Anda di halaman 1dari 24

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Manusia, hewan, dan tumbuhan hidup dipermukaan bumi yang sangat
luas. Bumi yang kita tempati ini merupakan planet ketiga dalam tata surya.
Tata surya yang terdiri dari matahari, planet-planet, satelit-satelit, komet,
meteor, dan asteroid hanyalah satu dari jutaan bintang yang bergabung dalam
suatu kelompok yang dikenal dengan nama galaksi. Dalam alam semesta ini
terdapat ribuan galaksi dengan jarak yang besar dan masing-masing
berukuran besar pula. Galaksi kita, yaitu tempat dengan matahari sebagai
salah satu anggotanya dinamakan galaksi Bima sakti yang dalam bahasa
inggrisnya disebut Milky Way.
Bumi adalah planet tempat tinggal seluruh makhluk hidup beserta
isinya. Sebagai tempat tinggal makhluk hidup, bumi tersusun atas beberapa
lapisan bumi, bahan-bahan material pembentukbumi, dan seluruh kekayaan
alam yang terkandung di dalamnya. Bentuk permukaan bumi berbeda-beda,
mulai dari daratan, lautan, pengunungan, perbukitan, danau, lembah dan
sebagainya. Bumi sebagai salah satu planet yang termasuk dalanm sistem tata
surya di alam semesta ini tidak diam sseperti apa yang kita perkirakan selama
ini, melainkan bumi melakukan perputaran pada porosnya (rotasi) dan
bergerak mengelilingi matahari (revolusi) sebagai pusat sistem tata surya. Hal
inilah yan menyebabkan terjadinya siang malam dan pasang surut air laut.
Oleh karena itu, proses terbentuknya bumi tidak terlepas dari proses
terbentuknya tata surya kita.
Bagaimana konsepsi para ilmuwan tentang peciptaan jagad raya dan
pemikiran apa yang melandasinya? konsepsi itu berubah-ubah sepanjang
sejarah, bergantung pada tingkat kecanggihan alat-alat observasinya, dan
bergantung pada tingkat kemajuan fisika itu sendiri. Konsepsi yang mereka
kemukakan bahwa jagad raya ini tidak terbatas dan besarnya tidak terhingga,
konsepsi ini berasal dari Newton. Konsepsi mereka yang lain adalah bahwa

1
2

alam ini tidak berubah keadaannya sejak waktu tak terhingga lamanya sampai
masa yang akan datang. Dalam makalah ini penulis akan mencoba membahas
tentang sejarah pembentukan alam semesta beserta Bumi yang ada di
dalamnya.

1.2. Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yaitu :
1. Bagaimanakah teori-teori pembentukan Alam Semesta?
2. Bagaimanakah teori-teori pembentukan Bumi?
3. Bagaimanakah sejarah perkembangan Bumi?
4. Bagaimanakah struktur dan lapisan bumi?
5. Bagaimanakah materi-materi penyusun bumi?

1.3. Tujuan
Adapun tujuan yaitu :
1. Untuk mengetahui teori-teori pembentukan Alam Semesta.
2. Untuk mengetahui teori-teori pembentukan Bumi.
3. Untuk mengetahui sejarah perkembangan Bumi.
4. Untuk mengetahui struktur dan lapisan bumi.
5. Untuk mengetahui materi-materi penyusun bumi.

2
3

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Teori-Teori Pembentukan Alam Semesta


Terdapat berbagai macam teori-teori pembentukan alam semesta yang
akan diuraikan lebih lanjut sebagai berikut :
a. Teori Steady State
Teori ini berpendapat bahwa materi yang hilang melalui resesi
galaksi-galaksi, karena pengembungan alam yang berlangsung terus
menerus digantikan oleh materi yang baru saja tercipta sehingga alam
semesta yang terlihat tetap berada dalam keadaan tidak berubah (stady
state), artinya bahwa materi secara terus menerus tercipta diseluruh alam
semesta. Teori ini sama sekali tidak menyebut peristiwa awal yang bersifat
khusus pada waktu atau ruang. Tidak ada awal maupun akhir karena
materi diperbarui secara terus menerus di satu tempat sementara di tempat
lain dihancurkan.
b. Teori Ekspansi dan Kontraksi
Teori ini berpendapat bahwa ada suatu siklus di jagat raya. Satu
siklus mengalami satu masa ekspansi dan satu masa kontraksi. Satu siklus
diperkirakan berlangsung selama 30 milyar tahun. Dalam masa ekspansi
terbentuklah galaksi-galaksi serta bintang-bintang di dalamnya. Ekspansi
ini diakibatkan oleh adanya reaksi inti hydrogen yang pada akhirnya
membentuk unsur-unsur lain yang komplek. Pada masa kontraksi, galaksi-
galaksi dan bintang-bintang yang telah terbentuk meredup dan unsur-unsur
yang telah terbentuk menyusut dengan mengeluarkan tenaga berupa panas
yang sangat tinggi. Disebut juga Oscillating Theory (teori mengembang
dan memampat).
c. Teori Big Bang
Teori ini mengasumsikan sekitar 15 milyar tahun lalu dimulai dari
ledakan yang dahyat dan dilanjutkan dengan pengambangan alam semesta.
Point penting dari semua peristiwa ini adalah waktu, materi, energi dan

3
4

ruang merupakan satu keterpaduan. Kejadian ini bukan ledakan biasa


tetapi cukup memenuhi semua peristiwa dari ruang dengan semua partikel
yang menjadi embrio alam semesta yang mendesak keluar dari masing-
masing yang lain. Konsekuensi alami dari Teori Big Bang yaitu pada masa
lampau alam semesta punya suhu yang jauh lebih tinggi dan kerapatan
yang jauh lebih tinggi. Hasil dari ledakan ini berkondensasi membentuk
benda-benda langit seperti yang ada sekarang. Pengembangan alam yang
teramati ini merupakan kelanjutan dari proses ini. Teori berkonsentrasi
pada peristiwa spesifik sebagai “awal‟ alam semesta dan menampilkan
suatu evolusi progresif sejak titik itu hingga sekarang. Selama satu abad
terakhir, serangkaian percobaan, pengamatan, dan perhitungan yang
dilakukan dengan menggunakan teknologi mutakhir, telah
mengungkapkan tanpa ragu bahwa alam semesta memiliki permulaan.
Para ilmuwan telah memastikan bahwa alam semesta berada dalam
keadaan yang terus mengembang. Dan mereka telah menyimpulkan
bahwa, karena alam semesta mengembang, jika alam ini dapat bergerak
mundur dalam waktu, alam semesta ini tentulah memulai
pengembangannya dari sebuah titik tunggal. Sungguh, kesimpulan yang
telah dicapai ilmu pengetahuan saat ini adalah alam semesta bermula dari
ledakan titik tunggal ini. Ledakan ini disebut “Dentuman Besar” atau Big
Bang.

2.2. Teori-Teori Pembentukan Bumi


Terdapat berbagai macam teori-teori pembentukan bumi yang akan
diuraikan lebih lanjut sebagai berikut :
a. Teori oleh Georges-Louis Leclerc
Pada tahun 1778 ahli ilmu alam Prancis Georges-Louis Leclerc,
Comte de Buffon, mengemukakan bahwa dahulu kala terjadi tumbukan
antara matahari dengan sebuah komet yang menyebabkan sebagian massa
matahari terpental keluar. Massa yang terpental inilah yang menjadi planet
(Wikipedia, 2015).

4
5

b. Teori Kabut oleh Imanuel Kant (1724-1804) pada tahun 1755 dan
Piere Simon LaPlace (1749-1827) pada tahun 1796
Teori kabut dikemukakan oleh dua orang ilmuwan yaitu Imanuel
Kant (1724-1804) seorang ahli filsafat bangsa Jerman dan Piere Simon
LaPlace (1749-1827) ahli astronomi bangsa Perancis. Kant
mengemukakan teorinya tahun 1755, sedangkan LaPlace mengemukakan
pada tahun 1796 dengan nama Nebular Hypothes (Gombez, 2012).

Gambar 1. Penggambaran Teori Kabut menurut Kant


Menurut Kant, pada awalnya alam raya merupakan gumpalan
kabut (nebula) yang mengandung debu dan gas, terutama gas helium dan
hidrogen. Kabut bergerak dan berputar dengan kecepatan yang sangat
lambat sehingga lama kelamaan suhunya menurun dan massanya
terkonsentrasi. Kemudian perputarannya menjadi lebih cepat sehingga
membentuk sebuah cakram dengan massa terpusat di tengah-tengah
cakram. Perputaran yang semakin cepat menyebabkan terbentuk cincin
atau gelang-gelang gas yang memisahkan diri dari bagian luar cakram
sehingga terbentuk suatu cakram yang mengandung sedikit kabut di
bagian tengah dan beberapa lapis cincin di sekelilingnya. Cincin-cincin
kemudian memadat dan membeku sehingga terbentuk planet-planet,
sedangkan massa pada bagian pusat membeku membentuk matahari
(Gombez, 2012).

5
6

Menurut LaPlace, tata surya berasal dari kabut panas yang berpilin
membentuk bola besar. Kemudian terjadi proses pendinginan dan
pengkerutan sehingga bola mengecil membentuk cakram yang berputar
makin cepat. Selanjutnya sebagian massa gas pada bagian luar cakram
menjauh dari gumpalan intinya dan membentuk cincin-cincin. Cincin ini
kemudian membentuk gumpalan padat sehingga terbentuklah planet-plenet
dan satelit, sedangkan bagianmassa gas yang ditinggalkan di bagian pusat
piringan pada inti membentuk matahari. Pada akhir abad ke-19 teori kabut
disanggah oleh beberapa ahli seperti James Clerk-Maxwell yang
memberikan kesimpulan bahwa, bila bahan pembentuk planet terdistribusi
disekitar matahari membentuk suatu cakram atau suatu piringan, maka
gaya yang disebabkan oleh perbedaan perputaran (kecepatan anguler) akan
mencegah terjadinya pembekuan planet. Pada abad ke-20 percobaan
dilakukan untuk membuktikan terbentuknya cincin-cincin LaPlace,
menunjukkan bahwa medan magnet dan medan listrik matahari telah
merusak proses pembekuan batu-batuan. Jadi tidak ada alasan yang kuat
untuk menyatakan bahwa cincin gas dapat membeku membentuk planet
(Gombez, 2012).
c. Teori Apungan oleh Alfred Lothar Wegener (1912)
Ia mengemukakan teori yang disebut “Apungan dan Pergeseran
Benua-Benua” pada tahun 1912 dihadapan perhimpunan ahli geologi di
Frankfurt Jerman. Teori tersebut dipopulerkan pertama kalinya dalam
bentuk buku pada tahun 1915 yang berjudul Dje Ensfehung der
Konfjnenfe und Ozeane (Asal Usul Benua dan Lautan). Buku tersebut
menimbulkan kontroversi besar di lingkungan ahli-ahli geologi, dan baru
mereda pada tahun enampuluhan setelah teori Apungan Benua dari
Wegener ini semakin banyak mendapatkan dukungan (Geopustaka, 2012).
Wegener mengemukakan teori tersebut dengan pertimbangan
sebagai berikut (Geopustaka, 2012) :
(1) Terdapat kesamaan yang mencolok antara garis kontur pantai
timur benua

6
7

Amerika Utara dan Selatan dengan garis kontur pantai barat Eropa dan
Afrika. Kesamaan pola garis kontur pantai tersebut menunjukkan
bahwa sebenarnya Benua Amerika Utara dan Selatan serta Eropa dan
Afrika dahulu adalah daratan yang berimpitan. Berdasarkan fakta
bahwa formasi geologi di bagian-bagian yang bertemu ini mempunyai
kesamaan (Geopustaka, 2012).
Keadaan ini telah dibuktikan kebenarannya. Formasi geologi di
sepanjang pantai Afrika Barat dari Sierra Leone sampai tanjung Afrika
Selatan sama dengan formasi geologi yang ada di pantai Timur Afrika,
dari Peru sampai Bahia Blanca (Geopustaka, 2012).
(2) Benua-benua yang ada sekarang ini, dahulunya adalah satu benua
yang disebut Benua Pangea
Benua Pangea tersebut pecah karena gerakan benua besar si seltan baik
ke arah barat maupun ke arah utara menuju khatulistiwa. Daerah
Greeland sekarang ini bergerak menjauhi daratan Eropa dengan
kecepatan 36 m/tahun, sedangkan Kepulauan Madagaskar menjauhi
Afrika Selatan dengan kecepatan 9 m/tahun. Dengan peristiwa tersebut
maka terjadilah hal-hal sebagai berikut (Geopustaka, 2012):
 Bentangan-bentangan samudra dan benua-benua mengapung
sendiri-sendiri.
 Samudra Antlantik menjadi semakin luas karena benua
Amerika masih terus bergerak ke arah barat, sehingga terjadi
lipatan-lipatan kulit bumi yang menjadi jajaran pegunungan
utara-selatan, yang terdapat di sepanjang pantai Amerika Utara
dan Selatan.
 Aktivitas seismik yang luar biasa di sepanjang Pahatan St.
Andreas, di dekat pantai barat Amerika Serikat.
 Batas Samudra Hindia semakin mendesak ke utara. Anak benua
India semakin menyempit dan semakin mendekati ke Benua
Eurasia, sehingga menimbulkan lipatan Pegunungan Himalaya.

7
8

Pergerakan benua-benua sampai sekarang pun masih berlangsung, hal


ini dibuktikan dengan makin melebarnya celah yang terdapat di alur-
alur dalam samudra (Geopustaka, 2012).
d. Teori Kontraksi oleh Descartes
Teori ini dikemukakan pertama kali oleh Descrates (1596-1650). Ia
menyatakan bahwa bumi semakin lama semakin susut dan mengerut
disebabkan terjadinya proses pendinginan sehingga di bagian
permukaanya terbentuk relief berupa gunung, lembah, dan dataran
(Geopustaka, 2012).
Teori Kontraksi didukung pula oleh James Dana (1847) dan Elie de
Baumant (1852). Keduanya berpendapat bahwa bumi mengalami
pengerutan karena terjadinya proses pendinginan pada bagian dalam bumi
yang mengakibatkan bagian permukaan bumi mengerut membentuk
pegunungan dan lembah-lembah (Geopustaka, 2012).
e. Teori Bintang Kembar oleh Fred Hoyle (1915-2001) pada tahun 1956
Menurut teori bintang kembar, awalnya ada dua buah bintang yang
berdekatan (bintang kembar), salah satu bintang tersebut meledak dan
berkeping-keping. Akibat pengaruh gravitasi dari bintang kedua, maka
keping-keping ini bergerak mengelilingi bintang tersebut dan berubah
menjadi planet-planet. Sedangkan bintang yang tidak meledak adalah
matahari. Teori ini mempunyai kelemahan karena berdasarkan analisis
matematis yang dilakukan oleh para ahli menunjukan bahwa momentum
anguler dalam sistem tata surya yang ada sekarang ini tidak mugkin
dihasilkan oleh peristiwa tabrakan dua buah bintang (Gombez, 2012).
f. Teori Ledakan Maha Dahsyat ( Big Bang) George Gamow, Ralph
Alpher dan Robert Herman Pada tahun 1948
Pendapat kaum materialis yang berlaku selama beberapa abad
hingga awal abad ke-20 menyatakan, bahwa alam semesta memiliki
dimensi tak terbatas, tidak memiliki awal, dan akan tetap ada untuk
selamanya. Menurut pandangan ini yang disebut ”model alam semesta

8
9

yang statis”, alam semesta tidak memiliki awal maupun akhir (Gombez,
2012).
Dengan memberikan dasar bagi filosofi materialis, pandangan ini
menyangkal adanya Sang Pencipta, dengan menyatakan bahwa alam
semesta ini adalah kumpulan materi yang kostan, stabil, dan tidak
berubah-ubah. Namun perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
abad ke-20 menghancurkan konsep-konsep primitif seperti model-model
alam yang stasis (Gombez, 2012).
Pada awal abad ke-21 melalui sejumlah percobaan, pengamatan,
dan perhitungan, fisikamodern telah mencapai kesimpulan bahwa
keseluruhan alam semesta, beserta dimensi materi dan waktu, muncul
menjadi ada sebagai hasil dari suatu ledakan raksasa yang terjadi dalam
sekejap (Gombez, 2012).
Alam pada saat itu belum merupakan materi tetapi pada suatu
ketika berubah menjadi materi yang sangat kecil dan padat, massanya
sangat berat dan tekanannya besar, karena adanya reaksi inti kemudian
terjadi ledakan hebat. Massa itu kemudian berserak dan mengembang
dengan sangat cepat menjauhi pusat ledakan dan membentuk kelompok-
kelompok dengan berat jenis yang lebih kecil dan terus bergerak, menjauhi
titik pusatnya (Gombez, 2012).
Dentuman besar itu terjadi ketika seluruh materi kosmos keluar
dengan kerapatan yangsangat besar dan suhu yang sangat tinggi dari
volume yang sangat kecil. Alam semesta lahir dari singularitas fisis
dengan keadaan ekstrem. Teori Big Bang ini semakin menguatkan
pendapat bahwa alam semesta ini pada awalnya tidak ada tetapi kemudian
sekitar 12 milyar tahun yang lalu tercipta dari ketiadaan (Gombez, 2012).
Peristiwa ini dikenal dengan Ledakan Maha Dahsyat ”Big Bang”,
membentuk keseluruhan alam semesta sekitar 15 milyar tahun yang lalu.
Jagat raya tercipta dari suatuketiadaan sebagai hasil dari ledakan satu titik
tunggal. Pada awalnya alam semesta ini berupa satu massa maha padat.
Massa mahapadat ini dapat dianggap satu atom mahapadat dengan ukuran

9
10

maha kecil yang kemudian mengalami reaksi radioaktif dan akhirnya


menghasilkan ledakan maha dahsyat (Gombez, 2012).
Pada tahun 1948, Gerge Gamow muncul dengan gagasan tentang
Big Bang. Ia mengatakan bahwa setelah pembentukan alam semesta
melalui ledakan raksasa, sisa radiasi yang ditinggalkan oleh ledakan ini
haruslah ada di alam. Selain itu, radiasi ini haruslah tersebar merata di
segenap penjuru alam semesta. Bukti yang ’seharusnya ada’ ini pada
akhirnya diketemukan. Pada tahun 1965, dua peneliti bernama Arno
Penziaz dan Robert Wilsonmenemukan gelombang ini tanpa sengaja.
Radiasi ini, yang disebut ‘radiasi latar kosmis’, tidak terlihat memancar
dari satu sumber tertentu, akan tetapi meliputi keseluruhan ruang angkasa.
Demikianlah, diketahui bahwa radiasi ini adalah sisa radiasi peninggalan
dari tahapan awal peristiwa Big Bang. Penzias dan Wilson dianugerahi
hadiah Nobel untuk penemuan mereka (Gombez, 2012).
Pada tahun 1989, NASA mengirimkan satelit COBE (Cosmic
Background Explorer). COBE ke ruang angkasa untuk melakukan
penelitian tentang radiasi latar kosmis. Hanya perlu 8 menit bagi COBE
untuk membuktikan perhitungan Penziaz dan Wilson. COBE telah
menemukan sisa ledakan raksasa yang telah terjadi di awal pembentukan
alam semesta. Dinyatakan sebagai penemuan astronomi terbesar sepanjang
masa, penemuan ini dengan jelas membuktikan teori Big Bang (Gombez,
2012).
Bukti penting lain bagi Big Bang adalah jumlah hidrogen dan
helium di ruang angkasa. Dalam berbagai penelitian, diketahui bahwa
konsentrasi hidrogen-helium di alam semesta bersesuaian dengan
perhitungan teoritis konsentrasi hidrogen-helium sisa peninggalan
peristiwa Big Bang. Jika alam semesta tak memiliki permulaan dan jika ia
telah ada sejak dulukala, maka unsur hidrogen ini seharusnya telah habis
sama sekali dan berubah menjadi helium. Kalangan ilmuwan modern
menyetujui bahwa Big Bang merupakan satu-satunya penjelasan masuk
akal dan yang dapat dibuktikan mengenai asal mula alam semesta dan

10
11

bagaimana alam semesta muncul menjadi ada. Sebelum Big Bang, tak ada
yang disebut sebagai materi. Dari kondisi ketiadaan, di mana materi,
energi, bahkan waktu belumlah ada, dan yang hanya mampu diartikan
secara metafisik, terciptalah materi, energi dan waktu. Segala bukti
meyakinkan ini menyebabkan teori Big Bang diterima oleh masyarakat
ilmiah. Model Big Bang adalah titik terakhir yang dicapai ilmu
pengetahuan tentang asal muasal alam semesta. Begitulah, alam semesta
ini telah diciptakan oleh Allah Yang Maha Perkasa dengan sempurna
tanpa cacat (Gombez, 2012).
g. Teori Konveksi oleh Arthur Holmes dan Harry H
Menurut Teori Konveksi yang dikemukakan oleh Arthur Holmes
dan Harry H. Hess dan dikembangkan lebih lanjut Robert Diez,
dikemukakan bahwa di dalam bumi yang masih dalam keadaan panas dan
berpijar terjadi arus konveksi ke arah lapisan lava sampai ke permukaan
bumi di mid oceanic ridge (punggung tengah samudra), lava tersebut akan
membeku membentuk lapisan kulit bumi yang baru sehingga menggerser
dan menggantikan kulit bumi yang lebih tua (Geopustaka, 2012).
Bukti dari adanya kebenaran teori ini ysitu terdapatnya mid
oceanic, seperti mid Atlantik Ridge, dan Pasific-Atlantik Ridge di
permukaan bumi. Bukti lainnya didasarkan pada penelitian umur dasar laut
yang membuktikan semakin jauh dari punggung tengah samudra, umur
batuan semakin tua. Artinya, terdapat gerakan yang berasal dari mid
oceanic ridge ke arah yang berlawanan disebabkan oleh adanya arus
konveksi dari lapisandi bawah kulit bumi (Geopustaka, 2012).
h. Teori Planetisimal Hypothesis
Di kemukakan oleh, Forest Ray Moulton, seorang ahli astronomi
Amerika bersama rekannya T.C Chamberlain, seorang ahli geologi, yang
mengatakan matahari terdiri dari massa gas bermassa besar sekali, pada
suatu saat didekati oleh sebuah bintang lain yang melintas dengan
kecepatan tinggi di dekat matahari. Pada waktu bintang melintas di dekat
matahari dan jarak keduanya relatif dekat, maka sebagian massa gas

11
12

matahari ada yang tertarik ke luar akibat adanya gravitasi dari bintang
yang melintas tersebut. Sebagian dari massa gas yang tertarik ke luar ada
yang pada lintasan bintang dan sebagian lagi ada yang berputar
mengelilingi matahari karena gravitasi matahari. Setelah bintang melintas
berlalu, massa gas yang berputar mengelilingi matahari menjadi dingin
dan terbentuklah cincin yang lama-kelamaan menjadi padat dan disebut
planetisimal. Beberapa planetisimal yang terbentuk akan saling tarik -
menarik dan bergabung menjadi satu dan pada akhirnya membentuk
planet, termasuk Bumi (Wikipedia, 2015).
i. Teori Tidal
Dua orang ilmuwan Inggris, James Jeans dan Harold Jeffreys, pada
tahun 1918 mengemukakan teori tidal. Mereka mengatakan pada saat
bintang melintas di dekat matahari, sebagian massa matahari tertarik ke
luar sehingga membentuk semacam [cerutu]. Bagian yang membentuk
cerutu ini akan mengalami pendinginan dan membentuk planet - planet,
yaitu Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Yupiter, Saturnus, Uranus, dan
Neptunus (Wikipedia, 2015).
j. Teori Kuiper
Gerald P. Kuiper mengemukakan bahwa pada mulanya ada nebula
besar berbentuk piringan cakram. Pusat piringan adalah protomatahari,
sedangkan massa gas yang berputar mengelilingi promatahari adalah
protoplanet. Dalam teorinya, dia juga memasukkan unsur - unsur ringan,
yaitu hidrogen dan helium. Pusat piringan yang merupakan protomatahari
menjadi sangat panas, sedangkan protoplanet menjadi dingin. Unsur
ringan tersebut menguap dan mulai menggumpal menjadi planet – planet
(Wikipedia, 2015).
k. Teori Whipple
Fred L. Whipple, seorang ahli astronom Amerika mengemukakan
pada mulanya tata surya terdiri dari gas dan kabut debu aneh yang
mengandung nitrogen yang sedikit kosmis yang berotasi membentuk
semacam piringan. Debu dan gas yang berotasi menyebabkan terjadinya

12
13

pemekatan massa dan akhirnya menggumpal menjadi padat, sedangkan


kabutnya hilang menguap ke angkasa. Gumpalan yang padat saling
bertabrakan dan kemudian membentuk planet – planet (Wikipedia, 2015).

2.3. Sejarah Perkembangan Bumi


a. Arkaekum (Zaman Tertua)
Zaman arkaekum diperkirakan telah berusia 2500 juta tahun.
Zaman arkaekum memiliki ciri-ciri kulit bumi yang masih panas dan
belum stabil, hal ini karena masih memiliki temperatur yang sangat tinggi.
Pada zaman arkaekum diperkirakan belum adanya tanda-tanda kehidupan.
Bumi masih dalam suatu proses pembentukan menjadi padat.
b. Paleozoikum (Zaman Kehidupan Tertua)
Zaman paleozoikum diperkirakan telah berusia 340 juta tahun.
Pada zaman paleozoikum, bumi masih belum stabil serta masih terus
menerus berubah-ubah (bumi perlahan berangsur-angsur menjadi dingin),
namun sudah mulai adanya tanda-tanda kehidupan. Tanda-tanda
kehidupan yaitu adanya makhluk hidup bersel satu atau mikroorganisme.
Pada akhir zaman paleozoikum telah muncul berbagai jenis reptil
sederhana seperti kura-kura. Tumbuhan yang muncul adalah jenis paku-
pakuan. Zaman paleozoikum juga disebut zaman primer atau zaman
pertama.
c. Mesozoikum (Zaman Kehidupan Pertengahan)
Zaman mesozoikum diperkirakan berusia sekitar 140 juta tahun
dan disebut juga sebagai zaman sekunder atau zaman kedua. Zaman
mesozoikum mulai ditandai dengan terbentuknya cekungan laut atau
geosinklinal yang terisi oleh endapan yang tebal serta meluasnya
tumbuhan berjenis paku-pakuan. Pada zaman mesozoikum, iklim semakin
membaik, walaupun suhu terkadang masih berubah-ubah, curah hujan
sudah mulai berkurang, sungai besar dan danau banyak yang mengalami
kekeringan, muncul pohon-pohon besar dan hewan yang banyak hidup di
darat. Munculnya reptil yang sangat besar seperti dinosaurus (12 meter),

13
14

tiranosaurus (30 meter), serta ada pula yang memiliki sayap dan mampu
terbang. Oleh karena itu, zaman mesozoikum disebut juga sebagai zaman
reptil. Pada akhir dari zaman mesozoikum, hewan berjenis mamalia sudah
ada.
d. Neozoikum (Zaman Kehidupan Baru)
Zaman neozoikum diperkirakan berusia sekitar 60 juta tahun. Pada
zaman neozoikum, keadaan bumi sudah semakin membaik serta perubahan
cuaca yang tidak begitu besar. Hal ini dapat membuat makhluk hidup
untuk berkembang lebih pesat.
Zaman neozoikum dibedakan menjadi 2 zaman, yaitu zaman tersier
serta zaman kuarter.
1. Zaman Tersier
Zaman tersier sudah ditandai dengan munculnya tenaga
endogen yang dahsyat yang dapat melipat dan mematahkan lapisan
kulit bumi. Oleh karena akibat tenaga endogen tersebut,
mengakibatkan terbentuk suatu rangkaian pegunungan besar di seluruh
dunia. Zaman tersier dibagi menjadi beberapa masa, yaitu zaman
paleosen, eosen, oligosen, miosen, dan pliosen. Zaman ini sudah
berkembang binatang-binatang yang menyusui, reptil-reptil raksasa
lambat laun telah lenyap.
2. Zaman Kuarter
Zaman kuarter diperkirakan sejak 600.000 tahun yang lalu.
Zaman kuarter ini kemudian dibagi menjadi 2 lagi, yaitu kala
pleistosen dan kala holosen.
 Kala Pleistosen (Zaman Diluvium)
Kala pleistosen telah berlangsung 600.000 tahun yang lalu.
Kala pleistosen sudah adanya manusia purba. Pada kala pleistosen,
keadaan alam masih liar dan labil. Hal tersebut disebabkan karena
silih bergantinya 2 zaman, yaitu zaman glasial dan interglasial.
 Kala Holosen (Zaman Aluvium)

14
15

Kala holosen telah berlangsung sekitar 20.000 tahun yang


lalu. Pada kala holosen telah muncul spesies Homo sapiens.
Adanya sebuah perkembangan global telah banyak memengaruhi
perkembangan fisik alam Indonesia. Ketika lapisan es yang
terdapat di kutub utara mencair, wilayah Indonesia barat masih
menyatu dengan Benua Asia serta wilayah Indonesia timur masih
menyatu dengan benua Australia. Pada waktu suhu bumi mulai
memanas serta lapisan es yang terdapat di kutub utara mulai
mencair, terbentuklah lautan yang terdapat di berbagai wilayah
Indonesia serta memunculkan banyak pulau. Wilayah yang
sebelumnya menyatu dengan benua Asia dan sekarang menjadi
dasar lautan yang disebut dengan Paparan Sunda. Sedangkan
wilayah Indonesia timur yang menghubungkan dengan Benua
Australia disebut Paparan Sahul.

2.4. Struktur dan Lapisan Bumi


Struktur dan lapisan bumi dapat diurakan sebagai berikut (Novitayani,
2012) :
a. Menurut komposisi (jenis dari materialnya), bumi dapat dibagi
menjadi lapisan-lapisan sebagai berikut :
(1) Kerak Bumi (crust), merupakan kulit bumi bagian luar (permukaan
bumi) dengan massa 0,3% dari massa keseluruhan bumi. Tebal lapisan
kerak bumi mencapai 70 km dan merupakan lapisan batuan yang terdiri
dari batu-batuan basa dan masam. Lapisan ini menjadi tempat tinggal
bagi seluruh mahluk hidup. Suhu di bagian bawah kerak bumi mencapai
1.100°C. Lapisan kerak bumi yang paling atas disebut litosfer. Kerak
bumi ini terbagi menjadi dua bagian yaitu :
 Kerak benua, merupakan benda padat yang terdiri dari batuan
granit di bagian atasnya dan batuan beku basalt di bagian
bawahnya. Kerak ini yang merupakan benua. Kerak benua
memiliki kedalaman 40-200 km.

15
16

 Kerak samudera, merupakan benda padat yang terdiri dari endapan


di laut pada bagian atas, kemudian di bawahnya batuan batuan
vulkanik dan yang paling bawah tersusun dari batuan beku gabro
dan peridolit. Kerak ini menempati dasar samudra. Kerak samudra
memiliki ketebalan 50-100 km.
(2) Selimut atau Selubung (mantle), merupakan lapisan yang terletak di
bawah lapisan kerak bumi atau lapisan yang terdapat di atas lapisan
nife. Selimut/selubung (mantle) disebut juga lapisan pengantara atau
astenosfer dan merupakan bahan cair bersuhu tinggi dan berpijar. Tebal
selimut bumi mencapai 2.900 km dan berat jenisnya rata-rata 5 gr/cm 3.
Suhu di bagian bawah selimut bumi mencapai 3.000°C.
(3) Inti Bumi (barisfer atau core), merupakan bahan padat yang tersusun
dari lapisan nife (niccolum = nikel dan ferrum = besi). Disebut barisfer
karena inti bumi mempunyai massa jenis yang besar yaitu 10,7 gram/cc
dibandingkan dengan kulit bumi (litosfer). Jari-jari ± 3.470 km dan
batas luarnya ± 2.900 km di bawah permukaan bumi. Temperatur di inti
bumi diperkirakan tidak lebih dari 30000C. Adanya bahan nikel dan besi
ini yang menyebabkan bumi mempunyai sifat kemagnetan yang luar
biasa. Lapisan inti dibedakan menjadi inti luar dan inti dalam. Inti luar
tebalnya sekitar 2.000 km dan terdiri atas besi cair yang suhunya
mencapai 2.200°C. Inti dalam merupakan pusat bumi berbentuk bola
dengan diameter sekitar 2.700 km. Inti dalam ini terdiri dari nikel dan
besi yang suhunya mencapai 4.500°C.
b. Menurut sifat mekanik (sifat dari materialnya), bumi dapat dibagi
menjadi lapisan-lapisan sebagai berikut :

16
17

(1) Litosfer : Lapisan ini pada kedalaman 50-200 km, tebalnya sekitar 50-


100 km, dengan masa jenis rata-rata 2,9 gram/cc. Lapisan ini
merupakan lapisan bebatuan yang mengapung diatas astenosfer.
(2) Astenosfer : Astenosfer merupakan lapisan di bawah lempeng
tektonik, yang menjadi tempat bergeraknya lempeng benua. Lapisan
ini di kedalaman 700 km, wujudnya agak kental tebalnya 100-400 km.
(3) Mesosfer : Lapisan ini di kedalaman
Gambar sekitar
2. Struktur dan2900 km,Bumi
Lapisan wujudnya padat,
terletak di bawah astenosfer dengan ketebalan 2400-2750 km.
c. Menurut susunan kimianya
Menurut susunan kimianya bumi dapat dibagi menjadi empat
bagian, yakni bagian padat (litosfer) yang terdiri dari tanah dan batuan,
bagian cair (hidrosfer) yang terdiri dari berbagai bentuk ekosistem
perairan seperti laut, danau dan sungai, bagian udara (atmosfer) yang
menyelimuti seluruh permukaan bumi serta bagian yang ditempati oleh
berbagai jenis organisme (biosfer).

2.5. Materi Penyusun Bumi


Materi penyusun bumi terdiri dari MINERAL dan BATUAN, yang bila
lapuk akan menjadi tanah.
a. Mineral
Mineral adalah materi penyusun bumi, yang merupakan unsur atau
senyawa anorganik, terbentuk secara alami, mempunyai sifat dan
komposisi kimia tertentu, mempunyai sifat fisik tertentu, mempunyai
struktur dalam teratur dan berbentuk Kristal (Bates and Jackson, 1990:
424 dikutip dari Lichwatin, 2012). Kristal adalah suatu bangun Polyader
(bidang banyak) yang teratur dan dibatasi oleh bidang-bidang rata tertentu
jumlanya dan mempunyai sumbu-sumbu simetris tertentu. Mineral yang
terdapat dialam ada yang merupakan unsur bebas, adapula yang
merupakan senyawa (Lichwatin, 2012).

17
18

(1) Mineral sebagai unsur bebas (Native Elements)


(2) Mineral Sebagai senyawa (Compoound)
(a) Sulfida:
(b) Halida
(c) Oksida
(d) Hidroksida
(e) Karbonat
(f) Nitrat
(g) Sulfat
(h) Silikat

b. Batuan
Batuan adalah massa materi mineral, baik yang kompak keras
maupun yang tidak, yang membentuk kerak bumi. Batuan dapat terdiri
dari satu macam mineral atau kumpulan berbagai macam mineral (Whitten
dan Brooks, 1972:393 dikutip dari Lichwatin, 2012). Ditinjau dari teknik
sipil batuan (rock) adalah sesuatu yang keras, kompak, dan atau ber yang
untuk memisahkannya bila perlu harus dengan ledakan (Wesley, 1973
dikutip dari Lichwatin, 2012).
Bates dan Jackson (1990-573) mendefiniskan batuan yaitu agregat
mineral sejenis atau tidak sejenis seperti granit, marmer, serpih atau tubuh
materi mineral yang tidak dapat dipisah-pisahkan seperti: obsidian; atau
materi organic padat, seperti batubara. Dalam sudut pandang geologi,
batuan tidak harus keras dan kompak. Lumpur, pasir, dan tanah liat
(lempung) termasuk batuan. Batuan (rocks) harus dibedakan dari batu
(stone) (Lichwatin, 2012).
Berdasarkan proses terbentuknya, batuan dibagi menjadi 3 yaitu
batuan beku, batuan sedimen dan batuan metamorfosis yang diuraikan
sebagai berikut (Raharjo, 2013) :
(1) Batuan Beku : Batuan beku merupakan batuan keras yang terbentuk
dari magma yang keluar dari perut bumi dan membeku karena

18
19

mengalami proses pendinginan. Karena itu, batuan beku juga


disebut sebagai bekuan. Batuan beku dapat dibedakan berdasarkan
tempat magma yang keluar membeku, yaitu sebagai berikut.
(a) Batuan Beku Dalam : Batuan beku dalam atau batuan beku
plutonik terbentuk karena proses pembekuan magma di bawah
permukaan bumi. Biasanya proses pembentukan batuan ini
terjadi secara lambat, sehingga biasanya berbentuk kasar dan
mengkristal atau holokristalin. Contohnya, magma mengalir dan
meresap ke dalam lapisan-lapisan bumi bagian dalam dan
membeku di situ. Contoh batuan beku dalam antara lain sienit,
granit, diorit, dan gabro.
(b) Batuan Beku Luar : Batuan beku luar atau batuan beku vulkanik
terbentuk karena adanya proses pembekuan magma pada
permukaan bumi. Biasanya proses pembentukan batuan ini
terjadi secara cepat, sehingga bentuknya halus dan tidak
mengkristal atau kristalnya sangat halus. Contoh batuan beku
dalam antara lain obsidian, liparit, trachit, desit, andesit, dan
basalt.
(c) Batuan Beku Korok : Batuan beku korok terbentuk karena
proses penyusupan magma pada celah-celah litosfer bagian atas
dan kemudian membeku. Oleh karenanya, posisi batuan beku
korok biasanya dekat dengan permukaan bumi. Batuan beku
jenis ini juga mengkristal. Beberapa contoh batuan beku korok
antara lain porfir granit, porfir diorit, dan ordinit.
(2) Batuan Sedimen : Batuan sedimen terbentuk dari batuan beku atau
zat padat yang mengalami erosi di tempat tertentu kemudian
mengendap dan menjadi keras. Batuan sedimen biasanya berlapis-
lapis secara mendatar. Di antara batuan ini, seringkali ditemukan
fosil-fosil. Batuan sedimen dapat dibagi berdasarkan proses
pembentukannya, yaitu sedimen klastis, kimiawi, dan organik.

19
20

(a) Batuan Sedimen Klastis : Batuan sedimen klastis terbentuk


karena pelapukan atau erosi pada pecahan batuan atau mineral,
sehingga batuan menjadi hancur atau pecah dan kemudian
mengendap di tempat tertentu dan menjadi keras. Susunan kimia
dan warna batuan ini biasanya sama dengan batuan asalnya.
Contoh batuan sedimen klastis antara lain batu konglomerat,
batu breksi, dan batu pasir.
(b) Batuan Sedimen Kimiawi : Batuan sedimen kimiawi terbentuk
karena pengendapan melalui proses kimia pada mineral-mineral
tertentu. Misalnya, pada batu kapur yang larut oleh air kemudian
mengendap dan membentuk stalaktit dan stalagmit di gua kapur.
Contoh batuan sedimen kimiawi lainnya adalah garam.
(c) Batuan Sedimen Organik : Batuan sedimen organik atau batuan
sedimen biogenik terbentuk karena adanya sisa-sisa makhluk
hidup yang mengalami pengendapan di tempat tertentu.
Contohnya, batu karang yang terbentuk dari terumbu karang
yang mati dan fosfat yang terbentuk dari kotoran kelelawar.
(3) Batuan Malihan/Metamorfosis : Batuan malihan terbentuk dari
batuan beku atau batuan sedimen yang telah berubah wujud. Karena
itu, batuan malihan disebut juga batuan metamorfosis. Batuan
malihan dapat dibagi berdasarkan proses pembentukannya, yaitu
sebagai berikut :
(a) Batuan Malihan Kontak : Batuan malihan kontak atau thermal
terbentuk karena adanya pemanasan atau peningkatan suhu dan
perubahan kimia karena intrusi magma. Contohnya, batu
marmer yang berasal dari batu kapur.
(b) Batuan Malihan Dinamo : Batuan malihan dinamo, merupakan
batuan yang terbentuk karena adanya tekanan yang besar
disertai pemanasan dan tumbukan. Tekanan dapat berasal dari
lapisan-lapisan yang berada di atas batu dalam jangka waktu
lama. Contohnya batu sabak yang berasal dari tanah liat. Contoh

20
21

lainnya batubara yang berasal dari sisa-sisa jasad hewan dan


tumbuhan di daerah rawa-rawa (tanah gambut).
(c) Batuan Malihan Thermal-Pneumatolik : Batuan malihan
thermal-pneumatolik, merupakan batuan yang terbentuk karena
adanya zat-zat tertentu yang memasuki batuan yang sedang
mengalami metamorfosis. Contohnya, batu zamrud, permata,
dan topaz.

21
22

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahsan diatas dapat disimpulkan bahwa :
a. Terdapat berbagai macam teori pembentukan bumi di alam semesta yaitu
teori oleh Georges-Louis Leclerc; Teori Kabut oleh Imanuel Kant pada
tahun 1755 dan Piere Simon LaPlace pada tahun 1796; Teori Apungan
oleh Alfred Lothar Wegener; Teori Kontraksi oleh Descartes; Teori
Bintang Kembar oleh Fred Hoyle; Teori Ledakan Maha Dahsyat (Big
Bang) George Gamow, Ralph Alpher dan Robert Herman; Teori
Planetisimal Hypothesis; Teori Tidal; teori Kuiper dan Teori Whipple.
b. Susunan dan lapisan bumi terdiri:
(1) Menurut komposisi (jenis dari materialnya), bumi dapat dibagi menjadi
lapisan-lapisan sebagai berikut :
 Kerak Bumi (crust) : kerak benua dan kerak samudera
 Selimut atau Selubung (mantle)
 Inti Bumi
(2) Menurut sifat mekanik (sifat dari materialnya), bumi dapat dibagi
menjadi lapisan-lapisan yaitu : litosfer, astenosfer dan mesosfer .
(3) Menurut susunan kimianya :
 Litosfer : yang terdiri dari tanah dan batuan,
 Hidrosfer : yang terdiri dari berbagai bentuk ekosistem
perairan seperti laut, danau dan sungai,
 Atmosfer : yang menyelimuti seluruh permukaan bumi serta
bagian yang ditempati oleh berbagai jenis organisme
 Biosfer :
c. Materi penyusun bumi yaitu mineral (terdapat di alam ada yang
merupakan unsur bebas, adapula yang merupakan senyawa) dan batuan

22
23

(menurut proses terbentuknya : batuan beku, batuan sedimen dan batuan


metaformosis).
DAFTAR PUSTAKA

Geopustaka. 2012. Modul Sejarah Pembentukan Bumi. From :


https://geopustaka.files.wordpress.com/2012/11/modul-2-2-1-sejarah-
pembentukan-bumi.pdf. 25 Februari 2015 (20:45).
Gombez, Z. D. 2012. Makalah Teori Terbentuknya Alam Semesta. From :
https://id.scribd.com/doc/98850033/Makalah-Teori-Terbentuknya-Alam-
Semesta#scribd. 25 Februari 2015 (20:48).
Lichwatin, Titin. 2012. Materi Penyusun Bumi. From :
https://www.academia.edu/8373747/MATERI_PENYUSUN_BUMI/. 25
Februari 2015 (20:50).
Raharjo, Sahid. 2013. Macam-Macam Batuan Berdasarkan Proses
Pembentukannya. From :
http://layanan-guru.blogspot.com/2013/09/macam-macam-batuan-
berdasarkan-proses.html. 25 Februari 2015 (20:30).
Wikipedia. 2015. Teori Pembentukan Bumi. From :
http://id.wikipedia.org/w/index.php?
title=Teori_pembentukan_Bumi&veaction=edit&vesection=4. 25
Februari 2015 (20: 32).

23
24

24

Anda mungkin juga menyukai