Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH FISIKA DASAR II

FISIKA MODERN
KELOMPOK 3

Disusun Oleh:
Davina Khaerunnisa ; H021221051
Wahyudin ; H021221052
Debby Astutiana Jufri ; H021221053
Putra Ikhsan Pratama ; H021221054
Qoonita khairunnisa Subana; H021221055
Fickry Haikal ; H021221057

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat tuhan YME yang telah memberikan rahmat
dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Fisika
Modern”. Penyusunan makalah ini ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
fisika dasar 2. Saya berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan
pembaca mengenai Fisika Modern.

Menyadari banyaknya kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca untuk melengkapi segala kekurangan dan
kesalahan dalam makalah ini.

Saya juga berterima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu proses
penyusunan makalah ini.

Makassar, Mei 2023

PENYUSUN

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................I
DAFTAR ISI.............................................................................................................................II
BAB I. PENDAHULUAN.........................................................................................................3
A. Latar Belakang................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................4
C. Tujuan.............................................................................................................................4
BAB II. PEMBAHASAN.........................................................................................................5
1. Pengertian Fisika Modern...............................................................................................5
2. Relativitas Khusus...........................................................................................................9
3. Radiasi Termal..............................................................................................................11
4. Sifat Dualisme...............................................................................................................12
5. Efek Compton...............................................................................................................13
6. Efek Fotolistrik..............................................................................................................14
BAB III. PENUTUP................................................................................................................17
A. Kesimpulan...................................................................................................................17
B. Saran..............................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................18

II
BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Konsep fisika sejak dahulu kala terus berkembang dan diperbarui seiring
bertambahnya pengetahuan manusia. Mulai dari bagaimana Newton merumuskan 3 hukum
gerak hingga relativitas yang dirumuskan oleh Einstein ilmu fisika terus terbarui. Seiring
bertambahnya pengetahuan manusia, gejala-gejala alam yang dipelajari menjadi semakin
rumit pula. Kompleksitas gejala alam ini berujung pada beberapa hukum dan teori yang tidak
dapat menjelaskan beberapa fenomena alam.

Ilmu fisika klasik yang sebelumnya berhasil digunakan dalam penyelesaian berbagai
masalah pada gejala fisika tidak dapat menjelaskan beberapa hal ekstrim yang terjadi di
semesta. Gejala tersebut membutuhkan penjelasan lain dengan pendekatan yang berbeda dari
fisika klasik. Dikarenakan masalah ini lahirlah fisika modern. Fisika modern lahir dari
kompleksitas hukum alam yang dipelajari dengan tujuan untuk dapat menjelaskan bagaimana
fenomena tersebut terjadi. Fisika modern telah mampu menjawab berbagai permasalahan
yang sebelumnya tidak dapat dipecahkan oleh fisika klasik.

Fisika modern sendiri terbagi menjadi 2 yaitu relativitas dan mekanika kuantum.
Kedua bidang fisika modern ini memiliki pendekatan yang berbeda. Relativitas meneliti
gejala makro seperti benda celestial misalnya planet dan bintang. Mekanika kuantum
sebaliknya mempelajari kasus mikro pada alam dalam ranah atom dan sub-atomik. Saat ini
fisikawan kesulitan untuk menggabungkan kedua bidang ini dikarenakan perbedaan
pendekatan. Namun di beberapa kasus kedua bidang tersebut digunakan bersamaan untuk
menjelaskan suatu permasalahan. Salah satu contohnya yaitu bagaimana mekanika kuantum
digunakan untuk menjelaskan bagaimana lubang hitam tidak kekal.

Berdasarkan penjelasan di atas, penulis akan membahas mengenai fisika modern yang
ada pada kedua bidang yaitu relativitas dan mekanika kuantum. Namun nantinya hanya akan
dibahas gambaran dasar dari fisika modern. Karnanya pada topik relativitas hanya akan
dibahas mengenai relativitas khusus saja. Selain itu, pada mekanika kuantum dibahas
mengenai radiasi termal, sifat dualisme, efek compton dan efek fotolistrik. Dengan adanya
makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan pembaca mengenai konsep fisika modern
dan dapat mengaplikasikannya.

3
B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari fisika modern dan bidang di dalamnya?


2. Apa yang membedakan fisika modern dan fisika klasik?
3. Bagaimana relativitas khusus berlaku dan apa variabel yang mempengaruhinya?
4. Jelaskan sifat dualisme, efek compton, dan efek fotolistrik pada partikel sub-atomik
dan interaksinya?

C. Tujuan

1. Mengetahui pengertian fisika modern dan bidang yang dicakupnya.


2. Menjelaskan perbedaan antara fisika modern dan fisika klasik.
3. Mendeskripsikan bagaimana relativitas khusus berlaku dan variabel yang
mempengaruhinya.
4. Menjelasakan sifat dualisme, efek campton, dan efek fotolistrik pada partikel serta
interaksinya.

4
BAB II. PEMBAHASAN

1. Pengertian Fisika Modern

Fisika adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang gejala alam dan lingkungan
sekitar. Maka dari itu, Fisika disebut sebagai cabang Ilmu Pengetahuan Alam atau Sains.
Sementara, seorang Fisikawan mempelajari perilaku dan sifat materi dalam bidang yang
sangat beragam, mulai dari partikel submikroskopis yang membentuk segala materi (fisika
partikel) hingga perilaku materi alam semesta sebagai satu kesatuan kosmos. Beberapa sifat
yang dipelajari dalam fisika merupakan sifat yang ada dalam semua sistem materi, salah
satunya adalah hukum kekekalan energi. Sifat semacam ini disebut sebagai hukum fisika.
Sejarah fisika sangat penting sekali untuk dipelajari. Karena dengan mengetahui banyak
sejarah, pengetahuan akan bertambah luas, dan bahkan mungkin dari sejarah-sejarah tersebut
bisa menemukan penemuan-penemuan baru yang mungkin bisa memperbaiki penemuan-
penemuan sebelumnya.

Sejarah fisika berkisar pada tahun 2400 SM, ketika kebudayaan harapan
menggunakan suatu benda untuk memperkirakan dan menghitung sudut bintang diangkasa.
Di era ini ilmuwan tidak melihat adanya penyempurnaan di bidang ilmu pengetahuan,
pertanyaan demi pertanyaan terus bermunculan tampa henti, dari luasnya galaksi, sifat alami
dari kondisi vakum sampai lingkungan subatomik. Sejak saat itu fisika terus berkembang
sampai ke level sekarang. Perkembangan ini tidak hanya membawa perubahan di dalam
bidang dunia benda, matematika, dan filosofi, melainkan melalui teknologi juga membawa
perubahan ke dunia sosial masyarakat. Perubahan tersebut terjadi pada sekitar tahun 1600,
sehingga dapat dikatakan menjadi batas antara pemikiran purba dan lahirnya fisika klasik,
dan berlanjut ke tahun 1900 yang menandakan mulai berlangsungnya era baru yaitu era fisika
modern. Berdasarkan ulasan tersebut di atas, penulis akan memaparkan bagaimana
perkembangan sejarah Fisika Klasik hingga menjadi Modern seperti sekarang ini.

1. Sejarah Fisika

Fisika klasik dimulai dari tahun 1800an sampai 1890an. Periode in diformulasikan
konsep-konsep fisika yang mendasar. Pada periode ini, perkembangan yang terlihat dari
fisika Klasik adalah formulasi umum dalam Mekanika Klasik (Hukum Gerak Newton) ,
Fisika Panas, elektrodinamika klasik, termodinamika klasik, Listrik-Magnet, dan Gelombang.
Ketika digabungkan dengan termodinamika klasik, mekanika klasik menuju ke paradoks

5
Gibbs yang menjelaskan entropi bukan kuantitas yang jelas dan ke penghancuran ultraviolet
yang memperkirakan benda hitam mengeluarkan energi yang sangat besar. Usaha untuk
menyelesaikan permasalahan ini menuju ke pengembangan mekanika kuantum. Pada Fisika
Klasik pendekatan terhadap pemecahan persoalan didasarkan pada dalil-dalil mekanika
gerak.

Disamping itu, dalam penanganan solusi, dilakukan perbedaan antara benda partikel
dan fenomena gelombang dan tidak ada pembatasan dalam besarnya energi. Beberapa
fenomena yang tidak bisa dijelaskan melalui fisika klasik diantaranya adalah teori kinetik,
karena model atom seperti bola kecil dianggap masih belum cukup untuk menentang
anggapan mengenai struktur dibagian dalam atom tersebut. Kenyataannya beberapa ilmuwan
menolak untuk mengakuinya, sebab atom berarti tidak dapat dibagi-bagi lagi dan tidak
mungkin dibentuk atau tersusun dari partikel lain. Pendirian seperti in tidak dapat diubah lagi
dan telah cukup memuaskan pada periode ini. Fisika Klasik memiliki pengembangan dengan
mengutamakan prinsip-prinsip tersendiri, yang dikembangkan sebelum bangkitnya teori
kuantum dan teori relativitas dari abad 17 hingga 19. Pada akhir abad ke 19 ditemukan
beberapa fenomena yang tidak bisa dijelaskan melalui fisika klasik. Hal ini menuntut
pengembangan konsep fisika yang lebih mendasar lagi yang sekarang disebut Fisika Modern.
Fisika modern ini ditandai dengan pemikiran-pemikiran baru oleh para ilmuwan fisika,
dimana pemikiran baru ini lebih luas dari pemikiran di zaman fisika klasik. Dengan
kelamahan-kelemahan fisika klasik, fisika modern mampu mengembangkan dan menjawab
berbagai permasalahan yang tidak terjawab oleh pemikiran fisika klasik. Selain itu, istilah
fisika modern diperkenalkan karena banyaknya fenomena-fenomena mikroskopis dan
hukum-hukum baru yang ditemukan sejak tahun 1890. Fenomena mikroskopis yaitu
fenomena- fenomena yang tidak dapat dilihat secara langsung, seperti elektron, proton,
neutron, atom, dan sebagainya. Ahli fisika telah mencoba memecahkan persoalan tentang
struktur atom, elektron, radiasi dengan fisika klasik.

Namun, tidak berhasil menerangkan fenomena-fenomena tersebut. Karena itu para


ahli fisika mencari ilmu dan model-model lain yang baru. Dengan didapatnya teori-teori baru
yang dapat menerangkan fenomena-fenomena mikroskopis itu, maka fisika telah memperluas
ilmu ke arah yang lebih jauh lagi.Kemajuan teori kinetik tidak memuaskan bagi kebanyakan
para ahli fisika. karena model atom seperti bola kecil itu dianggap masih belum cukup
kelihatannya menentang anggapan mengenai struktur dibagian dalam atom tersebut.
Kenyataannya memang demikian, beberapa ilmuwan menolak untuk mengakui adanya, sebab

6
atom berarti tidak dapat dibagi-bagi lagi dan tidak mungkin dibentuk atau tersusun dari
partikel lain. Pendirian begin tidak dapat dirubah lagi dan telah cukup memuaskan pada
periode ini. Mekanika, bunyi, panas, dan mekanika statistika, elektromagnetik, dan optik
semuanya telah mendapat perumusan yang baik dan akibat-akibatnya telah dikuatkan dengan
bermacam-macam cara. Beberapa ahli memperlihatkan bahwa fisika telah selesai sama
sekali, hanya tinggal cara memberi pengukuran yang lebih teliti dengan bermacam-macam
konstanta fisika. Akan tetapi kepuasan ini belum waktunya, karena praktis tiap-tiap cabang
ilmu fisika itu diperlihatkan dalam abad ke-20 yang memerlukan peninjauan fundamental
kembali. Pembatasan-pembatasan yang diberikan ternyata telah membukakan jalan kepada
seseorang untuk memperoleh fenomena-fenomena dalam skala atom yang memberikan
indikasi bahwa atom itu lebih kompleks daripada yang dipikirkan selama abad ke- 19.
misalnya spektrum atom menunjukkan kebingungan yang kompleks. Garis-garis dalam
spektrum itu telah dapat diukur dengan teliti. Seperti pada atom hidrogen dan logam-logam
alkali, Balmer dan Rydberg telah dapat menentukan frekuensi-frekuensi dengan hukum
empirisnya yang lebih teliti. Meskipun mekanika klasik hampir cook dengan tori klasik
lainnya seperti elektrodinamika dan termodinamika klasik, ada beberapa ketidaksamaan
ditemukan di akhir abad 19 yang hanya bisa diselesaikan dengan fisika modern. Khususnya,
elektrodinamika klasik tampa relativitas memperkirakan bahwa kecepatan cahaya adalah
relatif konstan dengan Luminiferous aether, perkiraan yang sulit diselesaikan dengan
mekanik klasik dan yang menuju kepada pengembangan relativitas khusus. Ketika
digabungkan dengan termodinamika klasik, mekanika klasik menuju ke paradoks Gibbs yang
menjelaskan entropi bukan kuantitas yang jelas dan ke penghancuran ultraviolet yang
memperkirakan benda hitam mengeluarkan energi yang sangat besar. Usaha untuk
menyelesaikan permasalahan in menuju ke pengembangan mekanika kuantum.

2. Teori - Teori Fisika modern

Ada pun tokoh-tokoh besar dalam fisika modern antara lain:

• Pada tahun 1900, Max Planck memperkenalkan ide bahwa energi dapat dibagi-bagi menjadi
beberapa paket atau kuanta. Ide ini secare hisis digunakan untuk menielaskan sebaran
intensitas radiasi yang dipancarkan oleh benda hitam.

• Pada tahun 1905, Albert Einstein menjelaskan efek fotoelektrik dengan menyimpulkan
bahwa energi cahaya datang dalam bentuk kuanta yang disebut foton.

7
• Pada tahun 1913, Niels Bohr menjelaskan garis spektrum dari atom hidrogen, lagi dengan
menggunakan kuantisasi.

• Pada tahun 1924, Louis de Broglie memberikan teorinya tentang gelombang benda.
Mekanika kuantum modern lahir pada tahun 1925, ketika Werner Karl Heisenberg
mengembangkan mekanika matriks dan Erwin Schrödinger menemukan mekanika
gelombang dan persamaan Schrödinger. Heisenberg merumuskan prinsip ketidakpastiannya

• pada tahun 1927, dan interpretasi Kopenhagen terbentuk dalam waktu yang hampir
bersamaan.

• Pada 1927, Paul Dirac menggabungkan mekanika kuantum dengan relativitas khusus. Pada
tahun 1932, Neumann Janos merumuskan CasaT matematika yang kuat untuk mekanika
kuantum sebagai teori operator.

• Pada 1927, percobaan untuk menggunakan mekanika kuantum ke dalam bidang di luar
partikel satuan, yang menghasilkan teori medan kuantum. Interpretasi banyak diformulasikan
oleh Hugh Everett.

Fisika modern biasanya dikaitkan dengan berbagai perkembangan yang dimulai


dengan teori revalitas khusus dan kuantum. Bidang studi in menyangkut penerapan kedua
teori baru tersebut untuk memahami sifat atom, inti atom serta berbagai partikel
penyusunnya, kelompok atom dalam berbagai molekul dan zat padat, juga pada skala kosmik
(jagat raya), tentang asal mula dan evolusi alam semesta. Perbedaan fundamental antara fisika
klasik dan kontemporer. Fisika klasik berasumsi ada eksternal world yang terpisah dari diri
kita. Fisika klasik kemudian juga beranggapan bahwa kita dapat mengamati, mengkalkulasi,
dan mengira-ngira dunia luar tersebut tapa merubahnya. Menurut fisika klasik, dunia luar
tersebut tidak berbeda dengan diri dan kebutuhan-kebutuhan kita.

3. Relativitas

Albert Einstein (1879-1955) adalah pencetus teori relativitas khusus pada tahun 1905
dan teori relativitas umum yang diusulkan 10 tahun kemudian. Teori relativitas khusus
membicarakan tentang kerangka acuan yang bergerak dengan kecepatan tetap terhadap
kerangka acuan lainnya. Teori relativitas bersandar pada dua postulat yaitu :

8
1. Hukum fisika dapat dinyatakan dalam persamaan yang berbentuk sama dalam semua
kerangka acuan yang bergerak dengan kecepatan tetap satu dengan yang lainnya, jadi tidak
ada kerangka acun yang universal.

2. Kelajuan cahaya dalam ruang hampa sama besar untuk semua pengamat, tidak bergantung
pada keadaan gerak pengamat itu.

Teori relativitas umum yang diajukan oleh Einstein pada tahun 1915 mencoba
mengaitkan gravitasi dengan struktur ruang dan waktu. Dalam teori ini gravitasi dapat
dipikirkan sebagai ruang dan waktu yang melengkung disekitar benda sehingga massa yang
berdekatan cendrung untuk bergerak kearahnya. Dari teori relativitas umum ini, dapat dibuat
suatu ramalan teoritis, misalnya cahaya harus dipengaruhi oleh gaya gravitasi, alam ini
memuai dan sebagainya.Sebelum perkembangan teori relativitas ini, timbul pertentangan
antara mekanika Newton dan teori elektromagnetik Maxwell mengenai hubungan antara
pengukuran suatu gejala yang dilakukan pada suatu kerangka acuan dengan dikaitkan pada
kerangka lain yang bergerak relatif terhadap yang pertama. Einstein menunjukkan bahwa
teori Maxwell sesuai dengan teori relativitas khusus, sedangkan mekanika Newton tidak.
Selanjutnya Einstein melakukan suatu modifikasi menganai mekanika sehingga pada
akhirnya menghasilkan suatu persesuaian antara keduanya.

2. Relativitas Khusus

Albert Einstein (1879-1955) adalah ilmuwan yang dikenal karena dua teori
relativitasnya. Pada tahun 1905, ia mengembangkan teori relativitas khusus yang berbicara
tentang kerangka acuan yang bergerak dengan kecepatan tetap terhadap yang lain. Dalam
teori ini, Einstein memperkenalkan dua postulat penting: hukum fisika memiliki bentuk yang
sama dalam semua kerangka acuan yang bergerak secara konstan, dan kecepatan cahaya
dalam ruang hampa adalah konstan dan tidak tergantung pada kecepatan
pengamat.Kemudian, pada tahun 1915, Einstein mengusulkan teori relativitas umum yang
menghubungkan gravitasi dengan struktur ruang dan waktu. Teori ini menyatakan bahwa
massa memengaruhi geometri ruang-waktu sehingga benda-benda di dekatnya cenderung
bergerak ke arah massa tersebut. Teori relativitas umum memprediksi fenomena seperti
lenting gravitasi, di mana cahaya dapat terpantul oleh medan gravitasi yang kuat.

Dalam fisika modern, teori relativitas Einstein memiliki implikasi yang signifikan.
Misalnya, konfirmasi lenting gravitasi pada gerhana matahari tahun 1919 memberikan bukti

9
mendukung teori relativitas umum. Teori ini juga menjelaskan perubahan waktu dan
penggelembungan ruang, yang telah dikonfirmasi melalui pengukuran presisi.

a. Dilatasi Waktu

Dilatasi waktu adalah konsep penting dalam teori relativitas yang menyatakan bahwa
waktu dapat mengalami perubahan relatif tergantung pada kecepatan relatif antara dua
pengamat atau medan gravitasi yang berbeda. Dalam teori relativitas khusus, dilatasi waktu
terjadi ketika pengamat bergerak dengan kecepatan tinggi dibandingkan dengan pengamat
yang diam. Persamaan yang menggambarkan dilatasi waktu dalam teori relativitas khusus
adalah

T0
T=


2
U
1− 2
C

Keterangan=

T = interval waktu yang diamati oleh pengamat yang bergerak.

T0 = interval waktu yang diamati oleh pengamat dalam keadaan diam atau relatif terhadap
pengamat yang bergerak

U = Kecepatan Relatif

C = Keecepatan cahaya

Dalam teori relativitas umum, dilatasi waktu juga terjadi karena perbedaan medan
gravitasi. Dalam medan gravitasi yang lebih kuat, waktu berjalan lebih lambat. Persamaan
dilatasi waktu dalam teori relativitas umum melibatkan konsep geometri ruang-waktu yang
kompleks.

b. Kontraksi Lorenz

Kontraksi Lorentz adalah konsep dalam teori relativitas khusus yang menyatakan
bahwa panjang suatu benda yang sedang bergerak relatif terhadap pengamat akan mengalami
penyusutan dalam arah gerakan. Konsep ini diperkenalkan oleh Hendrik Lorentz dan
dikembangkan lebih lanjut oleh Albert Einstein dalam teori relativitas khusus. Persamaan
kontraksi Lorentz untuk menghitung panjang benda yang terkontraksi adalah:

10

L=L0 1−
U2
C
2

Keterangan

L = Panjang benda yang diamati oleh pengamat yang bergerak.

L0 = Panjanng benda yang diamati oleh pengamat dalam keadaan diam atau relatif

terhadap pengamat yang bergerak

U = Kecepatan Relatif

C = Keecepatan cahaya

Dalam teori relativitas khusus, kontraksi Lorentz terjadi karena adanya perubahan
dalam waktu dan ruang akibat kecepatan relatif antara pengamat dan benda yang sedang
diamati. Semakin dekat kecepatan benda dengan kecepatan cahaya, semakin signifikan
kontraksi Lorentz yang terjadi.Kontraksi Lorentz memiliki implikasi yang penting dalam
fisika, terutama dalam menjelaskan fenomena seperti percepatan partikel dalam percepatan
yang tinggi.

Secara keseluruhan, kontraksi Lorentz adalah fenomena di mana panjang benda yang
bergerak relatif terhadap pengamat mengalami penyusutan dalam arah gerakan. Persamaan
kontraksi Lorentz digunakan untuk menghitung panjang benda yang terkontraksi. Konsep ini
merupakan salah satu aspek penting dari teori relativitas khusus dan memberikan pemahaman
yang lebih luas tentang hubungan antara waktu, ruang, dan gerakan.

3. Radiasi Termal

Radiasi thermal adalah radiasi yang dipancarkan oleh suatu benda sebagai akibat dari
suhunya. Benda baru bisa terlihat sebagai akibat dari radiasi thermal jika memiliki suhu 1000
K, dimana pada suhu ini benda mulai berpijar merah (contoh: kumparan pemanas kompor
listrik) ; pada suhu lebih dari 2000 K benda akan berpijar kuning atau keputih-putihan
(contoh: lamen lampu pijar). Demikian seterusnya, jika suhu ditingkatkan lebih lanjut maka
akan menimbulkan pijar warna yang berbeda pula.Pada akhir 1800an para ahli fisika
melakukan pengukuran berbagai frekuensi intensitas cahaya yang dihasilkan oleh radiasi
benda hitam pada kondisi temperatur tetap (5000 K). Dan dari percobaan tersebut diperoleh
data yang jauh berbeda dari benda hitam yang seharusnya (ideal).

11
Telah kita ketahui kalor merambat dengan 3 cara yaitu : konduksi, konveksi dan
radiasi. Energi matahari sampai di bumi dengan cara radiasi gelombang elektromagnetik.
Demikian juga jika kita dekat dengan api (1 benda yang lebih panas ) maka maka tubuh kita
terasa hangat,ataupun disekitar pembakar alkohol suhu udara disekitarnya akan lebih tinggi.
Radiasi ini dinamakan radiasi termal Berdasarkan eksperimen laju kalor radiasi termal suatu
benda dipengaruhi oleh :

- Suhu benda : semakin tinggi suhu suatu benda semakin besar laju radiasi kalor

- Sifat permukaan benda : semakin kasar suatu benda semakin banyak memancarkan
radiasi dibandingkan permukaan halus

- Luas permukaan benda : Permukaaan yang luas akan lebih banyak memancarkan
radiasi.

- Jenis material : untuk jenis benda yang berbeda logam misalnya mempunyai laju
radiasi kalor yang berbeda. Dari faktor-faktor hasil eksperimen diatas Stefan-
Boltzman melakukan pengukuran besarnya daya total yang dipancarkan oleh benda.

4. Sifat Dualisme

Dualisme partikel gelombang menyatakan bahwa setiap partikel dalam kondisi-


kondisi tertentu dapat menunjukkan sifat gelombang, dan sebaliknya setiap gelombang dalam
konsisi tertentu dapat menunjukkan sifat partikel. Cahaya memiliki sifat dualisme gelombang
karena cahaya bersifat sebagai gelombang sekaligus partikel. Menurut teori gelombang,
gelombang cahaya menyebar dari suatu sumber seperti riak menyebar pada permukaan air
jika dijatuhkan batu ke permukaan air. Energi yang dibawa cahaya menurut analogi ini
terdistribusi secara kontinu ke seluruh pola gelombang. Sebaliknya, menurut teori kuantum
cahaya menyebar dari sumbernya sebagai sederetan konsentrasi energi yang terlokalisasi,
masing-masing cukup kecil sehingga dapat diserap oleh sebuah elektron.

Teori kuantum cahaya sepenuhnya berhasil menerangkan efek fotolistrik. Teori ini
meramalkan secara tepat bahwa energi maksimum fotoelektron harus bergantung pada
frekuensi cahaya datang dan tidak bergantung pada intensitas, berlawanan dengan teori
gelombang. Teori gelombang tidak dapat memberi alasan mengapa harus ada frekuensi

12
ambang sehingga jika digunakan cahaya berfrekuensi lebih rendah dari frekuensi itu, tidak
terdapat fotoelektron yang teramati meskipun berkas cahayanya cukup kuat.

Tinjaulah gelombang elektromagnet berfrekuensi υ yang jatuh pada sebuah layar.


Intensitas I dari gelombang itu merupakan laju energi transport per satuan luas penampang,
bergantung dari besar E dan B dari medan listrik dan magnetik. Medan listrik E dan medan
magnet B berhubungan melalui persamaan E = cB. Misalkan dipilih E untuk menjabarkan
intensitas I dari gelombang pada layar, maka : I  o c E2 dengan E2 menyatakan rata-rata
kuadrat besaran sesaat dari gelombang medan listrik dalam satu siklus.

Dinyatakan dalam model foton dari gelombang elektromagnet yang sama, energinya
ditransport oleh N buah foton tiap detik tiap satuan luas. Setiap foton berenergi hυ, maka
intensitas pada layar adalah :

I =N hv

Kedua gambaran ini harus memberikan harga I yang sama, sehingga laju kedatangan foton
pada layar menjadi :

εO c 2
N= E
hv

sehingga cahaya mempunyai sifat dual yakni teori gelombang cahaya dan teori kuantum
cahaya yang saling melengkapi

5. Efek Compton

Efek Compton adalah fenomena fisika yang menggambarkan interaksi antara foton
(partikel cahaya) dengan partikel bermassa, seperti elektron. Efek ini ditemukan oleh ahli
fisika Amerika, Arthur H. Compton, pada tahun 1923. Ketika foton bertumbukan dengan
partikel bermassa, foton dapat mentransfer sebagian energi dan momentumnya ke partikel
tersebut. Dampak dari tumbukan ini adalah perubahan panjang gelombang foton dan
perubahan arah gerak partikel bermassa.

Menurut teori kuantum cahaya, foton berlaku sebagai partikel, hanya foton tidak
mempunyai massa diam. Jika hal ini benar maka perlu menganalisis tumbukan antara
foton dengan elektron, misalnya dengan cara yang sama seperti tumbukan bola biliard.
Gambar 4 menunjukkan bagaimana tumbukan serupa itu digambarkan. Foton sinar-x
menumbuk elektron diam dan kemudian foton mengalami hamburan dari arah semula

13
sedangkan elektron menerima impulse dan mulai bergerak.Saat tumbukan ini foton
(sebagai partikel) kehilangan energi yang besarnya sama dengan energi kinetik Ek yang
diterima elektron. Foton yang semula mempunyai frekuensi υ dan foton hamburan
berfrekuensi yang lebih rendah υ’, sehingga :
Kehilangan energi foton = Energi yang diterima elektron h
υ −h υ ’=E k
Momentum dari partikel tak bermassa berkaitan dengan energi menurut rumusan E
= pc. Foton memiliki energi hυ, maka momentum foton adalah :
p = E/c = hυ/c (1)

foton hamburan

Foton awal

elektron
target

elektron
hamburan

Gambar 3 Efek Compton

Momentum merupakan kuantitas vektor yang mempunyai arah dan besar, dan berlaku
kekekalan momentum untuk masing-masing sumbu kordinatnya. Momentum awal foton
hυ/c, momentum foton hambur adalah hυ’/c. Momentum awal elektron nol dan momentum
akhir p.
Jika tinjau pada sumbu x maka berlaku : total momentum awal = total momentum akhir

6. Efek Fotolistrik

Pada periode newton, newton merumuskan bahwa cahaya merupakan suatu partikel.
Ia berpendapat bahwa cahaya yang berasal dari cahaya dan menuju ke mata menstimulasi
mata sehingga mengakibatkan penglihatan. Namun, pada tahun 1801 thomas young

14
memberikan demonstrasi dari sifat gelombang cahaya. Ia menunjukkan bagaimana pada
kondisi tertentu cahaya dapat berinterferensi satu sama lain. Kejadian ini tidak dapat
dijelaskan oleh model cahaya partikel yang diajukan oleh newton. Selanjutnya teori cahaya
sebagai gelombang disetujui oleh para ilmuan.

Pada awal abad ke-20 serangkaian eksperimen terhadap cahaya banyak dilakukan.
Salah satu eksperimennya menemukan sifat baru pada cahaya yaitu efek fotolistrik. Efek
fotolistrik adalah suatu gejala dimana elektron dipancarkan dari permukaan logam akibat
cahaya dengan frekuensi yang cukup tinggi jatuh pada permukaan logam tersebut. Dalam
eksperimen ini Tabung yang divakumkan berisi dua elektroda yang dihubungkan dengan
rangkaian eksternal seperti terlihat pada skema dalam gambar 6.1, dengan keping logam yang
permukaannya mengalami iradiasi dipakai sebagai anoda. Dari percobaan yang dilakukan
ditemukan bahwa Distribusi energi elektron yang dipancarkan (yang disebut fotoelektron),
ternyata tidak bergantung dari intensitas cahaya. Namun energi fotolistrik bergantung pada
frekuensi cahaya yang digunakan.

Gambar 6.1 Skema rangkaian pada percobaan efek fotolistrik

15
Gambar 6.2 Ilustrasi dari efek fotolistrik

Penemuan efek fotoelektrik ternyata berlawanan dengan model cahaya sebagai suatu
gelombang yang menyatakan bahwa semakin tinggi intensitas cahaya maka semakin tinggi
energi pada elektron. Penjelasan dari efek fotolistrik diajukan oleh Einstein pada tahun 1905.
Einstein datang dengan konsep kuantisasi yang dikembangkan oleh Max Planck pada tahun
1900. Dalam teori ini Einstein mengasumsikan bahwa energi pada gelombang cahaya muncul
dalam bentuk partikel yang ia sebut sebaga “foton”. Karnanya energi dari cahaya
terkuantisasi. Berdasarkan teori ini energi dari foton sebanding dengan frekuensi dan
konstanta planck. Dapat dirumuskan:

E=hv

Dimana: E = Energi pada foton (J); h = Konstanta Planck (6,626∗10−34 js ); dan v = Frekuensi
cahaya (Hz)

Persamaan tersebut hanya menjelasakn energi yang dimiliki oleh foton saja, dan tidak
menjelaskan efek dari fotolistrik secara langsung. Persamaan yang digunakan untuk
menjelasakan efek fotolistrik secara langsung atau yang biasa disebut persamaan fotolistrik
einstein dirumuskan:

Emax =eV =hv −ϕ

nilai ϕ yaitu:

ϕ=h v 0

Dimana : Emax = Energi fotolistrik maksimum (j); e = Muatan elektron (C); V = Potensial
Henti (v); v 0 = Frekuensi Ambang (Hz).

16
BAB III. PENUTUP

A. Kesimpulan

Fisika modern adalah salah satu cabawng pad ailmu fisika yang lahir pada abad ke-20.
Cabang ini lahir untuk mengatasi dan menjelasakan permasalahan yang sebelumnya tidak
dapat ditinjau menggunakan fisika klasik. Fisika modern secara garis besar terbagi menjadi 2
yaitu relativitas dan mekanika kuantum. Kedua subjek ini memiliki pendekatan yang berbeda
dimana relativitas meninjau objek makro sedangkan mekanika kuantum meninjau objek
mikro. Relativitas terbagi menjadi 2 yaitu relativitas khusus dan umum, dalam relativitas
khusus dipelajari bagaimana waktu dapat melambat dan dipercepat dalam istilah yang disebut
dilatasi waktu. Mekanika kuantum mempelajari objek atom dan sub-atomik dimana objek
berlaku berbeda dengan objek makro. Mekanika kuantum berhasil menjelaskan berbagai
permasalahan yang sebelumnya tidka terjawab, salah satunya yaitu dengan adanya efek
compton dan fotolistrik yang menyatakan bahwa cahaya memiliki bentuk partikel dan
gelombang.

B. Saran

Terkait dengan penjelasan diatas, makalah ini jauh dari kata sempurna dan perlu
ditingkatkan. Perlu adanya kritikan dari para pembaca agar selanjutnya penulis dapat
membuat makalah yang lebih baik.

17
DAFTAR PUSTAKA
1. Giancoli, D. C. (2014). FISIKA : Prinsip dan Aplikasi (7th ed., Vol. 2). Penerbit
Erlangga.

2. Halliday, D., Resnick, R., dan Walker, J. (2014). Dasar-dasar Fisika (edisi ke-10). Wil
ey.

3. Klassen, S. (2009, November 10). The Photoelectric Effect: Reconstructing the Story
for the Physics Classroom. Science & Education, 20(7–8), 719–731.
https://doi.org/10.1007/s11191-009-9214-6

4. Noer, Z., & Dayana, I. (2021). Fisika Modern. Guepedia.

5. Serway, R. A., & Jewett, J. W. (2007, January 1). Physics for Scientists and
Engineers. Brooks/Cole. https://doi.org/10.1604/9780495385530

18

Anda mungkin juga menyukai