OLEH KELOMPOK 3 :
KELAS B SEMESTER VI
SINGARAJA
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan izin-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini meskipun banyak
kekurangan didalamnya, dan juga kami berterima kasih pada teman-teman
kami yang telah mendudukung kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai “Sejarah Teori
Kuantum”.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah
kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi
kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon
maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami
memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
6. Bagaimanakah gelombang materi deBroglie dalam sejarah perkembangan
teori kuantum?
1.3 Tujuan
1. Menjelaskan radiasi benda hitam dalam sejarah perkembangan teori
kuantum
2. Menjelaskan efek fotolistrik dalam sejarah perkembangan teori kuantum
3. Menjelaskan panas jenis zat padat dalam sejarah perkembangan teori
kuantum
4. Menjelaskan teori atom bohr dalam sejarah perkembangan teori kuantum
5. Menjelaskan hamburan sinar x/efek Compton dalam sejarah perkembangan
teori kuantum
6. Menjelaskan gelombang materi deBroglie dalam sejarah perkembangan teori
kuantum
1.4 Manfaat
1. Bagi Penulis
Adapun manfaat yang penulis dapatkan dengan disusunnya makalah
dengan judul “Sejarah Teori Kuantum” yaitu penulis dapat meningkatkan
kemampuan dalam penyusunan dan penulisan makalah yang baik dan benar,
serta penulis memperoleh wawasan lebih tentang penerapan perjalanan
Sejarah Ilmu Pengetahuan
2. Bagi Pembaca
Adapun manfaat yang diperoleh pembaca setelah membaca makalah
ini yaitu pembaca mengetahui dan memahami tentang serta makalah ini dapat
memberikan wawasan yang luas kepada pembaca sebagai salah satu referensi
BAB II
PEMBAHASAN
2
2.1 Radiasi Benda Hitam
Munculnya teori kuantum bermula dari gejala yang sudah umum kita kenal,
seperti radiasi yang dipancarkan oleh benda yang panas. Sekeping benda bila
dipanaskan, pada suhu tertentu akan mulai memijar dan tampak kemerahan, dan
pada suhu yang makin tinggi warnanya menjadi makin jingga, kuning, putih, dan
biru. Warna ini tidak bergantung dari keadaan permukaan benda, dan pada benda
yang hitam warna ini hanya bergantung dari suhu benda itu saja. Banyak usaha yang
telah dilakukan untuk menjelaskan gejala ini berdasarkan pada hukum-hukum fisika
yang telah diketahui mengenai radiasi kalor, namun gagal karena menemui beberapa
kesulitan dimana penerapan hukum-hukum yang telah diketahui itu telah menuntun
kepada hasil yang tidak memuaskan karena tidak sesuai dengan data eksperimen.
Dari hasil berbagai eksperimen telah diketahui bahwa kurva radiasi memiliki ciri
yang sama untuk semua benda (Gambar 1). Makin tinggi suhu benda, luas kurvanya
makin besar tetapi pola kurvanya hampir tetap sama.
Secara eksperimen Stefan pada tahun 1879 menemukan bahwa luas kurva
sebanding dengan pangkat empat suhu mutlaknya ( W = eσT 4 ), e adalah
emisivitas dan σ konstanta Boltzman. Untuk benda hitam sempurna atau yang
biasa disebut dengan benda hitam saja, emisivitasnya e = 1 sehingga rumus
Stefan menjadi W = σT4. Dalam tahun 1884, Boltzman secara teorik menurunkan
persamaan Stefan tersebut dengan menggunakan hukum termodinamika sehingga
persamaan ini disebut pula dengan hukum Stefan – Boltzman. Namun demikian
secara teoritik mengapa sebaran energi itu mengikuti pola kurva seperti itu belum
bisa terjawabkan
3
B. Hukum Wien
Wien pada tahun 1896 secara eksperimental menemukan bahwa bila suhu
benda itu dinaikkan, ternyata bentuk umum kurva itu tetap serupa, tetapi puncak
kurva bergeser menurut perubahan suhu. Bila suhu semakin naik, maka puncak
kurvanya bergeser ke daerah panjang gelombang pendek. Wien juga menemukan
bahwa gelombang radiasi yang intensitasnya paling kuat berbanding terbalik
dengan suhu mutlaknya (Gambar 2).
λmaks T = C = 2,898 x 10 -3 Mk
1) Hukum Wien menyatakan bahwa makin tinggi temperatur suatu benda hitam,
makin pendek panjang gelombangnya.
2) Hal ini dapat digunakan untuk menerangkan gejala bahwa bintang yang
temperaturnya tinggi akan tampak berwarna biru, sedangkan yang
temperaturnya rendah tampak berwarna merah.
3) Energi pancaran tiap panjang gelombang semakin besar, jika suhu semakin
tinggi, sedangkan energi maximalnya bergeser kearah gelombang yang
panjang gelombangnya kecil, atau ke frekwensi besar.
4
C. Teori klasik dan Teori Planck
Masalah besar yang menarik dan belum terpecahkan oleh para fisikawan
ditahun 1890-an adalah penjelasan ilmiah mengenai radiasi benda hitam dan
pergeseran Wien. Teori gelombang elektromagnet yang diberikan Maxwell telah
memperkirakan tentang gelombang elektromagnet yang dihasilkan oleh getaran
muatan listrik. Teori klasik ini memang dapat menjelaskan asal radiasi kalor,
tetapi tidak dapat dengan tepat memprediksi spektrum cahaya yang dipancarkan
sebagaimana yang teramati oleh Wien. Dua teori klasik yang mencoba
menjelaskan radiasi benda hitam dikemukakan oleh Wien (1896) dan Lord
Rayleigh (1900). Teori Rayleigh diperkuat oleh J.Jeans sehingga dikenal dengan
sebagai teori Rayleigh-Jeans. Teori Wien mampu menjelaskan radiasi benda
hitam untuk panjang gelombang pendek, tetapi gagal untuk panjang gelombang
yang panjang. Sebaliknya,teori Rayleig-Jeans berhasil menjelaskan radiasi benda
hitan untuk panjang gelombang panjang, tetapi gagal untuk panjang gelombang
yang pendek. Akhirnya penjelasan memuaskan datang dari Max Planck pada
akhir tahun 1900(lihat gambar) yang mengajukan persamaan empiris yang
ternyata cocok dengan hasil eksperimen. Selanjutnya, Planck mencoba mencari
dasar teori untuk rumus empiris tersebut. Dua bulan kemudian, ia berhasil
memperoleh rumus empiris dengan cara membuat asumsi yang cukup
mengejutkan pada saat itu tentang getaran molekul di permukaan benda hitam
5
berdasarkan teori kuantum, cahaya merupakan pancaran dari paket-paket energi
(foton) yang terkuantisasi (diskrit) yang besarnya sesuai dengan persamaan E n =
nhf. Oleh karena itu, teori fisika sebelum tahun 1900 disebut fisika klasik,
sedangkan teori fisika setelah tahun 1900 (diawali oleh teori kuantum Planck)
disebut fisika modern. Akhir tahun 194, George Gamov yang kemudian diikuti
oleh R.Alpher dan Hans Bethe meneliti model big bang yang menjelaskan
pembentukan jagat raya.salah satu akibatnya adalah sisi dari medan radiasi yang
sangat kuat dalam bentuk latar belakang medan radiasi benda hitam. Perhitungan
ketiganya meramalkan bahwa suhu jagat raya seharusnya 25 K (yang ternyata
tidak cocok). Kemudian, Penzias dan Wilson mengukur bahwa pada tahun 1964
derau (noise) termal yang berlebihan. Radiasi termal ini setara dengan radiasi
benda hitam pada suhu 2,7 K. Deteksi radiasi yang sesuai dengan perhitungan
merupakan bukti yang kuat dari model big bang. Pengukuran juga menunjukkan
bahwa kecepatan bumi relatif terhadap medan radiasi pada saat ini kurang dari
300 m/s.
6
radiasi klasik. Einstein menjelaskan hasil pengamatan ini dengan menggunakan
hipotesis Planck dengan menyatakan bahwa ‘cahaya terdiri dari kuanta energi’ yang
merambat dalam ruang, oleh Einstein kuanta energi ini disebutnya foton.
hv = ϕ + Ke
Panas jens zat padat, pada teori klasik memberikan harga panas jenis yang tepat
untuk pengamatan pada suhu tinggi, tetapi pada suhu rendah harga ini tidak tepat lagi
karena secara eksperimental harganya turun dengan sangat tajam seperti terlihat pada
grafik berikut. Secara teori klasik energi rerata osilator sehingga energi
Cv = = =
Harga ini cocok untuk suhu kamar dan diatasnya. Tetapi pada suhu rendah
ternyata harganya turun dengan tajam dan mendekati nol (gambar). Hal ini tidak
dapat dijelaskan dengan teori klasik.
7
Einstein dalam tahun 1917 dapat menjelaskan gejala ini dengan menerapkan
E = 3 No 3 No
Cv = = [3 Noh (
Cv= 3R (hv/kT)2
Persamaan inilah yang disebut panas jenis Einstein dan harganya cocok untuk
suhu tinggi maupun pada suhu rendah
2.4 Teori Atom Bohr
8
dalam orbitnya juga terkuantisasi dan hanya dapat mengubah energinya dari tingkat
energi yang lebih tinggi Eu = h vu ke tingkat energi yang lebih rendah E1 = h v1 atau
sebaliknya dengan memancarkan atau menyerap energi dalam kuanta energi yang
deskrit.
Eu – E1 = h v
Ini berarti atom hanya bisa berada dalam keadaan tingkat stasioner yang
deskrit. Tingkat stasioner yang paling rendah disebut tingkat normal atau tingkat
dasar atau ground state. Ataom stelah megalami suatu interaksi akan kembali lagi ke
tingkat dasar atau ground state. Disamping itu teori atom Bohr ini juga mendasarkan
pada gabungan teori mekanika klasik mengenai gerak orbit elektron dengan hipotesis
kuantum Planck dengan mengajukan kuantisasi momentum sudut orbit elektron yaitu
dengan memasukkan syarat kuantum atau quantum conditions, yaitu:
mvr = n.h / 2π
Rumusan matematis yang konsisten dengan syarat kuantum itu baru bisa
diberikan oleh Sommerfeld beberapa tahun kemudian (1928). Adanya tingkat
stasioner yang deskrit ini dibuktikan oleh eksperimen Frank-Hertz dan juga
eksperimen Stern-Gerlach. Dengan menerapkan teori kuantum pada model atomnya
ini, Bohr bukan saja dapat menjelaskan stabilitas atom, tetapi juga dapat memberikan
interpretasi teoritik mengenai terjadinya spektrum garis yang dipancarkan oleh atom
setelah tereksitasi karena lucutan listrik atau agitasi kalor. Bahkan dengan teori Bohr
ini dapat dihitung frekuensi atau panjang gelombang cahaya yang dipancarkan oleh
atom dan hasil pengamatannya sangat sempurna.
9
Pada tahun 1923, Compton dalam eksperimennya menemukan bahwa frekuensi
sinar-X yang terhambur setelah melalui zat penghambur, ternyata frekuensinya
berbeda dengan frekuensi sinar dating atau tepatnya panjang gelombang sinar
hamburan λ’ lebih panjang dari panjang gelombang sinar datang λ.
Salah satu upaya untuk mengatasi masalah sifat cahaya dualitas cahaya,
deBroglie pada tahun 1924 mencoba mempersoalkan apakah sifat dualitas
gelombang-partikel ini hanya dimiliki oleh cahaya saja, ataukah juga untuk semua
objek material? Dengan mengambil E = h v tampaknya akan mengalami kesukaran
dalam menerapkannya dalam kasus partikel. Namun hal ini dapat diatasi dengan
momentum p = h/λ. Oleh karena itu pada tahun 1924 deBroglie dalam thesis
doktoralnya memperluas sifat dualitas ini yang dikenakan juga pada partikel materi
elementer seperti misalnya pada elektron. deBroglie mengajukan bahwa pada setiap
partikel material yang bergerak dengan momentum p, juga disertai dengan sifat
10
gelombang dengan panjang gelombang λ yang berkaitan dengan momentum partikel
p itu.
λ = h/p
Sifat gelombang ini disebut gelombang materi dan panjang gelombang dari
persamaan λ = h / pini dinamakan panjang gelombang deBroglie. Lebih jauh
deBroglie menyatakan bahwa ‘syarat kuantum’ mvr = n dalam teori atom Bohr
2πr = n λ
2πr = nh/ p
2πr = nh/ mv
mvr = n
Persamaan terakhir ini merupakan syarat kuantum Bohr. Ternyata idea syarat
kuantum Bohr ini berkorespondensi dengan idea dualitas gelombang-partikel untuk
partikel elementer, seperti untuk elektron. Formulasi yang tepat untuk teori kuantum
akhirnya muncul dari dua pengembang yang berbeda. Pertama mulai dari prinsip
korespondensi Bohr. Langkah ini dibuat oleh Schrodinger pada tahun 1925 yang
mencoba menurunkan dan menjelaskan aspek gelombang dari dualisme gelombang-
partikel deBroglie disekitar inti atom. deBroglie berhasil menurunkan harga energi
tingkat stasioner atom hidrogen sebagai harga elgen (elgenvalue) dari persamaan
gelombangnya dan mengubah persamaan gerak klasik kedalam persamaan
gelombang dalam ruang banyak dimensi dengan menetapkan gelombang deBroglie
sebagai solusi persamaan gelombangnya. Cara baru ini disebut mekanika gelombang.
11
Schrodinger mendapat dorongan untuk merumuskan mekanika kuantum itu
berasal dari keinginan untuk menurunkan dan menjelaskan aspek gelombang dari
dualisme gelombang partikel, yaitu masalah memberikan ‘hukum’ yang
penyelesaiannya adalah gelombang deBroglie yang cocok dengan bukti
eksperimental mengenai aspek gelombang dari elektron karya Devisson dan Germer
dan G.P. Thomsom. Salah satu keberhasilan yang menarik dari mekanika gelombang
Schrodinger adalah ramalannya mengenai fenomena lanjut dalam kawasan atomic,
khususnya ramalan mengenai hubungan antara garis-garis spektra atomik, seperti
hasil eksperimental spektroskopi sebelumnya. Dalam hal ini mekanika gelombang
Schrodinger persis seperti keberhasilan model atom Bohr, dan berhasil dengan baik
meramalkan ciri-ciri lain dari spektra ini yang tidak ada dalam teorinya Bohr. Untuk
orbit yang besar, frekuensi dan intensitas radiasi yang dipancarkan memberikan
gambaran orbit elektronik yang menyatakan ekspansi Fourier dari orbit tersebut.
Heisenberg, yang tidak menyadari keberhasilan mekanika gelombang Schrodinger,
dalam periode yang sama menemukan cara memaparkan spektra atomik dengan
aturan ‘matrik’ dalam aljabar, oleh karena itu teorinya itu dinamakan ‘mekanika
matrik’. Matrik ini merupakan sesuatu yang mendasar dalam menggunakan aljabar
matrik untuk menyatakan hukum-hukum gejala atomik. Persamaan gerak dalam
mekanika Newton yang diganti dengan persamaan matrik, dan banyak hasil lama
dari mekanika Newton, seperti hukum kekekalan energi, dan yang lainnya, juga
dapat diturunkan dengan cara baru ini.
suatu partikel dimana didapat dan demikian pula hubungan energi dengan
selang waktu yaitu . Penelitian selanjutnya oleh Borh, Jordan, dan Dirac
12
periode selanjutnya dari abad ke 20 ini telah dibuat usaha untuk merumuskan secara
matematis untuk melebur mekanika kuantum dengan teori relativitas untuk
menghasilkan suatu hukum tunggal mengenai materi mikro dengan radiasi yang
dilakukan oleh Dirac.
.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Teori kuantum bermula dari radiasi yang dipancarkan oleh benda yang panas.
Sekeping benda bila dipanaskan, pada suhu tertentu akan mulai memijar dan tampak
kemerahan, dan pada suhu yang makin tinggi warnyanya menjadi makin jingga
kuning putih dan biru. Frekuensi oleh suatu benda hitam panas, Itotal (intensitas
radiasi total), adalah sebanding dengan pangkat empat dari suhu mutlaknya ( I =
eσT4). Hukum Pergeseran Wien didapatkan secara eksperimental oleh Wien. Jika
benda padat dipanaskan sampai suhu yang sangat tinggi, benda akan tampak memijar
dan gelombang elektromegnitik yang dipancarkan berada pada spektrum cahaya
tampak. Rayleigh dan Jeans berhasil menerangkan spektrum radiasi benda hitam
pada panjang gelombang yang besar, namun gagal untuk panjang gelombang yang
kecil.
Stabilitas atom dapat dijelaskan pada tahun 1913 oleh Niels Bohr dengan
menerapkan hipotesis kuantum Planck dengan mengajukan bahwa energi elektron
dalam orbitnya juga terkuantisasi dan hanya dapat mengubah energinya dari tingkat
energi yang lebih tinggi E μ = hvμ.Implikasi teori kuantum diterapkan untuk dapat
menjelaskan gejala hamburan sinar-X yang menembus materi. Dari percobaan
sebelumnya pada interferensi sinar terhambur pada dasarnya dapat dijelaskan bahwa
terjadinya hamburan itu disebabkan gelombang sinar datang membuat elektron
dalam berkas itu bergetar dalam frekuensi yang sama dengan frekuensi gelombang
sinar-X tersebut.
1.2 Saran
Makalah ini berisi mengenai sejarah teori kuantum. Disarankan bagi penulis
yang hendak mengkaji materi tentang sejarah teori kuantum ini supaya dilengkapi
dengan jurnal yang menunjang materi sejarah teori kuantum agar dapat menambah
materi bahwa dalam mempelajarinya perlu dipahami secara mendetail.
13
DAFTAR PUSTAKA
Suwitra, Nyoman. 2003. Sejarah Fisika. Singaraja : Jurusan Pendidikan Fisika, IKIP
Negeri Singaraja
Budiyanto, Joko. 2009. Fisika Untuk SMA/MA Kelas XII. Jakarta: Pusat
PerbukuanDepartemen Pendidikan Nasional