Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH FISIKA MODREN

DARK MATTER DAN DARK ENERGI

OLEH

ELSA MEILANI (06111181621060)

MONA PUSPITA SARI (06111181621061)

DWI NASTITI LUKITA NINGSIH (06111181621062)

DINDA NOPRIANSYAH (06111281621017)

ARI APRIADI (0611128161018)

DOSEN PEMBIMBING:

Drs. Hamdi Aksan, M.Si

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena berkat rahmat-
nya kami bisa menyelesaikan makalah ini yang berjudul dark matter dan dark energi.
Makalah ini diajukan guna untuk memenuhi tugas mata kuliah fisika modren. Kami
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini
dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang bersipat membangun sangat kami harapkan demi perbaikan makalah
kami ini.

Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Inderalaya, 22 September 2018

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah

BAB II PEMBAHASAN

A. Dark Matter
B. Dark Energy
C. Kerapatan Vakum Alam Semesta
D. Indikasi Keberadaan Energi Gelap
E. Properti Energi Gelap
F. Kandidat Energi Gelap
G. Prospek Observasi Dark ke Depan
H. Tujuan mempelajari energi gelap

BAB III PENUTUP


Kesimpulan
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Ilmu yang mempelajari mengenai sifat, evolusi dan asal alam semesta (universe)
disebut kosmologi. Beberapa teori yang menjelaskan proses terbentuknya alam
semesta antara lain teori big bang, teori keadaan tetap, serta teori Osilasi. Salah satu dari
teori tersebut yaitu teori big bang yang menjelaskan pembentukan alam semesta berawal
dari ledakan yang maha dahsyat. Materi dan energi yang dilepaskan dari ledakan maha
dahsyat ini berkembang dan membentuk menjadi bintang dan galaksi (James A. Marusek:1).

Teori big bang dan teori keadaan tetap berbeda satu sama lain, dimana dalam
teori big bang alam semesta berawal dari keadaan panas dan padat kemudian
mengembang dan mendingin seperti sekarang ini. Sementara teori keadaan tetap
menyatakan bahwa alam semesta memang sudah seperti ini adanya. Materi secara terus
menerus tercipta dalam bentuk atom-atom yang membentuk galaksi - galaksi baru.
Ketika alam semesta masih sangat muda, kemungkinan besar ia telah disusupi oleh
energi gelap, namun dalam ruang yang sempit dan saling berdekatan. Pada saat itu,
gravitasi mendominasi dan secara perlahan memperlambat pengembangan alam semesta.

Namun, pada akhirnya, setelah beberapa miliar tahun pengembangan, energi


gelap yang semakin berlimpah menyebabkan pengembangan alam semesta mulai secara
perlahan semakin cepat. Komposisi alam emesta terdiri dari 4,6 % atom, 23% terdiri dari
materi gelap dan 72% adalah energi gelap (David, 2012:27) Teori big bang menjelaskan alam
semesta terus mengembang, karena alam semesta terdiri dari 72% energi gelap (Dark
Energy), akan tetapi dengan lebih besarnya komposisi energi gelap akan menyebabkan
perluasan semakin cepat.

Memperluas adalah solusi dari persamaan einstein tanpa kosmologi konstanta


Friedman-Robertson-Walker (FRW), pasti terdapat gularity. Singularity bekerja sebagai
penutup untuk tidak diketahui asal perluasanalam semestaitu tersembunyi, hanya benda
yang mengandung saling tarik menarik dengan materibiasa. Untuk waktu yang lama
singularitas dianggap sebagai properti umum dari alam semesta.Titik tunggalnya,
disebutsebagai "Big Bang (ledakan maha dahsyat)". (Meierovich, 2012:2)

Penelitian mengenai alam semesta bukanlah hal baru dalam dunia sains. Dalam
disiplin ilmu geografi terdapat beberapa hipotesis dan teori-teori yang membahas
mengenai asal usul tata surya dan alam semesta , mulai dari hipotesis awan debu,
planetesimal, pasang surut gas hingga kategori big bang (ledakan dahsyat) dan teory
steady state(keadaan tetap). Penelitian mengenai alam semesta terus dilakukan dan
sampai saat ini telah melahirkan beberapa konsensus yang berkembang mengenai
alam semesta. Diantaranya konsensus mengenai adanya teori big bang yang telah
diakui sebagai penyebab pembentukan awal alam semesta. Dimana dalam teori big
bang ini alam semesta terbentuk dari sebuah ledakan yang maha dahsyat yang
menyebabkan materi-materi dari hasil ledakan tersesebut terpencar ke semua ruang, dari
peristiwa ledakan tersebut alam semesta terus memperluas sampai sekarang ini

B. Rumusan Masalah
1. Dark Matter
2. Dark Energy
3. Kerapatan Vakum Alam Semesta
4. Indikasi Keberadaan Energi Gelap
5. Properti Energi Gelap
6. Kandidat Energi Gelap
7. Prospek Observasi Dark ke Depan
8. Tujuan mempelajari energi gelap
BAB II
PEMBAHASAN

A. Dark Matter
Dark matter adalah sebuah materi di alam semesta ini yang tidak diketahui
bentuknya, tidak terlihat secara gelombang radiasi maupun visual sehingga materi gelap ini
benar-benar tidak bisa dideteksi secara observasi visual. namun nyatanya jumlah dark matter
di alam semesta ini lebih banyak dari jumlah materi yang terlihat.
Gravitasi dark matter membuat gravitasi lebih besar dari yang terlihat. sehingga
dark matter dirumuskan dengan M - m = △M . singkatnya, saat dihitung seluruh jumlah
materi dan gravitasi, hasilnya menemukan bahwa nilai gravitasinya kurang dari yang
seharusnya. maka disini searusnya ada sebuah materi yang tidak terlihat atau dideteksi,
namun gravitasinya sangat berpengaruh pada alam semesta. berapakah jumlah materi gelap
ini? Diperkirakan 84,5% dari materi di alam semesta adalah materi gelap. jadi galaksi-galaksi
yang terlihat hanyalah 15,5% dari jumlah materi yang seharusnya, sisanya materi yang tak
terlihat.
Tidak seperti materi normal, materi gelap tidak berinteraksi dengan gaya
elektromagnetik. Ini berarti tidak menyerap, mencerminkan atau memancarkan cahaya,
membuatnya sangat sulit ditemukan. Faktanya, peneliti telah mampu menyimpulkan adanya
gelap materi hanya dari efek gravitasi yang tampaknya ada materi yang terlihat. Materi gelap
tampaknya lebih penting daripada materi yang terlihat sekitar enam banding satu, sekitar 27%
dari alam semesta. Inilah fakta yang serius: Masalah yang kita ketahui dan yang membentuk
semua bintang dan galaksi hanya menyumbang 5% dari konten alam semesta! Tapi apa itu
dark matter? Satu ide adalah itu bisa mengandung "partikel supersimetrik" - partikel yang
dihipotesiskan yang merupakan mitra bagi mereka yang sudah dikenal dalam Standar N
Model. Eksperimen di Large Hadron Collider (LHC) dapat memberikan petunjuk lebih
langsung tentang materi gelap.

Banyak teori mengatakan partikel materi gelap akan menjadi ringan cukup untuk
diproduksi di LHC. Jika mereka dibuat di LHC, mereka akan melarikan diri melalui detektor
tanpa disadari. Namun, mereka akan membawa energi dan momentum, jadi fisikawan dapat
menyimpulkan keberadaan mereka dari jumlah energi dan momentum "hilang" setelah
tabrakan. Gelap kandidat materi sering muncul dalam teori yang menyarankan fisika di luar
Model Standar, seperti supersimetri dan dimensi ekstra. Satu teori menunjukkan adanya
"Hidden Valley", dunia paralel yang terbuat dari materi gelap sangat sedikit kesamaan
dengan materi yang kita tahu. Jika salah satunya teori terbukti benar, itu bisa membantu para
ilmuwan mendapatkan yang lebih baik pemahaman komposisi alam semesta kita dan, dalam
khususnya, bagaimana galaksi bersatu
Materi gelap adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan materi yang bisa
disimpulkan ada dari efek gravitasinya, tetapi tidak memancarkan atau menyerap jumlah
cahaya yang terdeteksi. Kisah gelap materi dapat dibagi menjadi dua bagian. Pertama saya
akan bahas sinyal eksperimental sebagai konsekuensi yang saya percaya bahwa materi gelap
itu ada. Kedua adalah kumpulan kemungkinan penjelasan seperti apa itu terbuat dari.

B. Kerapatan Vakum Alam Semesta

Energi vakum merupakan bentuk konstanta kosmologi yang muncul sebagai


elemen penting dalam skenario inflasi alam semesta pada awal tahun 1980. (Kragh,
1997:60)

Vakum energi adalah energi latar belakang mendasari yang ada di ruang
sepanjang seluruh alam semesta. Satu kontribusi ke energi vakum mungkin dari partikel
virtual yang dianggap pasangan partikel yang berkedip ke keberadaan dan kemudian
memusnahkan dalam waktu yang terlalu pendek untuk mengamati. Mereka diharapkan
untuk melakukan tempat ini, seluruh alam semesta. Perilaku mereka dikodifikasi dalam
Prinsip Ketidakpastian Heisenberg energy–time. (Saunders & Brown, 1991)

Dari sudut pandang teori medan kuantum, Ruang kosong dicirikan oleh "nol -
titik energi" yang memiliki properti yang terkait dengan tekanan negatif dan dengan
demikian membuat ruang memperluas. Untuk banyak fisikawan dan ahli kosmologi,
konstanta kosmologis dan rapatan energi titik nol-vakum adalah hanya dua nama untuk hal
yang sama. (Kragh, 1997 :3)

Berdasarkan pengamatan perlmutter et al (Hans et al, 2006:16) bahwa massa


vakum energi kosmis diharapkan berkontribusi sekitar 70% total massa alam semesta.
Energi yang vakum telah mendominasi awal alam semesta, dimana energi ini menyebabkan
percepatan perluasan alam semesta.Dalam (Braatz,2009)
Dimana kerapatan vakum alam semesta dapat di tentukan dengan persamaan
berikut ini:

Dimana :
𝜌 vac = Kerapatan Vakum
G = Tetapan Gravitasi
C = Kecepatan Cahaya
Dimana nilai

H = H0 (100 km/s Mpc), sedangkan nilai kecepatan cahaya = (3 x 108 m/s), dan nilai tetapan
Grafitasinya (6.67 x 10-11 Nm2/kg2), jadi kerapatan vakum alam semesta, yaitu:

Dari hasil satelit WMAP percobaan mendukung keberadaan materi gelap pada
awal alam semesta dalam jumlah sebanding dengan mereka hari ini, menunjukkan
bahwa materi gelap adalah spesies panjang. (Rubin, 1998:109)

Dalam astronomi Dark Matter adalah materi yang tidak memancarkan atau
memantulkan radiasi elektromagnetik lain atau cahaya, sehingga tidak dapat langsung
dideteksi melalui astronomi optic atau radio.(Pretzl 2000;4) Pengamatan terhadap
Dark Matter ini dilakukan dengan mengamati efek gravitasi yang dialami oleh materi
yang terlihat dan lensa gravitasi latar belakang. (Cevallos 2004: 1)Sedangkan
Penjelasan sederhana untuk energi gelap adalah energiterkait dengan ruang hampa,
secara matematikanya setara dengan konstanta kosmologi.(Friemen et al. 2008:41)

Materi gelap memiliki kosekuensi bagi evolusi alam semesta dan struktur
didalamnya. Alam semesta harus sesuai dengan salah satu dari tiga jenis model alam
semesta yaitu alam semesta terbuka, datar dan tertutup. Total massa dan energi dialam
semesta menentukan mana dari tiga model alam semesta. ( Mickle, 2008;2)

Adanya materi gelap dapat di percaya melalui adanya gerak bintang, galaksi, dan
gugusan galaksi, tetapi ada alternatif seperti dimodifikasi Newtonian dinamika. Dengan
mengukur kecepatan objek-objek astronomi ini, kita tahu bahwa massa harus cukup untuk
menjaga bintang, galaksi atau kluster galaksi dari tecerai berai.Dalam hal pengukuran
kecepatan skala besar, jumlah materi-materi barion atau bercahaya adalah hanya
sebagian kecil dari total massa diperlukan untuk menjaga objek bersama-sama. Ini
massa yang hilang karena itu disebut sebagai materi gelap.

Materi gelap penting karena membantu menjelaskan perbedaan dalam kurva


galaksi yang rotasi bintang di daerah luar galaksi elips yang mana bintang
menunjukkan kecepatan lebih tinggi daripada diharapkan, menunjukkan adanya materi
gelap di galaksi.
Gambar : 3 Komposisi Alam Semeta
Sumber : DavidI. Alles

Gambar 3 menunjukkan bahwa hasil data dari WMAP bahwa komposisi alam semesta
sekarang meliputi 4,6 % atom, terdiri dari bintang dan planet, 23 % materi gelapdari alam
semesta. Materi gelap tidak dapat memancarkan atau menyerap cahaya. Kemudian 72 %
dari alam semesta terdiri dari energi gelap. Sedangkan komposisi alam semetsa Pada 13,7
milyar tahun yang lalu terdiri dari neutrino 10 %, photon 15%, atom 12 % dan materi gelap
63 %. Jadi, kesimpulan dari grafik diatas menunjukkan bahwa pada 13,7 milyar tahun
yang lalu alam semesta lebih dominan terisi materi gelap sedangkan sekarang alam
semesta didominasi oleh energi gelap.Para ahli astronomi berpendapat bahwa gravitasi
dari Dark Matter dan materi biasa dapat memperlambat ekspansi alam semesta, akan
tetapi kekuatan gravitasi dari Dark Matter belum mampu melawan besarnya energy yang
membuat alam semesta terus mengembang. Jadi sepanjang Dark Energy dialam semesta
lebih banyak dibandingkan dengan Dark Matterdan materi normal, maka alamsemesta
akan terus mengembang

C. Dark Energy
Energi gelap adalah sebuah energi yang tak terlihat, namun eksistensi energi ini
harus ada untuk memenuhi kejanggalan di alam semesta. setelah bigbang atau dentuman
besar terjadi, setelah yang saya jelaskan diatas, alam semesta memiliki gravitasi untuk
menghambat pengembangan. ilmuwan awalnya meneliti dan menemukan bahwa suatu saat
alam semesta akan berhenti mengembang karena gravitasinya sendiri. sekian lama teleksop
hubble mengamati perkembangan perluasan galaksi. setelah sekian lama, ilmuwan
menemukan bahwa perluasan alam semesta menunjukan perecepatan yang semakin
meningkat! . bagaimana bisa? kenapa kecepatan perluasan antar galaksi justru malah
meningkat? dalam kasus ini dark energy harus bertangung jawab. dark energy lah yang
membuat perkembangan alam semesta semakin cepat bukannya melambat.
Setelah Big Bang, alam semesta mulai berkembang ke luar. Para ilmuwan pernah
berpikir bahwa akhirnya akan kehabisan energi, melambat saat gravitasi menarik benda-
benda di dalamnya bersama. Tetapi studi tentang supernova jauh mengungkapkan bahwa
alam semesta saat ini berkembang lebih cepat daripada di masa lalu, bukan lebih lambat,
menunjukkan bahwa ekspansi semakin cepat. Ini hanya akan mungkin jika alam semesta
cukup terkandung energi untuk mengatasi gravitasi - energi gelap. Selain itu, ternyata sekitar
68% dari alam semesta gelap energi. Materi gelap mencapai sekitar 27%. Sisanya - segala
sesuatu di Bumi, semua yang pernah diamati dengan semua milik kita instrumen, semua
materi normal - menambahkan hingga kurang dari 5% dari alam semesta. Energi gelap
membentuk sekitar 68% dari alam semesta dan tampaknya terkait dengan ruang hampa . Itu
didistribusikan secara merata di seluruh alam semesta, bukan hanya di ruang angkasa tetapi
juga pada waktunya - dengan kata lain, efeknya tidak diencerkan saat alam semesta
mengembang. Sarana distribusi berarti bahwa energi gelap tidak memiliki efek gravitasi
lokal, melainkan efek global pada alam semesta secara keseluruhan. Ini menyebabkan gaya
tolak, yang cenderung mempercepat perluasan alam semesta. Tingkat ekspansi dan akselerasi
dapat diukur dengan pengamatan berdasarkan pada Hukum Hubble.

D. Indikasi Keberadaan Energi Gelap


Keberadaan energi gelap dideteksi dari pengamatan supernova pada redshift (z)
tinggi, dan dari pengamatan radiasi latar belakang (Cosmic Microwave Background – CMB).

Supernova jauh yang dilihat Hubble. Kredit : NASA / Hubble

Dari pengamatan supernova pada redshift tinggi diketahui bahwa alam semesta kita
saat ini sedang dalam fase ekspansi yang dipercepat. Supernova-supernova yang berada pada
z ≈ 0.5 diamati memiliki magnitud yang lebih rendah dari magnitud seharusnya (jika berada
dalam alam semesta seperti yang digambarkan dalam alam semesta dengan geometri datar
oleh model standar). Pelemahan cahaya supernova ini paling mungkin dijelaskan jika alam
semesta saat ini sedang mengalami ekspansi yang dipercepat. Kesimpulan ini pertama kali
didapat oleh dua grup independent, Supernova Cosmology Group dan High-z Supernova
Team. Kedua tim ini menggunakan teknik analisis yang berbeda dan sampel supernova
(dengan redshift tinggi) yang berbeda. Namun mereka memperoleh kesimpulan yang sama.
Interpretasi bahwa pelemahan magnitud yang dialami supernova dengan z ≈ 0.5 ini
disebabkan oleh energi gelap, bukanlah satu-satunya. Ada penjelasan alternatif yang mencoba
menjelaskan efek pelemahan magnitude itu karena materi intergalaktik. Tapi bukti yang
menguatkan teori energi gelap dan membantah penjelasan dengan materi intergalaktik
didapat dengan ditemukannya supernova yang paling jauh (sampai saat ini), SN 1997ff,
dengan z = 1.755. Supernova ini diamati memiliki magnitud lebih terang dari seharusnya,
yang menunjukkan bahwa ia terjadi saat alam semesta masih mengalami ekspansi yang
diperlambat. Jika memang benar ada materi intergalaktik yang menyebabkan pelemahan
cahaya, harusnya SN 1997ff akan jauh lebih redup dari seharusnya, bukan malahan lebih
terang.

Selain dari supernova, bukti lain yang mendukung keberadaan energi gelap berasal
dari pengamatan CMB. Pengamatan CMB menggunakan WMAP memberikan data bahwa
parameter densitas alam semesta Ω = 1.0023 ± 0.0055. Padahal dari pengamatan yang sama,
diketahui bahwa seluruh materi (baryon dan materi gelap) dalam alam semesta hanya
memberikan kontribusi pada Ω yang hanya sekitar sepertiga dari nilai Ω yang diamati.
Karena itu, haruslah ada komponen lain dalam alam semesta yang mengisi kekurangan
parameter densitas yang diberikan oleh materi (baryon dan materi gelap). Dengan kontribusi
dari materi ditambah dengan energi gelap, maka alam semesta kita akan memiliki Ω
sebagaimana yang didapat dari pengamatan CMB tersebut.
Keberadaan energi gelap juga bisa dideteksi lewat pengamatan lain (selain
pengamatan supernova) yang sifatnya independent. Misalnya lewat pengamatan struktur alam
semesta skala besar (Large Scale Structure – LSS) yang dikombinasikan dengan pengukuran
fluktuasi angular size karakteristik pada CMB. Cara ini merupakan cara pengamatan bersifat
tidak langsung. Ada satu lagi metode independent untuk mendeteksi energi gelap, yaitu lewat
pengamatan efek integrated Sachs-Wolfe (ISW). ISW ini sendiri adalah pergeseran merah
pada foton CMB yang disebabkan oleh gravitasi, yang terjadi mulai saat alam semesta mulai
menjadi transparan.

E. Properti Energi Gelap

Sampai saat ini, amat sedikit diketahui tentang energi gelap. Tapi setidaknya kita
mengetahui sedikit properti energi gelap, yaitu:

1. Tidak memancarkan gelombang elektromagnetik


2. Memiliki tekanan negatif yang besar. Besarnya tekanan yang berorde sama dengan
densitas energinya, menunjukkan bahwa energi gelap ini lebih bersifat energi dari pada
materi (pada materi tekanan jauh lebih kecil dibandingkan dengan densitasnya ). Karena
itu, energi gelap ini berbeda dengan materi gelap
3. Tidak mengumpul membentuk gugus dengan materi secara signifikan, setidaknya
sampai seukuran gugus galaksi.
Hasil pengamatan CMB menunjukkan bahwa dalam skala besar, alam semesta kita
(hampir) homogen dan isotropis. Dan sebagaimana yang digambarkan oleh model standar
kosmologi, alam semesta bisa didekati sebagai fluida sempurna. Energi gelap dapat
diparametrisasi dengan persamaan keadaannya (w), yang merupakan perbandingan tekanan
dengan densitasnya. Agar struktur dalam alam semesta yang teramati saat ini bisa tumbuh
dari perturbasi densitas (sebagaimana yang diamati pada CMB), maka nilai w haruslah
berharga lebih kecil dari -½. Sementara itu, untuk alam semesta datar (sebagaimana yang kita
amati), parameter perlambatan (q) saat ini adalah q ~ ½ =w. Dan karena nilai w < -½, maka
q < 0, menunjukkan alam semesta saat ini sedang mengalamai ekspansi dipercepat. Hasil
pengukuran dari WMAP (dari pengamatan CMB) memberikan harga w < -0.980 ± 0.053.
F. Kandidat Energi Gelap

Ada beberapa kandidat apa sebenarnya energi gelap. Kandidat utama energi gelap itu adalah:

1. Konstanta kosmologi / Energi vakum


2. Quintessence (medan skalar dinamis)
3. Gravitasi yang melemah

1.Konstanta kosmologi
Konstanta kosmologi adalah faktor yang dimasukkan dalam persamaan Einstein
dalam relativitas umum. Konstanta kosmologi ini awalnya dimaksudkan untuk mengimbangi
gravitasi supaya diperoleh gambaran alam semesta yang statis (yang kemudian oleh Einstein
disesali karena kenyataan obervasi oleh Hubble menunjukkan alam semesta yang
mengambang, sesuatu yang harusnya terlebih dulu bisa diramalkan oleh relativitas umum).
Eksistensi konstanta kosmologi ini kembali mencuat akhir-akhir ini, dan mencapai puncak
ketika terdeteksi keberadaan energi gelap.

Sementara itu, dari teori medan kuantum yang kita miliki saat ini, diketahui bahwa
ruang vakum juga memiliki energi, yang dinamakan energi vakum. Untuk energi vakum, w =
-1. Dan secara matematis, energi vakum ini sama dengan konstanta kosmologi yang berasal
dari relativitas umum. Konstanta kosmologi ini menjadi salah satu kandidat terkuat dari
energi gelap.

Dari observasi supernova, disimpulkan energi gelap tidak berubah sepanjang waktu,
atau minimal hanya berubah sangat sedikit sejalan dengan waktu. Jadi untuk sementara,
konstanta kosmologi merupakan kandidat terkuat sebagai energi gelap, karena didukung oleh
observasi. Hasil observasi dari 70 supernova oleh tim SNLS (Supernova Legacy Survey)
untuk sementara menunjukkan bahwa energi gelap hanya berubah sangat sedikit. SNLS
ditargetkan mempelajari 700 buah supernova menggunakan teleskop-teleskop besar dunia
dan diharapkan lebih banyak mengungkap tentang energi gelap. Tapi jika konstanta
kosmologi adalah energi gelap, ada setidaknya dua masalah besar. Masalah pertama adalah
dari segi ordenya, dan masalah kedua adalah dari segi waktu diaman ia mulai dominan.

Jika kita mencoba menghitung besar orde energi gelap dari beberapa pendekatan
berbeda, kita akan mendapatkan orde besarnya energi gelap: 10-10 (eV)4 – 10112 (eV)4. Jadi Λ
membutuhkan fine-tuning dari rentang kemungkinan yang teramat besar tersebut supaya
konvergen ke harga tertentu. Ini dikenal dengan masalah fine-tuning problem.

Masalah kedua terlihat jika kita meninjau bagaimana perubahan parameter densitas
energi gelap terhadap waktu, jika energi gelap itu adalah konstanta kosmologi. Misalkan
parameter densitas konstanta kosmologi ditulis ΩΛ = ρΛ/ρcr. Dari pengamatan CMB,
diperoleh bahwa ΩTotal = 1 dan (jika energi gelap adalah konstanta kosmologi) ΩΛ=0.7. Harga
ΩΛ berubah sejalan dengan pengembangan alam semesta, karena pΛkonstan. Maka evolusi
ΩΛ sejalan dengan ρcr ~ (1 + z)-3, dengan z adalah redshift. Pada z > 10, harga parameter
densitas ΩΛ < 0.001. Sedangkan pada z < -0.9 nanti, harga parameter densitas ΩΛ > 0.999.
Jika dibuat plot ΩΛ terhadap log R untuk rentang -60 < log R <+60, akan terlihat seperti
fungsi tangga (step function) yang berubah dari nol menjadi satu pada era saat ini. Bahkan
jika dibuat plot dΩΛ/dR (yang berbentuk seperti fungsi delta dirac), dapat dilihat bahwa kita
hidup tepat di tengah puncak fungsi delta dirac tersebut. Pertanyaan kenapa kita hidup di era
yang spesial ini, dikenal dengan coincidence problem.

2. Quintessence

Quintessence adalah medan skalar yang bergulir-lamban (slow-rolling scalar field).


Salah satu properti penting dari quintessence adalah coincidence problem bisa lebih masuk
akal dijelaskan, karena persamaan keadaan bergantung waktu. Prediksi yang paling umum
dari quintessence adalah nilai dari persamaan keadaan w(t) berbeda dari -1, dan berubah
terhadap z.

3. Gravitasi Yang Melemah


Masih ada kemungkinan bahwa sebenarnya materi gelap itu tidak ada. Tetapi efek
yang kita amati saat ini (yang menuntun kita pada kesimpulan adanya energi gelap)
sebenarnya adalah efek dari runtuhnya relativitas umum Einstein pada skala yang amat besar.
Menurut teori ini, pada skala yang amat besar, efek kebocoran gravitasi ke dimensi yang
lebih tinggi semakin mungkin diamati.

G. Prospek Observasi Dark ke Depan

Untuk lebih tahu banyak tentang energi gelap, satu-satunya cara (setidaknya untuk
saat ini) adalah lewat pengamatan astronomis. Dari sisi fisika partikel tidak memungkinkan
memberikan batasan pada energi gelap lewat akselerator, karena sifat energi gelap yang
diffuse dan merupakan fenomena energi-rendah. Untuk memberikan batasan pada energi
gelap, pengamatan dan penelitian yang bisa dilakukan adalah:

1. Pengukuran sejarah ekspansi H(t)


2. Persamaan keadaan w(t) yang bergantung waktu
3. Mencari jika ada properti penggugusan energi gelap
4. Mencari adakah dan bagaimana hubungan (couple) antara energi gelap dengan materi
gelap
5. Menguji lebih detail kevalidan relativitas umum

Untuk pengukuran sejarah ekspansi digunakan pengamatan sejumlah besar supernova


dengan rentang z tertentu. Karena pada awal alam semesta (z besar) energi gelap belum
dominan, sedangkan pada z kecil kurang sensitif untuk pengukuran efek dari energi gelap,
maka rentang z yang memadai untuk pengamatan adalah 0.2 ≤ z ≤ 2. Persamaan keadaan bisa
menggunakan supernova. Sampel kualitas tinggi dari 2000 buah supernova dengan z antara
0.2 sampai 1.7 bisa memberikan harga w dengan ketelitian σw = 0.05 (dengan
asumsi irreducible error sebesar 0.14 magnitud). Jika ΩM bisa didapat cara independen
dengan harga lebih baik dari σΩM = 0.03, σw akan meningkat dengan faktor 3 dan perubahan
w terhadap redshift – w’ = dw/dz – dapat diukur dengan ketelitian σw’ = 0.16. Selain lewat
supernova, w juga berpotensi dipelajari lewat pengamatan galaxy-count dan galaxy cluster
count.

Efek weak gravitational lensing (WGL) bisa juga digunakan untuk mempelajari w.
WGL oleh LSS pada medan seluas 1000 derajat persegi atau lebih, setara dengan sensitivitas
pengamatan w lewat supernova seperti yang disebutkan di atas. Hanya saja WGL tidak bisa
digunakan untuk mempelajari variasi w terhadap waktu. Dan masalah sistematis yang
dihadapi pada pengamatan WGL masih belum banyak dipelajari secara lebih teliti.

H. Mengapa mempelajari energi gelap

Sampai saat ini, energi gelap hanya bisa dipelajari lewat pengamatan astronomi. Dan
yang paling besar prospek pengamatan untuk mempelajari energi gelap ini adalah lewat
pengamatan supernova. Alat yang paling efektif untuk mempelajari supernova ini adalah
teleskop yang berada di luar angkasa, teleskop Hubble. Hubble bisa difungsikan menjadi
mesin pemburu supernova yang amat penting bagi mempelajari energi gelap. Ini dibuktikan
(antara lain) lewat pemakaian Hubble oleh Reiss dan timnya untuk menentukan epoch transisi
dimana energi gelap mulai mendominasi alam semesta. Sayangnya dengan diberhentikannya
perawatan Hubble maka umur teleskop Hubble hanya sampai sekitar tahun 2007-2008. Dan
dengan kehilangan alat penting mempelajari energi gelap, kemajuan pengertian kita tentang
energi gelap tidak akan secepat yang seharusnya kita bisa dengan teknologi yang kita punya
saat ini.

Dengan mempelajari energi gelap ini, kita bisa mengetahui bagaimana ujung dari
evolusi alam semesta. Pengamatan persamaan keadaan energi gelap juga bisa berpengaruh
pada fisika teori / fisika partikel, dan pada relativitas umum. Jika kita bisa menentukan nilai
dari persamaan keadaan energi gelap, kita bisa menentukan apa sebenarnya energi gelap itu.
Dan jika energi gelap itu memiliki persamaan keadaan w = -1, maka energi gelap adalah
konstanta kosmologi, dan kita masih harus berurusan dengan fine-tuning
problem dan coincidence problem. Jika w < -1 maka kita akan menemukan masalah dalam
teori relativitas umum pada skala amat besar.

Ada dua sasaran yang realistik untuk satu dekade ke depan: menentukan persamaan
keadaan sampai ketelitian 5%, dan mencari variasinya terhadap waktu. Setelah berhasil
menentukan persamaan keadaan, maka sasaran berikutnya adalah mendeteksi sifat
penggugusannya. Ini akan memberikan kita pengetahuan yang penting tentang apa dan
bagaimana energi gelap.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan dan Saran


Adapun simpulan dari hasil penilitian dan pembahasan di atas yaitu alam
semesta berawal dari peristiwa big bang yang terjadi pada 10−43 dari t = 0

Dimana Alam semesta dimulai dengan sebuah bencana yang menghasilkan ruang dan
waktu, serta semua materi dan energi alam semesta akan terus ada. Persamaan Friedmann
menggambarkan perluasan alam semesta Teori big bang memprediksikan bahwa alam
semesta ini harusnya mengembang, yang di mulai keadaan yang sangat panas dan pada
masa lalu, yang jangka waktunya berhingga dari sekarang.

Perbandingan alam semesta pada awal terbentuknya teori big bang dengan alam semesta
sekarang yaitu pada awal big bang atau Pada 13,7 milyar tahun yang lalu
komposisi alam semesta itu terdiri dari neutrino 10 %, photon 15%, atom 12 % dan
materi gelap 63 %. Sedangkan komposisi alam semesta sekarang meliputi 4,6 % atom,
terdiri dari bintang dan planet, 23 % materi gelap dari alam semesta. Materi gelap tidak
dapat memancarkan atau menyerap cahaya. Kemudian 72 % dari alam semesta
terdiri dari energi gelap. Jadi, perbandingan
alam semesta sekang dan pada awal big bang atau pada 13,7 milyar tahun yang lalu
alam semesta lebih dominan terisi materi gelap sedangkan sekarang alam semesta
didominasi oleh energi gelap

Saran
1.Diharapkan bagi peneliti selanjutnya agar kiranya melakukan penelitian mengenai
unsur-unsur yang terkandung pada awal pembentukan alam semesta.

2.Diharapkan untuk seluruh mahasiswa geografi agar kiranya melakukan pengkajian


lebih dalam mengenai alam semesta.

3.Peneliti menyadari bahwa dalam penulisan maupun penyusunan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, maka peneliti mengharapkan saran atau perbaikan dari penelitian ini
demi kesempurnaan atau kelengkapan penelitian ini
DATAR PUSTAKA

Anugraha,Rinto.2011.Teori Relativitas Dan Kosmologi.Yogyakarta:UGMA

Marusek,James.2004.A Thesis on the Structure of the Universe

Alles,David,L.2012. The Evolution of the Universe.Western Washington University.

Archive Wilson Mt.1996.The Hubble Law An Introductory Astronomy Lab.


hubblelaw_students2.doc

Cevallos Marissa. 2004. Distribution And Detectability Of Dark Matter In The Present
Universe.Research Science Institute

Kragh,Helge.Quasi-Steady-State And Related Cosmological Models: A Historical


Review.Centre for Science Studies, Aarhus University, Denmark.

Kragh, Helge. What’s in a Name: History and Meanings of the Term “Big
Bang”Liddle,Andrew.2003.An Introduction toModern Cosmology.University of
Sussex.

Meierovich,E Boris.2012. To The Theory Of The Universe Evolution.


arXiv:1201.2562v1 [gr-qc]

Mukhanov,Viatcheslav.2005.Physical foundations of Cosmology.Cambridge University


Press: New York.

Mickle E Ronald.2008.The Search For Dark Matter Using Gravitational Lensing.


Denver, Colorado 80005 ©2008 Ronald E.

MickleMagueijo dan Baskerville.Big Bang Riddles And Their


Revelations.London:Theoretical Physics, The Blackett Laboratory, Imperial
College, Prince Consort Road, SW7 2BZ, U.K.

Pertlmutter saul.2003.Supernovae, Dark Energy, and the Accelerating Universe. © 2003


American Institute of Physics, S-0031-9228-0304-030-4

Pretzl Klaus.2000.In Search Of Dark Matter In The Universe.SPATIUM Published by


the Association Pro ISSI twice a year

Raine,Derek.2001. An Introduction to the Scienceof Cosmology.Department of Physics


and Astronomy University of Leicester,UK:London.

Ryden,Barbara. 2006.Introduction To Cosmology.The Ohio State University

Rubin Vera. 1998. Dark Matter In The Universe.Scientific American Presents.Copyright


1998 Scientific American, Inc.
Suteja,Hardiansyah.2009. The New Cosmology: Its Implications to Religiousity.Dept. of
Complexity Research on Religion and Tradition of Institutefor Perennial Studies

Anda mungkin juga menyukai