Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah S.W.T karena atas rahmat dan hidayah-Nya
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ASTROFISIKA DAN KOSMOLOGI:
Dark Energy dan Dinamika Alam Semesta .
Tak lupa shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulullah
Muhammad S.A.W yang telah membimbing umatnya dari zaman kebodohan
hingga zaman yang terang benderang karena perkembangan ilmu
pengetahuan yang semakin pesat dari zaman ke zaman.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dr. Sunaryo, M.Si sebagai Dosen Filsafat MIPA prodi Fisika 2014 atas
arahan dan bimbingannya dalam penyusunan makalah ini,
2. Orang tua, atas dukungan moral dan materinya dalam proses
penyusunan makalah ini,
3. Para sahabat di Jurusan Fisika 2014 yang telah menginspirasi satu
sama lain dalam proses penyusunan makalah ini.
Tanpa bantuan dan dukungan dari orang-orang tersebut, penulis ragu
dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan atau penyusulan makalah
ini masih terdapat kesalahan maupun kekurangan. Oleh karena itu, penulis
meminta maaf yang sebesar-besarnya.
Besar harapan penulis kepada para pembaca agar dapat mengkritisi
isi dari makalah ini agar dapat diperbaiki dikemudian hari. Harapan penulis,
semoga
makalah ini
dapat
bermanfaat bagi
para
mahasiswa,
pengajar/dosen, maupun umum.

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................... 2
DAFTAR ISI.................................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang.................................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................. 4
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................................ 4
1.4 Tinjauan Pustaka............................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................... 7
BAB III KESIMPULAN.................................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................... 16

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Makalah ini diberi judul ASTROFISIKA DAN KOSMOLOGI: Dark Energy
dan Dinamika Alam Semesta . Makalah ini mengkaji tentang faktor-faktor penyebab
alam semesta mengembang makin cepat dan gejala-gejalanya. Sampai saat ini, masalah
tersebut merupakan masalah terbesar yang belum terpecahkan dalam ilmu
astronomi/kosmologi. Penemuan kecepatan pengembangan alam semesta yang
menunjukkan bahwa alam semesta akan mengembang selamanya ternyata tidak cukup
untuk menyelesaikan permasalahan tersebut, tetapi justru menciptakan permasalahan
baru.
Penyebab dari meningkatnya pengembangan ini , yaitu sesuatu yang disebut
dengan Dark Energy, tampaknya terlibat dalam pemahaman baru tentang gaya-gaya
yang menentukan dinamika alam semesta. Mencari penjelasan tentang energi gelap ini
telah menjadi masalah terbesar yang tidak terpecahkan, atau belum pernah, dalam
astronomi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu dark energy?
2. Apa saja yang terkandung di alam semesta?
3. Bagaimana cara mengukur jarak dan kecepatan pengembangan alam semesta?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk memahami apa yang dimaksud dengan dark energy.
2. Untuk mengetahui apa saja yang terkandung di alam semesta.
3. Untuk mengetahui teknik-teknik mengukur jarak dan kecepatan pengembangan
alam semesta.

1.4 Tinjauan Pustaka


1. Dark Energy
Pada tahun 1999, seorang ahli astrofisika, Michael Turner dari Universitas
Chicago menyebutkan, suatu benda yang menyebabkan peningkatan percepatan
kosmologis adalah energy gelap (dark matter).

2. Alam Semesta
Kajian (studi) tentang sifat, evolusi dan asal alam semesta (universe) disebut
Kosmologi. Kesimpulannya masih mengandung ketidakpastian tetapi teori Big Bang
4

(Dentuman Besar) atau teori Bola Api Purba (Primeval Fireball) yang dikemukakan
disini, menunjukkan consensus (mufakat) yang masih disepakati diantara ahli-ahli
astronomi. Gagasan ini pertama kali ditemukan oleh ahli astronomi Belgia, Abbe
Georges Lemaitre dalam tahun 1927 dan seperti ahli-ahli yang lain menyatakan
bahwa teori ini dapat berubah bahkan gugur bilamana diperoleh fakta, kejelasan dan
bukti lebih lanjut yang lebih baik.
a. Model Big Bang
Gagasan Big Bang didasarkan pada alam semesta yang berasal dari
keadaan panas dan padat yang mengalami ledakan dahsyat dan mengembang.
Semua galaksi di alam semesta akan memuai dan menjauhi pusat ledakan. Pada
model Big Bang, alam semesta berasal dari ledakan sebuah konsentrasi materi
tunggal beberapa 1010 tahun yang lalu yang secara terus menerus berekspansi
sehingga pada keadaan yang lebih dingin (pergeseran merah galaksi) seperti
sekarang. Beberapa helium yang ditemui dalam bintang-bintang sekarang
kemungkinan berasal dari reaksi nuklir dalam bola api kosmik yang padat.
George Gamow (fisikawan) mengkaji model alam semesta ini dan menghitung
ledakan yang menghasilkan sejumlah besar letupan foton-foton. Ia memprediksi
foton ini, tergeser merah oleh ekspansi alam semesta yang diamati sekarang
sebagai foton-foton gelombang radio dan temperature 3 K merupakan penjelasan
yang baik sebagai radiasi latar (background radiation) yang ditemukan oleh Arno
Penzias dan Robert Wilson di Amerika tahun 1965.
b. Mode Keadaan Tunak
Meskipun model Big Bang ( Dentuman Besar) merupakan hipotesis yang
paling mungkin dalam mendiskusikan asal usul alam semesta, tetapi teori lain
juga telah diusulkan misalnya teori Keadaan Tunak (Steady State Theory) yang
diusulkan pada tahun 1948 oleh H. Bondi, T. Gold, dan F. Hoyle dari Universitas
Cambridge. Menurut teori ini, alam semesta tidak ada awalnya dan tidak akan
berakhir. Alam semesta selalu terlihat tetap seperti sekarang. Materi secara terusmenerus datang berbentuk atom-atom hidrogen dalam angkasa (space) yang
membentuk galaksi baru dan mengganti galaksi lama yang bergerak menjauhi
kita dalam ekspansinya.
Dalam model Keadaan Tunak (mantap), tidak ada bola api kosmik,
karenya radiasi latar (background radiation) bukan temperature 3K. Jika
identifikasi radiasi ini benar, maka hipotesa Keadaan Tunak (tetap) adalah salah.
Tetapi jika diperoleh penjelasan lan untuk radiasi 3K maka seluruh persoalan
(subject) dapat dibangkitkan kembali. Selama tahun 1960-an, dari astronomi
radio jelas terkesan bahwa densitas ruang (jumlah per kubik parsek) galaksi yang
mengemisikan radio lebih jauh jaraknya pada masa yang lalu daripada masa
sekarang. Tampaknya gagasan ini berbeda bahwa alam semesta selalu sama dan
rupanya menyimpang dari model Keadaan Tunak.
5

c. Model Osilasi
Teori Osilalsi menduga bahwa alam semesta tidak ada awal dan tidak ada
akhirnya. Dalam model Osilasi dikemukakan bahwa sekarang alam semesta
tidak konstan, melainkan berekspansi yang dimulai dengan dentuman besar (Big
Bang), kemudian beberapa waktu yang akan datang gravitasi mnegatasi efek
ekspansi ini sehingga alam semesta akan mulai mengempis (collapse), akhirnya
mencapai titik koalisensi (gabungan) asal dimana temperature dan tekanan tinggi
akan memecahkan semua materi ke dalam partikel-partikel elementer (dasar)
sehingga terjadi dentuman besar baru dan ekspansi mulai lagi.
Alam semesta mungkin telah memulai dalam sebuah dentuman besar (big
bang), atau mungkin berada dalam keadaan tetap atau dalam keadaan berosilasi.
Dalam setiap kasus, alam semesta sekarang ditandai dengan proses ekspansi dan
dipenuhi oleh radiasi yang mirip dengan radiasi yang diperkirakan dari Big
Bang. Jarak yang besar diantara galaksi membuat alam semesta makin kosong
(hampa), densitas materi di alam semesta secara rata-rata adalah sekitar 10 -30
gram per centimetre kubik atau dapat dikatakan bahwa dalam alam semesta
ditempati satu atom hidrogen untuk setiap 1,7 x 106 cm3 (1 x 105 inci3).

BAB II PEMBAHASAN
Astronomi berusaha untuk menjawab pertanyaan yang dilontarkan orang-orang ketika
memandang langit, yaitu Ada Apa di luar sana?. Alam semesta telah menggoda kita dengan
jawaban-jawaban yang mengagumkan, sekaligus membuat kita frustasi dengan pertanyaanpertanyaan yang mengagumkan.
Keseluruhan isi alam semesta bisa diringkas dalam konsep massa/energinya. ( Massa dan
energy dikenal sebagai sesuatu yang dapat ditukar satu sama lain melalui persamaan Albert
6

Einstein yang terkenal, yang telah menghubungkan keduanya: Energi = (massa)(kecepatan


cahaya)2, atau E= mc2). Tabel berikut menunjukkan perhitungan terakhir untuk isi massa/energi
seluruh alam semesta, beserta komentar singkat mengenai yang kita ketahui tentang setiap isinya.
Kandungan
Alam Semesta
Energi Gelap

Materi Gelap

% Massa/Energi
Alam Semesta

Komentar

73

Menyebabkan pengembangan alam semesta yang


makin cepat. Meski tak terlihat dan sifatnya belum
diketahui, efek kuat energy gelap telah
diperhatikan.

23

Juga belum diamati, tetapi materi gelap berperan


dalam rotasi cepat galaksi dan kelompokkelompok galaksi.

Bintang, galaksi, dan kelompok galaksi yang


terang diamati.

Materi Biasa
Neutrino
<1

Batas untuk massa totalnya telah dirancang, tetapi


nilai yang sebenarnya belum ditemukan.

Dampak penemuan ini cukup mengejutkan: Meskipun betul-betul tak terdeteksi, tetapi energy
gelap dan materi gelap dinyatakan menyusun 96% alam semesta.
Penelitian terbaru NASA (National Aeronautics and Space Administration) menyatakan
..The invisible majority consist of 27 percent dark matter and 68 percent dark energy. Both of
them are mysteries Perbedaan data tersebut disebabkan karena teknologi yang ada pada saat
ini sudah lebih canggih daripada yang terdahulu.
Telah ditemukan suatu alat yang diberinama DEAP-3600 yang dibuat oleh NASA. Alat
tersebut merupakan alat yang dirancang sebagai detector materi gelap, akan tetapi belum
sempurna, para astronom berharap alat tersebut dapat mendeteksi materi gelap tersebut sekecil
apapun (Timothy Ferris, 2012). Energi gelap dapat terdeteksi berdasarkan kondisi lingkungan
disekitarnya, yaitu cahaya yang tiba-tiba berbelok ketika melewati suatu ruang di luar
angkasa.Dan energi ini juga dapat diketahui ketika gaya gravitasinya yang besar
mendistorsikan penampakan galaksi lain.
Dengan keberadaan materi-materi tersebut, menyebabkan percepatan pengembangan alam
semesta. Para astronom telah memperkirakan teknik-teknik untuk mengukur kecepatan

pengembangan alam semesta dan perubahan jarak antar galaksi.


Herschel Space Observatory milik ESA yang bekerjasama dengan NASA, berhasil
mengungkap berapa banyak materi gelap yang dibutuhkan untuk membentuk galaksi baru yang
penuh bintang. Dalam pengamatannya, Herschel menemukan populasi galaksi yang diliputi
debu yang tidak membutuhkan jumlah materi gelap yang banyak seperti yang diduga
sebelumnya untuk mengumpulkan gas dan menyebabkan terjadinya ledakan pembentukan
bintang, Penemuan tersebut menjadi salah satu langkah penting untuk bisa memahami
bagaimana materi gelap yang merupakan substansi yang tidak tampak, berkontribusi dalam
proses
kelahiran
galaksi
massif
di
awal
alam
semesta.

Model pembentukan galaksi yang ada saat ini dimulai dengan akumulasi sejumlah besar materi
gelap. Gumpalan raksasa materi gelap ini berfungsi bak sumur yang mengumpulkan gas dan
debu yang dibutuhkan untuk membentuk galaksi. Saat campuran gas dan debu jatuh ke dalam
sumur, mereka akan berkondensasi dan memulai proses pendinginan, dan dimulailah ledakan
pembentukan bintang. Yang dilihat Herschel, laju pembentukan bintang pada galaksi-galaksi
muda yang ia amati pada jarak 10 11 milar tahun tersebut mencapai 100 1000 kali lebih
cepat dari laju pembentukan bintang di Bima Sakti saat ini. Saat bintang yang terbentuk sudah
cukup, maka sebuah galaksi baru pun lahir. (Avivah Yamani, 2011)
Struktur Alam Semesta

Christian Johann Doppler, menemukan prinsip Redshift pada tahun 1842.


Harlow Shapley, mengukur jarak ke sekumpulan gugus bola pada tahun 1917.
Hasil pengamatannya menunjukkan bahwa matahari bukan terletak
di
pusat galaksi.
Edwin Hubble, menggunakan asas Doppler melakukan percobaan
Redshift pada tahun 1929. Ia mendapatkan bahwa galaksi-galaksi
yang jauh bergeser ke arah panjang gelombang merah, pergeseran
semakin bertambah dengan semakin jauhnya galaksi.

Persamaan Hubble

v =H X d
Dengan: v = Kecepatan Objek
H = Konstanta Hubble ( 70 km/s/Mpc)

d = jarak objek dari bumi


Konstanta Hubble menggambarkan nilai atau tingkat pemuaian alam semesta. Nilainya
tidak konstan, tergantung ketelitian pengukuran dan kecanggihan teknologi yang dipakai.
Kosmologi Modern

Dasar : Hasil Pengamatan astronomi, konsep fisika (missal: mekanika kuantum) dan
filsafat. Alam Semesta dalam skala besar adalah isotropik/uniform dan homogen.
Tujuan : Memahami asal-usul, kelakuan, dan nasib alam semesta.
Pada Tahun 1905, Einstein mengemukakan Relativitas Khusus, yang sebagian besar
menambahkan konstanta c.
Tahun 1915, Einstein mengemukakan General Relativity, kehadiran materi
menentukan kelengkungan kemudian geraknya diatur oleh kelengkungan ruang itu.

Paradoks Olbers
Bila ruang angkasa tak terbatas dan bintang-bintang tersebar di dalam ruang tersebut.
Mengapa langit malam begitu gelap dan kelam?.
Penjelasannya: Cahaya dari bintang-bintang yang banyak sekali itu hanya sedikit yang sampai
ke Bumi karena jarak antar bintang ke Bumi semakin menjauh dari waktu ke waktu (sesuai
dengan konsep alam semesta yang mengembang) (Hans Gunawan, 2005).

Usia Alam Semesta


Usia alam semesta merupakan seperkonstanta Hubble :
T=

1
H

Dengan : T = umur alam semesta


H = Komstanta Hubble
Efek Doppler
Vr
=

c
Dengan :

= Perubahan panjang gelombang yang diamati

= Panjang gelombang standard

Vr

= Kecepatan radial Objek

c = Kecepatan cahaya (300.000 km/s)

Kecepatan radial dapat diperoleh apabila sudah mengetahui kecepatan tangensial suatu
bintang. Kecepatan radial tidak bisa teramati secara visual karena kecepatannya searah arah
pandang mata.
Hubungannya yaitu:
V t =4,74 d
Dengan:

Vt

= Kecepatan tangensial bintang (dalam km/s)

= laju gerak diri/proper motion (dalam /tahun)

= jarak bintang (dalam parsek)

Atau persamaan diatas dapat diubah ke dalam bentuk:


V t =4,74

Dengan p adalah sudut paralaks bintang ( dalam )


Kemudian

Vr

dapat dicari melalui persamaan :

v = V t ++V r

Mengukur jarak bintang

10

Alam semesta ini berisi sekumpulan benda yang luar biasa banyaknya (bayangkan
jumlahnya miliaran dan miliaran). Berawal dari pertanyaan, seberapa jauhkah sebuah
bintang?. Ketika kita menatap bintang diatas sana, persepsi biasa kita tentang kedalaman telah
menipu kita. Semua bintang terlihat pada jarak yang sama, yaitu jauh. Planet-planet dan
bintang-bintang begitu jauh, sehingga tampaknya semua terletak pada jarak yang sama. Itulah
mengapa langit terlihat seperti kubah diatas kepala kita.
Karena kedua mata kita melihat sebuah benda dari posisi yang sedikit berbeda, setiap mata
melihat di sepanjang garis pandangnya sendiri. Fenomena ini disebut paralaks, dan para
pengukur menggunakannya untuk menentukan jarak dengan teliti.
Mungkin tampak mengejutkan, kemudian, bahwa teknik astronomi yang paling sederhana
untuk menentukan jarak benda-benda angkasa berdasarkan pada paralaks. Begini cara
kerjanya. Jika bintang yang sama diamati di awal dan akhir selang enam-bulanan, maka
bintang tersebut dilihat dari dua garis pandang yang berbeda (seperti kedua mata kita melihat
benda jauh dari dua sudut pandang yang berbeda). Mengukur sudut antara kedua garis pandang
ini diameter orbit Bumi mengelilingi Matahari, membuat kita bis menghitung jarak bintang
dengan trigonometri. Langkah ini pertama kali diempurnakan oleh astronom Jerman,
Friederich Bessel pada tahun 1938, saat ia menghitung jarak bintang bernama 61 Cygni.
Teknik pengukuran jarak ini menghasilkan dasar untuk menentukan satuan jarak yang
paling sering digunakan dalam astronomi, yaitu parsek, disingkat pc. Bintang yang sudut
paralaksnya 1 detik busur (60 detik dalam 1 menit, 60 detik dalam 1 derajat, 360 derajat dalam
lingkaran penuh) yang dilihat secara terpisah dalam 6 bulan disebut berjarak 1 parsek. Bintang
terdekat kita, Alpha Centauri (sebenarnya merupakan satu sistem dari tiga bintang), jaraknya
sedikit lebih dari 1 parsek. Jika kita terbang ke Alpha Centauri dengan kecepatan supersonic,
perjalanan itu akan membutuhkan waktu lebih dari satu juta tahun. Bahkan cahaya sekalipun,
dengan kecepatannya yang mencengangkan, membutuhkan lebih dari empat tahun untuk
sampai disana.
Terdapat lebih dari 300 bintang yang jaraknya 10 parsek dari Bumi, sehingga kita bisa
mengukur jarak para tetangga terdekat kita dengan paralaks. Karena bintang yang jauh
memiliki sudut paralaks yang lebih kecil, batasnya adalah 100 parsek, di luar ini sudutnya akan
terlalu kecil untuk diukur dengan teliti. Jadi, bintang-bintang dan galaksi yang jauhnya ribuan
parsek (disebut kiloparsek, kpc) atau jutaan parsek (disebut Megaparsek, Mpc) terlalu jauh
untuk diukur jaraknya dengan paralaks.
Menentukan Kecepatan Galaksi

11

Untuk memahami prestasi luar biasa Hubble dibutuhkan pandangan terhadap fenomena
yang telah akrab di dalam konteks yang berbeda. Bayangkan ketika kita sedang mengendarai
mobil di jalan raya, memikirkan urusan kita sendiri. Tiba-tiba kita mendengar suara dibelakang
dan melihat lewat kaca spion. Dan jelas, sebuah mobil dengan sirine meraung-raung
dibelakang.
Kita melirik ke penunjuk kecepatan. Kecepatan kita berada dalam batas yang kecepatan
sekarang, tetapi bagaimana dengan satu mil sebelumnya, atau lebih, ketika kita melewati mobil
polisi itu? Namun kita sangat lega karena mobil polisi tersebut melewati kita. Ini bukanlah
sekedar imajinasi, ini fenomena nyata, yang disebut efek Doppler. Ketika gelombang suara
dikeluarkan oleh sumber bergerak, frekuensi yang didengar oleh penerima yang diam berbeda
dengan frekuensi yang dikeluarkan; jika sumber suara mendekati penerima, nada suara lebih
tinggi; ketika sumbersuara menjauhi penerima, nada suara lebih rendah. Kita mendengar pola
nada tinggi dan nada rendah yang sama ketika kereta api lewat, atau dalam balap mobil, atau
pesawat terbang. Semakin cepat sumber suara bergerak, ingsutan frekuensi makin terasa jelas.
Efek Doppler juga berlaku pada cahaya. Jika sebuah sumber cahaya mendekati pengamat,
cahaya digeser ke frekuensi yang lebih tinggi dalam spectrum. Ini disebut sebagai ingsutan
biru. Jika sumber cahaya menjauh, cahaya digeser ke frekuensi yang lebih rendah, dan disebut
ingsutan merah. Karena percobaan kita tidak meliputi kecepatan yang luar biasa besar, maka
efek Doppler untuk cahaya tidak dijelaskan. Namun para ilmuwan yang menggunakan alat-alat
spektroskopi untuk mengukur jumlah ingsutan frekuensi, bisa mengukur kecepatan sumber
cahaya. Di Bumi, prakiraan cuaca menggunakan radar Doppler untuk mendapatkan kecepatan
bagian frontal sistem; dan polisi menggunakannya untuk mengetahui seberapat cepat
mengemudi. Bila diterapkan pada Astronomi, efek Doppler memungkinkan penentuan
kecepatan bintang, atau bahkan seluruh galaksi.

12

BAB III KESIMPULAN


Dark Energy atau energi gelap merupakan salah satu materi yang terkandung di alam
semesta, keberadaan energi tersebut menyebabkan pengembangan alam semesta makin cepat.
Energi gelap tersebut dapat dideteksi dengan menggunakan sebuah detektor materi gelap. Energi
tersebut dapat dideteksi karena keberadaannya dapat membuat cahaya yang diemisikan oleh
galaksi lain menuju galaksi lain membelok (terdistorsi) .
Selain energi gelap, yang terkandung di alam semesta ini ada materi gelap, materi biasa
dan neutrino yang masing-masing memiliki peran di alam semesta dengan jumlah yang berbedabeda.
Untuk dapat mengukur jarak dan kecepatan pengembangan cahaya, dapat digunakan asas
Doppler dan hukum Hubble dimana tergantung dari perubahan jarak suatu bintang/galaksi,
apakah jarak tersebut mengalami pergeseran merah (menjauh) ataukah pergeseran biru
(mendekat)berdasarkan pergeseran-pergeseran tersebut dapat disimpulkan bahwa alam semesta
ini tidak diam melainkan terus mengembang.

13

DAFTAR PUSTAKA
a. Sumber Buku

Hadi, Sutrio dan Nilam Permata. 2010. Kamu Bisa Jadi Ilmuwan. Jakarta: Nobel Edumedia
HK. Bayong Tjasyono.2008. Ilmu Kebumian dan Antariksa. Bandung: Rosda Karya.
Wiggins, Arthur W. dan Charles M.Wynn. 2004 . Lima Masalah Terbesar Sains yang Belum
Terpecahkan. Bandung: Pakar Raya.
b. Sumber Pdf

Gunawan, Hans.2005.Belajar Astronomi. Jakarta: SMAK I BPK Penabur Jakarta


c. Sumber Majalah

National Geographic. 2014. The Book Of First : A History Shaped by Dark Forces. Hal.104-122.
d. Sumber Internet

www.langitselatan.com. 2011. Jumlah Materi Gelap Untuk Pembentukkan Bintang dalam


Galaksi. Diakses tanggal 29 Desember 2014 20:16.

14

Anda mungkin juga menyukai