Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH FISIKA KUANTUM :

EFEK FOTOLISTRIK

Disusun Oleh :

MUFTHI RYANDA OLII ( 0705182055 )

PUTRI JUL YANTI ( 0705182074 )

NURHALIZA MAHARANI (0705182075 )

ANGGI APRIDA AINI (0705183094)

ARIZA AZHANI (0705182060)

MUHAMMAD AMRIN SEIREGAR (0705182048)

PRODI FISIKA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

2021

i
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Allah Shubhanahu Wata’ala atas rahmat dan
karunianya lah, kami telah selesai menyempurnakan isi makalah "Efek Fotolistrik" pada mata
kuliah fisika kuantum ini. Kemudian sholawat dan salam kepada junjungan kita Nabi
Muhammad Shallallahu‘Alaihi Wasallam beserta keluarganya sekaliannya.

Walaupun kami telah berusaha semaksimal mungkin dalam usaha menyempurnakan


isi makalah ini menurut kadar ilmu yang ada pada kami, namun masih ada kekurangan,
kesalahan ataupun kejanggalannya, baik tentang isi dan susunan materi. Oleh sebab itu kami
masih sangat mengharapkan adanya kritikan dan saran dari para pakar, pembaca dan
pemakai, guna kesempurnaan isi dan susunan materi pada masa-masa mendatang. Atas saran
dan kritikan, kami mengucapkan terimakasih.

Medan, 22 Juni 2021

Kelompok 1,

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI i
Kata Pengantar ii
Pendahuluan 1
Latar Belakang Masalah 1
Rumusan Masalah 1
Tujuan 1
Pembahasan 3
Pengertian Efek Fotolistrik dan Teori Kuantum Efek Fotolistrik 3

Sejarah Penemuan Efek Fotolistrik 6

Eksperimen Tentang Efek Fotolistrik 8


Contoh Soal Tentang Efek Fotolistrik 11

Persamaan dan Grafik Efek Fotolistrik 13

Aplikasi Efek Fotolistrik 17


KESIMPUAN DAN SARAN 20
DAFTAR PUSTAKA 21

ii
BAB I :

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Efek fotolistrik pertama kali ditemukan oleh Heinrich Rudolf Hertz, namun pada masa itu
para fisikawan yang masih berpegang kepada fisika klasik bawaan newton masih bingung
untuk menjelaskan peristiwa itu. Seiring berjalannya waktu efek fotolistrik ini dapat dijawan
dan dikembangkan oleh Albert Einstein. Dalam penemuannya einstein mengemukakakn
bahwa cahaya terdiri atas partikel-partikel yang pada nantinya kita sebut sebagai foton.
Sederhananya Ketika pada saat kita menembakan cahaya ke suatu permukaan logam, foton-
fotonnya akan menumbuk elektron-elektron pada permukaan logam tersebut sehingga kita
akan menenmui elektron itu terlepas. Peristiwa atas lepasnya elektron dari permukaan logam
tersebut kita menyebutnya dalam fisika disebut sebagai efek fotolistrik.

Secara sederhana kita dapat mengatakan efek fotolistrik adalah pengeluaran elektron dari
suatu permukaan (biasanya logam) ketika dikenai lalu menyerap radiasi elektromagnetik
(seperti cahaya tampak dan radiasi ultraviolet) yang berada di atas frekuensi ambang
didasarkan pada jenis permukaan. Istilah lama untuk efek fotolistrik kita menamainya efek
Hertz (pada saat ini mungkin tidak digunakan lagi).Hertz mengobservasi dan kemudian
menunjukkan bahwa elektrode diterangi dengan sinar ultraviolet menciptakan bunga api
listrik lebih mudah.

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu efek fotolistrik ? Dan bagaimana sejarah perkembangannya ?


2. Apa saja teori yang berkaitan dengan efek fotolistrik dan persamaan yang berkaitan
disertai dengan lampirannya ?
3. Bagaimana eksperimen tentang efek fotolistrik beserta contoh soalnya ?
4. Apa saja aplikasi efek fotolistrik ?

C. Tujuan Masalah

1. Untuk apa itu efek fotolistrik, dan bagaimana sejarah perkembangannya


2. Untuk mengetahui apa saja teori yang berkaitan dengan efek fotolistrik dan persamaan
yang berkaitan disertai dengan lampirannya

1
3. Untuk mengetahui bagaimana eksperimen tentang efek fotolistrik beserta contoh
soalnya
4. Untuk mengetahui apa saja aplikasi efek fotolistrik

2
BAB II :

PEMBAHASAN

A. Pengertian Dan Teori Kuantum Efek Fotolistrik

Gejala fotolistrik adalah munculnya arus listrik akibat dari suatu logam yang disinari.
Arus listrik yang muncul merupakan arus electron yang bermuatan negative. Sinar yang
datang dipermukaan bahan mengakibatkan electron tereksitasi. Gejala efek fotolistrik telah
lama dikenal. Pada tahun 1887 Hallwach mengamati bahwa plat yan dilapisi seng yang
bermuatan negative kehilangan muatanya jika terkena cahaya ultraviolet. Teori fisika klasiik
memberikan penjelasan terkait masalah ini.

Menurut teori gelombang elektromagnetik, intensitas adalah kerapatan laju energy


cahaya. Jika intensitas cahaya yang datang pada permukaan bahan, maka laju energy juga
akan semakin besar, dengan begitu jumlah electron yang dipancarkan juga seharusnya
semakin besar. Gejala fotolistrik berikutny diamati oleh Lenard pada tahun 1902. Lenard
menemukan bahwa jika plat seng disinari cahaya ultraviolet, maka electron akan lepas, dan
meninggalkan plat dengan fakta.

Fenomena yang diamati oleh Lenard sangat berlawanan dengan teori fisika klasik.
Fakta-fakta yang diamati sangat berbeda dengan eksplansi fisika klasik. Teori kuantisasi
energy yang dikenalkan oleh Planck, dan kemudian diterjemahkan lebih fisis oleh Einstein
dan digunakan untuk menjelaskan hasil eksperimen gejala fotolistrik. Pada tahun 1905
einstein mulai memperkenalkan tentang teori kuantum cahaya.

Menurut Einstein, pencaran sinar cahaya berfrekuensi v berisikan paket-paket


gelombang atau paket-paket energy. Energi yang dibawa setiap satu paket gelombang aadalah
sebasar hv. Cahaya terdiri dari paket-paket energy yang disebut dengan foton. Jumlah foton
persatuan luas penampang persatuan waktu sebanding dengan intensitas cahaya, tetapi enegi
foton tidak bergantung pada intensitas cahaya. Energi foton hanya bergantung pada frekuensi
gelombang cahaya.

Menurut fostulat Planck, foton-foton yang sampai pada katoda akan langsung diserap
sebagai kuantum energy. Ketika electron menyerap foton, maka electron akan memperoleh
sejumlah energy yang dibawah foton yaitu sebanyak hv. Kesalahan penafsiran Einstein
mengenai tentang fotolistrik diperkuat dengan ditemukannya emisi termionik menjelang awal
abad ke-19, yakni terjadinya emisi electron dari benda panas tersebut. 1

Setelah berkutat dengan radiasi benda hitam, kali ini kita akan mempelajari materi
yang cukup menarik untuk diperbincangkan, yaitu efek fotolistrik. Seperti namanya, terdapat
keterkaitan antara foto (cahaya) dan listrik. Jika pada bulan November 2014 kemarin,
beberapa diantara kita yang duduk bergelap-gelapan didalam bioskop, mungkin dibuat
bingung oleh cerita yang sangat rumit dan juga seru dari film interstellar. Maka itu artinya

1
Erwin, Hayat Muhammad Syaiful, dan Sutarno. 2017.”RADIASI BENDA HITAM DAN EFEK FOTO LISTRIK
SEBAGAI KONSEP KUNCI REVOLUSI SAINTIFIK DALAM PERKEMBANGAN TEORI KUANTUM”.

3
kita telah masuk dalam scenario yang Christopher Nolan inginkan. Ya, saya akui film itu
memang sangat bagus dan dibuat dengan memperhatikan konsep-konsep dasar fisika. 2

Hebatnya lagi film tersebut memadukan beberapa konsep fisika, seperti astrofisika,
relativitas, dan juga mekanika kuantum. Tapi, tidak bisa dipungkiri, kualitas sebuah film juga
turut ditentukan oleh kualitas audio yang mendukungnya. Suara-suara dentuman besar, suara
ledakan, suara mereka berbicara, suara music pengiring yang menghipnotis kita. Semua itu
mendukung keseruan sebuah film. Itulah sebabnya film-film zaman sekarang jauh lebih seru
daripada film-dilm bisu zaman dahulu.

Tidak hanya untuk audio saja, efek fotolistrik juga dapat kita temui dalam kehidupan
sehari-hari, saat bertukar pin BB lewat QR-code, Kasir mengecek barcode, atau saat selfie
menggunakan kamera hingga 13 megafixel. Semua itu adalah efek fotolistrik. Sementara
fisikawan lainnya bergelut dengan benda hitam, Phili[[ Lenard lebih suka bergelut dengan
sinar katoda yang akhirnya nerhasil menghantarkannya meraih hadiah nobel dalam bidang
fisika pada tahun 1905.

Dalam salah satu penelitiannya Lenard menemukan perilaku aneh yang dilakukan
oleh cahaya dan electron. Suatu ketika berkas cahaya dipancarkan diatas logam tertentu, dan
ternyata cahaya tersebut dapat melontarkan electron dari dalam logam tersebut Lenard
terkejut dan bingung dengan fenomena aneh ini. Fenomena ini kemudian lebih umum dikenal
dengan nama efek fotolistrik.

Selain itu Lenard juga berhasil menemukan bahwa electron yang dilontarkan, akan
memiliki energy kinetic yang besarnya tak bergantung pada insensitas cahaya yang
dipancarkan di atas logam dan dia jugga membuktikan adanya frekuensi ambang. Frekuensi
ambang adalah frekuensi minimal yang dimiliki oleh cahaya agar dapat melontarkan electron
di dalam logam tersebut.

F cahaya > F ambang = maka terjadi efek fotolistrik

F cahaya < F ambang = maka tidak terjadi efek fotolistrik.

Namun, apa yang telah ditemukan oleh Pilipp Lenard hanya berupa gagasan dan data-
data empiris dari hasil eksperimen saja, tanpa adanya persamaan secara matematis sama
sekali. Hingga akhirnya pada tahun 1905, seornag pegawai kantor paten keturunan Yahudi
yang bernama Albert Einstein, berhasilkan menerbitkan sebuah Makala ilmiah, yang diberi
judul “On am Heuristic Concerning the Nature of Light”, yang mampu menjelaskan efek
fotolistrik secara matematis dengan pendekatan fenomenologi.

Pada waktu Einstein berusia 25 tahun, sekaligus baru saja menjadi seorang ayah bagi
bayi laki-laki. Penemuan yang luar biasa itu terjadi ketika Einstein menjadi seorang ayah,
memulai sebuah diskusi ringan dengan Mileva, sambil menjemur pakaian mereka di loteng
rumahnya yang kecil dijalan Kramergasse no, 49, Bern. Einstein secara diam-diam

2
Malau, Nya Daniaty.2018.”MODUL PENGANTAR FISIKA KUANTUM”. Jakarta : Universitas Kristen Indonesia.

4
mengembangkan sendiri sebuah metode fluktuasi yang digunakan untuk menghitung
perubahan entropi termampatkan.3

Pada saat itu, Einstein menggunakan persamaan entropi Boltzman yang terkenal,
dimana persamaan tersbut berkaitan dengan perubahan entropi ∆ s pada hukum 2
termodinamika sebagai berikut:

∆ s=k ln W

dengan W merupakan representasi dari probabilitas antara kondisi ( SV N ¿pada saat entropi s
dan kondisi asal (SV N0 ) pada saat entropi s0 (saat isothermal). Maka probabilitas tersebut
SV N N N
dapat ditulis dengan W = N
=V /V 0 . Dengan begitu perubahan entropi Boltzmann
SV 0
menjadi seperti ini:

V N
∆ s=k ln ( ) .
V0

Pada hipotesis tersebut, Einstein menggunakan persamaan yang pas untuk frekueinsi
tinggi radiasi benda hitam persatuan frekuensi menurut wien ialah

uf = S1 f 3
e−S2 f /T .

Dari persamaan ini kita akan memperoleh hubungan logaritma natural sebagai berikut:

1 −1 uf
=
T S1 f
ln
S1f 3( )
Kemudian kita menggunakan persamaan entropi pada hukum 2 termodinamika sebagai
berikut:

ϑQ
ds¿
T

dengan Q ialah kalor, yang mana dapat didefenisikan sesuai dengan hukum termodinamika 1
sebagai penjumlahan antara usaha dan perubahan energy dalam. ϑQ=dU + PdV . Dengan P
ialah tekanan, U ialah usaha, dan V ialah Volume. Pada kasus permasalahan isohorik (volume
tetap), dV = 0, maka &Q = dU. Dengan begitu persamaan diatas akan menjadi seperti
berikut:

ϑU
ds=
T

Energi dalam dapat disimpulkan sebagai berikutvU = uf Vd.

3
Malau, Nya Daniaty.2018.”MODUL PENGANTAR FISIKA KUANTUM”. Jakarta : Universitas Kristen Indonesia.

5
B. Sejarah Efek Fotolistrik

Seratus tahun lalu, Albert Einsten muda membuat karya besarnya.Tak tanggung
-tanggung ia melahirkan tiga buah makalah ilmiah yang menjadikan dirinya sebagi ilmuan
paling berpengaruh di abad ke 20. Tahun itu dianggap sebagai annus mirabilis atau tahun
keajaiban Einsten. Salah satu makalah itu adalah tentang efek fotolistrik. Oleh panitia
hadiah Nobel fisika,makalah itu dianugrahi hadiah Nobel fisika pada tahun 1921

Einsten terkenal dengan teori relativitasnya dan hampir semua orang kenal dengan
formula E = mc², namun hanya sedikit yang mengetahui apa itu efek fotolistrik yang
menghantarkan Einsten sebagai ilmuwan penerima hadiah Nobel. Pada tahun 1921 panitia
hadiah Nobel menuliskan bahwa einsten di anugrahi penghargaan tertinggi di bidang sains
tersebut atas jasanya di bidang fisika teori terutama pada penemuan hukum efek fotolistrik.

Pada tahun 1990,Max karl Ernst Ludwig Planck (1858-1947), ilmuwan dari
universitas Berlin, Jerman mengemukakan hipotesisnya bahwa cahaya dipancarkan oleh
materi dalam bentuk paket - paket energi yang di sebut quanta. Penemuan Planck itu
membuatnya mendapatkan hadiah nobel bidang fisika pada tahun 1918.

Menurut Einsten cahaya terdiri dari partikel - partikel yang di sebut foton. Ketika
cahaya di tembakkan ke suatu permukaan logam, maka foton - fotonnya akan menumbuk
elektron - elektron pada permukaan logam sehingga elektron dapat lepas. Peristiwa lepasnya
elektron dari permukaan logam di dalam fisika disebut sebagai efek fotolistrik.

Efek fotolistrik merupakan proses perubahan sifat - sifat konduksi listrik di dalam
material karena pengaruh cahaya atau gelombang elektromagnetik lainnya. Efek ini
mengakibatkan terciptanya pasangan elektron dan hole di dalam semikonduktor , atau
pancaran elektron bebas dan ion yang tertinggal didalam nya. Fenomena pertama dikenal
sebagai efek fotolistrik internal, sedangkan fenomena kedua disebut efek fotolistrik
eksternal.

Peristiwa efek fotolistrik pertama kali diamati oleh fisikawan asal Jerman, Heinrich
Hertz tahun 1887. Peristiwa ini berkaitan dengan suatu permukaan logam yang disinari oleh
cahaya. Hasil dari penyinaran ini nantinya akan melepas elektron dari permukaan logam.
Elektron yang lepas ini dapat diketahui karena muncul arus listrik. Munculnya arus listrik
karena cahaya ini kemudian disebut sebagai efek fotolistrik.

Menurut Young, cahaya adalah gelombang yang mampu melepaskan elektron karena
adanya transfer energi dari cahaya ke elektron. Energi elektron yang lepas dari permukaan
logam akan dipengaruhi oleh intensitas cahaya, yakni seberapa terang cahaya tersebut
menyinari permukaan logam. Semakin terang cahayanya, semakin besar energi elektronnya.

Namun kenyataannya, energi elektron yang lepas tidak dipengaruhi oleh intensitas
cahaya. Sebanyak apapun cahaya yang disorot ke permukaan logam, tidak mempengaruhi
energi elektron yang lepas, namun jumlah elektron yang lepas. Ketika permukaan logam

6
disinari cahaya yang redup, jumlah elektron yang keluar akan sedikit. Sebaliknya, ketika
permukaan logam disinari oleh cahaya yang terang, jumlah elektron yang keluar juga akan
banyak. Namun, tingkat energi yang dikeluarkan akan tetap sama.

Tingkat energi akan berubah jika frekuensi cahaya berubah. Semakin besar frekuensi
cahayanya, semakin besar pula energi elektron yang dihasilkan. Ini menunjukkan bahwa
intensitas cahaya hanya berpengaruh pada jumlah elektron yang lepas, bukan energinya. Ini
bertentangan dengan teori gelombang cahaya yang menyatakan bahwa intensitas cahaya
berpengaruh pada jumlah energi elektron.

7
C. Eksperimen Tentang Efek Fotolistrik

Gambar 1.1. Rangkaian eksperimen efek fotolistrik

Pada gambar diatas kita dapat mendapatkan penjelasan ilustrasi tentang jenis alat
yang digunakan dalam efek fotolistrik. Tabung yang kita vakumkan kemudian diisi oleh dua
elektroda yang kita hubungkan dengan rangkaian eksternal, dengan kepingan logam yang
pada permukaannya mengalami iradiasi kita pakai sebagai anoda. Beberapa dari elektron
yang kita amati muncul dari permukaan yang mengalami iradiasi mempunyai energi yang
cukup untuk mencapai katoda. Ketika kita menambahkan potensial perintang Vb, maka kita
akan dapati lebih sedikit elektron yang mencapai katoda dan arusnya didapati menurun.
Seterusnya begitu juga ketika Vb sama dengan atau melebihi suatu harga V0, maka yang
terjadi adalah tidak ada elektron yang mencapai katoda dan arus akan terhenti (nol). Hal ini
merupakan suatu temuan baru dimana pada masanya saat itu tahun 1887 Heinrich Rudolf
Hertz menemukan suatu fenomena efek Fotolistrik yang membingungkan para fisikawan
yang ada pada masa itu. Namun seiring berjalannyanya waktu, fenomena yang terjadi pada
masa itu bisa dijawab oleh seorang fisikawan bernama Einstein yang kemudian
dieksperimenkan kembali oleh Milikan pada tahun 1916.9

Pada masa saat itu tepatnya seratus tahun yang lalu, Albert Einstein pada saat masa
mudanya itu membuat karya besarnya. Tak tanggung-tanggung pada masa saat itu ia
melahirkan tiga makalah ilmiah yang menjadikan dirinya ilmuwan paling berpengaruh pada
masa saat itu. Salah satu makalah yang dihasilkan itu adalah tentang efek fotolistrik.10

9
Anwar, Khairil. 2018. EKSPERIMEN EFEK FOTO LISTRIK BERBASIS SIMULASI
PhET. Jurnal Ummat. Universitas Muhammadiyah Mataram. Hal : 9 – 10

8
10
Hidayat, Dody. 2005. "Mempraktekkan Efek Fotolistrik Einstein". LIPI. Hal : 1

Makalah penemuan Einstein yang salah satunya membahas tentang efek fotolistrik
tersebut tentu saja sangat berhubungan dengan Max Planck. Hubungan tersebut ada pada
penemuan Max Planck, yang mana pada hipotesisnya mengemukakan bahwa cahaya
dipancarkan oleh suatu materi yang dikirim dalam bentuk paket-paket energi yang ia sebut
quanta. Gagasan ini kemudian diperluas oleh Einstein lima tahun mendatang setelah itu.
Dalam makalah ilmiahnya tentang efek fotolistrik, Einstein berpendapat cahaya terdiri dari
kumpulan partikel-partikel yang kemudian kita sebut sebagai foton. Ketika kita menembakan
cahaya pada suatu permukaan logam, maka foton-fotonnya akan menumbuk elektron-
elektron yang ada pada permukaan logam tersebut sehingga elektron tersebut dapat lepas.
Peristiwa lepasnya elektron tersebut dari permukaan logam itu dalam dunia fisika kita
menamainya sebagai efek fotolistrik. Einstein menemukan bahwasannya setiap foton
mempunyai energi yang sangat besar, dan tergantung pada frekuensinya. Dalam fisika, energi
dari foton tersebut dituliskan sebagai

Dimana

E = Energi (J)

h = Konstanta Planck dengan nilai 6.62606957 × 10-34 (m2 kgs-1)

f = Frekuensi (Hz)10

Ketika kita memberikan sebuah logam cahaya maka ia akan melepaskan elektron,
yang mana elektron tersebut akan menghasilkan arus listrik jika disambungkan ke rangkaian
yang tertutup. Jika kita menganggap bahwa cahaya adalah gelombang seperti yang telah
dikonsepkan oleh fisika klasik, maka seharusnya kita mendapati ketika semakin tinggi
intensitas cahaya yang kita berikan maka semakin besar pula arus yang terdeteksi. Namun
pada kenyataannya hasil eksperimen menunjukkan bahwa walaupun intensitas cahaya yang
diberikan telah mencapai batas maksimumnya, elektron tidak juga muncul juga dari plat
logam. 9

9
Anwar, Khairil. 2018. EKSPERIMEN EFEK FOTO LISTRIK BERBASIS SIMULASI
PhET. Jurnal Ummat. Universitas Muhammadiyah Mataram. Hal : 9 – 10

9
10
Hidayat, Dody. 2005. "Mempraktekkan Efek Fotolistrik Einstein". LIPI. Hal : 1-2

Akan tetapi ketika kita berikan cahaya dengan panjang gelombang yang lebih pendek
(frekuensi yang lebih tinggi, ke arah warna ungu dari spektrum cahaya) dari sebelumnya,
maka yang akan kita dapati adalah tiba-tiba elektron lepas dari plat logam tersebut sehingga
terdeteksi arus listrik, padahal kenyataannya intensitas yang diberikan lebih kecil dari
intensitas yang kita berikan sebelumnya. Ini berarti bahwa memang energi yang dibutuhkan
oleh plat logam untuk melepaskan elektronnya tergantung atas panjang gelombangnya.
Fenomena ini belum dapat dijelaskan oleh para fisikawan pada waktu itu. Kalau benar
anggapan tentang cahaya itu adalah gelombang, yang memiliki sifat kontinyu, bukankah pada
dasarnya energi yang bisa diserap darinya bisa bernilai berapa saja, akan tetapi ternyata hanya
jumlah energi tertentu saja yang dapat diserap untuk melepaskan elektron bebas.

Teka-teki ini pada akhirnya dapat dijawab oleh Albert Einstein, yang mengemukakan
bahwasannya cahaya terkuantisasi dalam gumpalan-gumpalan partikel cahaya yang disebut
foton. Energi yang dibawa oleh foton tersebut sebanding dengan frekuensi cahaya dan suatu
ketetapan yang disebut sebagai konstanta Planck (E = h f). untuk membuat elektron terlepas
keluar dari plat logam tersebut kita membutuhkan sebuah foton dengan energi yang lebih
tinggi dari energi ikatan elektron tersebut. Energi yang dibawa oleh foton tersebut sebanding
dengan frekuensi cahaya dan suatu ketetapan yang disebut sebagai konstanta Planck (E = h f).
Untuk membuat elektron terlepas keluar dari plat logam tersebut kita membutuhkan sebuah
foton dengan energi yang lebih tinggi dari energi ikatan elektron tersebut. Ketika frekuensi
cahaya yang kita berikan masih rendah, maka walaupun kita dapati intensitas cahaya yang
diberikan telah mencapai maksimum, foton tidak memiliki cukup energi untuk melepaskan
elektron dari ikatannya. Tapi ketika frekuensi cahaya yang diberikan lebih tinggi, maka kita
akan mendapati walaupun terdapat hanya satu foton saja (intensitas rendah) dengan energi
yang cukup, foton tersebut mampu untuk melepaskan satu elektron dari ikatannya. Intensitas
cahaya ketika kita naikkan berarti akan menghasilkan semakin banyak jumlah foton yang
dilepaskan, akibatyang terjadi adalah semakin banyak elektron yang akan terlepas. Menurut
konsep teori gelombang, cahaya akan menyebar dari satu sumber dengan merambatkan
energinya secara kontinyu ke seluruh pola gelombang. Begitu juga Sebaliknya, menurut teori
kuantum, cahaya akan menyebar dari sumbernya dengan merambatkan energi secara
terkuantisasi, berupa paket-paket gelombang.9

10
9
Anwar, Khairil. 2018. EKSPERIMEN EFEK FOTO LISTRIK BERBASIS SIMULASI
PhET. Jurnal Ummat. Universitas Muhammadiyah Mataram. Hal : 9 – 10

D. Contoh Soal Efek Fotolistrik

1. Pada permukaan sebuah lempeng logam tertentu yang disinari oleh cahaya monokromatik.
Percobaan ini dilakukan berulang dengan panjang gelombang cahaya yang berbeda. Ternyata,
didapati bahwa tidak ada elektron keluar jika lempeng disinari dengan panjang gelombang di
atas 500 nm. Ketika digunakan panjang gelombang tertentu ʎ , ternyata dibutuhkan 3,1 volt
untuk dapat menghentikan arus fotolistrik yang dipancarkan dari lempeng. Maka panjang
gelombang ʎ tersebut adalah

Penyelesaian :

2.

11
Gambar di atas merupakan grafik hubungan antara Energi Kinetik Maksimum foto-elektron
terhadap Frekuensi (Hz) sinar yang kita gunakan dalam efek fotolistrik. Maka tentukanlah
nilai p pada grafik tersebut

Penyelesaian :

3. Jika diketahui panjang gelombang ambang untuk sebuah logam adalah ʎ ketika kita sinari
panjang gelombang ʎ /2 maka yang terjadi adalah besar energi kinetik yang timbul pada
elektron adalah E. Maka tentukanlah besar energi kinetik ketika disinari panjang gelombang
ʎ /5

Penyelesaian :

E. Persamaan dan grafik/kurva efek fotolistrik

12
Pada gambar (a) menjelaskan Plot hubungan antara frekuensi cahaya datang pada permukaan
logam, dengan Ek (energi kinetik maksimum yang diperoleh elektron), dan pada gambar (b)
Plot arus fotoelektron (fotoarus, Ie), sebagai fungsi dari frekuensi cahaya yang datang, untuk
tiga macam intensitas yang berbeda; intensitas cahaya yang lebih besar memberikan fotoarus
yang lebih besar.

Pada tahun 1903, Albert Einstein mengemukakan teorinya, bahwa elektron bebas pada
permukaan logam hanya dapat menyerap energi radiasi elektromagnetik yang datang, dalam
satuan catu energi tertentu, yakni sebesar hv, dengan v frekuensi radiasi tersebut, dan h
adalah tetapan Planck. Jika energi yang diperlukan oleh elektron untuk lepas dari permukaan
logam adalah ∅, maka catu energi sebesar hv tersebut harus memenuhi persamaan.

hv=∅+ E k

dengan Ek adalah energi kinetik elektron yang terpancar. Nilai ∅paling rendah dari suatu
logam disebut fungsi kerja logam, yang merupakan nilai energi pengikat elektron yang paling
rendah. Untuk elektron yang terikat paling lemah ini, maka energi kinetik yang dimilikinya
bernilai paling besar.4

Gambar diagram perangkat percobaan efek fotolistrik

4
Juwono, Alamsyah M..2017.” Pendahuluan fisika kuantum “. Malang:UB Press. Hal:10

13
Pada gambar diagram diatas merupakaan percobaan efek fotolistrik menggunakan sebuah
perangkat, kemudian berikut ini adalah grafik hasil percobaan :

Grafik hubungan antara kuat arus listrik I terhadap beda potensial henti V AK negative untuk 2
intensitas cahaya pada efek fotolistrik.

Dari grafik ini dapat disimpulkan bahwa baik itu untuk sinar dengan intensitas tinggi maupun
intensitas rendah, menunjukkan bahwa besar beda potensial henti untuk kedua intensitas
terebut adalah sama. BilaVAK positif dari terus ditingkatkan secara perlahan-lahan, namun
kuat arus efek foto listrik tersebut tetap. Rumus efek fotolistrik yang berlaku ialah :

1
Ek maks =V 0 e= mv maks 2
2

E=W 0 + Ek maks

Dari persamaan diatas, didapatkan :

hf =h f 0 +V 0

Ek maks =h ( f −f 0 )=hf −W 0

Persamaan tersebut dapat dianalogikan dengan persamaan garis lurus dengan kemiringannya
adalah m.

y=mx−a

14
Gambar (a)analog antara grafik Ek terhadap f yang dinyatakan dengan persamaan
Ek maks =h ( f −f 0 )=hf −W 0

Gambar (b) grafik y terhadap x yang dinyatakan dengan persamaan y=mx−a

Pada kedua gambar tersebut dijelaskn bahwa, jika sumbu y menyatakan Ekmaks dan sumbu x
menyatakan (f- f0). Grafik hubungan antara energi kinetik maksimum elektron foto ( Ek)
dengan frekuensi cahaya (f) yang identik dengan grafik y terhadap x pada y= mx-a, berbentuk
garis lurus. Grafik garis lurus Ek terhadap f akan memotong sumbu horizontal pada nilai
frekuensi ambang f0 dan gradien garis m sama dengan tetapan Planck (h). Karena E k = V0 e,
maka grafik beda potensial henti V0 terhadap frekuensi f juga berbentuk garis lurus, dengan
kemiringan grafik (gradien garis).

∆ E k ∆ Ek maks
m=tg α =h= =
f −f 0 ∆f

tg α =mtg α =h

Diatas adalah rumus gradient garis m.5

Bagan penelitian Einstein yang dilakukannya pada tahun 1905 dengan mengikuti gagasan
kuantumnya plank.

5
Tarmizi. 2016. “Fisika Modern Edisi Ke-2”. Banda Aceh: Syiah Kuala University Press. Hal:48-50

15
Sebagaimana tenaga gelombang elektromagnetik radiasi benda hitam terkuantisasi
menurutkan kaidah kuantisasi Planck E = nhv, maka secara umum tentunya demikian juga
dengan sembarang gelombang elektromagnetik. Diilhami oleh teori Planck ini, untuk
menerangkan gejala fotolistrik, Einstein berpendapat bahwa cahaya dapat dipandang sebagai
pancaran zarah yang lalu dinamakan foton yang tenaganya sebesar hv apabila v ialah
frekuensi gelombang elektromagnetik cahaya tersebut, sedangkan intensitas cahaya
menentukan banyaknya foton. Pemancaran fotoelektron dari katode tak lain disebabkan
terpentalnya elektron di permukaan katode akibat ditumbuk oleh foton. Dengan demikian
dapat dipikirkan berlakunya persamaan

hv=W + Ek maks

W =e ∅=hv min

W ialah apa yang dikenal sebagai fungsi kerja (work function) yang tak lain ialah tenaga
yang diperlukan untuk melepaskan elektron di permukaan sehingga menjadi tidak terikat lagi
oleh atom-atom di permukaan katode, dan Ø adalah apa yang disebut potensial ambang
(barrier potential) yaitu tenaga potensial listrik di permukaan yang tak mengikat elektron di
permukaan.6

F. Aplikasi efek fotolistrik dalam kehidupan sehari-hari


 

6
Soedojo,Peter.2001.”Azas-azas Ilmu Fisika Jilid 4 Fisika Modern”. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Hal:23-25

16
1. Sel fotolistrik atau panel surya
Untuk dacrah yang terpencil atau jauh dari perkotaan dan sukar dilalui oleh energi listrik
konvesional, maka digunakan sel fotolistrik sebagai energi altenatif. Cahaya matahari dari
berbagai ukuran frekuensi mengenai sel fotolistrik dan memindahkan elektron dari
permukaan logam sel fotolistrik menjadi arus fotolistrik. Melalui satu perubahan energi
matahari dapat dirobah menjadi energi listrik, sehingga dapat digunakan untuk keperluan
sehari-hari. Proses menghasilkan energi listrik seperti yang berlaku dalam instrumen cahaya
dipandang berkelakuan sebagai partikel (yang disebut dengan foton) bukan sebagai
gelombang. partikel cahaya atau foton dinyatakan dengan persamaan E = nhv. Untuk
memenuhi keperluan energi listrik lampu penerangan dikawasan jalan raya yang berada
diluar bandar banyak digunakan sel fotolistrik sebagai sumber tenaga

2. Pelangi
Dalam bagian ini kita akan tunjukkan satu fenomena yang biasa terjadi dalam kehidupan
schari-hari, yaitu terkait dengan pelangi. Fenomena ini berlaku ketika pelangi berada
dihadapan pengamat dan matahari berada di belakang pengamat.

Proses pembentukan pelangi hanya dapat dijelaskan jika cahaya dilihat berkelakuan seperti
gelombang dan fenomena pembiasan cahaya. Ini merupaka salah satu contoh bahwa cahaya
adalah gelombang. Bukti bahwa peristiwa pelangi adalah proses pembiasan dan dispersi,
ketika terjadi pelangi selalu matahari berada di belakang pengamat.Bayangan matahari pada
permukaan air Satu fenomena yang menjadi permasalahan dikalangan mahasiswa banyangan
atau matahari bulan yang membentuk olch permukaan air. Bayangan yang dibentuk bukan
bulat, seperti matahari atau bulan, tetapi memanjangkan Pembentukan banyangan suatu
benda sangat tergantung pada bentuk permukaan. Bayangan benda yang dibentuk oleh sinar
pada cermin datar akan menyerupai benda asal (ukuran sama, terbalik, dan seolah-olah ada
belakang cermin atau maya). Permukaan licin, akan membentuk bayangan seperti benda
asal, pemukaan kurang licin berbayangan yang kurang sama dengan benda asal, sedangkan
permukaan air yang normal (seperti permukaan air laut yang sebenarnya) bayangan yang
dibentuk akan menyerupai kolom.Setiap satu gelombang pada permukaan udara akan
memantulkan sinar matahari.

3. Warna objek
Perpaduan warna adalah salah satu masalah yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-
hari. Cahaya merupakan gabungan dari berbagai warna dengan merah, hijau, dan biru sebagai
warna utama (primary). Manakala warna sekunder adalah kuning, mangetan, dan kian (cyan).
Fenomena penyerapan dan pantulan cahaya telah membentuk berbagai jenis warna-warni
dalam kchidupan schari-hari. Objek yang berwama merah, akan menyerap seluruh warna,
kecuali warna merah atau hanya memantulkan warna merah. Begitu juga dengan objek
berwarna biru akan menyerap seluruh warna, kecuali warna biru atau hanya warna biru yang
dipantulkan. Untuk suatu objek yang mempunyai kemampuan untuk memantulkan warna
biru tetapi cahaya yang datang padanya berwarna hijau dengan merah) maka objek tersebut
akan kelihatan gelap. Dalam teori kuantum cahaya dapat berkelakuan seperti gelombang atau

17
seperti partikel, namun cahaya yang datang mengenai satu objek akan diserap dalam bentuk
gelombang elektromagnet dengan berbagai nilai frekuensi (warna).

Frekuensi-frekuensi getaran foton cahayn yang bersesuaian dengan getaran atom dalam satu
objek akan diserap dan yang berbeda akan dipantulkan. Karena itu, wama satu objek
menurut jenis frekuensi yang dipantulkan oleh objek tersebut.kesalahan konsep cahaya Pada
bagian ini akan mengemukakan konsep-konsep cahaya yang salah difahami oleh mahasiswa
dan siswa sekolah menengah. Konsep-konsep tersebut ditempatkan sebagai distraktor dalam
naskah soal Ujian Diagnostik Fisika Kuantum (UDFK). 1). Percobaan interferensi untuk
menunjukkan bahwa cahaya adalah gelombang Kelompok peneliti dari Univeristas Andallas
menemukan bahwa banyak mahasiswa memahami bahwa percobaan interferensi untuk
menunjukkan bahwa cahaya adalah gelombang. Kesalahpemahaman ini berawal dari hasil
yang terbentuk pada layar, yaitu corak gelombang transversal.Karena itu, banyak mahasiswa
yang memahami bahwa cahaya adalah gelombang. Sebaliknya hakikat yang sebenarnya
objektif percobaan adalah untuk menunjukkan bahwa cahaya berkelakuan seperti gelombang.
Hasil kajian yang dilakukan melalui ujian UDFK pada 200 mahasiswa didapati bahwa 21%
orang berpendapat bahwa tujuan percobaan interferensi adalah untuk menunjukkan bahwa
cahaya adalah gelombang. Ini merupakan satu pemahaman yang salah, konsep sebenarnya
tujuan percobaan interferensi adalah untuk menunjukkan bahwa cahaya dapat berprilaku
seperti gelombang dan sebanyak 52% mahasiswa memilih pemahaman seperti itu.7

Suara Dubbing

Aplikasi pertama efek fotolistrik berada dalam dunia


hiburan.Dengan bantuan peralatan elektronika saat itu suara dubbing.film direkam dalam
bentuk sinyal optik di sepanjang pinggiran keping film. Pada saat film diputar, sinyal ini
dibaca kembali melalui proses efek fotolistrik dan sinyal listriknya diperkuatdengan
menggunakan amplifier tabung sehingga menghasilkan film bersuara.

Photomultiplier Tube

Aplikasi paling populer di kalangan akademis adalah tabung foto


pengganda (photomultiplier tube). Dengan menggunakan tabung ini hampir semua spektrum
radiasi elektromagnetik dapat diamati. Tabung ini memiliki efisiensi yang sangat tinggi,
bahkan ia sanggup mendeteksi foton tunggal sekalipun. Dengan menggunakan tabung ini.Di
samping itu efek fotolistrik eksternal juga dapat dimanfaatkan untuk tujuan spektroskopi
melalui peralatanyang bernama photoelectron spectroscopy atau PES. 

Foto-Dioda atau Foto-Transistor

Efek fotolistrik internal memiliki aplikasi yang lebih menyentuh masyarakat.Ambil contoh
foto-diode atau foto-transistor yang bermanfaat sebagai sensor cahaya berkecepatan tinggi.
Bahkan, dalam komunikasi serat optik transmisi sebesar 40 Gigabit perdetik yang setara

7
A. Halim , Fitri Herliana,2020,Pengantar Fisika Kuantum.Aceh: Syiah Kuala University Pers

18
dengan pulsa cahaya sepanjang 10 pikodetik (10-11 detik) masih dapat dibaca oleh sebuah
foto-diode

Sel Surya (Solar Cell )

Sel surya yang sangat kita kenal manfaatnya dapat mengubah energi matahari menjadi energi
listrik melalui efek fotolistrik internal. Sebuah semikonduktor yang disinari dengan cahaya
tampak akan memisahkan elektron dan hole.Kelebihan elektron di satu sisi yang disertai
dengan kelebihan hole disisi lain akan menimbulkan beda potensial yang jika dialirkan
menuju beban akanmenghasilkan arus listrik.Sebuah sel surya adalah sebuah alat yang
mengubah energi sinar matahari langsung menjadi listrik oleh efek fotolistrik. Prinsip kerja
sel surya adalah sebagai berikut, cahaya yang jatuh pada sel surya menghasilkan elektron
yang bermuatan positif dan “hole” yang bermuatan negatif. Elektron dan “hole”mengalir
membentuk arus listrik.Sel surya memiliki banyak aplikasi. Mereka terutama cocok untuk
digunakan bila tenaga listrik dari grid tidak tersedia, seperti di wilayah terpencil,satelit
pengorbit bumi, kalkulator genggam, pompa air, dll. Sel surya
(dalam bentuk modul atau panel surya) dapat dipasang di atap gedung di mana mereka berhu
bungan dengan inverter ke grid listrik dalam sebuah pengaturan netmetering Jadi, tanpa
sadari kita telah memanfaatkan efek fotolistrik baik internalmau pun eksternal dalam
kehidupan sehari-hari8

8
Gautreau, Ronald & Savin, William. 2006.  Fisika Modern Edisi Kedua.Jakarta: Penerbit
Erlangga
19
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Gejala fotolistrik adalah munculnya arus listrik akibat dari suatu logam yang disinari.
Arus listrik yang muncul merupakan arus electron yang bermuatan negative. Sinar yang
datang dipermukaan bahan mengakibatkan electron tereksitasi. Gejala efek fotolistrik telah
lama dikenal. Pada tahun 1887 Hallwach mengamati bahwa plat yan dilapisi seng yang
bermuatan negative kehilangan muatanya jika terkena cahaya ultraviolet. Teori fisika klasiik
memberikan penjelasan terkait masalah ini.Seratus tahun lalu, Albert Einsten muda membuat
karya besarnya.Tak tanggung -tanggung ia melahirkan tiga buah makalah ilmiah yang
menjadikan dirinya sebagi ilmuan paling berpengaruh di abad ke 20. Tahun itu dianggap
sebagai annus mirabilis atau tahun keajaiban Einsten. Salah satu makalah itu adalah tentang
efek fotolistrik. Oleh panitia hadiah Nobel fisika,makalah itu dianugrahi hadiah Nobel fisika
pada tahun 1921.

Einstein berpendapat cahaya terdiri dari kumpulan partikel-partikel yang kemudian


kita sebut sebagai foton. Ketika kita menembakan cahaya pada suatu permukaan logam, maka
foton-fotonnya akan menumbuk elektron-elektron yang ada pada permukaan logam tersebut
sehingga elektron tersebut dapat lepas. Peristiwa lepasnya elektron tersebut dari permukaan
logam itu dalam dunia fisika kita menamainya sebagai efek fotolistrik.

Aplikasi pertama efek fotolistrik berada dalam dunia hiburan.Dengan bantuan


peralatan elektronika saat itu suara dubbing.film direkam dalam bentuk sinyal optik di
sepanjang pinggiran keping film. Pada saat film diputar, sinyal ini dibaca kembali melalui
proses efek fotolistrik dan sinyal listriknya diperkuatdengan menggunakan amplifier tabung
sehingga menghasilkan film bersuara.

B. Saran

Saya berharap untuk selanjutnya makalah ini bisa menambah refrensi yang lebih luas
lagi tidak hanya sekedar jurnal saja tapi menagmbil beberapa refrensi buku lainnya.

20
DAFTAR PUSTAKA

Erwin, Hayat Muhammad Syaiful, dan Sutarno. 2017. ”RADIASI BENDA HITAM DAN
EFEK FOTO LISTRIK SEBAGAI KONSEP KUNCI REVOLUSI SAINTIFIK DALAM
PERKEMBANGAN TEORI KUANTUM”.

Malau, Nya Daniaty. 2018. ”MODUL PENGANTAR FISIKA KUANTUM”. Jakarta :


Universitas Kristen Indonesia.

Hidayat, Dody. 2005. "Mempraktekkan Efek Fotolistrik Einstein". LIPI

Anwar, Khairil. 2018. “EKSPERIMEN EFEK FOTO LISTRIK BERBASIS SIMULASI


PhET”. Jurnal Ummat. Universitas Muhammadiyah Mataram.

Juwono, Alamsyah M. 2017. “Pendahuluan fisika kuantum”. Malang:UB Press.

Tarmizi. 2016. “Fisika Modern Edisi Ke-2”. Banda Aceh: Syiah Kuala University Press

Soedojo,Peter. 2001. ”Azas-azas Ilmu Fisika Jilid 4 Fisika Modern”. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press

A. Halim , Fitri Herliana. 2020. Pengantar Fisika Kuantum. Aceh : Syiah Kuala University
Pers

Gautreau, Ronald & Savin, William. 2006. Fisika Modern Edisi Kedua. Jakarta: Penerbit
Erlangga

21

Anda mungkin juga menyukai