Anda di halaman 1dari 10

BUMI SEBAGAI

RUANG KEHIDUPAN
C

Faturullah. A Chandrakiat
XII IPS 5
Teori pembentukan planet Bumi
Teori pembentukan Jagat Raya
1. Teori Big Bang (Ledakan Dahsyat)
Ledakan Dahsyat atau Dentuman Besar (bahasa Inggris: Big Bang) merupakan sebuah peristiwa
yang menyebabkan pembentukan alam semesta berdasarkan kajian kosmologi mengenai bentuk
awal dan perkembangan alam semesta (dikenal juga dengan Teori Ledakan Dahsyat atau Model
Ledakan Dahysat). Berdasarkan pemodelan ledakan ini, alam semesta, awalnya dalam keadaan
sangat panas dan padat, mengembang secara terus menerus hingga hari ini. Berdasarkan
pengukuran terbaik tahun 2009, keadaan awal alam semesta bermula sekitar 13,7 miliar tahun lalu,
yang kemudian selalu menjadi rujukan sebagai waktu terjadinya Big Bang tersebut. Teori ini telah
memberikan penjelasan paling komprehensif dan akurat yang didukung oleh metode ilmiah
beserta pengamatan.
Adalah Georges Lemaître, seorang biarawan Katolik Roma Belgia, yang mengajukan teori ledakan
dahsyat mengenai asal usul alam semesta, walaupun ia menyebutnya sebagai “hipotesis atom
purba”. Kerangka model teori ini bergantung pada relativitas umum Albert Einstein dan beberapa
asumsi-asumsi sederhana, seperti homogenitas dan isotropi ruang.
2. Teori “Keadaan Tetap” (Stabil)
Continue Reading: Teori “Keadaan Tetap”
Teori ”keadaan tetap” atau teori ciptaan sinambung menyatakan bahwa jagat raya selama berabad-
abad selalu dalam keadaan yang sama dan zat hidrogen senantiasa dicipta dari ketiadaan.
Penambahan jumlah zat, dalam teori ini memerlukan waktu yang sangat lama, yaitu kira-kira seribu juta
tahun untuk satu atom dalam satu volume ruang angkasa. Teori ini diajukan oleh ahli astronomi Fred
Hoyle dan beberapa ahli astrofisika Inggris.
Dalam teori ”keadaan tetap”, kita harus menerima bahwa zat baru selalu diciptakan dalam ruang
angkasa di antara berbagai galaksi, sehingga galaksi baru akan terbentuk guna menggantikan galaksi
yang menjauh. Orang sepakat bahwa zat yang merupakan asal mula bintang dan galaksi tersebut
adalah hidrogen.
3. Teori “Mengembang dan Memampat” (The Oscillating Theory)
Teori ini dikenal pula dengan nama teori ekspansi dan konstraksi. Menurut teori ini, jagat raya terbentuk
karena adanya suatu siklus materi yang diawali dengan masa ekspansi atau mengembang yang
disebabkan oleh adanya reaksi inti hidrogen, pada tahap ini terbentuklah galaksi-galaksi.
Tahap ini diperkirakan berlangsung selama 30 milyar tahun, selanjutnya galaksi-galaksi dan bintang yang
telah terbentuk akan meredup, kemudian memampat yang didahului dengan keluarnya pancaran panas
yang sangat tinggi. Setelah tahap memampat maka tahap berikutnya adalah tahap mengembang dan
kemudian memampat lagi.
4. Teori “Alam Semesta Quantum”
Teori ini diciptakan oleh William Lane Craig pada tahun 1966. Dia mengemukakan bahwa alam semesta
adalah sudah ada selamanya dan akan selalu ada untuk selamanya pula. Dalam teori ini, ruang hampa
pada hakikatnya tidak ada, yang ada adalah partikel-partikel sub atomik.
Teori pembentukan Tata Surya
5. Teori Kabut (Teori Nebula)
Teori kabut dikemukakan oleh filsuf Jerman yang bernama Immanuel Kantpada tahun 1775. Teori ini hampir sama
dengan yang dikemukakan oleh Simon De Laplace, seorang matematikawan Prancis.
Teori kabut menyatakan bahwa mula-mula ada sebuah nebula (kabut yang terdiri dari gas, terutama hidrogen dan
helium, dan debu-debu angkasa) yang bulat dan berotasi sangat lambat . Akibatnya kabut mulai menyusut. Akibat
penyusutan dan rotasi ini terbentuklah sebuah cakram datar dibagian tengahnya. Matahari berada dipusat cakram.
Cakram ini terus berputar lebih cepat sehingga bagian-bagian tepi cakram terlepas membentuk materi. Dari materi ini
akhirnya terbentuklah planet-planet yang tetap mengitari matahari. Satelit dari planet terbentuk dengan cara yang
sama.
Proses terbentuknya tata surya menurut teori kabut (nebula):
(1) Nebula berasal dari gas dan debu, sebagian besar menjadi Matahari. (2) Terbentuk Matahari dan planet lain yang
masih Berpijar. (3) Matahari terbentuk planet-planet bertebaran tak terarah. (4) Matahari berputar pada porosnya,
planet-planet terbentuk atmosfernya. (4) Planet terbentuk atmosfer, dibumi telah muncul kehidupan karena sudah ada
lapisan atmosfer.
6. Teori Planetesimal
Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Chamberlein dan F. R. Moulton, ilmuwan Amerika awal abad ke-20. Teori ini
mengatakan mula-mula ada matahari yang berpapasan dengan sebuah bintang. Oleh karena letaknya berdekatan,
tarikan gravitasi bintang menyebabkan sebagian matahari tertarik kearah bintang tersebut.
Ketika bintang menjauh bahan-bahan itu sebagian ada yang terlepas dan jatuh ke matahari, dan sebagian menjadi
gumpalan-gumpalan kecil (planetesimal) yang mulai melayang diangkasa sebagai planet-planet yang mengelilingi
matahari.
7. Teori Bintang Kembar
Teori ini ditemukan pada tahun 1930-an. Teori Bintang Kembar menyatakan bahwa mula-mula ada 2 buah bintang
kembar kemudian salah satu bintang meledak. Oleh karena pengaruh gaya gravitasi, maka bintang yang meledak
menjadi kepingan-kepingan kecil yang bergerak mengelilingi bintang yang tidak meledak. Bintang yang tidak meledak
merupakan matahari sedangkan kepingan-kepingan yang mengitarinya menjadi planet-planet.
8. Teori Protoplanet
Teori ini ditemukan pada tahun 1940 oleh Carl von Weizsaeker, seorang astronom Jerman dan
disempurnakan oleh P. Kuiper dan Subrahmanyan Chandrasekar.
Teori ini menyatakan bahwa mula-mula dijagat raya ini ada kumpulan gas dan debu. Kurang lebih 5
milyar tahun yang lalu, gumpalan gas dan debu tersebut memampat. Proses pemampatan ini membuat
partikel-partikel debu dan gas tertarik kebagian dalam menuju pusat awan membentuk bola dan terus
berotasi. Rotasi inipun bertambah cepat dengan ditariknya partikel-partikel debu dan gas ke pusat awan.
Oleh karena rotasi yang cepat ini, maka gumpalan gas mulai memipih membentuk cakram, bagian
tengah tebal dan bagian pinggir memipih. Akibat saling menekan, maka bagian tengah menjadi panas
dan berpijar (disebut protosun atau cikal bakal matahari). Bagian tepinya terpecah-pecah akibat rotasi
yang cepat. Bagian tengah ini yang akhirnya menjadi matahari dan bagian tepi yang terpecah-pecah
menjadi gumpalan-gumpalan kecil (protoplanet) yang tetap berotasi. Protoplanet akhirnya membeku
dan menjadi planet-planet serta anggota tata surya lainnya.
9. Teori Pasang Surut Bintang
Teori Pasang Surut pertama kali disampaikan oleh Buffon. Buffon menyatakan bahwa tata surya berasal
dari materi Matahari yang terlempar akibat bertumbukan dengan sebuah komet.
Teori pasang surut yang disampaikan Buffon kemudian diperbaiki oleh Sir James Jeans dan Harold Jeffreys.
Mereka berpendapat bahwa tata surya terbentuk oleh efek pasang gas-gas Matahari akibat gaya
gravitasi bintang besar yang melintasi Matahari. Gas-gas tersebut terlepas dan kemudian mengelilingi
Matahari. Gas-gas panas tersebut kemudian berubah menjadi bola-bola cair dan secara berlahan
mendingin serta membentuk lapisan keras menjadi planet-planet dan satelit.
10. Teori Kondensasi
Hipotesis kondensasi mulanya dikemukakan oleh astronom Belanda yang bernama G.P. Kuiper (1905-1973)
pada tahun 1950. Hipotesis kondensasi menjelaskan bahwa tata surya terbentuk dari bola kabut raksasa
yang berputar membentuk cakram raksasa.
Perkembangan kehidupan di Bumi.
Teori terbentuknya bumi
1. Teori Kontraksi
Dalam teori ini dikatakan bahwa pada saat bola bumi mendingin maka terjadilah proses pengerutan dan
semakin menyusut. Kerutan-kerutan itulah sebagai pegunungan, lipatan yang kita kenal sampai sekarang.
Teori Descartes dan Suess (1596 – 1650) ini disebut teori kontraksi.
James Dana (1847) dan Elie de Baumant (1852) menguatkan teori ini bahwa bumi mengalami pengerutan
karena pendinginan di bagian dalam bumi akibat konduksi panas, sehingga mengakibatkan bumi tidak
rata.
2. Teori Geosinklin
Teori ini dikonsep oleh Hall pada tahun1859 yang kemudian dipublikasikan oleh Dana pada tahun 1873.
Teori ini bertujuan untuk menjelaskan terjadinya endapan batuan sedimen yang sangat tebal, ribuan meter
dan memanjang seperti pada Pegunungan Himalaya, Alpina dan Andes. Teori geosinklin menyatakan
bahwa suatu daerah sempit pada kerak bumi mengalami depresi selama beberapa waktu sehingga
terendapkan secara ekstrim sedimen yang tebal. Proses pengendapan ini menyebabkan subsidence
(penurunan) pada dasar cekungan. Endapan sedimen yang tebal dianggap berasal dari sedimen akibat
proses orogenesa yang membentuk pengunungan lipatan dan selama proses ini endapan sedimen yang
telah terbentuk akan mengalami metamorfosa. Batuan yang terdeformasi didalamnya dijelaskan sebagai
akibat menyempitnya cekungan karena terus menurunnya cekungan, sehingga batuan terlipat dan
tersesarkan. Pergerakan yang terjadi adalah pergerakan vertikal akibat gaya isostasi.
3. Hipotesa Pengapungan Benua (Continental Drift)
Tahun 1912, Alfred Wegener seorang ahli meteorologi Jerman mengemukakan konsep
Pengapungan Benua (Continental drfit). Dalam The Origin of Continents and Oceans. Hipotesa
utamanya adalah satu “super continent” yang disebut Pangaea (artinya semua daratan) yang
dikelilingi oleh Panthalassa (semua lautan). Selanjutnya, hipotesa ini mengatakan 200 juta tahun
yang lalu Pangaea pecah menjadi benua-benua yang lebih kecil. Dan kemudian bergerak menuju
ke tempatnya seperti yang dijumpai saat ini. Sedangkan hipoptesa lainnya menyatakan bahwa
pada mulanya ada dua super kontinen , yaitu pangea utara yang disebut juga Laurasia, dan
pangea selatan yang disebut juga Gondwanaland.
4. Teori konveksi
Teori konveksi mengemukakan bahwa terjadi aliran konveksi ke arah vertikal di dalam lapisan
astenosfer yang agak kental. Aliran tersebut berpengaruh sampai ke kerak bumi yang ada di
atasnya. Aliran konveksi yang merambat ke dalam kerak bumi menyebabkan batuan kerak bumi
menjadi lunak. Gerak aliran dari dalam mengakibatkan permukaan bumi menjadi tidak rata.
Salah seorang pengikut teori konveksi adalah Harry H. Hess dari Princenton University. Pada tahun
1962 dalam bukunya History of the Ocean Basin, Hess mengemukakan pendapatnya tentang aliran
konveksi yang sampai ke permukaan bumi di mid oceanic ridge (punggung tengah laut). Di puncak
mid oceanic ridge tersebut lava mengalir terus dari dalam kemudian tersebar ke kedua sisinya dan
membeku membentuk kerak bumi baru.
Fase Pembentukan Bumi
Fase-fase pembentukan bumi terdiri atas delapan fase, yaitu sebagai berikut
1. Fase awal mula jadi alam semesta (big bang). Pada saat big bang, bumi terwujud tetapi bahan-
bahannya telah ada bersama dengan bahan-bahan buntang dan planet-planet lain.
2. Fase pembentukan bintang-bintang. Matahari dan bumi sebagai calon tata surya belum
dilahirkan
3. Fase supernova. Yaitu ledakan dari suatu bintang di galaksi yang memancarkan energi yang
teramat besar.
4. Fase pendinginan nebula. Barulah setelah ada kejutan lagi dari supernova yang ada di
sekitarnya, gravitasi antarbahan nebula mulai aktif. Ketika gravitasi mulai bekerja, pembentukan
sebuah bintang dan atau matahari mulai terjadi.
5. Fase pembentukan matahari dan cincin planet. Sebagian debu dan gas di bagian dalam
nebula mulai berkumpul dan bergabung kemudian secara perlahan-lahan.
6. Fase akresi. Pada saat ini bumi dengan susunan materi yang seragam belum ada daratan dan
atau lautan.
7. Fase pembentukan bumi. Bahan bahan dari meteor yang memiliki berat jenis yang lebih tinggi
mulai tenggelam ke pusat bumi. Akibatnya, tebentuklah inti bumi.
8. Pembentukan atmosfer, samudra dan makhluk hidup
Dampak rotasi dan revolusi Bumi
terhadap kehidupan di Bumi
Rotasi Planet Bumi menimbulkan berbagai dampak berikut:
1. Peredaran Semu Harian Benda-Benda Langit
2. Pergantian Siang dan Malam
3. Perbedaan Waktu dan Pembagian Waktu Internasional
4. Perbedaan Percepatan Gravitasi Bumi
5. Pembelokan Arah Angin
6. Pembelokan Arus Laut
Revolusi Planet Bumi bagi Kehidupan :
Dampak revolusi planet Bumi sebagai berikut:
1. Perubahan Lama Siang dan Malam
2. Gerak Semu Matahari. Gerak semu ini berdampak pada perubahan iklim di bumi.
Perubahan iklim memiliki manfaat bagi kehidupan antara lain: Siklus air tetap
berangsung, mengisi kembali volume air pada sungai-sungai episodik, dan periodik,
sehingga regenerasi tumbuhan dan hewan tetap terjaga. Pergantian musim bagi
sebagian hewan adalah masa kawin, untuk terus bereproduksi, seperti ikan salmon.
Pergantian musim juga adalah masa migrasi hewan seperti burung sehingga proses
persebaran hewan dan tumbuhan terus berlangsung.

Anda mungkin juga menyukai