Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Batu bata merupakan salah satu komponen yang penting pada suatu bangunan. Batu bata
biasa digunakan sebagai bahan utama dalam pembuatan dinding rumah/gedung. Batu bata
sering dipilih sebagai bahan alternatif utama penyusun bangunan karena harganya yang
relatif murah, mudah diperoleh, memiliki kekuatan yang cukup tinggi, tahan terhadap
pengaruh cuaca, dan tahan terhadap api. Pada umumnya pembuatan bata merah pejal dengan
cara dibakar dengan suhu 800°C sehingga tidak hancur bila direndam dalam air, sedangkan
pembakarannya menggunakan sekam padi atau kayu bakar yang dapat menimbulkan polusi
udara melalui emisi CO2.
Disamping itu juga pembuatan batu bata merah dipengaruhi oleh cuaca maka apabila kondisi
cuaca yang kurang baik akan sangat mempengaruhi pembuatan batu bata dan produktivitas
akan menurun sehingga batu bata akan sulit untuk didapatkan. Sedangkan bahan dasar bata
merah pejal biasanya diambil dari galian tanah sawah yang subur atau tanah liat, hal ini dapat
merusak lingkungan lokal disebabkan karena pertambangan tanah liat secara berlebihan.Batu
bata yang banyak tersedia kebanyakan mudah retak, hancur, permukaan yang tidak rata, dan
sudut yang tidak siku akibat kualitas batu bata yang kurang. Maka dalam hal ini pada
pembuatan batu bata perlunya peningkatan mutu yang dihasilkan secara efektif, ramah
lingkungan, praktis dan murah. Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan memperbaiki
karakteristik mekanis dan fisis batu bata, hal ini dapat dilakukan dengan cara mencampurkan
bahan – bahan yang bersifat pozzolan seperti abu sekam padi (rice husk ask / RHA) dengan
limbah karbit (calcium carbide residue / CCR) kedalam bahan dasar pembuatan batu bata.
Pencampuran RHA dan CCR didasarkan pada reaksi senyawa SiO2 yang terdapat pada abu
sekam padi dan senyawa CaO yang terdapat pada limbah karbit. Reaksi dari senyawa-
senyawa ini akan membentuk bahan-bahan yang memiliki daya pengerasan yang dapat
menyatukan bahan-bahan pembentuk batu bata, sehingga akan meningkatkan kuat tekan batu
bata.
Disamping itu pemanfaatan limbah karbit dan abu sekam padi untuk bahan campuran
pembuatan batu bata dapat mengurangi penambangan tanah liat yang berlebihan dan
memberikan salah satu solusi pemecahan masalah lingkungan akibat limbah karbit yang
dihasilkan dari aktifitas Industri Las Karbit, serta memberikan nilai jual bagi limbah karbit
yang selama ini hanya menjadi bahan buangan. Pada penelitian ini batu bata yang telah
dicetak tidak melalui proses pembakaran. Hal ini sangat membantu karena kita dapat
mengurangi polusi udara serta mempermudah dan menghemat biaya produksi. Dengan
semakin meningkatnya pembangunan di negeri ini, maka kebutuhan akan bahan bangunan
batu bata juga semakin meningkat.Sampai saat ini,cara pembuaatan batu bata pun juga masih
banyak yang menggunakan metode tradisional atau secara manual. Hal ini dikarenakan para
pembuatnya sudah terbiasa menggunakan cara ini, karena jika ingin menggunakan teknologi
akan membutuhkan biaya yang cukup mahal.

B. Tujuan dan Manfaat


Mencari tahu bagaimana proses pembuatan bata yang sebenarnya dan memberikan
pengetahuan tentang pembuatan batu bata tersebut ,agar menguasai salah satu bahan
bangunan yang sering dipakai dalam pembuatan bangunan selama ini.
Selain itu juga untuk mengetahui apa ciri-ciri bata yang kuat untuk membuat bangunan,
karena setiap batu bata mempunyai kekuatan sendiri-sendiri.

1
BAB II
HASIL SURVEI

LOKASI, ALAMAT, PEMILIK

Jenis Usaha : Produksi genteng

Pemilik Usaha : Bp. Parno

Alamat : RT007/RW003Pandansari Selatan Kecamatan


Sukoharjo Kabupaten Pringsewu

Tahun Berdiri : 2011

SEJARAH SINGKAT USAHA

Produksi genteng ini didirikan oleh Bp. Parno pada tahun 2011. Lokasi usaha batu-bata ini
berada di RT007/RW003 Pandansari Selatan Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Pringsewu

2
ALAT DAN BAHAN

a) Mesin Penggiling Tanah Modern

Mesin pencetak batu-bata ini terdiri dari 1 buah diesel. Harga mesin ini berkisar ±Rp.

25.000.000. bahan bakar mesin ini menggunakan solar.

b) Tanah liat

Tanah liat ini di peroleh dari Desa Sukoharjo 4. Harga 1 truk tanah liat Rp.

250.000. Biasanya 1 truk tanah bisa membikin kira- kira sampai 5000 genteng mentah.

c) Alat Pencetak genteng Manual

Alat ini terbuat dari besi cor dan biasanya para pengrajin genteng membelinya dengan

harga 2-3 Juta Rupiah

d) Tempat Pembakaran/ Tobong/ Tungku

Tobong ini biasanya memuat 10.000 genteng dalam sekali bakar

3
PROSES BEMBUATAN GENTENG

1. TAHAPAN AWAL
Proses pembuatan genteng diawali dengan pengolahan bahan mentah berupa tanah
Pengambilan tanah sebagai bahan baku genteng harus berasaskan kelestarian lingkungan
Bagian lapisan paling atas dari tanah yaitu bunga tanah tidak digunakan sebagai bahan
pembuat genteng, hal ini dikarenakan kandungan humus dan unsur hara yang sangat baik
untuk tanaman.
Pengambilan tanah dilakukan dengan cara menyingkirkan lapisan bunga tanah, dan tanah
yang diambil adalah tanah dibagian bawah bunga tanah yaitu kurang lebih kedalaman 25 cm
dari permukaan tanah.
Pengambilan pun dijaga supaya tidak lebih dari kedalaman satu meter sebagai upaya terhadap
pelestarian lingkungan.
Proses selanjutnya adalah pembersihan tanah dari material-material pengotor seperti batu,
plastik, sampah dll.
Setelah cukup bersih tanah kemudian diaduk dengan menambahkan air.

2. PENGOLAHAN TANAH LIAT


Setelah didapatkan tanah liat, proses selanjutnya adalah penggilingan.
Tujuan dari proses ini adalah untuk memperoleh tanah liat yang homogen dengan partikel-
partikel yang lebih halus dan merata.
Proses penggilingan dilakukan dengan cara memasukkan tanah liat ke dalam mesin
penggiling tanah atau lebih dikenal dengan nama molen,
pada proses ini juga ditambahkan sedikit pasir laut.
Tujuan penambahan pasir laut adalah supaya tanah tidak terlalu lembek sehingga
4
mempermudah proses penggilingan.
Penggilingan berlangsung dalam waktu yang singkat dengan output berupa tanah liat yang
telah tercetak kotak-kotak sesuai dengan ukuran genteng yang akan dibuat. Kotak-kotak
tanah liat ini biasa dinamakan keweh.
Keweh inilah yang pada nantinya merupakan bahan baku sebagai pembuatan genteng.

3. PENCETAKAN GENTENG
Proses selanjutnya adalah pencetakan genteng.
Pencetakan genteng dilakukan dengan cara memasukkan keweh ke dalam mesin cetak berupa
mesin press ulir. Sebelum dimasukkan, pipihkan dulu kuweh dengan cara dipukul-pukul
dengan kayu atau biasa dikenal dengan gebleg. Tujuan dari gebleg adalah mendapatkan
keweh yang padat dan juga sesuai dengan ukuran mesin press.

Output dari mesin press ini berupa genteng basah dengan bentuk yang masih belum rapi.
Proses selanjutnya adalah perapihan dimana bagian tepi genteng diratakan dan dibersihkan
dari sisa-sisa tanah liat yang masih menempel akibat proses pengepressan.

5
4. PENGERINGAN
Ada beberapa tahap yang harus dilalui dalam proses pengeringan genteng.
Yang pertama adalah proses pengeringan dengan cara diangin-anginkan. Dimana genteng
hasil pengepressan diletakan di dalam rak dalam waktu 2 hari.

Proses pengeringan selanjutnya adalah pengeringan dengan menggunakan sinar matahari.


Pengeringan ini dilakukan dengan cara menjemur genteng secara langsung di bawah terik
matahari selama kurang lebih 6 jam.

6
5. PROSES PENGERINGAN
Pengeringan genteng selanjutnya berlangsung di dalam tungku. Pengeringan dalam tungku
berlangsung selama 2 hari atau 48 jam. Pengeringan dilakukan dengan cara memasukkan
genteng ke dalam tungku kemudian dipanaskan dengan menggunakan bahan bakar berupa
kayu. Pengeringan ini merupakan pengeringan tahap akhir. Pengeringan ini juga sebagai pra
pembakaran.

Proses selanjutnya adalah pembakaran. Pembakaran berlangsung selama 12 jam dimana suhu
ditingkatkan sampai dengan kurang lebih 800 derajat celcius kemudian ditahan pada suhu
tersebut.

7
6. PEMBAKARAN TAHAP II
Proses selanjutnya adalah pembakaran tahap ke 2. Genteng natural yang telah dilapisi bahan
glazur segera dimasukkan ke dalam tungku untuk mengalami proses pembakaran.
Pembakaran tahap 1 dan 2 relatif sama yang membedakan adalah pada proses pembakaran
tahap 2 tidak didahului dengan penggarangan. Pembakaran tahap 2 berlangsung selama 13
jam dengan suhu pembakaran dijaga supaya konstan pada suhu 900 derajat celcius.

7. PEMASARAN
Pemasaran biasanya para pengrajin genteng cukup menunggu calon pembeli dating ke
tempat produksi namun demikian biasanya para pemilik saling bekerja sama dengan
pengrajin lain jika di tempat mereka tidak ada stok genteng siap pakai mereka
biasanya menawarkan kepada calon pembeli untuk membeli genteng dari pengrajin
lain dan mengantarkannya ketempat produksi yang masih memiliki stok genteng siap
pakai. Selain itu ada juga yang sudah memiliki langganan biasanya yang menjadi
pelanggan mereka adalah para makelar yang menyalurkan genteng mereka ke luar
daerah antarpropinsi ataupun antar pulau.

8
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Dari pembahasan yang telah kita tulis di atas, dapat disimpulkan bahwasanya pembuatan
genteng tersebut masih secara manual. Dan kualitas yang dihasilkannya juga kuat tergantung
bagaimana campuran bahan pembuatannya. Dan dari proses pwmbuatan gentengyang agak
rumit tersebut, terciptalah genteng yang sering digunakan untuk atap rumah kita sehingga kita
terlindung dari panas dan hujan.

B. Saran

1. Belilah genteng yang berasal dari daerah yang sudah memang terkenal baik tanahnya..

2. Walapun genteng yang kita gunakan dalam jumlah ribuan, tidak ada salahnya dicek secara

acak kualitas gentengnya.

9
LAMPIRAN

10
MESIN MOLEN BATU BATA

PROSES PENCETAKAN BATU BATA

11
PROSES PENGERINGANBATU BATA DENGAN BANTUAN SINAR MATA HARI

BATU BATA YANG SUDAH KERING DI KUMPULKAN HINGGA JUMLAH YANG DI


INGINKAN UNTUK DI BAKAR

12
PROSES PEMBAKARAN BATU BATA DENGAN SEKAM / MERANG

PROSES PEMBAKARAN BATU BATA DENGAN TUNGKU

13
BATU BATA SUDAH MATANG SETELAH DI BAKAR

BATU BATA SIAP DI PASARKAN

14

Anda mungkin juga menyukai