Seperti yang kita ketahui bahwa bumi terbentuk sekitar 250 juta tahun yang
lalu dimana pada saat itu daratan tidak terpisah-pisah yang dinamakan sebagai
Pangea. Disaat 200 juta tahun yang lalu terbentuklah dua benua besar hasil dari
pecahan Pangea yaitu Laurasia dan Gondwana. Laurisia sekarang ini terdiri dari
benua Amerika Utara, Asia Timur, Eropa dan sibagian dari Asia Tengah.
Sedangkan Gondwana terdiri dari Afrika, Australia, Amerika Selatan, Indian, dan
Asia bagian lainnya. Tak berlangsung lama, kemudian dua benua besar terpecah-
pecah, hanyut, dan bertubrukan dengan bagian lainnya. Bumi terdiiri atas
beberapa lapisan yang didalamnya terdapat bahan material pembentuk bumi dan
seluruh kekayaan alam. Dalam bumi terdapat bentuk yang beragam mulai dari
daratan, pegunungan, lautan, lembah, danau, perbukitan dan sebagainya. Bumi
terbentuk bersamaan dengan terbentuknya tata surya sehingga proses
terbentuknya bumi tidak lepas dari proses terbentuknya tata surya.
Dalam terbentuknya bumi tidak diketahui secara pasti tapi yang diketahui bahwa
proses terbentuknya bumi tidak lepas dari proses terbentuknya tata surya yang
menurut pendapat para ahli yang mengemukakan teori-teorinya proses
terbentuknya tata surya yang merupakan juga proses terbentuknya bumi antara
lain sebagai berikut:
1. Teori Nebula (Kabut)
Teori Nebula disebut juga dengan Teori Kabut Kant-Laplace yang
dikemukakan oleh Immanuel Kant (1755) dan Peiere De Laplace (1796). Teori ini
menjelaskan bahwa di jagat rayat terdapat gas yang berkumpul menjadi kabut
(nebula). Kabut tersebut berupa debu, es, dan gas yang sebagian besar unsur gas
berupa hidrogen. Adanya gaya gravitasi membentuk kumpulan kabut yang sangat
besar dan kemudian menyusut dan mengeras serta berputar semakin cepat. Dalam
proses perputaran yang sangat cepat, materi kabut bagian khatulistiwa terlempar
memisah dan memadat karena pendinginan. Bagian yang terlepar tersebut
kemudian membentuk planet-planet dalam tata surya. Tahap-tahap terbentuknya
bumi pada teori tebula adalah sebagai berikut:
Matahari dan planet-planet masih berbentuk gas, kabut yang pekat dan
besar.
Kabut berputar dan memadat yang terjadi dipusat lingkaran karena gaya
gravitasi
Kemudian terbentuk planet-planet dari materi-materi kecil pada saat
bersamaan terbentuknya matahari yang lebih kecil dari matahari
Materi tersebut semakin membesar dan tumbuh melakukan gerakan teratur
mengelilingi matahari dalam satu orbit yang tetap dan membentuk susunan
keluarga matahari
2. Toeri Planetisimal
Teori Planetisimal dikemukakan oleh Forest Ray Multon seorang ahli
astronomi dan bersama rekannya Thomas C.Chamberlain, ahli geologi , pada awal
abad ke -20. Teori ini mengatakan bahwa matahari terdiri dari gas yang bermassa
besar dan suatu ketika bintang melintas disamping matahari yang sangat dekat
yang hampir terjadi tabrakan, Dekatnya bintang dan matahari terdapat pengaruh
gaya gravitasi yang mengakibatkan tertariknya gas dan materi ringan pada bagian
tepi, dari besarnya gaya gravitasi sebagian materi terlempar meninggalkan
permukaan matahari dan permukaan bintang dan membentuk gumpalan-gumpalan
akibat dari penyusupan, lalu terjadi pendinginan dan padat, terbentuklah planet-
planet yang mengelilingi matahari.
Lapisan-lapisan Bumi
Lapisan Bumi dibagi menjadi 3 lapisan utama, yaitu kerak bumi (crush), selimut
bumi (mantle), dan inti bumi (core). Secara struktur, susunan ini mirip dengan
telur, yaitu cangkangnya sebagai kerak, putihnya sebagai selimut, dan kuningnya
sebagai inti bumi. Berikut ini penjelasan masing-masing lapisan bumi tersebut:
1. Lapisan Kerak Bumi (crush)
Lapisan bumi yang paling luar adalah kerak bumi dan menjadi tempat
tinggal bagi seluruh makhluk hidup. Lapisan kerak atau kulit bumi, yaitu lapisan
yang tersusun dari batuan beku dan juga terdapat batuan metamorf dan sedimen..
Ketebalan rata-rata lapisan kerak bumi adalah 32 km. Lapisan yang paling tebal
berada di bawah benua, yaitu mencapai 65 km. Sedangkan lapisan paling tipis
berada di bawah samudera yang ketebalannya hanya 8 km. Permukaannya
dicirikan oleh adanya pegunungan, dataran yang sangat luas dan datar, serta
palung laut. Suhu di bagian bawah kerak bumi mencapai 1.100 derajat Celsius.
Kerak bumi adalah lapisan yang selalu bergerak. Pada zaman dahulu kala,
seluruh daratan di bumi membentuk suatu massa daratan yang sangat luas
sehingga hewan-hewan dapat menjelajah dengan bebas. Namun massa daratan
yang sangat luas itu kemudian terpecah dan pecahan-pecahannya mengapung
membentuk lembaran-lembaran yang disebut lempeng. Menurut ilmu lempeng
tektonik, bumi terdiri dari 16 lempeng besar dan beberapa lempeng kecil yang
membentuk benua maupun samudera. Lempeng ini sangat aktif bergerak
sedikitnya 10 cm/tahun.. Mereka membuat tanah bergetar dan gunung berapi
meletus serta membentuk barisan pegunungan raksasa sewaktu bertumbukan.
Teori lempeng tektonik diyakini oleh banyak ahli sebagai teori yang
menerangkan proses dinamika bumi, antara lain gempa bumi dan pembentukan
jalur pegunungan. Menurut teori ini kulit bumi (kerak bumi) yang disebut litosfer
terdiri dari lempengan yang mengambang di atas lapisan yang lebih padat yang
disebut astenosfer. Ada dua jenis kerak bumi, yaitu kerak samudra dan kerak
benua. Kerak samudra tersusun atas batuan yang bersifat basa, sedangkan kerak
benua tersusun atas batuan yang bersifat asam.
Teori lempeng tektonik dikemukakan oleh ahli geofisika Inggris, Mc
Kenzie dan Robert Parker (1967). Kedua ahli itu menjadikan teori-teori
sebelumnya sebagai satu kesatuan konsep yang lebih sempurna sehingga diterima
oleh para ahli geologi.
Kerak bumi menutupi seluruh permukaan bumi. Namun, akibat adanya
aliran panas yang mengalir di astenosfer menyebabkan kerak bumi pecah menjadi
bagian-bagian yang lebih kecil. Bagian-bagian itulah yang disebut lempeng kerak
bumi (lempeng tektonik). Aliran panas tersebut untuk selanjutnya menjadi sumber
kekuatan terjadinya pergerakan lempeng. Lempeng tektonik; merupakan dasar
dari “terbangunnya” system kejadian gempa bumi, peristiwa gunung berapi,
pemunculan gunung api bawah laut, dan peristiwa geologi lainnya.
Teori Tektonik Lempeng (Plate Tectonic) juga suatu teori dalam bidang
geologi yang menjelaskan tentang sifat-sifat bumi yang mobil/dinamis karena
adanya gaya endogen dari dalam bumi. Teori ini dikembangkan untuk
memberikan penjelasan terhadap adanya bukti-bukti pergerakan skala besar yang
dilakukan oleh litosfer bumi.
Teori ini menggantikan teori lama yaitu: Teori Continental Drift yang
lebih dahulu dikemukakan pada pertengahan pertama abad ke – 20 dan konsep
Seafloor Spreading yang dikembangkan pada tahun 1960 – an.
Menurut Teori Lempeng Tektonik, lapisan terluar bumi terbuat dari suatu
lempengan tipis dan keras yang masing-masing saling bergerak relatif terhadap
yang lain. Gerakan ini terjadi secara terus-menerus sejak bumi ini tercipta hingga
sekarang.
Teori Lempeng Tektonik muncul sejak tahun 1960-an, dan hingga kini
teori ini telah berhasil menjelaskan berbagai peristiwa geologis, seperti gempa
bumi, tsunami, dan meletusnya gunung berapi, juga tentang bagaimana
terbentuknya gunung, benua, dan samudra.
Lempeng tektonik terbentuk oleh kerak benua (continental crust) ataupun
kerak samudra (oceanic crust), dan lapisan batuan teratas dari mantel bumi
(earth’s mantle). Kerak benua dan kerak samudra, beserta lapisan teratas mantel
ini dinamakan litosfer yang terpecah ke dalam beberapa lempeng tektonik yang
saling bersinggungan satu dengan lainnya.
Kepadatan material pada kerak samudra lebih tinggi dibanding kepadatan
pada kerak benua. Demikian pula, elemen-elemen zat pada kerak samudra (mafik)
lebih berat dibanding elemen-elemen pada kerak benua (felsik).
Di bawah litosfer terdapat lapisan batuan cair yang dinamakan astenosfer. Karena
suhu dan tekanan di lapisan astenosfer ini sangat tinggi, batu-batuan di lapisan ini
bergerak mengalir seperti cairan (fluid).
Massa bumi kira-kira adalah 5,98×1024 kg. Kandungan utamanya adalah besi
(32,1%), oksigen (30,1%), silikon (15,1%), magnesium (13,9%), sulfur (2,9%),
nikel (1,8%), kalsium (1,5%), and aluminium (1,4%); dan 1,2% selebihnya terdiri
dari berbagai unsur-unsur langka. Karena proses pemisahan massa, bagian inti
bumi dipercaya memiliki kandungan utama besi (88,8%) dan sedikit nikel (5,8%),
sulfur (4,5%) dan selebihnya kurang dari 1% unsur langka.[10]
Ahli geokimia F. W. Clarke memperhitungkan bahwa sekitar 47% kerak bumi
terdiri dari oksigen. Batuan-batuan paling umum yang terdapat di kerak bumi
hampir semuanya adalah oksida (oxides); klorin, sulfur dan florin adalah
kekecualian dan jumlahnya di dalam batuan biasanya kurang dari 1%. Oksida-
oksida utama adalah silika, alumina, oksida besi, kapur, magnesia, potas dan soda.
Fungsi utama silika adalah sebagai asam, yang membentuk silikat. Ini adalah sifat
dasar dari berbagai mineral batuan beku yang paling umum. Berdasarkan
perhitungan dari 1,672 analisa berbagai jenis batuan, Clarke menyimpulkan
bahwa 99,22% batuan terdiri dari 11 oksida . Konstituen lainnya hanya terjadi
dalam jumlah yang kecil.
Kerak bumi merupakan bagian terluar lapisan bumi dan memiliki ketebalan 5-
80 km. kerak dengan mantel dibatasi oleh Mohorovivic Discontinuity. Kerak
bumi dominan tersusun oleh feldsfar dan mineral silikat lainnya. Kerak bumi
dibedakan menjadi dua jenis yaitu :
►Kerak samudra, tersusun oleh mineral yang kaya akan Si, Fe, Mg yang disebut
sima. Ketebalan kerak samudra berkisar antara 5-15 km (Condie, 1982)dengan
berat jenis rata-rata 3 gm/cc. Kerak samudra biasanya disebut lapisan basaltis
karena batuan penyusunnya terutama berkomposisi basalt.
►Kerak benua, tersusun oleh mineral yang kaya akan Si dan Al, oleh karenanya
di sebut sial. Ketebalan kerak benua berkisar antara 30-80 km (Condie !982) rata-
rata 35 km dengan berat jenis rata-rata sekitar 2,85 gm/cc. kerak benua biasanya
disebut sebagai lapisan granitis karena batuan penyusunya terutama terdiri dari
batuan yang berkomposisi granit.
Disamping perbedaan ketebalan dan berat jenis, umur kerak benua biasanya
lebih tua dari kerak samudra. Batuan kerak benua yang diketahui sekitar 200 juta
tahun atau Jura. Umur ini sangat muda bila dibandingkan dengan kerak benua
yang tertua yaitu sekitar 3800 juta tahun. Tabel Skala waktu geologi dapat dilihat
di Skala Waktu Geologi.
Skala Mohs adalah skala ordinal murni. Misalnya, korundum (9) dua kali
lebih keras daripada topaz (8), namun intan (10) hampir empat kali lebih keras
daripada korundum. Tabel di bawah memperlihatkan perbandingan dengan
kekerasan absolut yang diukur menggunakan sklerometer dengan contoh gambar.
Kekerasan Kekerasan
Mineral Formula kimia Gambar
Mohs absolut
1 Talc Mg3Si4O10(OH)2 1
3 Calcite CaCO3 9
4 Fluorite CaF2 21
Ca5(PO4)3(OH–,Cl–
5 Apatit 48
,F–)
Feldspar
6 KAlSi3O8 72
Orthoclase
10 Intan C 1600
Pada skala Mohs, grafit (bagian utama dari "ujung" pensil) memiliki
tingkat kekerasan 1,5; kuku 2,2–2,5; koin tembaga 3,2–3,5; pisau saku 5,1; badan
pisau 5,5; kaca jendela 5,5; dan file 6,5. Sebuah pelat garis (porselennon-kaca)
memiliki tingkat kekerasan 7,0. Penggunaan bahan-bahan biasa dengan kekerasan
yang sudah diketahui dapat menjadi cara sederhana untuk memperkirakan posisi
suatu mineral pada skala ini.
6. Siklus Batuan
Pasca-vulkanik perubahan
Batuan beku massa asal tidak cepat didinginkan daripada mereka mulai
berubah. Gas-gas dengan mana magma dibebankan secara perlahan hilang, aliran
lava sering tetap panas dan mengepul selama bertahun-tahun. Gas-gas ini
menyerang komponen batuan dan mineral deposito baru dalam rongga dan celah.
Para zeolit sebagian besar asal ini. Bahkan sebelum ini "pasca-vulkanik" proses
telah berhenti, dekomposisi atmosfer atau pelapukan dimulai sebagai mineral
komponen batuan vulkanik beku dan tidak stabil di bawah kondisi permukaan
atmosfer. Hujan, salju, asam karbonat , oksigen dan agen lainnya beroperasi terus
menerus, dan tidak berhenti sampai seluruh massa telah runtuh ke bawah dan
sebagian besar bahan-bahan yang telah diselesaikan menjadi produk baru atau
terbawa dalam larutan air. Dalam klasifikasi batuan perubahan sekunder
umumnya dianggap tidak penting: batuan diklasifikasikan dan digambarkan
seolah-olah mereka idealnya segar, meskipun hal ini jarang terjadi di alam.
Sekunder perubahan
Perubahan epigenetik (proses sekunder) dapat diatur di bawah sejumlah judul,
masing-masing yang khas dari kelompok batuan atau mineral pembentuk batuan,
meskipun biasanya lebih dari satu perubahan akan ditemukan berlangsung di batu
yang sama. silisifikasi , penggantian mineral silika kristal atau kripto-kristal, yang
paling umum di felsic batuan, seperti riolit , tetapi juga ditemukan pada ular, dll
Kaolinization adalah dekomposisi dari feldspar , yang merupakan mineral yang
paling umum di beku batu, ke kaolin (bersama dengan kuarsa dan lainnya mineral
lempung ), yang terbaik adalah ditunjukkan oleh granit dan syenites .
serpentinisasi adalah perubahan olivin ke serpentin (dengan magnetit ), ini khas
dari peridotites , namun terjadi di sebagian besar mafik batuan . Dalam
uralitization sekunder hornblende menggantikan augit , ini terjadi sangat umum di
diabases , chloritization adalah perubahan augit (biotit atau hornblende) untuk
klorit , dan terlihat di diabases banyak, batuan diorit dan greenstones .
Epidotization terjadi juga di batuan dari kelompok ini, dan terdiri dalam
pengembangan epidot dari biotit, hornblende, augit atau plagioklas feldspar.
Transisi ke malihan
Ini berlian adalah mineral dari dalam batuan beku atau metamorf yang
terbentuk pada suhu tinggi dan tekanan. Rocks terkena suhu tinggi dan tekanan
dapat berubah secara fisik atau kimia untuk membentuk batuan yang berbeda,
yang disebut metamorfik. Metamorfosis Daerah mengacu pada efek pada massa
batuan besar di daerah yang luas, biasanya dikaitkan dengan peristiwa bangunan
gunung dalam sabuk orogenic . Batuan ini biasanya menunjukkan band yang
berbeda berbeda mineralogi dan warna, yang disebut foliation . Jenis lain utama
dari metamorfosis disebabkan ketika tubuh batuan datang ke dalam kontak dengan
intrusi batuan beku yang memanas ini batu negara sekitarnya. Ini kontak
metamorfosis menghasilkan sebuah batu yang diubah dan kembali mengkristal
oleh panas yang ekstrim dari magma dan / atau dengan penambahan cairan dari
magma yang menambahkan bahan kimia ke batuan sekitarnya ( metasomatism ).
Setiap jenis yang sudah ada batuan dapat dimodifikasi oleh proses metamorfosis.
Transisi ke sedimen
Batuan yang tersingkap ke atmosfer yang tidak stabil dan bervariasi tunduk
pada proses pelapukan dan erosi . Pelapukan dan erosi memecahkan batu asli ke
dalam fragmen yang lebih kecil dan membawa pergi bahan terlarut. Bahan ini
terfragmentasi terakumulasi dan dimakamkan oleh bahan tambahan. Sementara
butir individu pasir masih anggota dari kelas batuan itu terbentuk dari, batu yang
terdiri dari biji-bijian seperti menyatu bersama adalah sedimen. Batuan sedimen
dapat dibentuk dari lithification dari fragmen kecil terkubur ( klastik batuan
sedimen), akumulasi dan lithification bahan yang dihasilkan oleh hidup organisme
( biogenik batuan sedimen - fosil ), atau bahan kimia lithification diendapkan dari
larutan mineral bantalan karena evaporasi ( endapan batuan sedimen). Batuan
klastik dapat terbentuk dari fragmen rusak terpisah dari batuan yang lebih besar
dari jenis apa pun, karena proses seperti erosi atau dari bahan organik, seperti
sisa-sisa tanaman. Biogenik dan endapan batuan terbentuk dari pengendapan
mineral dari bahan kimia terlarut dari semua jenis batuan lainnya.