fetoelektron dapat dihentikan dengan
memberikan tegangan penghenti. Selanjutnya tenaga kinetik fotoelektron tersebut
dapat kita nyatakan dalam tegangan penghenti VP mengikuti persamaan
Ek = e VP (3.4)

dengan e: muatan elektron = 1,6 x 10-19 C.


Dari persamaan (3.3) dan (3.4) kita akan dapat memperoleh persamaan
e VP = h f - W (3.5)

Coba perhatikan persamaan (3.5). Dari persamaan ini kita dapat mengetahui
bahwa potensial penghenti tergantung pada frekuensi cahaya yang digunakan.
Selain itu dari persamaan 3.3 kita juga dapat mengetahui bahwa agar elektron

10
terlepas diperlukan tenaga minimal, asebesar tenaga ikat elektron atau fungsi
kerjanya sehingga berlaku
h f0 = W (3.6)

atau
f0 = W / h (3.7)

Karena h adalah tetapan, dan W adalah tenaga minimal yang diperlukan maka
berarti juga diperlukan frekuensi minimal agar efek fotolistrik dapat terjadi sesuai
dengan hasil eksperimen. Menurut Einstein, satu foton berinteraksi dengan satu satu
elektron. Pelepasan tenaga tergantung pada tenaga foton yang datang. Bila tenaga
foton sudah melebihi batas ambang pelepasan dapat terjadi seketika seperti yang
teramati dalam eksperimen. Akumulasi tenaga tidak diperlukan. Karena itu tidak
perlu waktu tunda, apabila memang frekuensi cahaya sudah di atas batas ambang.
Contoh 3.1
Sinar dengan panjang gelombang 1Å memiliki tenaga sebesar
E=h
ℎ𝑐
𝐸= 
6,626 ×10−34 𝐽 𝑠 × 2,998 108 𝑚 /𝑠
𝐸= 1 × 10−10 𝑚

𝐸 = 19,864748 × 10−16 𝐽
atau
19,864748 × 10−16 𝐽
𝐸=
𝐽
1,602 × 10−19 𝑒𝑉

𝐸 = 1,24 × 104 𝑒𝑉 = 12,4 𝑘𝑒𝑉

Secara umum diperoleh untuk foton dengan panjang gelombang  (dalam


angstrom), mempunyai tenaga E dalam elektron volt sebesar
1,24 ×104 𝑒𝑉 Å
𝐸= 

11
Contoh 3.2
Foton, dengan panjang gelombang  = 2 angstrom, berinteraksi dengan
elektron pada atom Hidrogen yang terikat dengan tenaga 14 eV.
Hitunglah tenaga kinetik elektron yang terlepas.
Tenaga foton E sebesar
1,24 ×104 𝑒𝑉 Å
𝐸= = 6200 eV

Tenaga kinetik elektron yang lepas adalah


𝐸𝐾 = 6200 𝑒𝑉 − 14 𝑒𝑉 = 6186 𝑒𝑉

Untuk lebih memahami gejala ini marilah kita perhatikan slide presentasi
tentang gejala efek fotolistrik berikut ini. Jalankan slide presentasi 1 dengan
mengklik ikon di bawah.

Slide presentasi 3.1. Efek Fotolistrik

Dalami materi ini dengan baik dan selanjutnya untuk lebih memperdalam
lihat bagian diskusi dan tugas di bagian belakang.

3.2. Sinar X
Sebagai kelanjutan dari topik 1, pada bagian ini kita akan mempelajari
proses dihasilkannya sinar X atau sinar Roentgen beserta sifatnya. Susunan
peralatan untuk menghasilkan sinar X ditunjukkan pada gambar 3.5. Di sini terdapat
katoda (K) yang dihubungkan dengan potensial rendah dan anoda (A) yang
dihubungkan dengan potensial yang lebih tinggi.

12
Gambar Error! No text of specified style in document..5. Bagan pembangkit sinar X

Katoda dipanaskan sehingga elektronnya akan terlepas dari ikatan pada


keping. Karena tegangan antara anoda dan katoda, elektron tersebut akan bergerak
menuju anoda sebagai target, dengan tenaga gerak Ek1 sebesar
Ek1 = e Va (3.8)

dengan e: muatan elektron


Va: tegangan pemercepat
Ketika menumbuk target elektron akan kehilangan tenaga gerak dan
memancarkan gelombang elektromagnetik yang dikenal sebagi radiasi pengereman
(bremsstrahlung). Pada peristiwa ini terjadi konversi tenaga, dari tenaga gerak
elektron menjadi tenaga gelombang elektromagnetik. Sesuai dengan hukum
kekekalan tenaga, tenaga gelombang elektromagnetiknya Ex sama dengan
perubahan tenaga gerak elektron yang dapat dituliskan dalam persamaan 3.9.
Ex = Ek1 - Ek2 (3.9)

dengan Ek1: tenaga kinetik elektron sebelum tumbukan


Ek2: tenaga kinetik elektron setelah tumbukan
Persamaan (3.9) di atas menunjukkan bahwa tenaga sinar X bisa sangat
bervariasi tergantung pada selisih tenaga kinetik elektron. Sinar X yang teramati
memiliki panjang gelombang yang bervariasi. Pola intensitas sinar X yang
dihasilkan oleh perangkat di depan adalah kontinyu seperti pada gambar 3.6.
Perhatikan bahwa untuk setiap tegangan pemercepat terdapat batas panjang

13
gelombang minimal (min). Pada tegangan Va1 terdapat panjang gelombang minimal
(min1). Selain itu juga terdapat puncak khusus yang disebut sebagai sinar X
karakteristik.

Gambar Error! No text of specified style in document..6. Spektrum sinar X dari


berbagai tegangan pemercepat (Va1 > Va2 > Va3)

Bagaimana kita dapat menjelaskan adanya min pada pola sinar X seperti yang
ditunjukkan pada gambar 3.6 di atas? Apakah ada hubungannya dengan tegangan
pemercepat?
Coba kita ingat kembali pembahasan pada efek fotolistrik. Einstein
menyatakan bahwa tenaga gelombang elektromagnetik sebanding dengan
frekuensinya (persamaan 3.2). Dengan memasukkan persamaan ini ke dalam
persamaan (3.9) kita akan mendapatkan persamaan
h f = Ek1 - Ek2 (3.10)

atau
h c /  = Ek1 - Ek2 (3.11)

14
Bila seluruh tenaga gerak elektron dapat diubah menjadi gelombang
elektromagnetik, maka frekuensi gelombang yang dihasilkan akan paling besar
(maksimal), sehingga berlaku
h fmax = Ek1 = e Va (3.12)

Pada frekuensi maksimal berarti panjang gelombangnya minimal, dengan


demikian persamaan (3.12) dapat dituliskan menjadi
h c / min = Ek1 = e Va (3.13)

dengan h: tetapan Planck


fmax : frekuensi maksimal yang mungkin dihasilkan
min : panjang gelombang minimal
Contoh 3.3
Tentukan panjang gelombang minimum dari sinar X yang dihasilkan dengan
tegangan pemercepat sebesar 10 kV.
Jawab:
Dari persamaan (3.13) kita peroleh hubungan

min = h c / e Va

6,62×10−34 𝐽𝑠×3×108 𝑚/𝑠


min=
1,6×10−19 ×104 𝐽
Panjang gelombang minimum dari sinar X adalah

min= 12,42 nm

Dari pembahasan kita tentang sinar X ini, apakah kita dapat mengetahui
perbedaannya dengan efek fotolistrik? Mari kita lihat ulang satu per satu.
Pada efek fotolistrik sebuah foton memberikan tenaganya pada elektron yang
terikat sehingga elektron tersebut terlepas, seperti pada gambar 3.7.

Gambar Error! No text of specified style in document..7. Bagan efek


fotolistrik

15
Sebaliknya sinar X dibangkitkan ketika elektron mengalami perlambatan.
Tenaga gerak elektron dikonversi menjadi tenaga foton, yang dapat dinyatakan
sebagai berikut

Gambar Error! No text of specified style in document..8. Bagan pembangkit sinar X

3.3. Efek Compton


Di bagian depan kita sudah mempelajari interaksi foton dengan elektron
yang terikat. Sekarang kita akan mempelajari gejala lain yang dikenal sebagai efek
Compton. Gejala ini terjadi ketika sinar X ditembakkan pada target. Sinar X yang
terhambur diamati pada berbagai sudut. Compton mendapatkan bahwa sinar
terhambur memiliki panjang gelombang yang lebih besar dibanding sebelum
dihamburkan. Perbedaan nilai panjang gelombangnya tergantung sudut hamburan.
Menurut Compton perubahan panjang gelombang yang teramati terjadi ketika sinar
datang dihamburkan oleh elektron bebas.
Mari kita pelajari bagaimana munculnya perubahan panjang gelombang
tersebut. Pertama dari pembicaraan sebelumnya kita tahu bahwa cahaya dapat
dipandang sebagai foton yang memiliki tenaga sebanding dengan frekuensinya
mengikuti persamaan
E=hf (3.14)

Yang kedua dari pembahasan di KB2 tentang relativitas, tenaga dari partikel
dengan momentum p mengikuti persamaan
E=pc (3.15)

dengan p : momentum
c : kecepatan cahaya
Dengan persamaan (3.14) dan (3.15), kita mendapatkan nilai momentum
foton p mengikuti
p=hfc (3.16)

16
atau
p=h (3.17)

dengan  panjang gelombang


Selanjutnya akan terjadi tumbukan antara foton dengan elektron bebas
secara elastis. Keadaan masing-masing sebelum tumbukan adalah foton yang
datang memiliki tenaga dan momentum sebesar

Eo = h f = h c / o (3.18)

po = h / o (3.19)

sedang elektron yang diam memiliki tenaga diam sebesar

Ee = mo c2 (3.20)

dengan mo: massa diam elektron

Setelah terjadi tumbukan, elektron akan terpental ke arah sudut  terhadap


sumbu x dan foton akan terhambur dengan sudut hamburan sebesar  terhadap
sumbu x seperti pada gambar 3.9.

Gambar Error! No text of specified style in document..9.Hamburan foton dan elektron

Setelah terhambur tenaga dan momentum fotonnya menjadi

Es = h fs = h c / s (3.21)

17
ps = h / s (3.22)

dan untuk elektron tenaga dan momentumnya mengikuti

Ee = mo c2 +K (3.23)

pe = mo V (3.24)

dengan K: tenaga kinetik


V: kelajuan elektron

Selanjutnya berdasar hukum kekekalan tenaga dan momentum kita bisa


menurunkan persamaan

s - o = ( h / mo c) (1 - cos  ) (3.25)

atau

= ( h / mo c) (1 - cos  ) (3.26)

 = c (1- cos ) (3.27)

dengan
: pergeseran panjang gelombang

c : panjang gelombang Compton = h / mo c


Persamaan akhir di atas menjelaskan mengapa hasil eksperimen pada
pergeseran panjang gelombang dipengaruhi oleh sudut hamburan. Untuk lebih
memahami persoalan gejala ini cobalah perhatikan contoh soal berikut.
Contoh 3.4
Diketahui sinar X dengan panjang gelombang  =   Å berinteraksi
dengan elektron bebas. Bila diketahui foton terhambur pada sudut 30o, tentukan
a. Panjang gelombang foton terhambur
b. Momentum foton terhambur
Jawab:
Nilai panjang gelombang Compton adalah

c = h / mo c

18
6,62×10−34 𝐽𝑠
c= 3×108 𝑚/𝑠×9,1×10−31 ×𝑘𝑔
= 0,024 Å

Pergeseran panjang gelombangnya adalah

 = c (1- cos ) = 0,024 Å (1- cos 30) =0,003 Å


Sehingga panjang gelombang terhamburnya adalah

 s = o +  =  Å + 0,003 Å= 0,153 Å


Dan momentum foton terhambur bernilai
6,62×10−34 𝐽𝑠
𝑝𝑠 = = 43,27x 10-24 kg m/s
0,153×10−10 𝑚

3.4. Sifat gelombang dari partikel


Pada pembahasan efek fotolistrik kita sudah memahami bahwa cahaya
berlaku sebagai partikel. Hal ini juga diperkuat dengan hasil pada efek Compton.
Pada kedua gejala tersebut cahaya tidak lagi dipandang sebagai gelombang seperti
halnya pada peristiwa difraksi dan interferensi. Apa artinya ini? Cahaya dapat
dipahami sebagai gelombang ternyata juga bersifat sebagai partikel.
Pemahaman yang baru ini kemudian dapat menimbulkan pertanyaan
sebaliknya. Apakah partikel juga bisa bersifat sebagai gelombang? Jawaban atas
pertanyaan ini diberikan oleh Louis de Broglie. Pada tahun 1924 de Broglie
menyatakan postulatnya
- partikel juga bersifat sebagai gelombang
- persamaan yang menunjukkan aspek partikel dari gelombang juga akan
memberikan aspek gelombang dari partikel
Pada pembahasan efek Compton, kita sudah mendapatkan persamaan (3.17)
sebagai berikut
p=h/ (3.28)

Dari persamaan di atas kita tahu bahwa sebagai gelombang cahaya memiliki
panjang gelombang , akan berlaku sebagai partikel dengan momentum p.

19
Bagaimana dengan benda yang bergerak. Sebuah benda atau partikel
dengan massa m yang bergerak dengan kecepatan v, mempunyai momentum
sebesar
p=mv (3.29)

Bila kita menerapkan postulat de Broglie, maka akan diperoleh gelombang


dengan panjang gelombang
=h/p (3.30)

atau
=h/mv (3.31)

Persamaan (3.31) menyatakan bahwa benda dengan momentum m v berlaku


sebagai gelombang dengan panjang gelombang .
Apakah ini sekedar ganti ruas dari persamaan. Atau memang dapat
ditunjukkan secara nyata? Bagaimana hal ini bisa ditunjukkan? Mari kita coba
hitung panjang gelombang dari partikel yang sedang bergerak.
Pada tabung Thomson, kita dapat menggerakkan elektron dengan
memberikan tegangan pemercepat Va. Tenaga potensial yang menggerakkan
elektron dengan muatan e, ini sebesar
Ep = e Va (3.32)

Akibatnya elektron akan bergerak dan memiliki tenaga kinetik mengikuti


1 (3.33)
𝐸𝑘 = 𝑚 𝑣2
2

dengan m: massa elektron


v: kecepatan gerak elektron
Sesuai dengan hukum kekekalan tenaga berarti
1 (3.34)
𝑒 𝑉𝑎 = 𝑚 𝑣2
2

atau
1 (3.35)
𝑒 𝑉𝑎 = 𝑝2
2𝑚

Dengan memasukkan persamaan (3.31) ke dalam persamaan (3.35) kita akan


mendapatkan

20
1 ℎ 2 (3.36)
𝑒 𝑉𝑎 = ( )
2𝑚 𝜆

dan
ℎ (3.37)
𝜆=
√2 𝑚 𝑒 𝑉𝑎
Persamaan tersebut menunjukkan nilai panjang gelombang dari elektron yang
dipercepat dengan tegangan pemercepat Va.

Contoh 3.5
Hitunglah tegangan pemercepat elektron yang diperlukan untuk memperoleh
gelombang dengan panjang gelombang sebesar 1 Å
Jawab:
Dari persamaan (3.36) kita dapatkan

1 ℎ 2
𝑉𝑎 = (𝜆 )
2𝑚𝑒
(6,626 × 10−34 𝐽 𝑠)2
𝑉𝑎 =
2× (9,1 × 10−31 𝑘𝑔) × (1,6 × 10−19 𝐶) × (1 × 10−10 𝑚)2

𝑉𝑎 = 150 𝑣𝑜𝑙𝑡
Elektron yang dipercepat dengan tegangan 150 volt akan berlaku sebagai
gelombang dengan panjang gelombang 1 Å.

Bagaimana kita dapat menunjukkan bahwa elektron dapat berlaku sebagai


gelombang? Davisson dan Gremer melakukan eksperimen dengan menembakkan
elektron pada permukaan logam nikel. Mereka mengamati bahwa elektron setelah
menumbuk nikel, dijumpai pada posisi sudut tertentu. Analisa hasil eksperimen ini
menggunakan cara seperti pada difraksi sinar X. Dengan menghitung panjang
gelombang elektron (seperti pada contoh soal) dan sudut difraksinya, akan
didapatkan jarak antar bidang pada logam nikel. Hasil pengukuran ini ternyata
sesuai dengan pengukuran dengan metode yang lain. Karena itu kita dapat
menyimpulkan bahwa elektron yang ditembakkan pada logam nikel tersebut
berlaku seperti sinar X yaitu berupa gelombang.

21
Berawal dari sebuah postulat de Broglie, dengan eksperimen dapat dibuktikan
bahwa sebuah partikel yang bergerak dapat berlaku sebagai gelombang.
Selanjutnya hasil ini diterapkan pada mikroskop elektron. Pada mikroskop ini
berkas elektron digunakan sebagai ganti cahaya biasa. Dengan berkas elektron
berarti kita menggunakan gelombang dengan panjang gelombang yang jauh lebih
pendek. Metode ini ditujukan agar obyek-obyek dapat terlihat terpisah dengan lebih
jelas. Daya pisah mikroskop ditentukan oleh panjang gelombang yang digunakan.
Karena panjang gelombangnya pendek, mikroskop elektron mampu
memperlihatkan obyek yang kecil, terpisah dari obyek lain.

Forum Diskusi
Anda juga dapat melakukan simulasi seperti dalam slide presentasi 1 di depan
secara mandiri. Untuk itu kerjakan tugas berikut ini dengan mengikuti urutan:
a) Silakan mengunduh animasi efek fotolistrik dengan mengklik ikon di
bawah

Simulasi 1.1. Efek Fotolistrik


Sumber: https://phet.colorado.edu/en/simulation/legacy/photoelectric

b) Coba jalankan simulasi tersebut (pastikan pada komputer anda sudah


terinstall program JAVA)
c) Tekan tombol play untuk memulai. Apakah lampu sudah menyinari logam
sebelah kiri? Apakah tampak adanya elektron yang terlepas dari logam
sebelah kiri?
d) Atur tombol intensitas cahaya di bagian atas, agar intensitasnya menjadi
20%

22
e) Perhatikan layar, apakah lampu sekarang sudah menyinari logam sebelah
kiri? Apakah tampak adanya elektron yang terlepas dari logam tersebut?
Jadi apa yang menyebabkan elektron dapat lepas dari permukaan logam
sebelah kiri?

Selanjutnya silakan anda melakukan simulasi berikut pada simulasi efek


fotolistrik
1. Mengamati pengaruh intensitas terhadap arus yang terjadi
a. Perhatikan tombol pengatur panjang gelombang di bagian atas.
Atur panjang gelombang cahaya yang digunakan sebesar 400 nm.
b. Pada menu GRAFIK di sebelah kanan, klik pilihan Arus vs
Intensitas cahaya
c. Naikan intensitas cahaya dengan menggunakan tombol intensitas
cahaya di bagian atas
d. Amati nilai arus yang terjadi pada grafik di sebelah kanan, dan arus
pada Amperemeter
e. Bagaimana arus yang terjadi ketika intensitas cahaya dinaikkan?
f. Coba juga intensitas cahayanya diturunkan. Apa yang terjadi
dengan arusnya?
g. Apa kesimpulan anda?
2. Mengamati pengaruh tegangan antara elektroda terhadap arus
yang terjadi
a. Perhatikan tombol pengatur panjang gelombang di bagian atas.
Atur panjang gelombang cahaya yang digunakan sebesar 400 nm.
b. Pada menu GRAFIK di sebelah kanan, klik pilihan Arus vs
tegangan baterai
c. Naikan tegangan dengan menggunakan tombol baterai di bagian
bawah
d. Amati nilai arus yang terjadi pada grafik di sebelah kanan, dan arus
pada Amperemeter
e. Bagaimana arus yang terjadi ketika tegangan baterai dinaikkan?

23
f. Coba juga tegangan baterai diturunkan. Apa yang terjadi dengan
arusnya?
g. Turunkan terus tegangan baterainya, sampai bernilai nol dan
selanjutnya terlihat gambar baterainya terbalik polaritasnya.
h. Ketika polaritasnya terbalik bagaimana arah gerak elektron?
Bagaimana dengan arusnya? Catat tegangan baterai ketika arusnya
menjadi nol.
i. Jadi berapa tegangan penghenti pada panjang gelombang 400 nm?
j. Lakukan langkah a – i untuk panjang gelombang yang lain.
k. Apa kesimpulan anda?
3. Mengamati pengaruh frekuensi cahaya terhadap arus yang terjadi
a. Perhatikan tombol pengatur panjang gelombang di bagian atas.
Atur panjang gelombang cahaya yang digunakan sebesar 400 nm.
b. Pada menu GRAFIK di sebelah kanan, klik pilihan Energi elektron
vs frekuensi cahaya
c. Naikan panjang gelombang cahaya dengan menggunakan pengatur
panjang gelombang di bagian atas. Awas ini berarti frekuensinya
diturunkan
d. Amati nilai tenaga elektron yang terjadi pada grafik di sebelah
kanan,
e. Bagaimana nilai tenaga elektron yang terjadi ketika frekuensinya
diturunkan?
f. Coba juga frekuensinya dinaikkan dengan cara mengecilkan
panjang gelombang. Apa yang terjadi dengan nilai tenaga elektron
nya?
g. Apa kesimpulan anda?

Diskusikan hasil simulasi anda dai grup mahasiswa? Apakah sudah jelas?
Bila belum jelas, silakan dicoba lagi dan diskusikan.

24
C. Penutup
Rangkuman
Cahaya mempunyai sifat sebagai gelombang atau partikel. Sifat cahaya sebagai
gelombang dapat diamati pada peristiwa difraksi, interferensi dan polarisasi. Sifat
ini tidak dapat digunakan untuk menjelaskan efek fotolistrik. Pada efek fotolistrik
cahaya dipandang sebagai paket tenaga disebut foton yang memiliki tenaga E
sebanding dengan frekuensi f mengikuti
E=hf
dengan h: tetapan Planck yang bernilai 6,62 x 10-34 Js
Pada efek fotolistrik tenaga foton diberikan sepenuhnya kepada elektron yang

terikat, untuk melepaskan dari ikatan dan untuk tenaga gerak Ek mengikuti
persamaan

h f = W + Ek
dengan W: fungsi kerja atau tenaga ikat elektron dalam bahan.

Sinar X dihasilkan ketika elektron berkecepatan tinggi menumbuk target.


Spektrum sinar X memiliki panjang gelombang minimum mengikuti persamaan
min = h c / e Va
Efek Compton terjadi ketika cahaya dihamburkan oleh elektron bebas.
Panjang gelombang cahaya terhambur lebih besar daripada panjang gelombang
cahaya datang. Untuk menjelaskan peristiwa ini cahaya dipandang sebagai partikel
yang memiliki momentum sebesar:
p=h/
Pergeseran panjang gelombang tergantung kepada sudut hamburan mengikuti
persamaan

 = c (1- cos )

dengan c: panjang gelombang Compton yang bernilai 0,024 Å


Efek fotolistrik, pembangkitan sinar X dan efek Compton menunjukkan
bahwa cahaya bersifat sebagai partikel.

25
Sebaliknya sifat gelombang dari partikel mengikuti postulat de Broglie. Hal
ini berarti partikel juga bersifat sebagai gelombang yang ditunjukkan dengan
besaran panjang gelombang. Benda dengan momentum sebesar p mempunyai
panjang gelombang sebesar
=h/p
Postulat ini ditunjukkan kebenarannya melalui percobaan Davisson Gremer
yaitu ketika elektron dapat didifraksikan oleh logam nikel. Gelombang dari elektron
ini selanjutnya diterapkan dalam mikroskop elektron untuk memperbesar daya
pisahnya.

Tes formatif
Pilih salah satu jawaban yang tepat
1. Pada efek fotolistrik hubungan antara tegangan penghenti Vp terhadap
frekuensi cahaya yang digunakan dapat digambarkan dengan grafik

26
2. Ketika suatu logam disinari dengan sinar monokromatis dari lampu A, kita
dapat mengamati adanya elektron yang terlepas. Sedangkan bila logam
tersebut dikenai sinar monokromatis dari lampu B, tidak ada elektron yang
terlepas. Dari kejadian tersebut dapat kita ketahui bahwa
A. Daya lampu A lebih besar dari daya lampu B
B. Cacah foton dari lampu A lebih banyak dari cacah foton dari
lampu B
C. Panjang gelombang cahaya lampu A lebih pendek dari panjang
gelombang cahaya lampu B
D. Jarak lampu A ke logam lebih pendek dari jarak lampu B ke
logam
E. Frekuensi cahaya lampu A lebih kecil daripada frekuensi cahaya
lampu B
3. Pada saat keping logam disinari, terjadi pelepasan elektron. Pada peristiwa
ini berlaku
A. Cacah elektron yang dilepaskan sebanding dengan panjang
gelombang cahaya yang digunakan
B. Pelepasan elektron memerlukan waktu tunda
C. Tegangan penghenti tergantung intensitas
D. Proses lepasnya elektron berlangsung lebih cepat, jika digunakan
cahaya dengan intensitas yang lebih tinggi
E. Cacah elektron yang dilepaskan sebanding dengan intensitas cahaya
yang digunakan

27
4. Untuk dapat melepaskan elektron dari suatu logam diperlukan cahaya
dengan panjang gelombang maksimal 4500 Å. Hal ini berarti bahwa
A. Pada logam tersebut agar efek foto listrik terjadi harus digunakan
cahaya dengan panjang gelombang 3500 Å
B. Pada logam tersebut efek foto listrik terjadi jika digunakan cahaya
dengan panjang gelombang 5000 Å
C. Pada logam tersebut efek foto listrik tidak terjadi jika digunakan
cahaya dengan frekuensi 3,5 x 1015 Hz
D. Pada logam tersebut efek foto listrik tidak terjadi jika digunakan
cahaya dengan frekuensi 4,5 x 1014 Hz
E. Pada logam tersebut efek foto listrik terjadi jika digunakan cahaya
dengan frekuensi 4,5 x 1014 Hz
5. Kesamaan yang ada pada efek fotolistrik dan efek Compton
A. Tenaga cahaya yang datang digunakan seluruhnya
B. Tenaga cahaya yang datang digunakan sebagian
C. Cahaya berlaku sebagai partikel
D. Cahaya berlaku sebagai gelombang
E. Cahaya dihamburkan
6. Nilai tetapan Planck dapat ditentukan pada pengamatan spectrum sinar X
dari nilai tegangan pemercepat dan pengukuran nilai
A. Frekuensi karakteristiknya
B. Panjang gelombang minimal
C. Panjang gelombang maksimal
D. Tenaga ikat bahan target
E. Frekuensi minimal
7. Sinar hijau diarahkan pada elektron sehingga terjadi efek Compton. Selain
warna hijau yang juga akan teramati adalah
A. Tidak ada
B. Sinar X
C. Sinar biru
D. Sinar kuning

28
E. Sinar ultraviolet
8. Pada efek Compton teramati sinar terhambur pada sudut 60o. Pergeseran
panjang gelombang yang terjadi sebesar 10% dari panjang gelombang sinar
yang datang. Panjang gelombang sinar terhambur adalah
A. 0,108 Å B. 0,120 Å C. 0,132 Å
D. 0,024 Å E. 0,012 Å

9. Pada efek Compton pergeseran panjang gelombang maksimum adalah


A. 0,024 Å B. 0,048 Å
C. 1 Å D. 0,024 nm
E. tidak bisa ditentukan

10. Untuk menghasilkan gelombang dari elektron dengan panjang gelombang


sebesar 1Å, diperlukan tegangan pemercepat sebesar 150 volt. Agar
diperoleh gelombang elektron dengan panjang gelombang sebesar 5 Å,
tegangan pemercepat yang digunakan adalah
A. 6 volt B. 15 volt C. 25 volt
D. 30 volt E. 750 volt

Daftar pustaka
Beiser, A. (2003). Concepts of Modern Physics 6th ed. Boston: McGraw-Hill

Bernstein J., Fishbane P.M., & Gasiorowicz S. (2000). Modern Physics. Upper
Saddle River: Prentice Hall, Inc.

Brhem J.J & Mullin W.J. (1989). Introduction to the Structure of Matter a Course
in Modern Physics . New York: John Wiley &Sons.

Harris, R. (2007). Modern Physics 2nd ed. Addison Wesley.

Krane K.S., (2012). Modern Physics 3rd ed, Hoboken, NJ: John Wiley & Sons, Inc.

Kuhn. J & Vogt. P. (2012). Difraction experiments with infrared remote control.
Physics Teacher. 50: 118-119.

29
Pfeffer J.I., & Nir S. (2000). Modern Phyisics: An Introduction Text. London:
Imperial College Press

Santosa, I.E. (2017). Pengantar Fisika Modern. Yogyakarta: Sanata Dharma


University Press.

Serway R.A., Moses C.J., & Moyer C.A. (2005). Modern Physics Third Edition.
Belmont, CA: Thomson Learning, Inc.

Weidner R.T. & Sells R.L. (1980). Elementary Modern Physics. Boston: Allyn and
Bacon Inc.

30
Kunci Jawaban Tes Formatif KB3
1. C
2. C
3. E
4. D
5. C
6. B
7. D
8. C
9. B
10. A

31

Anda mungkin juga menyukai