Anda di halaman 1dari 25

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................i
DAFTAR GRAFIK................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................4
A. Latar Belakang..............................................................................................4
B. Rumusan Masalah.........................................................................................5
C. Tujuan...........................................................................................................5
D. Manfaat.........................................................................................................5
BAB II LANDASAN TEORI................................................................................6
BAB III METODE EKSPERIMEN...................................................................13
A. Hari dan Waktu Pelaksanaan......................................................................13
B. Alat dan Bahan............................................................................................13
C. Identifikasi Variabel....................................................................................13
D. Definisi Operasional Variabel.....................................................................13
E. Prosedur Kerja.............................................................................................14
F. Prinsip Kerja...............................................................................................15
G. Teknik Analisis Data...................................................................................16
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................18
A. Hasil Pengamatan........................................................................................18
B. Analisis Data...............................................................................................18
C. Pembahasan.................................................................................................21
BAB V PENUTUP................................................................................................24
A. Kesimpulan.................................................................................................24
B. Saran............................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................25
DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Hubungan frekuensi cahaya (v) dengan potensial penghenti (VS).......20
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Skema peralatan dasar percobaan Lenard..........................................7


Gambar 2.2 Rangkaian percobaan efek fotolistrik.................................................7
Gambar 2.3 Kebergantungan potensial penghenti terhadap frekuensi cahaya
untuk logam Kalium, Cesium, dan Tembaga.....................................8
Gambar 2.4 Grafik antara i dan V pada Intensitas (I) Berbeda-beda....................10
Gambar 2.5 Grafik kuat arus fotoelektrik terhadap waktu, dihitung sejak saat
penyinaran pertama...........................................................................10
Gambar 2.6 Grafik kuat arus fotoelektrik terhadap intensitas cahaya..................11
4

BAB I
PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ahli fisika Inggris James Clerk mengemukakan bahwa setiap perubahan
medan listrik akan menghasilkan medan magnet, dan setiap perubahan medan
magnet akan memicu munculnya medan listrik. Selanjutnya, Maxwell
menunjukkan bahwa kelajuan gelombang elektromagnetik dalam ruang
hampa sama dengan kelajuan gelombang cahaya. Akhirnya Maxwell
menyimpulkan bahwa cahaya terdiri dari gelombang elektromagnetik yang
dapat ditangkap oleh mata.
Pada pemahaman fisika klasik (sebelum abad ke-19), konsep gelombang
elektromagnetik dari cahaya belum mendapat dukungan eksperimental.
Kemudian ahli fisika Jerman Heinrich Hertz tahun 1888 membuktikan bahwa
gelombang elektromagnetik benar adanya dan berperilaku tepat seperti
ramalan Maxwell. Dalam eksperimennya, Hertz medapati bahwa percikan
sinar terjadi bila cahaya ultra ungu diarahkan pada salah satu logam.
Selanjutnya, ditemukan bahwa penyebab percikan ini adalah elektron yang
terpancar bila frekuensi cahaya cukup tinggi. Gejala percikan elektron
tersebut kemudian dikenal dengan efek fotolistrik.
Ditinjau dari perspektif sejarah, penemuan efek fotolistrik merupakan
salah satu tonggak sejarah kelahiran fisika kuantum. Untuk merumuskan teori
yang cocok dengan eksperimen, kita dihadapkan pada situasi dimana paham
klasik yang selama puluhan tahun diyakini sebagai paham yang benar,
terpaksa harus dirombak. Paham yang dimaksud adalah konsep cahaya
sebagai gelombang karena tidak dapat menjelaskan fenomena efek fotolistrik
dengan baik.
Paham yang baru mampu menjelaskan secara teoritis fenomena efek
fotolistrik adalah bahwa cahaya sebagai partikel, namun demikian munculnya
paham baru ini menimbulkan polemik baru. Penyebabnya adalah bahwa
paham cahaya sebagai gelombang telah dibuktikan kehandalannya dalam
menjelaskan sejumlah besar fenomena yang berkaitan dengan fenomena
difraksi, interferensi, dan polarisasi. Sementara itu, fenomena tersebut tidak
dapat dijelaskan berdasarkan paham cahaya sebagai partikel. Oleh karena itu,
eksperimen efek fotolistrik ini dilakukan untung mengetahui secara
mendalam tentang perilaku cahaya sebagai partikel menurut teori kuantum
dan menentukan besarnya nilai konstanta Planck.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perilaku cahaya sebagai partikel menurut teori kuantum?
2. Berapa nilai konstanta Planck?

C. Tujuan
1. Mengamati perilaku cahaya sebagai partikel menurut teori kuantum
2. Menentukan konstanta Planck

D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Dengan adanya eksperimen ini kita dapat mengamati dan
mengetahui bagaimana cahaya berlaku sebagai partikel sebagaimana
dalam pandangan kuantum. Selain itu, melalui eksperimen ini kita dapat
menentukan konstanta Planck yang dapat digunakan untuk menentukan
besarnya energi foton, dan beberapa besaran-besaran lain yang terkait
dalam fisika kuantum.
2. Manfaat Praktis
Dengan adanya eksperimen ini, efek fotolistrik dapat diterapkan
pada beberapa alat yang tidak asing dalam kehidupan kita sehari-hari.
Contohnya efek fotolistrik digunakan dalam produk-produk elektronik
yang dilengkapi dengan kamera CCD (Charge Coupled Device), kamera
pada ponsel, kamera digital dengan resolusi hingga 12 megapiksel, serta
pemindai kode batang di supermarket menerapkan prinsip dari efek
fotolistrik.

5
BAB II
LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI


Umma (2017 : 91), memaparkan bahwa efek fotolistrik adalah suatu
peristiwa terlepasnya elektron dari permukaan suatu materi berupa logam akibat
penyinaran oleh cahaya. Efek fotolistrik tidak dapat dijelaskan jika cahaya
dipandang sebagai gelombang. Pada efek fotolistrik, pengaruh cahaya terhadap
sifat kelistrikan bukan hanya disebabkan oleh sifat cahaya sebagai gelombang
elektromagnetik tetapi juga sifat cahaya sebagai pembawa energi. Pada efek
fotolistrik, permukaan sebuah logam disinari dengan seberkas cahaya dan
sejumlah elektron terpancar dari permukaannya.
Elektron yang terlepas pada efek fotolistrik disebut elektron-foto
(photoelectron). Gejala ini pertama kali diamati oleh Heinrich Hertz (1886/1887)
melalui percobaan tabung lucutan. Hertz melihat bahwa lucutan elektrik akan
menjadi lebih mudah jika cahaya ultraviolet dijatuhkan pada elektrode tabung
lucutan. Hal tersebut menunjukkan bahwa cahaya ultraviolet dapat melepaskan
elektron dari permukaan logam, atau sekurang-kurangnya memudahkan elektron
terlepas dari logam. Pengamatan Hertz ini kemudian diselidiki lebih lanjut oleh P.
Lenard (Sutopo, 2005 : 32).
P. Lenard salah seorang dari peneliti pada tahun 1900 berhasil
membelokkan berkas partikel yang keluar dari sebuah permukaan dengan
menggunakan sebuah medan magnet. Dari percobaan tersebut, dia mendapatkan
perbandingan antara muatan dan massa partikel tersebut yang sama dengan yang
diperoleh Thomson dalam percobaan mengukur e/m dari elektron. Gambar di
bawah ini merupakan skema peralatan yang digunakan oleh Lenard untuk
menunjukkan efek fotolistrik dan untuk menunjukkan bahwa partikel yang
dipancarkan dalam proses adalah elektron. Jika cahaya dijatuhkan pada sebuah
permukaan logam (katoda C) maka elektron-elektron akan terpancar keluar. Jika
beberapa dari elektron tersebut tertangkap oleh anoda A maka akan ada arus pada
rangkaian luar (Nurlina, 2017 : 24-25)

6
Gambar 2.1 Skema peralatan dasar percobaan Lenard
(Sumber : Fisika Kuantum, 2017)
Penjelasan sederhana tentang gejala terlepasnya elektron melalui efek
fotolistrik adalah ketika cahaya dikenakan pada salah satu plat, arus listrik
terdeteksi pada kawat. Ini terjadi akibat adanya elektron-elektron yang lepas dari
satu plat dan menuju ke plat lain secara bersama-sama, dimana satu elektron
menyerap satu kuantum energi. Satu kuantum energi yang diserap oleh elektron
digunakan untuk terlepas dari logam dan untuk bergerak ke plat logam yang lain.
Karena elektron yang memiliki energi tertinggi tidak dapat melewati potensial
penghenti, sehingga pengukuran stopping potential atau Vs merupakan cara untuk
menentukan energi kinetik maksimum elektron Kmaks :
EKmaks = eVS (2.1)
e adalah muatan elektron yang bernilai 1,6 × 10-19 C sedangkan VS adalah potensial
penghenti (stopping potential) dalam volt (Umma, 2017).

Gambar 2.2 Rangkaian percobaan efek fotolistrik


(Sumber : Pengantar Fisika Kuantum, 2005)
Berdasarkan teori klasik, energi foto elektron individual bertambah besar
seiring dengan bertambah besarnya intensitas cahaya. Hal ini bertentangan dengan
kenyataan eksperimental dimana distribusi energi fotoelektron tidak bergantung

7
pada intesitas cahaya, melainkan bergantung pada frekuensi cahaya. Karena itu
teori klasik gagal menjelaskan fenomena ini. Pendekatan yang dianggap cukup
berhasil dalam menjelaskan efek fotolistrik adalah teori kuantum, dimana cahaya
dikemas sebagai paket-paket energi yang disebut foton (Ramlan, 1999 : 19).
Einstein mengemukakan bahwa energi radiasi elektromagnet bukannya
diserap dalam bentuk aliran kontinu gelombang, melainkan dalam buntelan diskrit
kecil atau kuanta, yang kita sebut foton. Sebuah foton adalah satu kuantum energi
elektromagnet yang diserap atau dipancarkan, dan sejalan dengan usulan Planck,
tiap-tiap foton dari radiasi berfrekuensi v memiliki energi
E=hv (2.2)
h adalah tetapan Planck. Dengan demikian, foton-foton berfrekuensi tinggi
memiliki energi yang lebih besar (Krane, 2008).
Fakta-fakta eksperimen
 Diperlukan frekuensi ambang untuk menghasilkan efek fotolistrik

Gambar 2.3 Kebergantungan potensial penghenti terhadap frekuensi cahaya


untuk logam Kalium, Cesium, dan Tembaga
(Sumber : Fisika Kuantum, 2017)
Gambar 2.3 menyajikan data eksperimen tentang kebergantungan
potensial penghenti terhadap frekuensi cahaya yang digunakan untuk
beberapa logam. Grafik tersebut menunjukkan bahwa untuk logam tertentu,
jika frekuensi cahaya yang digunakan kurang dari vo maka tidak diperlukan
potensial penghenti. Tidak diperlukannya potensial penghenti menunjukkan
bahwa tidak ada foto elektron yang terlepas. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa untuk menghasilkan efek fotolistrik diperlukan cahaya

8
dengan frekuensi lebih vo. Frekuensi ini selanjutnya disebut dengan frekuensi
ambang dan diperoleh hubungan V s ( v−v 0). Kesebandingan ini dapat diubah
menjadi kesamaan dengan menggunakan kesebandingan h/e dengan e
menyatakan muatan elektron dan h suatu tetapan yang berdimensikan energi
kali waktu
e V s=hv −h v 0 (2.3)
Nilai tetapan h ditentukan berdasarkan kemiringan garis (slope). Eksperimen
menunjukkan bahwa nilai tetapan ini sama dengan tetapan Planck yang
ditemukan pada gejala radiasi benda-hitam dimana nilainya sebesar h = 6,626
x 10-34 Js (Nurlina, 2020 : 27-29).
Menurut Beiser (1995), harus ada energi minimum yang diperlukan oleh
elektron untuk melepaskan diri dari permukaan logam. Jika tidak demikian,
tentu elektron akan terlepas walaupun tidak ada cahaya datang. Energi hvo
merupakan karakteristik dari permukaan yang disebut fungsi kerja (Wo).
E = hv = EKmaks + Wo (2.4)
dengan EKmaks adalah energi kinetik maksimum (eV), dan Wo fungsi kerja
logam (eV).
Tabel 2.1 Beberapa fungsi kerja logam
Bahan Fungsi Kerja Wo
Cs 1,9
Na 2,28
Al 4,08
Co 3,90
Cu 4,70
Zn 4,31
Ag 4,73
Pt 6,35
Pb 4,14

 Ketakbergantungan energi kinetik elektron-foto terhadap intensitas


cahaya

9
Data eksperimen tentang ketakbergantungan potensial penghenti terhadap
intensitas cahaya disajikan pada gambar 2.4.

Gambar 2.4 Grafik antara i dan V pada Intensitas (I) Berbeda-beda


(Sumber : Pengantar Fisika Kuantum, 2005)
Gambar di atas menunjukkan bahwa untuk semua intensitas I yang
digunakan, kuat arus fotoelektrik berkurang dengan bertambahnya potensial
penghalang. Pada potensial penghalang tertentu yang besarnya kurang dari
VS, kuat arus fotoelektrik bergantung pada intensitas. Semakin besar intensitas
semakin besar pula kuat arus yang dihasilkan. Jika potensial penghalang yang
terpasang sama dengan potensial penghenti VS ketiga intensitas tersebut
semuanya tidak menghasilkan arus fotoelektrik. Besarnya potensial penghenti
untuk ketiga nilai I tersebut sama (Sutopo, 2005 : 36).
 Tidak ada waktu tunda antara penyinaran sampai terjadinya arus
fotoelektrik

Gambar 2.5 Grafik kuat arus fotoelektrik terhadap waktu, dihitung sejak saat
penyinaran pertama
(Sumber : Fisika Kuantum, 2017)
Gambar di atas menunjukkan bahwa kuat arus fotoelektrik berbanding
lurus terhadap intensitas cahaya. Nurlina (2017 : 30) memaparkan bahwa kuat
arus fotoelektrik sebanding dengan cacah fotoelektron yang dilepaskan

10
persatuan waktu, maka hubungan tersebut juga menggambarkan hubungan
antara cacah fotoelektron terhadap intensitas cahaya. Sehingga untuk
frekuensi cahaya tertentu, cacah fotoelektron yang dilepaskan logam
berbanding lurus dengan intensitas cahaya.
Grafik tersebut juga menunjukkan bahwa arus fotoelektrik muncul secara
spontan begitu cahaya menyinari permukaan logam. Selang waktu antara saat
penyinaran pertama sampai terjadinya arus dapat dianggap sama dengan
selang waktu antara penyinaran pertama sampai lepasnya elektron-foto.
Besaran ini selanjutnya disebut waktu tunda. Meskipun intensitas cahaya
yang digunakan sangat rendah waktu tunda tersebut tidak lebih dari 1 ns atau
setara dengan 10-9 s (Sutopo, 2005 : 37).
 Kuat arus fotoelektrik berbanding lurus terhadap intensitas cahaya

Gambar 2.6 Grafik kuat arus fotoelektrik terhadap intensitas cahaya


(Sumber : Fisika Kuantum, 2017)
Grafik tersebut menunjukkan bahwa kuat arus fotoelektrik berbanding
lurus terhadap intensitas cahaya. Kuat arus fotoelektrik sebanding dengan
cacah fotoelektron yang dilepaskan persatuan waktu, maka hubungan tersebut
juga menggambarkan hubungan antara cacah fotoelektron yang dilepaskan
logam berbanding lurus dengan intensitas cahaya (Nurlina, 2017 : 30).
Kegagalan teori gelombang cahaya dalam menerangkan efek fotolistrik
Kusworo (2019) menyebutkan beberapa kegagalan teori gelombang cahaya dalam
menerangkan beberapa sifat penting pada efek fotolistrik, antara lain :
 Teori gelombang menyatakan bahwa energi kinetik elektron foton harus
bertambah jika intensitas (jumlah foton) cahaya diperbesar. Namun

11
kenyataannya, besar energi kinetik maksimum elektron foto tidak bergantung
pada intensitas cahaya.
 Teori gelombang menyatakan bahwa efek fotolistrik dapat terjadi pada setiap
frekuensi asalkan intensitasnya memenuhi. Hal ini bertentangan dengan
kenyataan bahwa setiap permukaan membutuhkan frekuensi minimum
tertentu yang disebut frekuensi ambang fo untuk dapat menghasilkan elektron
foto.
 Teori gelombang menyatakan bahwa dibutuhkan rentang waktu yang cukup
lama agar elektron berhasil mengumpulkan energi untuk keluar dari
permukaan logam. Namun ternyata elektron-elektron dapat terlepas dari
permukaan logam hampir tanpa selang waktu, yaitu kurang dari 10 -9 s setelah
penyinaran.
 Teori gelombang tidak dapat menjelaskan mengapa energi kinetik maksimum
elektron foto bertambah jika frekuensi cahaya diperbesar.

12
13

BAB III
METODE EKSPERIMEN

BAB III METODE EKSPERIMEN


A. Hari dan Waktu Pelaksanaan
Eksperimen ini dilaksanakan di Laboratorium Fisika Modern Jurusan
Fisika, Fakultas MIPA, pada Selasa, 24 Mei 2022, pukul 08.00 – 12.30 WITA.

B. Alat dan Bahan


1. Perangkat pengukuran Konstanta Planck, PC-101 1 buah
2. Power supply 1 buah
3. Luxmeter 1 buah
4. Filter warna 5 buah

C. Identifikasi Variabel
Kegiatan 1. Mengamati karakteristik cahaya sebagai pertikel menurut teori
kuantum
1. Variabel Kontrol : Jarak sumber cahaya (cm) dan Filter warna
2. Variabel Manipulasi : Intensitas Cahaya (lux)
3. Variabel Respon : Potensial penghenti (Volt) dan Arus Fotoelektrik
(μA)
Kegiatan 2. Mengamati pengaruh panjang gelombang terhadap Vs
1. Variabel Terukur : Panjang gelombang (nm) dan Potensial penghenti
(Volt)
2. Variabel Terhitung : Frekuensi (Hz)

D. Definisi Operasional Variabel


1. Jarak sumber cahaya adalah jarak antara sumber cahaya yang digunakan
terhadap jendela tabung pada perangkat pengukuran konstanta Planck.
Sumber cahaya diatur pada jarak sekitar 35 cm
2. Filter warna adalah sebuah filter yang menentukan besarnya energi foton
berdasarkan indikator warnanya. Pada kegiatan 1, digunakan filter biru
dengan nilai panjang gelombang sebesar 460 nm. Sedangkan pada kegiatan
2 filter warna yang digunakan berbeda-beda dengan nilai panjang
gelombang yang berbeda-beda pula.
3. Intensitas cahaya merupakan ukuran besarnya daya atau kekuatan yang
dipancarkan oleh sumber cahaya. Intensitas cahaya diukur menggunakan
luxmeter dengan satuan lux.
4. Potensial penghenti atau VS adalah nilai tegangan yang dibutuhkan untuk
dapat menghentikan arus yang terjadi akibat efek fotolistrik. Nilai potensial
penghenti terbaca pada perangkat pengukuran dengan satuan Volt.
5. Arus fotoelektrik adalah arus yang timbul akibat adanya pergerakan
elektron yang terlepas dari plat katoda menuju plat anoda. Besarnya arus
fotoelektrik terbaca pada perangkat pengukuran dengan satuan μA.
6. Panjang gelombang merupakan nilai panjang gelombang yang tertera pada
filter warna dengan satuan nanometer (nm).
7. Frekuensi adalah besarnya frekuensi/energi yang dibawa oleh foton cahaya.
Frekuensi dihitung menggunakan persamaan yang menghubungkan
panjang gelombang dan kecepatan cahaya serta dinyatakan dalam satuan
Hz.

E. Prosedur Kerja
Kegiatan 1
1. Posisi sumber cahaya diatur sekitar 35 cm dari sensor.
2. Mode display diatur ke posisi current (μA).
3. Posisi pengali arus atau current multiplier diatur pada x0,01.
4. Filter biru diletakkan pada jendela tabung.
5. Intensitas cahaya diatur pada power supply hingga arus yang terbaca pada
layar 3,0 μA.
6. Pengatur tegangan (voltage adjustor) diputar hingga arus menjadi nol.
Kemudian mode display dipindahkan ke posisi voltage (V). Potensial yang
terbaca pada posisi tersebut dicatat.

14
7. Voltage adjustor diatur kembali keposisi yang lebih kecil dari potensial
penghenti (V < Vs).
8. Mode display diatur kembali ke posisi current (μA), lalu diamati apakah
ada arus yang terbaca atau tidak.
9. Selanjutnya mode display diatur ke posisi voltage (V), kemudian voltage
adjustor diputar hingga tegangan kembali sama dengan VS (V = VS).
Setelah itu mode display dikembalikan ke posisi current (μA), diamati
apakah ada arus yang terbaca.
10. Mode display diatur keposisi voltage (V), kemudian voltage adjustor
diputar hingga tegangan lebih dari VS (V > VS). Setelah itu mode display
dikembalikan ke posisi current (μA), diamati apakah ada arus yang terbaca.
11. Langkah 5 hingga 10 diulangi dengan menggunakan 2 nilai intensitas yang
berbeda.
12. Hasil pengamatan dicatat pada tabel pengamatan.
Kegiatan 2
1. Filter biru diganti dengan filter merah.
2. Potensial penghalang (V) dipasang pada nilai nol.
3. Intensitas cahaya diatur hingga terbaca arus pada layar berkisar seperti
tabel di bawah.

Filter Warna Kuat Arus

Merah 0,41

Jingga 1,66

Kuning 2,36

Hijau 2,59

Biru 3,00

4. Potensial penghenti diukur pada posisi tersebut (cara yang digunakan sama
dengan cara pada kegiatan 1).
5. Dilakukan pengukuran untuk setiap filter.

15
6. Hasil pengamatan dicatat pada tabel pengamatan.

F. Prinsip Kerja
Prinsip kerja pada efek fotolistrik adalah ketika permukaan sebuah logam
disinari seberkas cahaya, maka elektron yang ada pada logam akan terlepas
dari permukaan logam akibat energi yang dibawa oleh foton cahaya lebih besar
dari fungsi kerja logam. Setiap satu foton cahaya akan melepaskan satu
elektron. Elektron yang terlepas akan bergerak menuju plat anoda yang akan
menimbulkan sinyal listrik. Sinyal listrik ini akan dideteksi oleh elektrometer
sebagai cacah elektron yang terlepas dari permukaan logam. Sinyal listrik ini
menyebabkan adanya arus yang mengalir pada rangkaian eksternal di
percobaan ini. Dalam percobaan sumber tegangan dibalik polaritasnya agar
dapat menghambat atau menghalangi elektron yang lepas sampai di plat anoda
atau yang disebut dengan potensial penghalang. Saat potensial penghalang
diperbesar, arus yang terbaca pada perangkat pengukuran akan berkurang. Hal
tersebut disebabkan oleh berkurangnya elektron yang dapat mencapai anoda.
Hal tersebut menunjukkan bahwa setiap elektron yang terlepas dari logam
memiliki energi kinetik maksimum yang berbeda-beda. Kemudian jika
tegangan yang diberikan lebih besar dari tegangan penghenti (VS) maka tidak
akan ada arus yang terbaca pada alat ukur karena tidak ada elektron yang dapat
sampai ke plat anoda. Pemberian tegangan ini bertujuan untuk menentukan
besar energi kinetik maksimum elektron yang terlepas dari plat logam.

G. Teknik Analisis Data


Kegiatan 1
1. Pengaruh intensitas cahaya terhadap arus fotoelektrik dijelaskan
berdasarkan hasil eksperimen.
2. Pengaruh intensitas cahaya terhadap energi kinetik fotoelektron dijelaskan
berdasarkan hasil eksperimen.
3. Percobaan 1 dijelaskan berdasarkan pandangan fisika klasik dan model
kuantum.
Kegiatan 2

16
1. Grafik hubungan antara potensial penghenti dengan frekuensi diplotkan
menggunakan aplikasi Excel 2007.
2. Kemiringan (slope) perpotongan kurva dengan sumbu frekuensi
ditentukan dengan mengaktifkan Display Equation on Chart dan Display
R-Squared Value on Chart sehingga didapatkan persamaan
y=mx+c
3. Nilai konstanta Planck h ditentukan menggunakan persamaan :
h
m=
e
h=m. e
4. Perbandingan nilai konstanta Planck yang didapatkan secara eksperimen
terhadap nilai h secara teoritis ditentukan menggunakan persamaan :

| |
h teori−h praktikum
% diff = × 100 %
hteori +h praktikum
2
Dengan h secara teori sebesar 6,626 ×10−34 Js (Krane, 2012 : 79).
5. Nilai fungsi kerja logam ditentukan dengan persamaan :
−W 0
c=
e

W 0 =−c . e

17
18

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Pengamatan
Kegiatan 1. Karakteristik Cahaya Menurut Teori Kuantum
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Karakteristik Cahaya Menurut Teori Kuantum
Arus = 3,00 µA Arus = 3,78 µA Arus = 4,19 µA
Intensitas = 700 lux Intensitas = 790 lux Intensitas = 900 lux
Keadaan Vs = 1,13 V Vs = 1,15 V Vs = 1,16 V
Terdapat Arus Terdapat Arus Terdapat Arus
(√ )/ (X) (√ )/ (X) (√ )/ (X)
V > Vs X X X
V < Vs √ √ √
V = Vs X X X

Kegiatan 2. Pengaruh Panjang Gelombang Terhadap Potensial Penghenti


Tabel 4.2 Hasil Pengamatan Pengaruh Panjang Gelombang Terhadap
Potensial Penghenti
Panjang Frekuensi Potensial
Filter Warna
Gelombang (nm) (x 1014 Hz) Penghenti (Volt)
Merah 635 4,72 |0,34 ± 0,01|
Jingga 570 5,26 |0,62 ± 0,01|
Kuning 540 5,56 |0,76 ± 0,01|
Hijau 500 6,00 |0,93 ± 0,01|
Biru 460 6,52 |1,13 ± 0,01|

B. Analisis Data
Kegiatan 1. Karakteristik Cahaya Menurut Teori Kuantum
1. Pengaruh intensitas cahaya terhadap arus fotoelektrik.
Dari eksperimen yang telah dilakukan menunjukkan bahwa
intensitas cahaya berbanding lurus dengan arus fotoelektrik. Berdasarkan
hasil pengamatan yang diperoleh terlihat bahwa semakin besar intensitas
cahaya yang digunakan arus yang terbaca pada perangkat juga semakin
besar. Hal ini disebabkan oleh sifat cahaya sebagai partikel yang bersifat
diskrit, dimana setiap satu foton cahaya akan berinteraksi dengan satu
elektron. Intensitas akan mempengaruhi banyak elektron yang terlepas
dari permukaan logam sehingga kuat arus yang timbul akan semakin kuat.
Namun, hal tersebut hanya akan terjadi jika foton cahaya yang datang
memiliki energi yang cukup atau lebih sehingga dapat melepaskan
elektron dari ikatannya.
2. Pengaruh intensitas cahaya terhadap energi kinetik fotoelektron.
Secara teori intensitas cahaya tidak mempengaruhi energi kinetik
elektron. Intensitas hanya berhubungan dengan banyaknya elektron yang
terlepas, bukan besarnya energi kinetik yang dimiliki elektron. Energi
kinetik elektron hanya bergantung pada besarnya energi foton yang
berinteraksi dengannya. Besarnya energi kinetik elektron dapat dilihat
dari nilai potensial penghenti yang dibutuhkan agar tidak terjadi aliran
listrik dalam rangkaian. Semakin besar energi kinetik elektron, maka
semakin besar pula potensial penghenti yang dibutuhkan untuk
menghentikan pergerakan elektron. Namun dalam eksperimen ini,
didapatkan hal yang berbeda dimana potensial penghenti memiliki nilai-
nilai yang berbeda untuk tiga nilai intensitas yang digunakan. Hal tersebut
dipengaruhi oleh perangkat pengukuran yang tidak berfungsi dengan baik
sehingga diperlukan alat tambahan berupa Power Supply untuk
mendukung kinerja alatnya.
3. Penjelasan mengenai percobaan 1 berdasarkan pandangan Fisika Klasik
dan Model Kuantum.
Menurut Fisika Klasik dimana cahaya dipandang sebagai
gelombang, kuat arus fotoelektrik bergantung terhadap intensitas cahaya.
Ketika intensitas cahaya diperbesar maka energi yang diterima elektron
juga meningkat. Namun, berdasarkan eksperimen yang dilakukan,
peningkatan intensitas cahaya hanya berpengaruh pada banyaknya
elektron yang terlepas, dan tidak mempengaruhi besarnya energi kinetik

19
elektron. Energi kinetik elektron hanya bergantung pada frekuensi foton
cahaya. Hal ini sesuai dengan pandangan cahaya sebagai partikel yang
dapat dijelaskan dengan baik oleh Fisika Kuantum atau Model Kuantum.
Kegiatan 2. Pengaruh Panjang Gelombang Terhadap Potensial Penghenti
1. Grafik hubungan antara potensial penghenti dengan frekuensi
1.2
f(x) = 0.435275763197841 x − 1.68676758306628
1 R² = 0.993774566734781

0.8
VS (volt)

0.6

0.4

0.2

0
4.5 5 5.5 6 6.5 7
Frekuensi ( × 1014 Hz)

Grafik 4.1 Hubungan frekuensi cahaya (v) dengan potensial penghenti (VS)
2. Analisis Grafik
E=Ek maks+ W 0
hv=e . V s +W 0
e .V s=hv−W 0

h W0
V s = v−
e e
Berdasarkan grrafik :
y = mx + c
y = 0,435x – 1,686
h
m= v
e
m. e
h=
v
0,435
h= 14
(1,602 ×10−19)
10

20
h = 0,69687 x 10-33 J.s
h = 6,9687 x 10-34 J.s
Maka besar persen perbedaann hasil praktikum dengan nilai teori
Konstanta Planck (h), yaitu :

| |
h teori−h praktikum
% diff = × 100 %
hteori +h praktikum
2

| |
(6,626−6,9687)×10−34
% diff = −34
×100 %
(6,626+6,9687) ×10
2

% diff =|6,79735
0,3427
|× 100 %
% diff =5,04 %
Menentukan fungsi kerja Wo :
−W 0
c=
e
W0 = – c.e
W0 = – (– 1,686)(1,602 x 10-19)
W0 = 2,7 x 10-19 J
W0 = 1,685 eV
Berdasarkan hasil perhitungan, jenis logam yang memiliki fungsi kerja
logam yang mendekati hasil yang diperoleh yaitu Cesium (Cs).

C. Pembahasan
Telah dilakukan eksperimen Efek Fotolistrik yang bertujuan untuk
mengamati perilaku cahaya sebagai partikel menurut teori kuantum serta
untuk menentukan konstanta Planck. Dalam eksperimen ini terdapat dua
kegiatan. Pada kegiatan pertama yaitu dilakukan pengamatan pengaruh
intensitas cahaya terhadap kuat arus. Kegiatan ini dilakukan dengan
menggunakan filter warna biru yang akan dikenai cahaya dengan intensitas
yang berbeda-beda yaitu 700 lux, 790 lux, dan 900 lux diukur menggunakan
luxmeter. Kemudian kuat arus yang dihasilkan pada tiap intensitas diukur

21
pada tiga keadaan yang berbeda yaitu ketika V>Vs, V<Vs, dan V=Vs. Dari
eksperimen, diperoleh ketika keadaan V>Vs tidak ada arus yang terbaca pada
perangkat pengukuran Konstanta Planck. Hal ini dikarenakan tegangan yang
diberikan lebih besar dari potensial penghentinya. Untuk keadaan V<Vs
terdapat arus yang terbaca pada alat ukur namun nilainya lebih kecil
dibandingkan sebelum diberikan tegangan, hal ini berarti tegangan yang
diberikan berfungsi sebagai potensial penghalang. Selanjutnya untuk keadaan
V=Vs juga tidak terdapat arus yang terbaca. Hasil tersebut sesuai dengan
yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa potensial penghenti berfungsi untuk
menghentikan pergerakan elektron menuju plat anoda. Oleh karena itu, ketika
nilai tegangan yang diberikan sama atau lebih dari nilai potensial penghenti
maka tidak akan ada arus yang terukur, dimana hal ini sudah sesuai dengan
penjelasan model kuantum.
Sedangkan pada kegiatan kedua, dilakukan pengamatan terhadap
pengaruh frekuensi cahaya terhadap potensial penghenti. Kegiatan ini
dilakukan dengan menggunakan lima filter warna yang berbeda yang
tentunya memiliki panjang gelombang yang berbeda pula. Berdasarkan hasil
pengamatan diperoleh bahwa semakin besar frekuensi cahaya maka semakin
besar pula potensial penghentinya. Dengan kata lain semakin kecil nilai
panjang gelombang maka besar potensial penghenti yang dibutuhkan untuk
menghentikan elektron juga semakin besar. Hal ini dikarenakan panjang
gelombang berbanding terbalik dengan frekuensi. Dari kegiatan ini diperoleh
grafik hubungan antara potensial penghenti terhadap frekuensi. Berdasarkan
analisis grafik, nilai konstanta Planck diperoleh sebesar h = 6,9687 x 10-34 Js.
Secara teori nilai konstanta Planck sebesar h=6,626 x 10−34 Js, sehingga
diperoleh persentase perbedaan antara teori dengan eksperimen yaitu 5,04%.
Adanya perbedaan nilai yang diperoleh dapat disebabkan oleh beberapa
faktor seperti alat yang digunakan pada perangkat percobaan sudah tidak
berfungsi dengan baik. Selain itu, ruangan yang masih terdapat cahaya yang
mempengaruhi intensitas yang terbaca, serta dari faktor pengamat sendiri.

22
Selain itu, melalui plot grafik juga dapat diketahui besarnya fungsi kerja
logam yang digunakan yaitu W0 = 1,685 eV. Berdasarkan nilai tersebut dapat
diketahui bahwa jenis logam dengan fungsi kerja yang mendekati nilai
tersebut adalah Cesium (Cs).

23
24

BAB V
PENUTUP

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil eksperimen, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Cahaya berperilaku sebagai partikel menurut teori kuantum. Hal ini
terbukti dari intensitas cahaya yang mempengaruhi kuat arus listrik,
dimana semakin besar intensitas cahayanya maka semakin besar pula kuat
arus. Intensitas cahaya tidak mempengaruhi energi kinetik elektron, tetapi
intensitas cahaya mempengaruhi banyaknya elektron yang terlepas
menuju anoda. Energi kinetik dipengaruhi oleh frekuensi dimana ketika
frekuensi cahaya diperbesar, maka potensial penghentinya juga semakin
besar yang menandakan bahwa energi kinetik maksimum elektron juga
semakin besar.
2. Konstanta Planck yang diperoleh berdasarkan hasil analisis grafik sebesar
6,9687 x 10-34 Js dengan persen perbedaan terhadap nilai teori sebesar
5,04%. Didapatkan pula fungsi kerja logam yang digunakan sebesar 1,685
eV. Jenis logam yang memiliki nilai yang paling mendekati adalah
Cesium (Cs).

B. Saran
1. Untuk Praktikan, diharapkan untuk lebih memahami konsep dan prinsip
mengenai radiasi termal dan radiasi benda hitam serta prosedur kerja
eksperimen agar dapat dengan mudah melakukan percobaan sehingga
kegiatan eksperimen berjalan lebih efektif dan efisien.
2. Untuk Asisten, respon dan penjelasan sudah sangat jelas dan mudah
dipahami. Kiranya mohon untuk tetap bersabar dalam menghadapi
praktikan yang ilmunya masih kurang.
3. Untuk Laboran, rutin melakukan pengecekan alat dan bahan eksperimen
agar praktikum dapat berjalan dengan lancar.
25

DAFTAR PUSTAKA

Beiser, Arthur. (1995). Konsep Fisika Modern. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Krane, Kenneth. (1982). Fisika Modern. Jakarta: UI Press.

Kusworo, Hendro. (2018). Penentuan Konstanta Planck Menggunakan Perangkat


Lunak Physics Education Technology (PhET). Jurnal Pendidikan Fisika ,
Hal 2-3.

Mulyati, et al. (2018). Miskonsepsi Mahasiswa Pendidikan Fisika Pada Materi


Efek Fotolistrik. Jurnal Phenomenon , Hal 37. ISSN : 2088-7868.

Nurlina. (2017). Fisika Kuantum. Makassar: Lembaga Perpustakaan dan


Penerbitan Universitas Muhammadiyah Makassar.

Ramlan. (1999). Menentukan Fungsi Kerja dan Frekuensi Ambang Material


Katoda Melalui Percobaan Efek Fotolistrik. Jurnal Pendidikan Sains , Hal
18-19. ISSN : 1410-7058.

Sutopo. (2005). Pengantar Fisika Kuantum. Malang: Jurusan Fisika FMIPA UM.

Umma et al. (2017). Percobaan Efek Fotolistrik Berbasis Mikrokontroller Dengan


LED RGB Sebagai Sumber Cahaya. Jurnal Inovasi Fisika Indonesia (IFI) ,
Hal 91-92. ISSN : 2302-4313

Anda mungkin juga menyukai