Anda di halaman 1dari 12

RADIASI BENDA HITAM

Disusun Oleh:
Wulan Oktaviany

SMA NEGERI 113 JAKARTA

2014

Kata Pengantar
Puji dan syukur kepada Tuhan YME karena atas dan rahmatnya kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah Fisika ini. Dan kami juga mengucapkan terimakasih
sebesar - besarnya kepada guru pembimbing pelajaran fisika Bpk. Nur Fajriani yang telah
membimbing kami dan juga terimakasih atas partisipasi dari semua pihak.
Fisika adalah ilmu yang mempelajari tentang materi atau zat yang meliputi sifat
fisis, komposisi, perubahan, dan energi yang dihasilkannya. Oleh karena itu ilmu fisika
memiliki banyak cabang dan salah satunya akan dibahas pada makalah ini, yaituRadiasi
Benda Hitam.
Makalah mengenai radiasi benda hitam ini disusun untuk memenuhi tugas yang
diberikan oleh guru pembimbing fisika dan untuk lebih mengerti lagi tentang materi tersebut.
Kami berharap dengan tersusunnya makalah ini dapat membantu teman - teman untuk lebih
mudah memahami materi tersebut sehingga dapta menguasainya dengan cepat dan efektif.
Seperti kata pepatah, tak ada gading yang tak retak yang berarti tak ada yang
sempurna, begitupun dengan makalah yang kami susun ini. Oleh karena itu, kami mohon
maaf bila terdapat kesalahan dan kekurangan dalam makalah ini.

Jakarta, Agustus 2014

Penulis

Daftar Isi
Kata Pengantar ....................................................................................................................... 1
Daftar Isi ................................................................................................................................ 2
Teori Kuantum Planck ........................................................................................................... 3
Teori Kuantum Cahaya .......................................................................................................... 9

Penutup .................................................................................................................................. 13
Daftar
Pustaka ........................................................................................................................ 14

Teori Kuantum Planck


I. Benda Hitam

1.1 Benda Hitam


Spektrum energi yang dipancarkan sebuah benda bergantung pada beberapa faktor,
antara lain suhu benda, sifat permukaan benda, dan jenis bahan benda. Spektrum energi
dalam bentuk gelombang elektromagnetik yang dipancarkan oleh permukaan benda
menunjukkan intensitas radiasi yang dipancarkannya.
Permukaan benda hitam merupakan permukaan yang memiliki sifat sebagai
pemancar atau penyerap radiasi yang sangat baik. Jika suhu permukaannya tinggi akan
menjadi bersifat pemancar dan jika suhu permukaannya rendah akan menjadi bersifat sebagai
penyerap radiasi.
Benda hitam adalah suatu sistem yang dapat menyerap semua radiasi kalor yang
mengenai benda tersebut.

II. Intensitas Radiasi Benda Hitam

1.2 Intensitas Radiasi Benda Hitam

a. Hukum Stefan-Boltzmann
Kemampuan benda untuk menyerap radiasi kalor berkaitan dengan kemampuan
untuk memancarkan radiasi. Sifat inilah yang digunakan oleh ahli fisika untuk mengetahui
besarnya intensitas radiasi yang dapat dipancarkan oleh sebuah benda.
Energi per satuan luas dan persatuan waktu atau intensitas radiasi total yang
dipancarkan oleh benda hitam dari seluruh spektrum energi yang dipancarkan. Hal tesebut
dinyatakan dengan hukum Stefan-Boltzmann. Bunyi hukum Stefan-Boltzmann energi yang
dipancarkan oleh suatu permukaan benda dalam bentuk radiasi kalor per satuan waktu
sebanding dengan pangkat empat suhu mutlak permukaan itu. yang secara tematis
dituliskan sebagai berikut:
Jika luas seluruh permukaan benda diketahui, energi per satuan waktu atau daya
yang dipancarkan oleh benda tersebut dapat dihitung dengan persamaan berikut:
Keterangan:
e = koefisien emisivitas
= tetapan stefan-boltzmann (5,67 x 10-8 Wm-2K-4)
T = suhu mutlak (K)
P = Daya (Watt)
I = intensitas radiasi (Wm-2)
A = luas permukaan

b. Hukum Pergeseran Wien


Pada hukum ini, prosesnya hampir sama dengan proses terbentuknya gelombang
berdiri pada tali yang digetarkan. Gelombang elektromagnetik terdiri atas spektrum
gelombang - gelombang dengan panjang gelombang berbeda - beda. Alat yang digunakan
untuk penelitian ini konsepnya mirip dengan penguraian cahaya oleh prisma menjadi
spektrumnya.
Bunyi hukum pergeseran Wien, Panjang gelombang untuk intensitas cahaya
maksimum berkurang dengan meningkatnya suhu. yang secara sistematis dituliskan sebahai
berikut:
Keterangan:
maks = panjang gelombang maksimum
T = Suhu mutlak

III. Perumusan Rayleigh dan Jeans

1.3 Grafik Rayleigh-Jeans

Setiap gelombang berdiri dalam rongga memiliki dua derajat kebebasan , yakni
yang berasal dari energi kinetik dan energi potensial sehingga setiap getaran menjadi ,
dengan k adalah tetapan stefan-boltzmann.
Rayleigh-Jeans melihat bahwa kurva sebaran itu serupa dengan hasil yang diperoleh
pada intensitas spektrum radiasi kalor. Oleh karena itu, mereka beranggapan bahwa ada
kemiripan antara sifat panas benda dan radiasi kalor. Berdasarkan prinsip ekuipartisi energi,
persamaan matematis yang didapatkan oleh Rayleigh-Jeans menunujukan bahwa untuk
yang besar, intensitasnya semakin kecil dan jika mendekati tak hingga, intensitasnya
akan mendekati nol (0). Hal ini sangat menyimpang dari hasil empiris yang menunjukkan
bahwa intensitas yang mendekati nol ketika semakin kecil. Persimpangan persamaan
Rayleigh-Jeans yang sangat jauh ini disebut bencana ultraviolet karena yang kecil berada
dalam wilayah panjang gelombang ultraviolet.
Hal tersebut disebabkan mereka beranggapan bahwa energi yang dimiliki oleh
setiap spektrum gelombang bersifat kontinu. Artinya, energi gelombang dapat memiliki
sembarang nilai dalam batas yang ditentukan.

IV. Teori Hipotesis Planck tentang Radiasi Benda Hitam


Teori Rayleigh-Jeans sesuai dengan spektrum radiasi benda hitam untuk panjang
gelombang panjang atau frekuensi yang rendah. Akan tetapi teori tersebut gagal untuk daerah
panjang gelombang pendek atau frekuensi tinggi. Sebaliknya, teori pergeseran Wien sesuai
dengan spektrum radiasi benda hitam untuk panjang gelombang pendek atau frekuensi tinggi.
Planck menyadari pentingnya memasukkan konsep energi maksimum dalam
perhitungan teoritis radiasi benda hitam. Menurut Planck, energi yang diserap atau
dipancarkan oleh getaran - getaran yang timbul di dalam rongga benda hitam
merupakan paket - paket atau kuanta energi ataufoton. Berikut dua anggapan yang
dikemukakan Planck tentang sifat dasar dari getaran molekul - molekul dalam dinding -
dinding rongga hitam:
i. Getaran molekul - molekul yang memancarkan radiasi hanya dapat memiliki satuan -
satuan energi diskret dari harga En, yang diberikan oleh
dengan n = 1,2,3,... disebut bilangan kuantum dan h adalah tetapan Planck
ii. Molekul - molekul memancarkan atau menyerap energi dalam satuan diskret dari energi
cahaya (disebut kuanta energi atau foton), jika molekul - molekul melompat dari satu tingkat
energi ke tingkat energi lainnya. Energi sebuaah foton karena beda energi antara dua tingkat
energi yang berdekatan dinyatakan oleh
Hubungan kuantum Planck menunjukkan bahwa ekuipartisi energi dan setiap jenis
getaran memiliki energi total yang berbeda- beda. Menurut Planck, teori klasik gagal
menjelaskan radiasi benda hitam pada frekuensi tinggi karena pada daerah itu kuanta
energinya sangat besar sehingga hanya sedikit jenis getaran yang tereksitasi. Oleh karena itu,
rumus Planck terhindar dari bencana ultraviolet.
Persamaan yang menunjukkan besar energi per satuan luas yang dipancarkan oleh
suatu benda hitam yang terdistribusi dianatara berbagai panjangnya telah diturunkan oleh
Max Planck pada 1900 dengan menggunakan teori kuantum, yaitu sebagai berikut:

Keterangan:
c = cepat rambat cahaya
= panjang gelombang cahaya
T = suhu mutlak permukaan benda hitam
k = 1,38 x 10-23 JK-1 (konstanta Boltzmann)
h = 6,63 x 10-34Js (konstanta Planck)

V. Aplikasi Radiasi Benda Hitam


a. Gejala Pemanasan Global
1.5.1 Pemanasan Global

Seandainya tidak ada atmosfer, energi sinar matahari yang sampai ke bumi akan
mampu memanaskan bumi hingga mencapai 80C di daerah khatulistiwa. Untungnya, lapisan
atmosfer bumi mampu memantulkan sekitar 34% energi matahari yang menuju bumi
sehingga kembali ke angkasa luar. Sekitar 19% diserap oleh awan dan debu - debu yang
terdapat pada lapisan atmosfer sekitar 47% energinya mencapi permukaan bumi. Di dekat
khatulistiwa, bumi menyerap radiasi kalor yang lebih besar dibandingkan di dekat daerah
kutub. Berkat pola aliran energi kalor yang diserap. Dari 47% energi radiasi matahari yang
diserap permukaan bumi, sekitar 23% digunakan untuk menguapkan air yang terdapat di
permukaan bumi, sekitar 10% kembali dialirkan ke angkasa dalam bentuk konduksi dan
konveksi, serta sekitar 14% dipancarkan dalam bentuk gelombang elektromagnetik ke
angkasa.
Sinar matahari yang memasuki bumi memiliki berbagai panjang gelombang. Sinar
tampak memiliki panjang gelombang antara 400-700 nm, sinar infra merah memiliki panjang
gelombang >700 nm, dan sinar ultaviolet memiliki panjang <400nm.

Sinar matahari dengan panjang gelombang pendek, seperti sinar ultraviolet dan sinar
tampak, dengan mudah menembus lapisan atmosfer bumi. Ketika energi sinar matahari
memanaskan bumi, sebagian besar dipancarkan kembali ke angkasa sebagai gelombang
panjang, yakni berupa sinar inframerah. Energi sinar inframerah tersebut tidak dapat
menembus lapisan karbondioksida sehingga terpantul kembali ke permukaan bumi. Jadi, gas
karbondioksida yang terdapat di atmosfer bumi dapat menyebabkan efek rumah kaca yang
berakibat naiknya temperatur bumi atau terjadi pemanasan global.

b. Mengukur Suhu Matahari


1.5.2 Suhu Global

Pada temperatur yang tinggi, secara ilmiah di dalam bintang - bintang akan terjadi
reaksi fusi, yakni inti - inti ringan akan bergabung membentuk inti yang lebih berat. Melalui
serangkaian tahapan reaksi fusi, inti - inti atom hidrogen bergabung membentuk inti helium.
Proses penggabungan itu digunakan untuk membangkitkan energi di dalam bintang - bintang
tersebut.
Energi yang dihasilkan oleh matahari atau bintang tersebut terdiri atas berbagai
bentuk radiasi gelombang elektromagnetik yang dapat diketahui melalui frekuensi atau
panjang gelombang. Semua radiasi gelombang elektromagnetik yang dipancarkan akan
merambat dalam ruang angkasa dengan kecepatan yang sama, yakni dengan kecepatan
spektrum cahaya. Dengan meneliti spektrum sebuah bintang, seorang astronom dapat akan
dapat mengetahui suhu bintang.
Tujuan pengukuran suhu matahari:
Mempelajari sistem transformasi energi di dalam sitem bumi-atmosfer dan ragamnya dalam
waktu dan ruang.
Mempelajari distribusi dan ragam dari radiasi datang, radiasi keluar, dan radiasi netto.
Menganalisis atmosfer mengenai kekeruhan, kandungan uap air, debu, dsb. Penerapan praktis
dalam bidang pertanian, biologi, pengobatan, arsitektur, dan industri.
Teori Kuantum Cahaya
I. Efek Fotolistrik
2.1 Efek Fotolistrik

Efek fotolistrik adalah keluarnya elektron- rlrktron dari permukaan logam ketika
logam tersebut dikenai seberkas cahaya. Elektron yang dikeluarkan disebut elektron foto.
Efek ini tidak dapat dijelaskan jika cahaya dipandang sebagai gelombang, efek ini berhasil
dijelaskan dengan baik oleh Einstein pada tahun 1905, dengan memandang cahaya sebagai
paket - paket energi yang disebut foton(seperti yang dikemukakan oleh Planck). Jika berkas
cahaya yang mengenai permukaan logam memiliki frekuensi f, maka energi tiap foton cahaya
adalah hf. Elektron - elektron di dekat permukaan logam terikat pada struktur atom. Besar
energi ikatan bergantung pada jenis logam, dan disebut energi ambang atau fungsi kerja
logam (diberi notasi W0).
Jika energi hf dari foton cahaya lebih kecil dari pada energi ambang logam maka
elektron - elektron tidak akan keluar dari permukaan logam, berapapun intensitas cahaya
yang kita berikan. Tetapi dengan mengganti dengan cahaya yang frekuensinya lebih tinggi
atau mengganti dengan logam yang energi ambangnya lebih kecil, sedemikian sehingga
energi foton lebih besar dari pada energi ambang menyebabkan elektron - elektron keluar dari
permukaan logam walaupun intensitas cahaya kecil.
Keterangan:
Ek = energi potensial elektron
vm = kelajuan maksumum elektron keluar dari permukaan
m = massa elektron
f = frekuensi foton cahaya
f0 = frekuensi ambang logam
= panjang gelombang foton
0 = panjang gelombang ambang logam
II. Teori Kuantitas Cahaya
Albert Einstein menjelaskan hasil - hasil yang diperolehnya dari eksperimen efek
fotolistrik pada 1905. Menurutnya, cahaya terdiri atas paket - paket yang disebut
foton. Foton adalah partikel dengan masa nol yang merupakan kuantum radiasi
elektromagnetik. Foton - foton inilah yang diserap dan dipancarkan. Energi yang dikeluarkan
foton sama dengan kuanta yang dikemukakan Planck, yakni E = hf.
Dengan konsep itu, Einstein dapat menjelaskan secara sempurna hasil empiris efek
fotolistrik. Cahaya yang jatuh ke atas logam dilukiskan sebagai foton - foton yang menerpa
logam. Setiap foton menubruk logam, pada peristiwa pertumbukan tersebut foton
menyerahkan seluruh energinya kepada elektron sehingga foton tersebut lenyap. Energi yang
diperlukan untuk melepaskan diri dari permukaan logam disebut fungsi kerja (W). Untuk
jenis logam yang berbeda makan fungsi kerjanya juga berbeda karena perbedaan energi ikat
antara elektron dan ion dalam logam. Jadi, untuk logam teertentu dapat di tuliskan persamaan
berikut
oleh karena dan maka:
Keterangan:
W = fungsi kerja
h = kuanta Planck
f = frekuensi cahaya

III. Proses Pembentukan Sinar - X

2.2 Alat Sinar-X

Proses pembentukan sinar - X merupakan kebalikan dari efek fotolistrik, yakni


aliran elektron yang menumbuk permukaan logam dapat menghasilkan foton - foton sinar -
X. Sinar - X didapatkan ketika elektron - elektron bergerak dengan kecepatan tinggi yang
diperoleh melalui beda potensial tinggi menumbuk suatu permukaan logam. Sinar - X
pertama kali dikenalkan oleh Wilhelm K. Rontgen pada 1895 sehingga sinar - X diberi nama
sinar Rontgen.
Pada 1913, W. D Colidge dari laboratorium General Electric, America Serikat,
menciptakan tabung yang dapat digunakan untuk menghasilkan sinar - X. Prinsip kerja
tabung tersebut, yakni berkas elektron dihasilkan oleh katode yang dipanaskan dengan
filamen di dalam ruang hampa. Bahan sasarannya berupa logam yang memiliki titik leleh
antara 103 sampai 106 volt terhadap katode. Tentunya tabung ini harus dilengkapi dengan
sumber tegangan listrik yang dapat menghasilkan tegangan tinggi.
Sebagian Besar elektron yang jatuh berada di anode akan kehilangan energi
kinetiknya yang berubah menjadi energi panas (90%). Energi panas tersebut timbul karena
tumbukan anatar elektron di anode. Akan tetapi, Sebagian kecil elektron alan kehilangan
energinya akibat dengan tumbukan elektron di anode. Energi yang berubah menjadi sinar -X.
Jika elektron menumbuk atom pada anode, seluruh energi kinetik elektron digunakan untuk
menghasilkan radiasi sinar - X, akan berlaku persamaan berikut
Energi kinetik elektron ini berasal dari energi potensial elektron, karena elektron
mendapat energi potensial, sehingga
Jadi, panjang gelombang minimum sinar - X dapat dihasilkan dari suatu tabung
sinar - X yang memenuhi persamaan
Keterangan:
V = beda potensial antara anode dengan katode
e = muatan elektron
h = konstanta Planck
c = kecepatan cahaya
Ek = energi kinetik
Ep = energi potensial

IV. Efek Compton

2.4 Efek Compton

Penelitian hamburan sinar - X yang dilakukan oleh ahli Fisika Amerika Serikat,
Arthur H. Compton (1892 - 1962) menghasilkan gejala baru, yakni perubahan panjang
gelombang sebelum dan sesudah sinar - X dihamburkan. Kemudian, gejala ini dapat
dijelaskan oleh compton dengan menganggap bahwa yang terjadi adalah tumbukan antara
kuantum cahaya dan elektron bebas.
Jika foton menumbuk elektron, sebagian energi foton akan diberkan kepada elektron
sehingga elektron akan memiliki energi kinetik. Sementara itu, energi foton setelah
mengalami penumbukan akan berkurang. Sebagai hasilnya, sesudah tumbukan elektron
bergerak dengan arah tertentu dan kelajuan tertentu. Foton sinar X yang terhambur pun
mempunyai arah tertentu dangan sudut . Menurut teori klasik, pengurangan energi tidak
akan diikuti oleh perubahan frekuensi atau panjang gelombang. Berdasarkan teori
kuantum, perubahan energi berarti perubahan frekuensi yang juga berarti perubahan panjang
gelombang.
Panjang gelombang foton sinar X setelah terhambur () akan lebih besar daripada
panjang gelombang foton sinar X mula - mula (). Beda panbjang gelombang sinar X
sesudah terhambur dan sebelum terhambur () dinyatakan oleh persamaan compton

V. Sifat Gelombang pada Partikel


a. Panjang Gelombang de Broglie
Cahaya memiliki sifat gelombang yang dapat diamati dalam peristiwa interferensi
dan difraksi cahaya serta memiliki sifat partikel yang dapat diamati dalam peristiwa efek
fotolistrik dan efek compton. Sifat gelombang dinyatakan oleh panjang gelombang () dan
sifat partikel dinyatakan oleh besaran momentum (p). Hubungan panjang gelombang dengan
momentum sebuah foton sesuai dengan persamaan berikut
Louis de Broglie yang memiliki latar belakang seni musik membayangkan bahwa
kuantitasi lintasan elektron sebagai nada - nada harmonik. Lintasan yang pertama merupakan
harmonik I, yang terdiri atas sebuah gelombang dan lintasan kedua merupakan harmoni II,
yang terdiri atas dua gelombang, dan seterusnya seperti itu. Menurut Broglie, panjang
lintasan elektron sama dengan bilangan bulat dikalikan suatu panjang gelombang
Dengan memerhatikan sifat dualisme cahaya ini, maka pada tahun 1924, seorang
ilmuwan fisika Prancis bernama Louis de Broglie mengemukakan teori yang menyatakan
bahwa partikel (seperti elektron) yang bergerak pada kemungkinan memiliki sifat
gelombang dengan panjang gelombang tertentu. Partikel yang bergerak dengan
kecepatan v memiliki momentum p = mv, sehingga partikel akan memiliki panjang
gelombang de Broglie sebesar
Panjang gelombang de Broglie ini dapat dibuktikan melalui pola difraksi elektron
dari percobaan yang dilakukan oleh C. J. Davisson dan L. H. Germer pada tahun 1927.

Penutup
Puji dan syukur kepda Tuhan YME karena akhirnya makalah ini dapat terselesaikan
dengan baik dan sesuai dengan target yang kami harapkan. Demikianlah materi yang dapat
kami tuliskan dalam makalah ini semoga apa yang terdapat didalamnya dapat bermanfaat
bagi pembaca sekalian. Dan terimakasih karena anda mau membaca makalah ini, kami juga
mohon maaf apabila terdapat kesalahan didalamnya.

Jakarta, Agustus 2014

Penulis
Daftar Pustaka
Kamajaya. 2007. Cerdas Belajar Fisika. Bandung: Penerbit Grafindo Media Pratama.
Kanginan, Marthen. 2010. Seribu Pena Fisika SMA Kelas XII Jilid 3. Jakarta: Penerbit
Erlangga
Google.com
Wikipedia.org
Maaf ternyata rumus - rumusnya tidak bisa dikopi.
Ini juga ada pptnya.
Jika ingin meminta silahkan hubungi email saya agnesoktaviany@gmail.com dan
konfirmasikan ke twitter saya @A_Oktaviany22

Anda mungkin juga menyukai