Anda di halaman 1dari 16

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Evolusi merupakan suatu perubahan yang terjadi secara berangsur-angsur dalam
jangka waktu yang lama sehingga terbentuk wujud baru. Bumi terbentuk sekitar 4,54
miliar tahun yang lalu, kira-kira sepertiga usia alam semesta, dengan pertambahan nebula
matahari. Pelepasan gas vulkanik mungkin menciptakan atmosfer purba, dan kemudian
lautan, tetapi atmosfer awal hampir tidak mengandung oksigen. Ada banyak teori yang
menjelaskan tentang penciptaan bumi, mulai dari mitos sampai penjelasan ilmu
pengetahuan. Salah satu penjelasan dalam ilmu pengetahuan yaitu tentang teori
dentuman besar atau teori big bang yang dikemukakan oleh Stephen Hawking. Proses
evolusi bumi atau alam semesta memakan waktu kosmologis yang sangat lama. Bahkan,
waktu yang dibutuhkan dalam proses evolusi ini bisa mencapai jutaan tahun. Terjadinya
evolusi bumi sampai adanya kehidupan memakan waktu yang sangat panjang.
1.2 Rumusan masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini diantaranya:
1. Teori apa saja memberikan gambaran tentang pembentukan bumi?
2. Bagaimana periode tahapan terbentuknya bumi?
3. Bagaimana perkembangan bentuk bumi?
1.3 Tujuan
Tujuan dalam makalah ini diantaranya:
1. Mengetahui teori-teori yang memberikan gambaran tentang pembentukan bumi
2. Mengetahui periode tahapan terbentuknya bumi.
3. Mengetahui perkembangan bentuk bumi
BAB II
PEMBAHASAN
3.1 Teori Pembentukan Bumi
Teori pembentukan bumi tidak bisa dipisahkan dengan terjadinya jagat raya. Tentu
saja masing-masing teori mempunyai dasar yang berbeda-beda. Namun semuanya
memberi gambaran, bahwa bumi bersama benda-benda langit lainnya merupakan suatu
tatanan yang awalnya pernah menjadi satu kesatuan, dan terus saling terkait hingga
sekarang. Berbagai teori tentang proses terbentuknya tata surya dapat dikelompokan
menjadi beberapa teori, yaitu sebagai berikut.
3.1.1 Teori Ledakan Besar (Big Bang)
Teori ini dikemukakan oleh ahli astronomi dari Inggris Fred Hoyle pada tahun
1956. Teori ini diberi nama teori big bang atau ledakan besar, karena
menganggap bahwa terjadinya tata surya berasal dari ledakan besar bintang
kembar yang bertumbukan. Fred Hoyle beranggapan bahwa tata surya, matahari
beserta planet-planetnya, terbentuk dari dua buah bintang kembar yang besar
saling tarik menarik, entah karena apa kemudian lama kelamaan kembaran dari
matahari tersebut mengalami ledakan yang sangat dahsyat sehingga menjadi
serpihan-serpihan kecil dan debu-debu. Serpihan dan debu tersebut kemudian
terperangkap oleh gaya gravitasi matahari. Kemudian debu-debu yang terbentuk
ini berkumpul dan mempilin sehingga membentuk planet, sedangkan serpihan-
serpihan batuan lain membentuk asteroid, satelit serta debu angkasa.
Alasan dari teori ini didasarkan pada hasil penelitian terhadap tata surya lain,
ternyata ada tata surya yang memiliki bintang kembar. Oleh karena itulah Fred
Hoyle beranggapan bahwa tata surya kita terbentuk dari proses meladaknya
bintang kembar, yang kemudian dikenal dengan teori Big bang. Para ahli
astronom menyatakan bahwa teori Big Bang adalah teori yang paling terkenal dan
paling masuk akal untuk diterima mengenai pembentukan tata surya. Tentunya
sudah melalu proses penelitian dengan bukti-bukti yang masuk akal dan ilmiah
sehingga diyakini jika teori big bang adalah teori yang benar sampai saat ini.
Gambar 1. Big Bang (ledakan besar)
3.1.2 Teori Nebula
Teori Nebula pertama kali dikemukakan seorang filsuf Jerman bernama Imanuel
Kant, yang menganggap bahwa tata surya berasal dari nebula yaitu gas atau kabut
tipis yang sangat luas dan bersuhu tinggi yang berputar sangat lambat. Perputaran
yang lambat itu menyebabkan terbentuknya konsentrasi materi yang mempunyai
berat jenis tinggi yang disebut inti massa di beberapa tempat yang berbeda. Inti
massa yang terbesar terbentuk di tengah, sedangkan yang kecil terbentuk di
sekitarnya. Karena terjadi proses pendinginan, inti-inti massa yang lebih kecil
berubah menjadi planet-planet, sedangkan yang paling besar masih tetap dalam
keadaan pijar dan bersuhu tinggi yang disebut matahari. Teori nebula lainnya
dikemukakan oleh Pierre Simon Laplace. Menurut Laplace, tata surya berasal dari
bola gas yang bersuhu tinggi dan berputar sangat cepat. Karena perputaran yang
sangat cepat, sehingga terlepaslah bagianbagian dari bola gas tersebut dalam
berbagai ukuran yang berbeda-beda. Bagian-bagian yang terlepas itu berputar dan
akhirnya mendingin membentuk planet-planet, sedangkan bola gas induk masih
tetap berpijar dan sebagai pusat dari benda yang lain dinamakan matahari. Karena
yang menyatakan teori nebula ini adalah Kant dan Laplace, maka teori ini sering
disebut dengan teori nebula Kant Laplace
Gambar 2. Teori nebula Kant Laplace
3.1.3 Teori Planetesimal
Teori ini mengungkapkan bahwa pada mulanya telah terdapat matahari asal. Pada
suatu ketika, matahari asal ini didekati oleh sebuah bintang besar, yang
menyebabkan terjadinya penarikan pada bagian matahari. Akibat tenaga
penarikan matahari asal tadi, terjadilah ledakan-ledakan yang hebat. Gas yang
meledak ini keluar dari atmosfer matahari, kemudian mengembun dan membeku
sebagai benda-benda yang padat, dan disebut planetesimal. Planetesimal ini
dalam perkembangannya menjadi planetplanet, dan salah satunya adalah planet
Bumi.
Pada dasarnya, proses-proses teoritis terjadinya planet-planet dan bumi, dimulai
daribenda berbentuk gas yang bersuhu sangat panas. Kemudian karena proses
waktu dan perputaran (pusingan) cepat, maka terjadi pendinginan yang
menyebabkan pemadatan (pada bagian luar). Adapaun tubuh Bumi bagian dalam
masih bersuhu tinggi.

Gambar 3. Teori Planetesimal


3.1.4 Teori Pasang Surut Gas
Teori ini dikemukakan leh jeans dan Jeffreys, yakni bahwa sebuah bintang besar
mendekati matahari dalam jarak pendek, sehingga menyebabkan terjadinya
pasang surut pada tubuh matahari, saat matahari itu masih berada dalam keadaan
gas. Terjadinya pasang surut air laut yang kita kenal di Bumi, ukuranya sangat
kecil. Penyebabnya adalah kecilnya massa bulan dan jauhnya jarak bulan ke
Bumi (60 kali radius orbit Bumi). Tetapi, jika sebuah bintang yang bermassa
hampir sama besar dengan matahari mendekati matahari, maka akan terbentuk
semacam gunung-gunung gelombang raksasa pada tubuh matahari, yang
disebabkan oleh gaya tarik bintang tadi. Gunung-gunung tersebut akan mencapai
tinggi yang luar biasa dan membentuk semacam lidah pijar yang besar sekali,
menjulur dari massa matahari tadi dan merentang ke arah bintang besar itu.
Dalam lidah yang panas ini terjadi perapatan gas-gas dan akhirnya kolom-kolom
ini akan pecah, lalu berpisah menjadi benda-benda tersendiri, yaitu planet-planet.
Bintang besar yang menyebabkan penarikan pada bagian-bagian tubuh matahari
tadi, melanjutkan perjalanan di jagat raya, sehingga lambat laun akan hilang
pengaruhnya terhadap-planet yang berbentuk tadi. Planet-planet itu akan berputar
mengelilingi matahari dan mengalami proses pendinginan. Proses pendinginan ini
berjalan dengan lambat pada planet-planet besar, seperti Yupiter dan Saturnus,
sedangkan pada planet-planet kecil seperti Bumi, pendinginan berjalan relatif
lebih cepat.
Sementara pendinginan berlangsung, planet-planet itu masih mengelilingi
matahari pada orbit berbentuk elips, sehingga besar kemungkinan pada suatu
ketika meraka akan mendekati matahari dalam jarak yang pendek. Akibat
kekuatan penarikan matahari, maka akan terjadi pasang surut pada tubuh-tubuh
planet yang baru lahir itu. Matahari akan menarik kolom-kolom materi dari
planetplanet, sehingga lahirlah bulan-bulan (satelit-satelit) yang berputar
mengelilingi planet-planet.

Gambar 4. Teori Pasang Surut Gas


3.1.5 Teori Bintang kembar
Teori ini dikemukakan oleh seorang ahli Astronomi R.A Lyttleton. Menurut teori
ini, galaksi berasal dari kombinasi bintang kembar. Salah satu bintang meledak
sehingga banyak material yang terlempar. Karena bintang yang tidak meledak
mempunyai gaya gravitasi yang masih kuat, maka sebaran pecahan ledakan
bintang tersebut mengelilingi bintang yang tidak meledak. Bintang yang tidak
meledak itu adalah matahari, sedangkan pecahan bintang yang lain adalah planet-
planet yang mengelilinginya.
Gambar 5. Teori Bintang Kembar

3.2 Periode proses evolusi bumi


Proses evolusi bumi (era geologis) dibagi menjadi beberapa periode, yaitu:
3.2.1 Azoikum/Arkaekum
Azoikum adalah zaman sebelum adanya kehidupan atau bisa disebut sebagai
pembagian umur bumi yang tertua. Pada masa ini, bumi baru saja terbentuk dengan
suhu yang relatif tinggi. Sementara waktu untuk periode azoikum ini mencapai
lebih dari satu miliar tahun lalu.
Azoikum berasal dari bahasa Yunani, yaitu “a” yang artinya tidak dan “zoon” yang
artinya hewan. Zaman azoikum merupakan zaman sebelum adanya kehidupan.
Pada zaman ini, bumi baru terbentuk dengan sehu yang relatif tinggi. Waktunya
lebih dari satu miliar tahun lalu. Lingkungan hidup pada masa ini dapat
digambarkan mirip dengan lingkungan mata air panas. Pada masa ini merupakan
awal terbentuknya hidrosfer dan atmosfer serta awal munculnya kehidupan primitif
di dalam samudra berupa mikroorganisme (bakteri dan ganggang).
ciri – ciri dari zaman Azoikum/Arkaekum, diantaranya sebagai berikut:
a. Tidak adanya tanda – tanda kehidupan.
b. Sebagian besar dalam batuan Archaecum yang bersifat magmatik.
c. Berlangsung sekitar 2.500 juta tahun dimasa lalu.
d. Bahan duniawi yang paling awal bukanlah sebuah batu, tapi mineral.
e. Bentuk bumi masih berupa bola gas yang begitu sangat panas.
f. Emisi dalam karbon dioksida yang udah melimpah dari sebuah gunung berapi.
g. Selama era Archaecum, akumulasi oksigen dimulai dari atmosfer anoxic dan
kebanyakan synobacteria anaerob.
Zaman azoikum meliputi eon Haden dan Arkean yang merupakan awal
pembentukan bumi. Eon pertama dalam sejarah Bumi, Hadean dimulai saat proses
pembentukan Bumi dan diikuti oleh eon Arkean pada 3,8 miliar tahun yang lalu.
Zaman azoikum/Arkaekum ini terbagi menjadi beberapa periode, diantaranya
sebagai berikut dibawah ini:
1. Eoarkean
Eoarkean adalah suatu era pada skala waktu geologi yang berlangsung antara
4000 hingga 3600 juta tahun yang lalu. Era ini merupakan bagian pertama
dari eon Arkean, didahului oleh eon Hadean. International Commission on
Stratigraphy tidak merekomendasikan batas bawah era ini. Era ini dicirikan
dengan peristiwa Late Heavy Bombardment, dan terbentuknya laut.
Superbenua pertama Vaalbara muncul pada akhir periode ini. Era Eoarkean
dicirikan dengan terbentuknya kerak bumi. Namun beberapa ilmuwan
berspekulasi bahwa keark ini tidak lengkap di beberapa wilayah, dengan
tekanan atmosfer 10 kali lipat dari tekanan atmosfer masa kini.
Beberapa sampel batuan dan formasi geologi tertua yang masih bertahan hingga
kini berasal dari batuan-batuan eoarkean. Beberapa sampel dan formasi tersebut
adalah:
a. Sabuk Batuhijau Isua, formasi eoarkean terbesar
b. Gneis Acasta, yang berasal dari batuan berumur 4.03 miliar tahun lalu
menjadikannya sampel batuan tertua, meski sudah mengalami proses-proses
metamorfosis
c. Sabuk Batuhijau Nuvvuagittuq di Greenland, yang berasal dari 4.28 miliar
tahun lalu
2. Paleoarkean
Merupakan era geologi dalam eon Arkean yang berlangsung antara 3600 hingga
3200 juta tahun yang lalu. Periode ini didefinisikan secara kronometri dan tidak
merujuk pada suatu bagian lapisan batuan tertentu di Bumi. Periode ini ditandai
dengan bukti konkret tertua dari kehidupan, serta terbentuknya
superbenua Vaalbara. Era ini dapat ditemukan di Afrika Selatan (Kraton
Kaapvaal) dan Australia (Kraton Pilbara), dalam wujud batuan sedimen kuno
yang umumnya memiliki fosil koloni-koloni mikroba yang berusia setidaknya
3.48 miliar tahun.
3. Mesoarkean
Periode ini ditentukan secara kronometri dan tidak merujuk pada suatu bagian
lapisan batuan tertentu di Bumi. Fosil yang ditemukan di Australia menunjukkan
bahwa stromatolit telah hidup di Bumi sejak era ini.
Superbenua tertua kedua, yaitu Ur, terbentuk di periode ini, lebih tepatnya sekitar
3 miliar tahun lalu. Zaman es pertama di sejarah bumi juga terjadi di periode ini,
yaitu Zaman Es Pongola yang dipicu oleh makhluk fotosintesis (sianobakteri)
pertama. Dengan mempelajari kondisi isotop karbon di batuan Mesoarkean,
paleoklimatolog dapat memperkirakan suhu Bumi pada saat itu. Analisis
menunjukkan bahwa cuaca pada Mesoarkean memiliki temperatur rata-rata yaitu
sekitar 55-58 deajat celcius, dengan tingginya kadar metana dan karbon
dioksida di atmosfter yang diperkirakan menjadi penyebab tingginya suhu rata-
rata pada saat itu.
4. Neoarkean
Era ini menunjukkan adanya peningkatan pada kadar oksigen di atmosfer dengan
evolusi penggunaan cahaya matahari, atau fotosintesis dengan oksigen yang
nantinya akan bertanggung jawab atas bencana oksigen (oxygen catastrophe) yang
akan terjadi nanti pada 2400 juta tahun yang lalu pada era Paleoproterozoikum.
Peristiwa ini timbul karena penumpukan oksigen beracun di atmosfer yang
dihasilkan oleh organisme fotoautotrof yang berkembang pada era Neoarkean ini.
Superbenua tertua ketiga juga terbentuk pada era ini, yaitu Kenorland.

3.2.2 Palaezoikum
Palaezoikum adalah zaman purba tertua yang di mana sudah ada kehidupan flora
dan fauna di bumi. Hal ini ditandai dengan banyaknya ditemukan fosil flora dan
fauna yang hidup di zaman ini Zaman palaezoikum ini berlangsung sekitar 350 juta
tahun yang lalu. Zaman paleozoikum merupakan zaman purba tertua. Pada zaman
ini mulai terjadi perkembangan atmosfer dan hidrosfer, serta kehidupan
mikroorganisme bersel tunggal menjadi bersel banyak seperti enkaryotes (bakal
tumbuhan) dan prokaryotes (bakal binatang). Zaman ini terbagi menjadi beberapa
periode, yaitu periode kambrium, ordovisium, silur, devon, karbon, dan perm.
Pada periode kambrium muncul benua besar yang disebut Gondwana. Benua
tersebut merupakan cikal bakal Benua Antartika, Afrika, India, dan Amerika
Selatan. Sementara itu, Benua Eropa, Amerika Utara, dan Tanah Hijau (Greenland)
masih berupa benua-benua kecil yang terpisah. Samudra pada periode devon mulai
menyempit, sedangkan Benua Gondwana terus berkembang menutupi Eropa dan
Tanah Hijau. Pada periode karbon, benua-benua di bumi mulai menyatu
membentuk satu benua raksasa yang disebut Pangaea.
3.2.3 Mesozoikum
Mesozoikum merupakan zaman purba tengah. Pada zaman mesozoikum mulai ada
hewan mamalia (menyusui), hewan amfibi, burung, dan tumbuhan berbunga.
Lamanya zaman ini kira-kira 140.000.000 tahun. Pada periode ini kondisi bumi
mulai stabil, iklim sudah bersahabat, dan curah hujan mulai turun. Masa ini
merupakan awal kemunculan binatang reptil berukuran besar, seperti
tyrannosaurus, spinosaurus, stegosaurus, dan brontosaurus. Masa ini dibagi
menjadi beberapa periode berikut.
1. Periode trias. Kondisi bumi pada periode ini menjadi kering dan tidak subur.
Benua Pangaea bergerak ke utara dan gurun terbentuk. Untuk pertama kalinya,
dinosaurus dan reptil berukuran besar muncul.
2. Periode jura. Pada periode ini dinosaurus dan tyrannosaurus berkembang
menjadi penguasa daratan, sedangkan ichitiyosaurus menjadi pemburu di dalam
lautan dan pterosaurus merajai angkasa.
3. Periode kapur. Pada periode ini, dinosaurus mengalami kepunahan karena
terjadi perubahan drastis iklim dari iklim hangat menjadi iklim dingin. Adanya
perubahan tersebut membuat dinosaurus tidak menyesuaikan diri
3.2.4 Neozoikum
Neozoikum merupakan zaman purba baru. Zaman ini mulai sejak 60.000.000 tahun
yang lalu. zaman ini juga ditandai dengan menurunnya suhu bumi secara drastis
sehingga di bumi terbentuk hamparan es di daerah kutub. Pada zaman ini
neozoikum dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu tersier dan kuarter.
a. Zaman Tersier
Pada zaman tersier dibagi menjadi beberapa masa, yaitu paleosen, eosen,
oligosen, miosen, dan pliosen. Hal yang terpenting pada zaman tersier adalah
munculnya jenis primata seperti kera.
b. Zaman Kuarter
Zaman es ini terjadi pada tahap kuartet yang setelahnya baru muncul makhluk
tingkat tinggi dan manusia. Zaman kuartet menjadi zaman yang paling penting
bagi kehidupan manusia menurut penelitian geologi. Karena pada zaman ini
terjadi sebuah perubahan iklim secara besar-besaran di seluruh penjuru bumi.
Sehingga, kehidupan yang ada dipermukaan bumi ikut terpengaruh. Pada zaman
kuartet ini juga muncul manusia purba yang dibuktikan dengan adanya fosil
alat-alat dari tulang dan batu. Zaman kuarter dibagi menjadi dua kala, yaitu kala
pleistosen (zaman diluvium) dan kala holosen (zaman aluvium).
 Kala Pleistosen. Pada kala ini, bumi mengalami pergantian kondisi muka
bumi yang luar biasa. Pada masa ini ditandai dengan adanya dua masa,
yaitu glasial dan masa interglasial.
 Kala Holosen. Pada kala ini ditandai dengan es kutub yang sudah mencair
dan meningkatnya permukaan laut dengan cepat. Makhluk-makhluk raksasa
mengalami kepunahan. Di sisi lain, perubahan kondisi bumi tersebut
memunculkan pulau-pulau baru, termasuk kepulauan Indonesia.
Pada masa ini, hewan mamalia, amfibi, burung, dan tumbuhan sudah mulai
hidup dan tinggal di bumi.

3.3 Perkembangan Bentuk Bumi


Bentuk bumi mulai awal terjadinya tidaklah seperti sekarang ini. Bentuk relief
bumi yang kita lihat sekarang ini sudah mengalami proses jutaan tahun lamanya. Mulai
dari gas yang pijar hingga berubah menjadi benda padat membeku, hingga akhirnya
terbentuk benua dan samudera.
3.3.1 Awal mula terbentuknya lapisan bumi
Menurut hasil penelitian para ahli astronomi dan geologi, bumi kita sendiri
terbentuk atau terlepas dari tubuh matahari sekitar 4.500 juta tahun yang lalu.
Perkiraan terbentuknya bumi ini didasarkan atas penelaahan paleontologi (ilmu
yang mempelajari fosil-fosil sisa mahluk hidup purba pada masa lampau) dan
stratigrafi (ilmu yang mempelajari struktur lapisan-lapisan batuan pembentuk muka
bumi). Pada saat awal terbentuknya, bumi kita pada awalnya masih merupakan
bola pijar yang sangat panas, suhu permukaannya mencapai 4.000°C, tentu saja
tidak ada kehidupan.
Dalam jangka waktu jutaan tahun, karena perputaran dan adanya gas yang
menyelubungi bumi, suhu panas menyebabkan terjadinya penguapan. Secara
berangsur- angsur bagian permukaan bumi mulai mendingin. Akibat proses
pendinginan, bagian luar bumi membeku membentuk lapisan kerak bumi atau kulit
bumi yang disebut litosfer. Sedangkan bagian dalam planet bumi sampai sekarang
masih dalam keadaan panas dan berpijar. Selain pembekuan kerak bumi,
pendinginan massa bumi ini mengakibatkan terjadinya proses penguapan gas
secara besar-besaran ke angkasa. Proses penguapan ini terjadi dalam waktu jutaan
tahun, sehingga terjadi akumulasi uap dan gas yang sangat banyak. Pada saat inilah
mulai terbentuk atmosfer bumi.
Uap air yang terkumpul di atmosfer dalam waktu jutaan tahun tersebut, pada
akhirnya dijatuhkan kembali sebagai hujan untuk pertama kalinya di bumi, dengan
intensitas tinggi dan dalam waktu yang sangat lama. Titik-titik air hujan yang jatuh
selanjutnya mengisi cekungan-cekungan muka bumi membentuk bentang perairan
laut dan samudera. Pada awal turun hujan yang sangat lebat dan menutup seluruh
permukaan bumi, bagian luar planet bumi menjadi relatif dingin. Kemudian pada
proses selanjutnya, setelah penyerapan dan penguapan berkali-kali, suhu bumi
semakin meningkat hingga mencapai suhu seperti saat ini. Berdasarkan penelitian
para ilmuwan, dijelaskan adanya tiga faktor yang menyebabkan naiknya suhu bumi
tersebut, yaitu; akresi, kompresi, dan disintegrasi. Akresi (accretion) yaitu naiknya
suhu bumi akibat tumbukan benda-benda angkasa atau meteor yang menghujani
bumi. Kompresi (compretion) yaitu semakin memadatnya bumi karena adanya
gaya gravitasi sehingga bagian dalam bumi menerima tekanan yang lebih besar
dibandingkan bagian luarnya yang mengakibatkan bagian dalam bumi suhunya
lebih panas. Disintegrasi merupakan penguraian unsur-unsur radioaktif seperti
uranium, thorium, dan potasium, yang secara spontan terurai dan mengeluarkan
partikelpartikel atom yang berubah menjadi unsur lain dan diserap oleh batuan di
sekitarnya. Setelah terjadi pendinginan, proses selanjutnya terjadi pembentukan
lapisan bumi.
Secara ringkas, proses pembentukan bumi hingga terjadinya perlapisan tersebut
terbagi menjadi tiga tahap, yaitu sebagai berikut:
a. Tahap pada saat bumi merupakan planet yang homogen atau belum terjadi
diferensiasi dan zonafi kasi.
b. Proses diferensiasi atau pemilahan, yaitu ketika material yang lebih berat
tenggelam menuju pusat bumi, sedangkan material yang lebih ringan bergerak
ke permukaan.
c. Proses zonafi kasi, yaitu tahap ketika bumi terbagi menjadi beberapa zona atau
lapisan, yaitu lapisan yang terdiri dari astenosfer yang cair terdapat di bagian
paling dalam, inti besi cair, inti besi yang padat, mantel bagian bawah, dan
litosfer yang terdiri atas kerak benua dan kerak samudera.
3.3.2 Terbentuknya Benua (Kulit Bumi)
Bumi kita tidak semuanya berupa daratan. Bentuk muka bumi yang tidak rata, ada
daerah yang tinggi dan ada yang rendah, mengakibatkan terakumulasinya air ke
daerah yang rendah. Daerah yang tinggi menjadi daratan, yang rendah menjadi
samudra. Berbagai teori mengungkapkan bahwa ada pergerakan lapisan kulit bumi,
sehingga daratan dan lautan terus bergerak, membentuk suatu relief keseimbangan.
Berikut beberapa teori terbentuknya kulit bumi yang dikemukakan oleh para ahli.
1. Teori Kontraksi
Teori kontraksi dikemukakan pertama kali oleh Descrates yang menyatakan
bahwa bumi semakin lama sekain susut dan mengkerut yang disebabkan oleh
prises pendingan. Hal ini menyebabkan bagian permukaan bumi memunculkan
relief berupa lembah, daratan, dan pegunungan.
Teori ini kemudian didukung oleh James Dana dan Elie de Baumant yang
menyatakan bahwa bumi mengalami pengerutan karena proses pendinginan di
bagian dalam bumi. Hal ini menyebabkan bagian permukaan bumi mengerut
membentuk lembah-lembah dan pegunungan.
2. Teori Dua Benua
Teori dua benua menyatakan bahwa pada awalnya bumi terdiri atas dua benua
yang sangat besar, yaitu Laurasia di sekitar kutub utara dan Gondwana di sekitar
kutub selatan. Kedua benua tersebut kemudian bergerak perlahan ke arah
equator bumi, sehingga akhirnya terpecah-pecah menjadi benua-benua yang
lebih kecil.
Laurasia berubah menjadi benua Asia, Eropa, dan Amerika Utara, sementara
Gondwana terpecah menjadi Australia, Afrika, dan Amerika Selatan. Teori dua
benua ini pertama kali dikemukakan oleh Edward Zuess di tahun 1884.
3. Teori Pengapungan Benua
Teori pengapungan benua dikemukakan oleh Alfred Wegener di tahun 1912, di
mana ia menyebutkan bahwa pada awalnya di bumi hanya ada satu benua besar
yaitu Pangea. Benua tersebut kemudian terpecah-pecah dan terus bergerak
melalui bagian dasar laut. Adanya gerakan rotasi bumi yang sentrifugal
mengakibatkan pecahan benua tersebut bergerak ke arah barat menuju equator.
Teori ini juga didukung oleh bukti-bukti berupa kesamaan garis pantai Afrika
bagian barat dengan Amerika Selatan bagian timur. Selain itu juga teori ini
didukung dengan adanya kesamaan batuan dan fosil di kedua daerah tersebut.
4. Teori Konveksi/pemekaran samudra
Teori konveksi adalah teori yang dikemukakan oleh Arthur Holmes dan Harry
H. Hess yang kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh Robert Diesz. yang
didasarkan dari hasil pemotretan satelit pada dasar laut dan ekspedisi kapal
selam samudra, ia mengatakan bahwa ada bukti:
a. di Samudra Atlantik, Hindia, dan Pasifi k Selatan terdapat igir tengah
samudra yang memanjang dan bersambung-sambung, terbuat dari
tumpukan lava,
b. di sepanjang tepi benua dijumpai palung laut yang memanjang sejajar jalur
pegunungan di atas benua,
c. jarak antara Eropa dan Amerika semakin bertambah.
d. Sehingga Hess menyimpulkan bahwa dasar samudra mengalami pemekaran
yang berpusat pada igir-igir samudra
Teori ini menyatakan bahwa di dalam bumi yang masih dalam keadaan panas
dan berpijar terjadi arus konveksi ke arah lapisan kulit bumi yang berada di
atasnya.
Sehingga ketika arus konveksi yang membawa materi berupa lava sampai ke
permukaan bumi di punggung tengah samudera, lava tersebut akan membeku
membentuk lapisan kulit bumi yang baru. Lapisan kulit bumi yang baru ini
kemudian menggeser dan menggantikan bumi yang lebih tua. Bukti yang
menjadi dasar teori konveksi adalah adanya tanggul dasar samudera,
seperti Pasific-Atlantic Ridge dan Mid Atlantic Ridge.

5. Teori lempeng tektonik


Teori lempeng tektonik dikemukakan oleh Tozo Wilson yang menyatakan
bahwa kulit bumi terdiri dari beberapa lempeng tektonik yang berada di lapisan
astenosfer. Lempeng ini terus bergerak karena pengaruh arus konveksi yang
terjadi pada lapisan astenosfer yang berada di bawah lempeng tektonik kulit
bumi.
Teori Plate Tectonic atau pergeseran lempeng juga dikemukakan oleh Jason
Morgan, merupakan penggabungan teori pergeseran benua dan pemekaran
samudra serta hipotesis arus konveksi pada mantel atas. Jason Morgan
menyatakan bahwa pusat gempa yang aktif berdampingan sejajar dengan jalur
pegunungan. Teori ini banyak didukung oleh fakta ilmiah, terutama dari data
penelitian geologi, geologi kelautan, kemagnetan purba, kegempaan, pendugaan
paleontologi, dan pemboran laut dalam.
BAB III
KESIMPULAN

Proses evolusi bumi atau alam semesta memakan waktu kosmologis yang sangat lama.
Bahkan, waktu yang dibutuhkan dalam proses evolusi ini bisa mencapai jutaan tahun.
Terjadinya evolusi bumi sampai adanya kehidupan memakan waktu yang sangat Panjang.
Teori pembentukan bumi tidak bisa dipisahkan dengan terjadinya jagat raya. Berbagai teori
tentang proses terbentuknya tata surya dapat dikelompokan menjadi beberapa teori yaitu teori
Big Bang, teori nebula, teori planetesimal, teori pasang surut gas dan teori bintang kembar.
Proses evolusi bumi juga dibagi menjadi beberapa periode yaitu: Arkaekum, palaezoikum,
mesozoikum dan neozoikum. Perkembangan bentuk bumi diawali dengan terbentuknya
lapisan bumi dan kulit bumi. Teori terbentuknya kulit bumi yaitu teori kontraksi, teori dua
benua, teori pengapungan benua, teori konveksi dan lempeng tektonik.
DAFTAR PUSTAKA

Iskandar, Harris. 2017. Bumi Tempat kita hidup. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan.
Sumardi, Yosaphat. 2015. Modul 1 Bumi dan Perubahannya.
Syofyan, Herlinda. 2018. Bumi dan Antariksa, modul 7 matahari dan Karakteristiknya.
https://lms-paralel.esaunggul.ac.id/pluginfile.php?file=/81010/mod_resource/content/
1/Modul+Perkuliahan+Sesi+9.pdf
https://www.freedomsiana.id/periode-evolusi-bumi/
https://planetariodevitoria.org/espaco/como-foi-a-evolucao-do-planeta-terra.html
https://p2k.unibabwi.ac.id/ind/2829-2718/Sejarah-Bumi_88009_parnaraya_p2k-
unibabwi.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Bumi.

Anda mungkin juga menyukai