Anda di halaman 1dari 5

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Bumi
B. Teori Pembentukan Bumi Berdasarkan Teori Tata Surya
Bumi merupakan salah satu planet anggota sistem tata surya. Oleh karena itu,
proses terjadinya Bumi sama dengan terjadinya anggota tata surtya yang lainnya.
Pengetahuan mengenai pembentukan tata surya dapat kita ketahui dari beberapa teori-
teori yang dikemukakan oleh para ahli berikut ini.
1) Teori Whippel oleh Fred L. Whippel
Fred L. Whipple, seorang ahli astronom Amerika mengemukakan pada
mulanya tata surya terdiri dari gas dan kabut debu aneh yang mengandung nitrogen
yang sedikit kosmis yang berotasi membentuk semacam piringan. Debu dan gas yang
berotasi menyebabkan terjadinya pemekatan massa dan akhirnya menggumpal
menjadi padat, sedangkan kabutnya hilang menguap ke angkasa. Gumpalan yang
padat saling bertabrakan dan kemudian membentuk planet – planet, termasuk planet
bumi.
2) Teori Kabut (Nebula) oleh Immanuel Kant
Teori Kabut Atau Yang Sering Disebut (Nebula) Dari jaman sebelum masehi,
para ahli sudah memikirkan bagaimana proses terjadinya bumi. Dan salah satunya
adalah teori kabut atau yang disebut nebula yang diperkenalkan oleh Immanuel Kant
pada tahun 1755 serta Piere de Laplace pada tahun 1796.
Dimana mereka berdua terkenal dengan teori kabut kant laplace. Dalam teori
tersebut mengatakan bahwa di dalam jagat raya terdapat gas yang berkumpul menjadi
kabut atau nebula. Dimana gaya tarik menarik antara gas yang kemudian membentuk
kumpulan kabut yang sangat besar serta berputar semakin cepat. Dimana proses
perputaran yang sangat cepat ini, materi kabut di bagian khatulistiwa terlempar dan
terpisah serta memadat yang disebabkan karena pendinginan.
Pada bagian yang terlempar ini menjadi planet – planet di dalam tata surya.
Teori nebula terbagi menjadi beberapa tahap . Matahari beserta planet-planet yang
masih berbentuk gas, dimana kabut yang masih sangat pekat dan besar. Kabut yang
masih berputar serta berpilin dengan kuat dan pemadatan terjadi pada pusat lingkaran
dan kemudian membentuk matahari.
3) Teori Planestesimal oleh F. R. Moulton dan Chamberlain
Teori ini dikemukakan oleh Forest Ray Moulton, seorang astronom Amerika
dan Thomas C. Chamberlain, ahli geologi pada 1916. Dalam teorinya mereka
mengemukakan bahwa matahari sudah ada sejak awal. Suatu ketika, ada bintang yang
lebih besar dari ukuran matahari mendekati matahari.Hal ini mengakibatkan
terjadinya daya tarik pasang pada matahari sehingga ada sebagian materi matahari
yang terlepas dan bertebaran pada orbitnya. Lama kelamaan, material tersebut
menyerupai lidah api raksasa dan menjauh dari matahari. Namun, material-material
yang kecil tersapu oleh material yang lebih besar kemudian bersatu dan berputar pada
orbitnya. Pada akhirnya, terciptalah planet-planet dari material tersebut, salah satunya
bumi yang kita tempati ini.
4) Teori Pasang Surut Gas (Tidal) oleh James Jeans dan Harold Jaffrey
Teori yang dikemukakan James Jeans dan Harold Jeffrey tahun 1918, bintang
besar yang mendekati matahari dengan jarak pendek, yang pada akhirnya membuat
pasang surut pada badan matahari, pada saat matahari dalam keadaan gas. Penyebab
terjadinya pasang surut air laut adalah massa bulan serta jauhnya jarak antara bulan ke
bumi 60 kali radius orbit di bumi.
Namun jika bintang yang massanya mendekati masa besarnya dengan
matahari mendekat, lalu akan membentuk semacam gunung gelombang pada badan
matahari, yang terjadi karena gaya tarik bintang. Gunung-gunung tadi akan menjadi
tinggi yang sangat luar biasa kemudian terbentuk semacam lidah pijar yang sangat
besar, yang menjulur oleh massa matahari dan mengarah ke arah bintang besar.
Lambat laun kolom-kolom ini akan pecah kemudian akan menjadi benda
tersendirian.Dalam lidah yang panas ini terjadi perapatan gas-gas dan akhirnya
kolom-kolom ini akan pecah, lalu berpisah menjadi benda-benda tersendiri, yaitu
planet-planet. Bintang besar yang menyebabkan penarikan pada bagian-bagian tubuh
matahari tadi, melanjutkan perjalanan di jagat raya, sehingga lambat laun akan hilang
pengaruhnya terhadap planet yang berbentuk tadi.
Planet-planet akan mengelilingi matahari namun tetapi ketika mengelilingi
planet-planet yang besar proses pendinginannya akan lambat sedangkan pada planet-
planet kecil akan berjalan lebih cepat.
5) Teori Bintang Kembar oleh R. A. Lyttleton
Teori bintang kembar menjelaskan bahwa tata surya pada awalnya terbentuk
dari dua bintang besar dan kembar. Salah satu bintang meledak dan menghasilkan
debu-debu yang kemudian membentuk planet-planet. Bintang lain yang tidak
meledak menjadi Matahari. Teori ini pertama kali dikemukakan oleh RA Lyttleton
pada tahun 1940 dan kemudian dikemukakan kembali oleh Fred Hoyle pada tahun
1956.
6) Teori Big Bang
Teori Big Bang merupakan teori yang paling populer dan ditemukan paling
akhir oleh para ilmuwan. Dalam teori ini dikemukakan bahwa tata surya tidak terjadi
dengan sendirinya, melainkan melalui proses selama miliaran tahun lamanya.Teori ini
sendiri menyebutkan bahwa di alam semesta ini terdapat gumpalan kabut raksasa
yang berputar pada porosnya. Pembahasan mengenai hal tersebut beserta sistem tata
surya lainnya dapat ditemukan pada buku Eksplorasi Tata Surya.Putarannya ini
sangat cepat sehingga menyebabkan beberapa terlepas dari pusatnya. Dalam teori ini
disebutkan juga bahwa ada bagian besar yang membentuk cakram raksasa. Cakram
raksasa ini meledak membentuk nebula.
Nebula (asap) ini mendingin selama 4.6 miliar tahun. Dari proses ini akhirnya
terbentuklah Bima Sakti. Namun, bagian-bagian kecil dari kabut raksasa mendingin
dan memadat hingga akhirnya menjadi planet-planet, salah satunya bumi yang kita
tempati sekarang.
7) Teori Buffon oleh Boffon
8) Teori Kuipper (Kondensasi) oleh G. P. Kuiper
Gerald P. Kuiper mengemukakan bahwa pada mulanya ada nebula besar
berbentuk piringan cakram. Pusat piringan adalah protomatahari, sedangkan massa
gas yang berputar mengelilingi protomatahari adalah protoplanet. Dalam teorinya, dia
juga memasukkan unsur - unsur ringan, yaitu hidrogen dan helium. Pusat piringan
yang merupakan protomatahari menjadi sangat panas, sedangkan protoplanet menjadi
dingin.[1] Unsur ringan tersebut menguap dan mulai menggumpal menjadi planet -
planet
9) Teori Weizsaecker oleh Von Weizsaecker
Pada tahun 1940, Carl Friedrich von Weizsäcker, seorang ahli
astronomi Jerman mengemukakan tata surya pada mulanya terdiri atas matahari yang
dikelilingi oleh massa kabut gas. Sebagian besar massa kabut gas ini terdiri atas unsur
ringan, yaitu hidrogen dan helium. Karena panas matahari yang sangat tinggi, maka
unsur ringan tersebut menguap ke angkasa tata surya, sedangkan unsur yang lebih
berat tertinggal dan menggumpal. Ini akan menarik unsur - unsur lain yang ada di
angkasa tata surya dan selanjutnya berevolusi membentuk planet - planet, termasuk
Bumi

C. Teori Pembentukan Dan Perkembangan Bumi


1) Teori Kontraksi oleh Descrates
Teori yang dikemukakan oleh Descartes (1596-1650), yang mengatakan
bahwa bumi semakin lama akan menyusut dan mengerut dari adanya pendinginan
sehingga permukaan terdapat relief yang beragam seperti gunung, dataran, dan
lembah.
Teori ini mendapat dukungan dari James Dana (1847- Elie de Baumant
(1852), yang keduanya berpendapat bahwa bumi mengalami pengerutan karena
terjadi proses pendinginan pada bagian dalam bumi yang mengakibatkan bagian
permukaan bumi mengerut dan terbentuk pegunungan dan lembah-lembah.
2) Teori Dua Benua oleeh Edward Zuees
Awalnya bumi terdiri atas dua benua yaitu Laurasia yang berada di sekitar
kutub utara dan Gondwana di sekitar kutub selatan bumi. Kedua benua tersebut
bergerak perlahan ke arah equator bumi yang pada akhirnya terpecah membentuk
benua-benua kecil.Laurasia terpecah menjadi Amerika utara, Asia, Eropa. Sedangkan
Gondwana terpecah menjadi Amerika selatan, Australia, dan Afrika. Teori Laurasia-
Gondwana pertama kali ditemukan pada tahun 1884 oleh Edward Zeuss.
3) Teori Pengapungan Benua oleh Alfred Wegener
Teori Apungan Benua (Continental Drift Theory) Teori apungan benua
dikemukakan oleh Alfred Lothar Wegener tahun 1912 dalam bukunya The Origin of
the Continents and Oceans. Wegener mengemukakan teori tentang perkembangan
bentuk permukaan bumi berhubungan dengan pergeseran benua. Menurut Wegener,
di permukaan bumi pada awalnya hanya terdapat sebuah benua besar yang disebut
Pangea (dalam bahasa Yunani berarti keseluruhan bumi), serta sebuah samudra
bernama Panthalasa.
Benua tersebut kemudian bergeser secara perlahan ke arah ekuator dan barat
mencapai posisi seperti sekarang. Teori apungan benua diperkuat dengan adanya
kesamaan garis pantai antara Amerika Selatan dan Afrika, serta kesamaan lapisan
batuan dan fosil-fosil pada lapisan di kedua daerah tersebut.Gerakan tersebut menurut
Wegener disebabkan oleh adanya rotasi bumi yang menghasilkan gaya sentrifugal
sehingga gerakan cenderung ke arah ekuator, sedangkan adanya gaya tarik-menarik
antara bumi dan bulan menghasilkan gerak ke arah barat. Gerakan ke arah barat
tersebut terjadi seperti halnya pada saat terjadinya gelombang pasang, yaitu akibat
revolusi bulan yang bergerak dari arah barat ke timur.Akan tetapi, sekitar tahun 1960-
an muncul kritik terhadap teori itu yang mempertanyakan kemungkinan massa benua
yang sangat besar dan berat dapat bergeser di atas lautan yang keras
4) Teori Konveksi
Teori konveksi ini pertama kali dicetuskan oleh Arthur Holmes sekitar tahun
1927 dan kemudian dikembangkan oleh Harry H. Hess dan Robert Diesz. Teori ini
menyebutkan bahwa terdapat arus konveksi dari dalam mantel bumi yang terdiri dari
massa berupa lava.Ketika arus konveksi ini membawa lava sampai ke permukaan
bumi di bagian punggung tengah samudra (mid oceanic ridge), akan menyebabkan
lava tersebut membeku dan membentuk lapisan kulit bumi yang baru sehingga
menggeser dan menggantikan kulit bumi yang lama.
Teori ini didukung dengan adanya bukti bahwa terdapatnya bagian mid
oceanic ridge itu sendiri, seperti mid Atlantic Ridge dan Pasific Atlantic Ridge. Selain
itu berdasarkan sebuah penelitian mengenai umur laut juga dibuktikan bahwa
semakin jauh dari punggung tengah samudra, umur batuan-batuannya semakin tua
5) Teori Lempeng Tektonik
Konsep lempeng tektonik dirumuskan pada tahun 1960an. Menurut teori
tersebut, bumi mempunyai lapisan luar yang kaku yang disebut dengan litosfer , yang
biasanya tebalnya sekitar 100 km (60 mil) dan menutupi lapisan plastik (dapat
dibentuk, sebagian meleleh) yang disebut astenosfer . Litosfer terbagi menjadi tujuh
lempeng berukuran benua dan samudera yang sangat besar, enam atau tujuh lempeng
regional berukuran sedang, dan beberapa lempeng kecil. Lempeng-lempeng ini
bergerak relatif satu sama lain, biasanya dengan kecepatan 5 hingga 10 cm (2 hingga
4 inci) per tahun, dan berinteraksi sepanjang batasnya, tempat mereka bertemu ,
menyimpang, atau saling berpapasan. Interaksi tersebut dianggap bertanggung jawab
atas sebagian besar aktivitas seismik dan vulkanik bumi, meskipun gempa bumi dan
gunung berapi juga dapat terjadi di bagian dalam lempeng. Pergerakan lempeng
menyebabkan gunung-gunung naik ketika lempeng-lempeng saling mendorong, atau
bertemu, dan benua-benua retak dan lautan terbentuk ketika lempeng-lempeng saling
menjauh, atau menyimpang. Benua-benua tertanam dalam lempeng dan hanyut secara
pasif bersamanya, yang selama jutaan tahun mengakibatkan perubahan signifikan
pada geografi bumi.
Teori Tektonik Lempeng berasal dari Hipotesis Pergeseran Benua (continental
drift) yang dikemukakan Alfred Wegener tahun 1912. Dan dikembangkan lagi dalam
bukunya The Origin of Continents and Oceans yang diterbitkan pada tahun 1915. Ia
mengemukakan bahwa benua-benua yang sekarang ada dulu adalah satu kesatuan
yang bergerak menjauh sehingga melepaskan benua-benua tersebut dari inti bumi
seperti 'bongkahan es' dari granit yang bermassa jenis rendah yang mengambang di
atas lautan basal yang lebih padat. Namun, tanpa adanya bukti terperinci dan
perhitungan gaya-gaya yang dilibatkan, teori ini dipinggirkan. Mungkin saja bumi
memiliki kerak yang padat dan inti yang cair, tetapi tampaknya tetap saja tidak
mungkin bahwa bagian-bagian kerak tersebut dapat bergerak-gerak. Di kemudian
hari, dibuktikanlah teori yang dikemukakan geolog Inggris Arthur Holmes tahun
1920 bahwa tautan bagian-bagian kerak ini kemungkinan ada di bawah laut. Terbukti
juga teorinya bahwa arus konveksi di dalam mantel bumi adalah kekuatan
penggeraknya.
Bukti pertama bahwa lempeng-lempeng itu memang mengalami pergerakan
didapatkan dari penemuan perbedaan arah medan magnet dalam batuan-batuan yang
berbeda usianya. Penemuan ini dinyatakan pertama kali pada sebuah simposium di
Tasmania tahun 1956. Mula-mula, penemuan ini dimasukkan ke dalam teori ekspansi
bumi, namun selanjutnya justeru lebih mengarah ke pengembangan teori tektonik
lempeng yang menjelaskan pemekaran (spreading) sebagai konsekuensi pergerakan
vertikal (upwelling) batuan, tetapi menghindarkan keharusan adanya bumi yang
ukurannya terus membesar atau berekspansi (expanding earth) dengan memasukkan
zona subduksi/hunjaman (subduction zone), dan sesar translasi (translation fault).
Pada waktu itulah teori tektonik lempeng berubah dari sebuah teori yang radikal
menjadi teori yang umum dipakai dan kemudian diterima secara luas di kalangan
ilmuwan. Penelitian lebih lanjut tentang hubungan antara seafloor spreading dan
balikan medan magnet bumi (geomagnetic reversal) oleh geolog Harry Hammond
Hess dan oseanograf Ron G. Mason menunjukkan dengan tepat mekanisme yang
menjelaskan pergerakan vertikal batuan yang baru.

Anda mungkin juga menyukai