Anda di halaman 1dari 37

1.

Sejarah Pembentukan Bumi

Seperti yang kita ketahui bahwa bumi terbentuk sekitar 250 juta tahun yang
lalu dimana pada saat itu daratan tidak terpisah-pisah yang dinamakan sebagai
Pangea. Disaat 200 juta tahun yang lalu terbentuklah dua benua besar hasil dari
pecahan Pangea yaitu Laurasia dan Gondwana. Laurisia sekarang ini terdiri dari
benua Amerika Utara, Asia Timur, Eropa dan sibagian dari Asia Tengah.
Sedangkan Gondwana terdiri dari Afrika, Australia, Amerika Selatan, Indian, dan
Asia bagian lainnya. Tak berlangsung lama, kemudian dua benua besar terpecah-
pecah, hanyut, dan bertubrukan dengan bagian lainnya. Bumi terdiiri atas
beberapa lapisan yang didalamnya terdapat bahan material pembentuk bumi dan
seluruh kekayaan alam. Dalam bumi terdapat bentuk yang beragam mulai dari
daratan, pegunungan, lautan, lembah, danau, perbukitan dan sebagainya. Bumi
terbentuk bersamaan dengan terbentuknya tata surya sehingga proses
terbentuknya bumi tidak lepas dari proses terbentuknya tata surya.

A. Proses Terbentuknya Bumi

Dalam terbentuknya bumi tidak diketahui secara pasti tapi yang diketahui bahwa
proses terbentuknya bumi tidak lepas dari proses terbentuknya tata surya yang
menurut pendapat para ahli yang mengemukakan teori-teorinya proses
terbentuknya tata surya yang merupakan juga proses terbentuknya bumi antara
lain sebagai berikut:
1. Teori Nebula (Kabut)
Teori Nebula disebut juga dengan Teori Kabut Kant-Laplace yang
dikemukakan oleh Immanuel Kant (1755) dan Peiere De Laplace (1796). Teori ini
menjelaskan bahwa di jagat rayat terdapat gas yang berkumpul menjadi kabut
(nebula). Kabut tersebut berupa debu, es, dan gas yang sebagian besar unsur gas
berupa hidrogen. Adanya gaya gravitasi membentuk kumpulan kabut yang sangat
besar dan kemudian menyusut dan mengeras serta berputar semakin cepat. Dalam
proses perputaran yang sangat cepat, materi kabut bagian khatulistiwa terlempar
memisah dan memadat karena pendinginan. Bagian yang terlepar tersebut
kemudian membentuk planet-planet dalam tata surya. Tahap-tahap terbentuknya
bumi pada teori tebula adalah sebagai berikut:

 Matahari dan planet-planet masih berbentuk gas, kabut yang pekat dan
besar.
 Kabut berputar dan memadat yang terjadi dipusat lingkaran karena gaya
gravitasi
 Kemudian terbentuk planet-planet dari materi-materi kecil pada saat
bersamaan terbentuknya matahari yang lebih kecil dari matahari
 Materi tersebut semakin membesar dan tumbuh melakukan gerakan teratur
mengelilingi matahari dalam satu orbit yang tetap dan membentuk susunan
keluarga matahari

2. Toeri Planetisimal
Teori Planetisimal dikemukakan oleh Forest Ray Multon seorang ahli
astronomi dan bersama rekannya Thomas C.Chamberlain, ahli geologi , pada awal
abad ke -20. Teori ini mengatakan bahwa matahari terdiri dari gas yang bermassa
besar dan suatu ketika bintang melintas disamping matahari yang sangat dekat
yang hampir terjadi tabrakan, Dekatnya bintang dan matahari terdapat pengaruh
gaya gravitasi yang mengakibatkan tertariknya gas dan materi ringan pada bagian
tepi, dari besarnya gaya gravitasi sebagian materi terlempar meninggalkan
permukaan matahari dan permukaan bintang dan membentuk gumpalan-gumpalan
akibat dari penyusupan, lalu terjadi pendinginan dan padat, terbentuklah planet-
planet yang mengelilingi matahari.

3. Teori Pasang Surut Gas (Tidal)


Teori pasang surut dikemukakan oleh James Jeans dan Harold Jeffereys
pada tahun 1918. Teori ini menjeaskan bahwa terdapat suatu bintang besar yang
mendekati matahari yang masih berbentuk gas, dari besarnya massa matahari dan
besarnya massa bintang yang melaju membentuk sebuah tonjolan-tonjolan pada
matahari yang disebabkan gaya tarik bintang yang melaju. Semakin menjauhnya
bintang melaju dengan matahari maka tonjolan-tonjolan tersebut berpisah dan
membentuk sebuah gumpalan-gumpalan gas yang membeku dan terbentuklah
plant-planet baru termasuk diantaranya bumi.

4. Teori Bintang Kembar


Teori bintang kembar dikemukakan oleh R.A. Lyttleton seorang ahli
Astronomi. Menurutnya, bahwa teori ini berasal dari bintang kembar yang
berkombinasi. Dimana salah satu bintang meledak sehingga bahan materialnya
terlempar, dari besarnya gaya gravitas bintang yang tidak meledak membuat
material yang terlempar kemudian akan tertarik dan mengelilingi matahari.
Bintang yang tidak meledak disebut dengan matahari. Sedangkan pecahan bintang
yang lain adalah planet-planet yang mengelilinya.

5. Teori Big Bang


Teori Big Bang berawal dari puluhan milyar tahun lalu yang awalnya
terdapat gumpalan kabut raksasa yang berputar pada prosesnya lalu. Putaran
tersebut memungkinkan bagian-bagian kecil dan ringan terlempar ke luar serta
bagian besarnya berkumpul di pusat dengan membentuk cakram raksasa dimana
suatu saat terjadi ledakan dasyat dari gumpalan besar tersebut membentuk galaksi
dan nebula-nebula, selama kurang lebih 4,6 milyar tahun, nebula-nebula tersebut
membuka dan membentuk galaksi bimasakti, selanjutnya membentuk sistam tata
surya, Gumpalan yang terlempar keluar mengalami kondensasi sehingga
membentuk gumpalan-gumpalan yang dingin dan memadat. Kemudian gumpalan
tersebut membentuk planet-planet, termasuk bumi.
Teori Big Bang banyak dipercaya oleh para ahli dan merupakan titik
terakhir dari pencapaian titi terakhir ilmu pengetahuan tentang asal mausal alam
semesta. Di dibuktikan bahwa Big Bang adalah jumlah heterogen dan helium
sesuai dengan sisa peninggalan peristiwa big bang. Dimana jika alam semesta
tidak memiliki permulaan maka unsur hidrogen telah habis sama sekali dan
berupa menjadi helium.
Sedangkan dalam islam diterangkan dalam ayat Al-Qur'an tentang asal
muasal alam semestara yang berbunyi : "Yang telah menciptakan tujuh langit
berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha
Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah
kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang (QS. Al-Mulk 67:3)".

B. Teori-Teori Perkembangan Bumi - Setelah terbentuknya planet, termasuk


bumi, kemudian bumi berkembang yang diketahui terdapat beberapa teori-teori
dalam perkembangan bumi antara lain sebagai berikut
1. Teori Kontraksi (Contraction Teory)
Teori yang dikemukakan oleh Descrates (1596-1650), yang mengatakan
bahwa bumi semakin lama akan menyusut dan mengerut dari adanya pendinginan
sehingga permukaan terdapat relief yang beragam seperti gunung, dataran, dan
lembah.
Teori ini mendapat dukungan dari James Dana (1847- Elie de Baumant
(1852), yang kedunya berpendapat bahwa bumi mengalami pengerutan karena
terjadi proses pendinginan pada bagian dalam bumi yang mengakibatkan bagian
permukaan bumi mengerut dan terbentuk pegunungan dan lembah-lembah.

2. Teori Dua Benua (Laurasia-Gondwana Teory)


Awalnya bumi terdiri atas dua benua yaitu Laurasia yang berada di sekitar
kutub utara dan Gondwana disekitar kutup selatan bumi. Kedua benua tersebut
bergerak perlahan ke arah equator bumi yang pada akhirnya terpecah membentuk
benua-benua kecil. Laurasia terpecah menjadi Amerika utara, Asia, Eropa.
Sedangkan Gondwana terpecah menjadi Amerika selatan, Australia, dan Afrika.
Teori Laurasia-Gondwana pertama kali diitemukan pada tahun 1884 oleh Edward
Zeuss.

3. Teori Pengapungan Benua (Continental Drift Teory)


Teori ini dikemukakan oleh Alfred Wegener tahun 1912 yang mengatakan
bahwa awalnya bum terdapat satu benua yang disebut dengan pangea yang
kemudian terpecah-pecah dan terus mengalami perubahan melalui pergerakan
dasar laut. Gerakan rotasi bumi yang sentripugal, mengakibatkan pcahan benua
yang bergerak ke arah dan menuju ke equator. Teori ini didukung dengan bukti-
bukti kesamaan garis afrika bagian barat dengan amerika selatan bagian timur,
serta adanya kesamaan batuan dan fosil di kedua daerah tersebut.

4. Teori Konveksi (Convection Teory)


Teori yang dikemukakan oleh Arthur Holmes dan Harry H.Hess.
Kemudian teori ini dikembangkan oleh Robert Diesz yang mengemukakan bahwa
bumi masih dalam keadaan panas dan berpijar terjadi arus konveksi ke arah
lapisan kulit bumi yang berada di atasnya. Ketika arus konveksi membawa sebuah
materi yang berupa lava sampai ke permukaan bumi di mild oceanic ridge
(punggung tengah samudra), lava tersebut kemudian akan membeku dan
membentuk lapisan kulit bumi yang baru sehingga menggeser dan menggantikan
kulit bumi yang lebih tua.

5. Teori Lempeng Tektonik (Tectonic Plate Teory)


Teory yang dikemukakan oleh Tozo Wilson yang berdasarkan teori
lempeng tektonik, kulit bumi terdiri atas beberapa lempeng tektonik yang berada
diatasnya lapisan astenosfer yang berwujud cair kental. Lempeng-lempeng
tektonik pembentuk kulit bumi selalu bergerak karena adanya pengaruh arus
konveksi yang terjadi pada lapisan astenosfer dengan posisi berada dibawah
lempeng tektonik kulit bumi.
C. Proses Terbentuknya Bumi Secara Singkat
Bumi dahulunya adalah Debu dan gas.Kemudian Debu dan Gas tersebut
terkena sinar matahari.Tibalah batuan,lama kelamaan suhu di tengah bumi
semakin panas.Batuan tersebut meledak sangat dahsyat sehingga terbentuklah
bumi.Bumi terbentuk sekitar 4,5 miliar tahun yang lalu.Sebentuk membentuk lima
benua,Bumi terdiri dari 1 Benua mahabesar yaitu Pangea,Kemudian terbentuklah
Benua Laurasia di Utara dan Benua Godwana diselatan yang dipisahkan oleh
Samudera Atlantik tengah.Setelah Itu terpecah beberapa benua yaitu Benua
Laurasia menjadi Amerika Utara,Eropa,Asia dan Artik dan Benua Godwana
menjadi Australia,Afrika,Amerika Selatan,India,Kepulauan Indonesia dan
Kepulauan Pasifik sehingga terbentuk bumi sampai sekarang.
2. Bagian-bagian Bumi

Lapisan-lapisan Bumi

Lapisan Bumi dibagi menjadi 3 lapisan utama, yaitu kerak bumi (crush), selimut
bumi (mantle), dan inti bumi (core). Secara struktur, susunan ini mirip dengan
telur, yaitu cangkangnya sebagai kerak, putihnya sebagai selimut, dan kuningnya
sebagai inti bumi. Berikut ini penjelasan masing-masing lapisan bumi tersebut:
1. Lapisan Kerak Bumi (crush)
Lapisan bumi yang paling luar adalah kerak bumi dan menjadi tempat
tinggal bagi seluruh makhluk hidup. Lapisan kerak atau kulit bumi, yaitu lapisan
yang tersusun dari batuan beku dan juga terdapat batuan metamorf dan sedimen..
Ketebalan rata-rata lapisan kerak bumi adalah 32 km. Lapisan yang paling tebal
berada di bawah benua, yaitu mencapai 65 km. Sedangkan lapisan paling tipis
berada di bawah samudera yang ketebalannya hanya 8 km. Permukaannya
dicirikan oleh adanya pegunungan, dataran yang sangat luas dan datar, serta
palung laut. Suhu di bagian bawah kerak bumi mencapai 1.100 derajat Celsius.
Kerak bumi adalah lapisan yang selalu bergerak. Pada zaman dahulu kala,
seluruh daratan di bumi membentuk suatu massa daratan yang sangat luas
sehingga hewan-hewan dapat menjelajah dengan bebas. Namun massa daratan
yang sangat luas itu kemudian terpecah dan pecahan-pecahannya mengapung
membentuk lembaran-lembaran yang disebut lempeng. Menurut ilmu lempeng
tektonik, bumi terdiri dari 16 lempeng besar dan beberapa lempeng kecil yang
membentuk benua maupun samudera. Lempeng ini sangat aktif bergerak
sedikitnya 10 cm/tahun.. Mereka membuat tanah bergetar dan gunung berapi
meletus serta membentuk barisan pegunungan raksasa sewaktu bertumbukan.

Gambar Lempengan Bumi

2. Lapisan Selimut Bumi (mantle)


Selimut atau selubung bumi merupakan lapisan yang letaknya di bawah
lapisan kerak bumi. Sesuai dengan namanya, lapisan ini berfungsi untuk
melindungi bagian dalam bumi.Selimut bumi tebalnya mencapai 2.900 km dan
merupakan lapisan batuan yang padat yang mengandung silikat dan magnesium.
Suhu di bagian bawah selimut mencapai 3.000 °C, tetapi tekananannya belum
mempengaruhi kepadatan batuan.
Inti bumi dibungkus oleh mantel yang berkomposisi kaya magnesium. Inti
dan mantel dibatasi oleh Gutenberg Discontinuity. Mantel bumi terbagi menjadi
dua yaitu mantel atas yang bersifat plastis sampai semiplastis memiliki kedalaman
sampai 400 km. Mantel bawah bersifat padat dan memiliki kedalaman sampai
2900 km.
Mantel atas bagian atas yang mengalasi kerak bersifat padat dan bersama
dengan kerak membentuk satu kesatuan yang dinamakan litosfer. Mantel atas
bagian bawah yang bersifat plastis atau semiplastis disebut sebagi asthenosfer.
Selimut bumi dibagi menjadi 3 bagian, yaitu litosfer, astenosfer, dan mesosfer.
a. Litosfer merupakan lapisan terluar dari selimut bumi dan tersusun atas materi-
materi padat terutama batuan. Lapisan litosfer tebalnya mencapai 50-100 km.
Bersama-sama dengan kerak bumi, kedua lapisan ini disebut lempeng litosfer.
Litosfer tersusun atas dua lapisan utama, yaitu lapisan sial (silisium dan
aluminium) serta lapisan sima (silisium dan magnesium).
1) Lapisan sial adalah lapisan litosfer yang tersusun atas logam silisium dan
alumunium. Senyawa dari kedua logam tersebut adalah SiO2 dan Al2O3. Batuan
yang terdapat dalam lapisan sial antara lain batuan sedimen, granit, andesit, dan
metamorf.
2) Lapisan sima adalah lapisan litosfer yang tersusun atas logam silisium dan
magnesium. Senyawa dari kedua logam tersrsebut adalah SiO2 dan MgO. Berat
jenis lapisan sima lebih besar jika dibandingkan dengan berat jenis lapisan sial.
Hal itu karena lapisan sima mengandung besi dan magnesium.
b. Astenosfer merupakan lapisan yang terletak di bawah lapisan litosfer. Lapisan
yang tebalnya 100-400 km ini diduga sebagai tempat formasi magma (magma
induk).
c. Mesosfer merpakan lapisan yang terletak di bawah lapisan astenosfer. Lapisan
ini tebalnya 2.400-2.700 km dan tersusun dari campuran batuan basa dan besi.

3. Lapisan Inti Bumi (core)


Dipusat bumi terdapat inti yang berkedalaman 2900-6371 km. Terbagi
menjadi dua macam yaitu inti luar dan inti dalam. Inti luar berupa zat cair yang
memiliki kedalaman 2900-5100 km dan inti dalam berupa zat padat yang
berkedalaman 5100-6371 km. Inti luar dan inti dalam dipisahkan oleh Lehman
Discontinuity.
Dari data Geofisika material inti bumi memiliki berat jenis yang sama
dengan berat jenis meteorit logam yang terdiri dari besi dan nikel. Atas dasar ini
para ahli percaya bahwa inti bumi tersusun oleh senyawa besi dan nikel.
Inti bumi merupakan lapisan paling dalam dari struktur bumi. Lapisan inti
dibedakan menjadi 2, yaitu lapisan inti luar (outer core) dan inti dalam (inner
core).
a. Inti luar tebalnya sekitar 2.000 km dan terdiri atas besi cair yang suhunya
mencapai 2.200 °C.
b. Inti dalam merupakan pusat bumi berbentuk bola dengan diameter sekitar 2.700
km. Inti dalam ini terdiri dari nikel dan besi (NiFe) yang suhunya mencapai 4500
derajat celcius.
3. Teori Tektonik Lempeng

Tektonik lempeng adalah suatu teori yang menerangkan proses dinamika


(pergerakan) bumi tentang pembentukan jalur pegunungan, jalur gunung api, jalur
gempa bumi, dan cekungan endapan di muka bumi yang diakibatkan oleh
pergerakan lempeng. Menurut teori ini, permukaan bumi terpecah menjadi
beberapa lempeng besar. Ukuran dan posisi dari tiap-tiap lempeng ini selalu
berubah-ubah. Pertemuan antara lempeng-lempeng ini, merupakan tempat-tempat
yang memiliki kondisi tektonik yang aktif, yang menyebabkan yaitu gempa bumi,
gunung berapi, dan pembentukan dataran tinggi.
Tahun 1912, seorang ahli meteorologi dan fisika Jerman, Alferd Wegener
mengemukakan tentang konsep pengapungan benua. Hipotesanya yaitu bumi pada
awalnya hanya terdiri dari satu benua (super continent) yang disebut Pangaea dan
dikelilingi oleh lautan yang dainamakan Panthalassa. Kemudian Pangaea ini
pecah menjadi benua-benua yang lebih kecil dan bergerak ke tempatnya seperti
sekarang ini. Hal ini didukung oleh bukti kesamaan garis pantai, kesamaan fosil
kesamaan struktur dan batuan antar benua.
Prinsip umum dari lempeng tektonik ini adalah adanya lempeng litosfer padat
dan kaku yang terapung di atas selubung bagian atas yang bersifat plastis.
Selubung bagian atas bumi merupakan massa yang mendekati titik lebur atau bisa
dikatakan hampir mendekati cair sehingga wajarlah kalau lempeng litosfer yang
padat dapat bergerak di atasnya. Kerak bumi (litosfer) dapat diterangkan ibarat
suatu rakit yang sangat kuat dan relatif dingin yang mengapung di atas mantel
astenosfer yang liat dan sangat panas. Ada dua jenis kerak bumi yakni kerak
samudera yang tersusun oleh batuan bersifat basa dan sangat basa, yang dijumpai
di samudera sangat dalam, dan kerak benua tersusun oleh batuan asam dan lebih
tebal dari kerak samudera. Kerak bumi menutupi seluruh permukaan bumi, namun
akibat adanya aliran panas yang mengalir di dalam astenofer menyebabkan kerak
bumi ini pecah menjadi beberapa bagian yang lebih kecil yang disebut lempeng
kerak bumi. Dengan demikian lempeng dapat terdiri dari kerak benua, kerak
samudera atau keduanya.
Lempeng litosfer yang kita kenal sekarang ini ada 6 lempeng besar, yaitu
lempeng Eurasia, Amerika utara, Amerika selatan, Afrika, Pasifik, dan Hindia
Australia. Lempeng-lempeng tersebut bergerak di atas lapisan astenosfir
(kedalaman 500 km di dalam selubung dan bersifat kampir melebur atau hampir
berbentuk cair). Karena hal tersebut, maka terjadi interaksi antar lempeng pada
batas-batas lempeng yang dapat berbentuk :
 Divergen : lempeng-lempeng bergerak saling menjauh dan mengakibatkan
material dari selubung naik membentuk lantai samudra baru dan membentuk jalur
magmatik atau gunung api.
 Konvergen : lempeng-lempeng saling mendekati dan menyebabkan
tumbukan dimana salah satu dari lempeng akan menunjam (menyusup) ke bawah
yang lain masuk ke selubung. Daerah penunjaman membentuk suatu palung yang
dalam, yang biasanya merupakan jalur gempa bumi yang kuat. Dibelakang jalur
penunjaman akan terbentuk rangkaian kegiatan magmatik dan gunungapi serta
berbagai cekungan pengendapan. Salah satu contohnya terjadi di Indonesia,
pertemuan antara lempeng Indo-Australia dan Lempeng Eurasia menghasilkan
jalur penunjaman di selatan Pulau Jawa dan jalur gunungapi Sumatera, Jawa dan
Nusatenggara dan berbagai cekungan seperti Cekungan Sumatera Utara, Sumatera
Tengah, Sumatera Selatan dan Cekungan Jawa Utara.
 Transform : lempeng-lempeng saling bergesekan tanpa membentuk atau
merusak litosfer. Hai ini dicirikan oleh adanya sesar mendatar yang besar seperti
misalnya Sesar Besar San Andreas di Amerika.
Pada daerah konvergen terjadi perusakan litosfer yang berlebihan. Tumbukan
pada zona konvergen ini dipengaruhi oleh tipe material yang terlibat.
Tumbukan itu dapat berupa :
1. Tumbukan lempeng benua dengan lempeng samudra
Tumbukan ini, lempeng samudra akan tertekuk ke bawah dengan sudut 45º atau
lebih, menyusup ke bawah blok benua menuju atenosfer.
2. Tumbukan lempeng samudra dengan lempeng samudra
Bila dua lempeng saling bertumbukan, maka salah satu akan menyusup di bawah
yang lain dan menghasilkan aktivitas vulkanik. Gunung api yang terbentuk
cenderung di lantai samudra. Bila tumbuh ke atas permukan laut, maka akan
terjadi serangkaian pulau-pulau gunung api baru yang terletak beberapa ratus
kilometer dari palung laut dimana kedua lempeng samudra bertemu.
3. Tumbukan lempeng benua dengan lempeng benua
Pada tumbukan ini, terjadi penyusupan lempeng ke bawah benua sehingga
menyebabkan massa benua dan sedimen lantai samudra tertekan , terlipat, dan
terdeformasi. Akibatnya adalah terbentuknya formasi pegunungan baru. Peristiwa
ini terjadi pada saat bersatunya India ke benua Asia yang menghasilkan
pegunungan Himalaya.

Penyebab Lempeng Bergerak

Pendapat yang banyak diterima mengenai penyebab kempeng bergerak


saat ini adalah karena adanya arus konveksi di dalam selubung atau mantel.
Sebagai energi dalam hal ini adalah panas bumi. Panas bumi menyebar ke luar
pusat bumi sepanjang waktu. Konveksi di dalam bumi dikendalikan oleh gravitasi
dan sifat-sifat batuan yang mengkerut bila mendingin. Hal ini berarti litosfer
samudra lebih berat dari selubung di bawahnya. Sedangkan gaya gravitasi yang
menarik lempeng ini cukup kuat untuk menendalikan mantel..
Menurut teori Lempeng Tektonik, lapisan terluar bumi kita terbuat dari
suatu lempengan tipis dan keras yang masing-masing saling bergerak relatif
terhadap yang lain. Gerakan ini terjadi secara terus-menerus sejak bumi ini
tercipta hingga sekarang. Teori Lempeng Tektonik muncul sejak tahun 1960-an,
dan hingga kini teori ini telah berhasil menjelaskan berbagai peristiwa geologis,
seperti gempa bumi, tsunami, dan meletusnya gunung berapi, juga tentang
bagaimana terbentuknya gunung, benua, dan samudra.
Lempeng tektonik terbentuk oleh kerak benua (continental crust) ataupun
kerak samudra (oceanic crust), dan lapisan batuan teratas dari mantel bumi
(earth’s mantle). Kerak benua dan kerak samudra, beserta lapisan teratas mantel
ini dinamakan litosfer. Kepadatan material pada kerak samudra lebih tinggi
dibanding kepadatan pada kerak benua. Demikian pula, elemen-elemen zat pada
kerak samudra (mafik) lebih berat dibanding elemen-elemen pada kerak benua
(felsik).
Di bawah litosfer terdapat lapisan batuan cair yang dinamakan astenosfer.
Karena suhu dan tekanan di lapisan astenosfer ini sangat tinggi, batu-batuan di
lapisan ini bergerak mengalir seperti cairan (fluid). Litosfer terpecah ke dalam
beberapa lempeng tektonik yang saling bersinggungan satu dengan lainnya.
Berikut adalah nama-nama lempeng tektonik yang ada di bumi, dan lokasinya bisa
dilihat pada Peta Tektonik.

Teori lempeng tektonik diyakini oleh banyak ahli sebagai teori yang
menerangkan proses dinamika bumi, antara lain gempa bumi dan pembentukan
jalur pegunungan. Menurut teori ini kulit bumi (kerak bumi) yang disebut litosfer
terdiri dari lempengan yang mengambang di atas lapisan yang lebih padat yang
disebut astenosfer. Ada dua jenis kerak bumi, yaitu kerak samudra dan kerak
benua. Kerak samudra tersusun atas batuan yang bersifat basa, sedangkan kerak
benua tersusun atas batuan yang bersifat asam.
Teori lempeng tektonik dikemukakan oleh ahli geofisika Inggris, Mc
Kenzie dan Robert Parker (1967). Kedua ahli itu menjadikan teori-teori
sebelumnya sebagai satu kesatuan konsep yang lebih sempurna sehingga diterima
oleh para ahli geologi.
Kerak bumi menutupi seluruh permukaan bumi. Namun, akibat adanya
aliran panas yang mengalir di astenosfer menyebabkan kerak bumi pecah menjadi
bagian-bagian yang lebih kecil. Bagian-bagian itulah yang disebut lempeng kerak
bumi (lempeng tektonik). Aliran panas tersebut untuk selanjutnya menjadi sumber
kekuatan terjadinya pergerakan lempeng. Lempeng tektonik; merupakan dasar
dari “terbangunnya” system kejadian gempa bumi, peristiwa gunung berapi,
pemunculan gunung api bawah laut, dan peristiwa geologi lainnya.
Teori Tektonik Lempeng (Plate Tectonic) juga suatu teori dalam bidang
geologi yang menjelaskan tentang sifat-sifat bumi yang mobil/dinamis karena
adanya gaya endogen dari dalam bumi. Teori ini dikembangkan untuk
memberikan penjelasan terhadap adanya bukti-bukti pergerakan skala besar yang
dilakukan oleh litosfer bumi.
Teori ini menggantikan teori lama yaitu: Teori Continental Drift yang
lebih dahulu dikemukakan pada pertengahan pertama abad ke – 20 dan konsep
Seafloor Spreading yang dikembangkan pada tahun 1960 – an.
Menurut Teori Lempeng Tektonik, lapisan terluar bumi terbuat dari suatu
lempengan tipis dan keras yang masing-masing saling bergerak relatif terhadap
yang lain. Gerakan ini terjadi secara terus-menerus sejak bumi ini tercipta hingga
sekarang.
Teori Lempeng Tektonik muncul sejak tahun 1960-an, dan hingga kini
teori ini telah berhasil menjelaskan berbagai peristiwa geologis, seperti gempa
bumi, tsunami, dan meletusnya gunung berapi, juga tentang bagaimana
terbentuknya gunung, benua, dan samudra.
Lempeng tektonik terbentuk oleh kerak benua (continental crust) ataupun
kerak samudra (oceanic crust), dan lapisan batuan teratas dari mantel bumi
(earth’s mantle). Kerak benua dan kerak samudra, beserta lapisan teratas mantel
ini dinamakan litosfer yang terpecah ke dalam beberapa lempeng tektonik yang
saling bersinggungan satu dengan lainnya.
Kepadatan material pada kerak samudra lebih tinggi dibanding kepadatan
pada kerak benua. Demikian pula, elemen-elemen zat pada kerak samudra (mafik)
lebih berat dibanding elemen-elemen pada kerak benua (felsik).
Di bawah litosfer terdapat lapisan batuan cair yang dinamakan astenosfer. Karena
suhu dan tekanan di lapisan astenosfer ini sangat tinggi, batu-batuan di lapisan ini
bergerak mengalir seperti cairan (fluid).

Pergerakan lempeng tektonik dibedakan menjadi tiga macam, yaitu pergerakan


lempeng yang saling mendekat, saling menjauh, dan saling melewati.
a. Pergerakan lempeng saling mendekat
Pergerakan lempeng yang saling mendekat dapat menyebabkan terjadinya
tumbukan yang salah satu lempengnya akan menunjam ke bawah tepi lempeng
yang lain. Daerah penunjaman tersebut membentuk palung yang dalam dan
merupakan jalur gempa bumi yang kuat. Sementara itu di belakang jalur
penunjaman akan terjadi aktivitas vulkanisme dan terbentuknya cekungan
pengendapan. Contoh pergerakan lempeng ini di Indonesia adalah pertemuan
Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Eurasia. Pertemuan kedua lempeng
tersebut menghasilkan jalur penunjaman di selatan Pulau Jawa, jalur gunung api
di Sumatra, Jawa, dan Nusa Tenggara, serta berbagai cekungan di Sumatra dan
Jawa. Batas antar lempeng yang saling mendekat hingga mengakibatkan
tumbukan dan salah satu lempengnya menunjam ke bawah lempeng yang lain
(subduct) disebut batas konvergen atau batas lempeng destruktif.
b. Pergerakan lempeng saling menjauh
Pergerakan lempeng yang saling menjauh akan menyebabkan penipisan
dan peregangan kerak bumi hingga terjadi aktivitas keluarnya material baru yang
membentuk jalur vulkanisme. Meskipun saling menjauh, kedua lempeng ini tidak
terpisah karena di belakang masing-masing lempeng terbentuk kerak lempeng
yang baru. Proses ini berlangsung secara kontinu. Contoh hasil dari pergerakan
lempeng ini adalah terbentuknya gunung api di punggung tengah samudra di
Samudra Pasifik dan Benua Afrika. Batas antar lempeng yang saling menjauh
hingga mengakibatkan terjadinya perluasan punggung samudra disebut batas
divergen atau batas lempeng konstruktif.
c. Pergerakan lempeng saling melewati
Pergerakan lempeng yang saling melewati terjadi karena gerak lempeng
sejajar dengan arah yang berlawanan sepanjang perbatasan antarlempeng. Pada
pergerakan ini kedua perbatasan lempeng hanya bergesekan. Oleh karena itu,
tidak terjadi penambahan atau pengurangan luas permukaan. Namun, gesekan
antarlempeng ini kadang-kadang dengan kekuatan dan tegangan yang besar
sehingga dapat menimbulkan gempa yang besar. Contoh hasil dari pergerakan
lempeng ini adalah patahan San Andreas di Kalifornia. Patahan tersebut terbentuk
karena Lempeng Amerika utara bergerak ke arah selatan, sedangkan Lempeng
Pasifik bergerak ke arah utara. Batas antar lempeng yang saling melewati dengan
gerakan yang sejajar disebut batas menggunting (shear boundaries).
Berlandaskan pada teori lempeng tektonik, kerak bumi terpecah-pecah
menjadi lempengan-lempengan yang mengapung di atas lapisan yang lebih cair.
Lempeng tektonik tebalnya dapat mencapai 80 km, tetapi ada juga yang lebih tipis
dengan luas yang beragam. Jika lempeng-lempeng tersebut bergerak saling
bertumbukan, maka akan terjadi penunjaman. Sesuai dengan hukum fisika
sederhana, lempengan yang berat jenis atau massanya lebih besar akan menunjam
dan menyusup ke bawah lempeng yang lebih ringan. Pergerakan lempeng tektonik
tersebut sangat lambat, yaitu antara 1 dan 10 cm per tahun. Namun, pergerakan
yang sangat lambat tersebut ternyata mengumpulkan energi yang sangat kuat
secara pelan-pelan di kedalaman sekitar 80 km. Apabila tekanan dan regangan
tumbukan lempeng mencapai titik jenuh, biasanya akan terjadi gerakan lempeng
tektonik secara tiba-tiba. Gerakan tersebut menimbulkan getaran di muka bumi
yang disebut gempa.
Jika lempeng tektonik saling memisah, maka terjadi aktivitas magmatis
yang mengakibatkan penambahan landas samudra. Di daerah pemisahan tersebut
terdapat rekahan-rekahan yang menjadi jalan untuk keluarnya cairan dari dalam
bumi. Cairan yang keluar dari dalam bumi tersebut kemudian mendingin menjadi
batuan basalt. Banyaknya basalt yang terus terbentuk mendorong lempeng
tektonik ke arah yang saling berlawanan. Akibatnya, lempeng tektonik terpisah
dengan jarak yang makin jauh.
Pada setiap daerah penunjaman, kira-kira pada kedalaman 150 km, terjadi
pelelehan batuan yang disebut pelelehan sebagian (partial melting). Pelelehan
terjadi karena adanya gesekan batuan dengan massa yang sangat padat dan berat
secara terus menerus. Melalui rekahan atau celah yang ada, lelehan tersebut akan
menyusup dan berusaha menembus kerak bumi. Jika lelehan tersebut berhasil
menembus kerak bumi berarti di tempat tersbut muncul gunung api. Oleh karena
itu, dapat diketahui bahwa gunung api dapat muncul di daerah terjadinya gesekan
lempeng tektonik.
Lempeng kerak bumi dibagi menjadi dua kelompok, yaitu lempeng mayor
(lempeng besar) dan lempeng minor (lempeng kecil).

7 Lempeng Utama yaitu:


1. Lempeng Pasific (Pasific Plate), Ini merupakan Lempeng Samudera yang
meliputi Seluruh Samudera Pasifik.
2. Lempeng Eurasia (Eurasian Plate), Lempeng ini merupakan lempeng benua,
meliputi Asia dan Eropa.
3. Lempeng India-Australia (Indian-Australian Plate), Lempeng ini merupakan
lempeng benua meliputi Australia (tergabung dengan Lempeng India antara
50 sampai 55 juta tahun yang lalu).
4. Lempeng Afrika (African Plate),Ini merupakan lempeng benua, meliputi
seluruh Afrika.
5. Lempeng Amerika Utara (North American Plate), Lempeng ini merupakan
lempeng benua, meliputi Amerika Utara dan Siberia timur laut.
6. Lempeng Amerika Selatan (South American Plate), Ini merupakan lempeng
benua yang meliputi Amerika Utara.
7. Antartika (Antartic Plate), Lempeng ini merupakan lempeng benua yang
meliputi seluruh Antartika.
Beberapa Lempeng Minor yaitu:
1. Lempeng Nasca (Nasca plate), diapit oleh Pacific Plate, Cocos Plate, South
American Plate, Antartic Plate.
2. Lempeng Arab (Arabian Plate), diapit oleh oleh African Plate, Iranian Plate
dan Turkish Plate
3. Lempeng Karibia (Caribian Plate), diapit oleh South American Plate, North
American Plate dan Cocos Plate
4. Lempeng Philippines (Phillippines Plate), diapit oleh Pacific Plate, Indian –
Australian Plate dan Eurasian Plate .
5. Lempeng Scotia (Scotia Plate), Lempeng ini terletak di antara Antartica plate
dan South American Plate .
6. Lempeng Cocos (Cocosa Plate), diapit oleh Nazca Plate, Rivera Plat,
Caribbean Plate dan North American Plate.
Zona subduksi lempeng tektonik yang terkenal berada di Sirkum Pasifik.
Kawasan ini dikenal dengan sebutan lingkaaran api Pacific (Ring of Fire) karena
di sepanjang kawasan ini muncul serangkaian gunung api. Lingkaran api Pasifik
membentang di antara subduksi dan pemisahan lempeng Pasifik dengan lempeng-
lempeng India-Australia, Eurasia, dan Amerika Utara, serta tumbukan lempeng
Nazca dengan lempeng Amerika Selatan.
Zona lingkaran api Pasifik ini sangat luas, yaitu membentang mulai dari
pantai barat Amerika Selatan, berlanjut ke pantai barat Amerika Utara, melingkar
ke Kanada, semenanjung Kamchatka, Kepulauan Jepang, Indonesia, Selandia
Baru, dan Kepulauan Pasifik Selatan.
Selain menjadi tempat munculnya gunung api, zona subduksi di lingkaran
api Pasifik juga merupakan tempat terjadinya gempa bumi. Menurut United State
Geological Survey (USGS), sekitar 90% gempa bumi di dunia terjadi di sepanjang
jalur lingkaran api Pasifik. Gempa bumi yang terjadi di lingkaran api Pasifik lebih
sering diakibatkan oleh gerakan lempeng tektonik daripada aktivitas gunung
apinya
Pada awalnya hanya terbentuk satu benua besar yang disebut Pangaea dan
dikelilingi satu samudera Panthalassa. Sekitar 200 juta tahun yang lalu benua ini
terbelah menjadi dua yakni Gondwanaland dan Laurasia. Gondwanaland
kemudian terbelah membentuk benua afrika, antartika, australia, Amerika Selatan,
dan sub benua India.
Sedangkan Laurasia terbelah menjadi Eurasia dan Amerika Utara. Pada
saat benua ini terbelah-belah beberapa samudera baru muncul di sela-selanya.
Diperlukan waktu berjuta-juta tahun untuk membentuk posisi daratan yang seperti
sekarang ini.Pada awalnya hanya terbentuk satu benua besar yang disebut
Pangaea dan dikelilingi satu samudera Panthalassa. Sekitar 200 juta tahun yang
lalu benua ini terbelah menjadi dua yakni Gondwanaland dan Laurasia.
Gondwanaland kemudian terbelah membentuk benua afrika, antartika, australia,
Amerika Selatan, dan sub benua India.
Sedangkan Laurasia terbelah menjadi Eurasia dan Amerika Utara. Pada
saat benua ini terbelah-belah beberapa samudera baru muncul di sela-selanya.
Diperlukan waktu berjuta-juta tahun untuk membentuk posisi daratan yang seperti
sekarang ini.
4. Komposisi Bumi

Keadaan dalam bumi selama ini hanya dikemukakan berdasarkan hipotesis-


hipotesis. Penyelidikan tentang isi bumi sebenarnya hanya meliputi daerah dengan
kedalaman tidak lebih dari dalamnya terowongan tempat pengeboran atau
kedalaman sungai bawah tanah.

Massa bumi kira-kira adalah 5,98×1024 kg. Kandungan utamanya adalah besi
(32,1%), oksigen (30,1%), silikon (15,1%), magnesium (13,9%), sulfur (2,9%),
nikel (1,8%), kalsium (1,5%), and aluminium (1,4%); dan 1,2% selebihnya terdiri
dari berbagai unsur-unsur langka. Karena proses pemisahan massa, bagian inti
bumi dipercaya memiliki kandungan utama besi (88,8%) dan sedikit nikel (5,8%),
sulfur (4,5%) dan selebihnya kurang dari 1% unsur langka.[10]
Ahli geokimia F. W. Clarke memperhitungkan bahwa sekitar 47% kerak bumi
terdiri dari oksigen. Batuan-batuan paling umum yang terdapat di kerak bumi
hampir semuanya adalah oksida (oxides); klorin, sulfur dan florin adalah
kekecualian dan jumlahnya di dalam batuan biasanya kurang dari 1%. Oksida-
oksida utama adalah silika, alumina, oksida besi, kapur, magnesia, potas dan soda.
Fungsi utama silika adalah sebagai asam, yang membentuk silikat. Ini adalah sifat
dasar dari berbagai mineral batuan beku yang paling umum. Berdasarkan
perhitungan dari 1,672 analisa berbagai jenis batuan, Clarke menyimpulkan
bahwa 99,22% batuan terdiri dari 11 oksida . Konstituen lainnya hanya terjadi
dalam jumlah yang kecil.

Salah seorang ahli yang yang pertama kali mengemukakan pendapatnya


tentang materi dan bentuk dalam bumi adalah Plato. Menurutnya, bumi terdiri dari
masa cair yang pijar dan dikelilingi oleh lapisan batuan yang keras yang disebut
kerak bumi. Masa cair yang pijar itu berasal dari dalam bumi dan kadang-kadang
ke luar mencapai permukaan bumi dalam bentuk lava melalui pipa-pipa gunung
api.
Namun, penyelidikan tentang gempa bumi (seismologi) memberikan
pandangan yang lain tentang keadaan dalam bumi. Berdasarkan penyelidikan
seismologi diketahui bahwa perambatan geolombang gempa dipengaruhi oleh zat-
zat penyusun bumi. Penyelidikan seismologi juga membuktikan bahwa bumi
terdiri dari lapisan-lapisan yang dibatasi oleh lapisan yang tidak bersambung
(diskontinu).
Berbagai kajian dan penelitian geofisika telah membuktikan bahwa bumi
terbentuk dari 7 lapisan tertentu dari dalam ke luar dengan susunan sebagai
berikut:
Secara struktur bumi dibagi menjadi 3 lapisan utama, yaitu kerak bumi
(crush), selimut (mantle), dan inti (core). Struktur bumi seperti itu mirip dengan
telur, yaitu cangkangnya sebagai kerak, putihnya sebagai selimut, dan kuningnya
sebagai inti bumi.
1. Kerak Bumi (Crush)
Kerak bumi merupakan lapisan kulit bumi paling luar (permukaan bumi).
Kerak bumi terdiri dari dua jenis, yaitu kerak benua dan kerak samudra. Lapisan
kerak bumi tebalnya mencapai 70 km dan tersusun atas batuan-batuan basa dan
masam. Namun, tebal lapisan ini berbeda antara di darat dan di dasar laut. Di darat
tebal lapisan kerak bumi mencapai 20-70 km, sedangkan di dasar laut mencapai
sekitar 10-12 km. Lapisan ini menjadi tempat tinggal bagi seluruh makhluk hidup.
Suhu di bagian bawah kerak bumi mencapai 1.100°C.

Kerak bumi merupakan bagian terluar lapisan bumi dan memiliki ketebalan 5-
80 km. kerak dengan mantel dibatasi oleh Mohorovivic Discontinuity. Kerak
bumi dominan tersusun oleh feldsfar dan mineral silikat lainnya. Kerak bumi
dibedakan menjadi dua jenis yaitu :
►Kerak samudra, tersusun oleh mineral yang kaya akan Si, Fe, Mg yang disebut
sima. Ketebalan kerak samudra berkisar antara 5-15 km (Condie, 1982)dengan
berat jenis rata-rata 3 gm/cc. Kerak samudra biasanya disebut lapisan basaltis
karena batuan penyusunnya terutama berkomposisi basalt.
►Kerak benua, tersusun oleh mineral yang kaya akan Si dan Al, oleh karenanya
di sebut sial. Ketebalan kerak benua berkisar antara 30-80 km (Condie !982) rata-
rata 35 km dengan berat jenis rata-rata sekitar 2,85 gm/cc. kerak benua biasanya
disebut sebagai lapisan granitis karena batuan penyusunya terutama terdiri dari
batuan yang berkomposisi granit.
Disamping perbedaan ketebalan dan berat jenis, umur kerak benua biasanya
lebih tua dari kerak samudra. Batuan kerak benua yang diketahui sekitar 200 juta
tahun atau Jura. Umur ini sangat muda bila dibandingkan dengan kerak benua
yang tertua yaitu sekitar 3800 juta tahun. Tabel Skala waktu geologi dapat dilihat
di Skala Waktu Geologi.

2. Selimut Bumi (Mantle)


Selimut atau selubung bumi merupakan lapisan yang letaknya di bawah
lapisan kerak bumi. Sesuai dengan namanya, lapisan ini berfungsi untuk
melindungi bagian dalam bumi.Selimut bumi tebalnya mencapai 2.900 km dan
merupakan lapisan batuan yang padat yang mengandung silikat dan magnesium.
Suhu di bagian bawah selimut mencapai 3.000 °C, tetapi tekananannya belum
mempengaruhi kepadatan batuan.
Inti bumi dibungkus oleh mantel yang berkomposisi kaya magnesium. Inti dan
mantel dibatasi oleh Gutenberg Discontinuity. Mantel bumi terbagi menjadi dua
yaitu mantel atas yang bersifat plastis sampai semiplastis memiliki kedalaman
sampai 400 km. Mantel bawah bersifat padat dan memiliki kedalaman sampai
2900 km.
Mantel atas bagian atas yang mengalasi kerak bersifat padat dan bersama
dengan kerak membentuk satu kesatuan yang dinamakan litosfer. Mantel atas
bagian bawah yang bersifat plastis atau semiplastis disebut sebagi asthenosfer.
Selimut bumi dibagi menjadi 3 bagian, yaitu litosfer, astenosfer, dan mesosfer.
a. Litosfer merupakan lapisan terluar dari selimut bumi dan tersusun atas materi-
materi padat terutama batuan. Lapisan litosfer tebalnya mencapai 50-100 km.
Bersama-sama dengan kerak bumi, kedua lapisan ini disebut lempeng litosfer.
Litosfer tersusun atas dua lapisan utama, yaitu lapisan sial (silisium dan
aluminium) serta lapisan sima (silisium dan magnesium).
1) Lapisan sial adalah lapisan litosfer yang tersusun atas logam silisium
dan alumunium. Senyawa dari kedua logam tersebut adalah SiO2 dan
Al2O3. Batuan yang terdapat dalam lapisan sial antara lain batuan
sedimen, granit, andesit, dan metamorf.
2) Lapisan sima adalah lapisan litosfer yang tersusun atas logam silisium
dan magnesium. Senyawa dari kedua logam tersrsebut adalah SiO2 dan
MgO. Berat jenis lapisan sima lebih besar jika dibandingkan dengan berat
jenis lapisan sial. Hal itu karena lapisan sima mengandung besi dan
magnesium.
b. Astenosfer merupakan lapisan yang terletak di bawah lapisan litosfer. Lapisan
yang tebalnya 100-400 km ini diduga sebagai tempat formasi magma (magma
induk).
c. Mesosfer merpakan lapisan yang terletak di bawah lapisan astenosfer. Lapisan
ini tebalnya 2.400-2.700 km dan tersusun dari campuran batuan basa dan besi.

3. Inti Bumi (Core)


Dipusat bumi terdapat inti yang berkedalaman 2900-6371 km. Terbagi
menjadi dua macam yaitu inti luar dan inti dalam. Inti luar berupa zat cair yang
memiliki kedalaman 2900-5100 km dan inti dalam berupa zat padat yang
berkedalaman 5100-6371 km. Inti luar dan inti dalam dipisahkan oleh Lehman
Discontinuity.
Dari data Geofisika material inti bumi memiliki berat jenis yang sama dengan
berat jenis meteorit logam yang terdiri dari besi dan nikel. Atas dasar ini para ahli
percaya bahwa inti bumi tersusun oleh senyawa besi dan nikel.
Inti bumi merupakan lapisan paling dalam dari struktur bumi. Lapisan inti
dibedakan menjadi 2, yaitu lapisan inti luar (outer core) dan inti dalam (inner
core).
a. Inti luar tebalnya sekitar 2.000 km dan terdiri atas besi cair yang suhunya
mencapai 2.200 °C.
b. Inti dalam merupakan pusat bumi berbentuk bola dengan diameter sekitar
2.700 km. Inti dalam ini terdiri dari nikel dan besi (NiFe) yang suhunya
mencapai 4500 derajat celcius.
5. Mineral dan Skala Kekerasan Mineral

Skala kekerasan mineral Mohs didasarkan pada kemampuan satu sampel


materi alami untuk menggores materi yang lain. Sampel materi yang digunakan
Mohs adalah semua mineral. Mineral adalah zat murni yang ditemukan di alam
sekitar. Batuan terbuat dari satu atau beberapa mineral. Sebagai zat alami terkeras
yang pernah ada ketika skala ini dibuat, intan ditempatkan di puncak skala.
Kekerasan bahan diukur terhadap skala ini dengan menemukan bahan terkeras
yang dapat menggores suatu bahan lunak atau sebaliknya. Misalnya, jika beberapa
bahan mampu digores oleh apatit, namun tidak dengan fluorit, maka kekerasannya
pada skala Mohs dapat menempati nilai 4 dan 5.

Skala Mohs adalah skala ordinal murni. Misalnya, korundum (9) dua kali
lebih keras daripada topaz (8), namun intan (10) hampir empat kali lebih keras
daripada korundum. Tabel di bawah memperlihatkan perbandingan dengan
kekerasan absolut yang diukur menggunakan sklerometer dengan contoh gambar.

Kekerasan Kekerasan
Mineral Formula kimia Gambar
Mohs absolut

1 Talc Mg3Si4O10(OH)2 1

2 Gipsum (CaSO4)-2 H2O 3


Kekerasan Kekerasan
Mineral Formula kimia Gambar
Mohs absolut

3 Calcite CaCO3 9

4 Fluorite CaF2 21

Ca5(PO4)3(OH–,Cl–
5 Apatit 48
,F–)

Feldspar
6 KAlSi3O8 72
Orthoclase

7 Kuarsa SiO2 100

8 Topaz Al2SiO4(OH–,F–)2 200


Kekerasan Kekerasan
Mineral Formula kimia Gambar
Mohs absolut

9 Korundum Al2O3 400

10 Intan C 1600

Pada skala Mohs, grafit (bagian utama dari "ujung" pensil) memiliki
tingkat kekerasan 1,5; kuku 2,2–2,5; koin tembaga 3,2–3,5; pisau saku 5,1; badan
pisau 5,5; kaca jendela 5,5; dan file 6,5. Sebuah pelat garis (porselennon-kaca)
memiliki tingkat kekerasan 7,0. Penggunaan bahan-bahan biasa dengan kekerasan
yang sudah diketahui dapat menjadi cara sederhana untuk memperkirakan posisi
suatu mineral pada skala ini.
6. Siklus Batuan

Siklus batuan adalah suatu proses yang menggambarkan perubahan dari


magma yang membeku akibat pengaruh cuaca hingga menjadi batuan beku, lalu
sadimen, batuan sadimen dan batuan metamorphic dan akhirnya berubah menjadi
magma kembali.

Batuan mengalami perombakan dalam beberapa tahapan. Tahapan tersebut


terjadi karena adanya persentuhan batuan dengan magma dan segala aktivitasnya,
amatilah gambar siklus batuan tersebut.
Keterangan :

1. Magma merupakan induk segala batuan, tempat pembentukan Litosfer,


Kristal dan Mineral
2. Karena proses pendinginan di lapisan dalam atau diatas permukaan bumi,
terjadilah proses pembekuan magma menjadi batuan beku dalam dan luar.
Misalnya granit, Lipartit, Degmatist, Tracit, dan Amenit.
3. Batuan Beku mengalami pengangkatan kepermukaan bumi. Batuan
tersebut kemudian mengalami pelapukan dan erosi. Material batuan yang
tererosi di endapkan di tempat yang lain
4. Material yang di endapkan mengalami proses Litifikasi (pembentukan
batuan). Material tersebut menjadi batuan sedimen
5. Batuan sedimen dan batuan beku mengalami pemanasan dan memperoleh
tekanan yang tinggi. Proses tersebut menghasilkan batuan Malihan
(Metamorf)
6. Batuan metamorf ada yang bersinggungan dengan magma. Batuan
metamorf yang mengalami pemanasan sangat tinggi tersebut akan meleleh
dan berubah kembali menjadi magma. Demikian proses tersebut terjadi
secara terus menerus
Transisi ke beku
Ketika batu didorong jauh di bawah permukaan bumi, mereka dapat melebur
menjadi magma . Jika kondisi tidak lagi ada untuk magma untuk tetap dalam
keadaan cair, maka akan mendinginkan dan mengeras menjadi batuan beku.
Sebuah batu yang dingin dalam bumi disebut mengganggu atau plutonik dan akan
mendinginkan sangat lambat, menghasilkan tekstur yang kasar. Sebagai hasil dari
vulkanik aktivitas, magma (yang disebut lava saat mencapai permukaan bumi)
mungkin dingin sangat cepat ketika berada di permukaan bumi terkena atmosfer
dan disebut ekstrusif batuan vulkanik atau. Ini batuan halus dan kadang-kadang
dingin sangat cepat sehingga tidak ada kristal dapat membentuk dan menghasilkan
alami kaca , seperti obsidian . Salah satu dari tiga jenis utama dari batuan (batuan
beku, sedimen, dan metamorf) dapat melebur menjadi magma dan dingin ke
batuan beku.

Pasca-vulkanik perubahan
Batuan beku massa asal tidak cepat didinginkan daripada mereka mulai
berubah. Gas-gas dengan mana magma dibebankan secara perlahan hilang, aliran
lava sering tetap panas dan mengepul selama bertahun-tahun. Gas-gas ini
menyerang komponen batuan dan mineral deposito baru dalam rongga dan celah.
Para zeolit sebagian besar asal ini. Bahkan sebelum ini "pasca-vulkanik" proses
telah berhenti, dekomposisi atmosfer atau pelapukan dimulai sebagai mineral
komponen batuan vulkanik beku dan tidak stabil di bawah kondisi permukaan
atmosfer. Hujan, salju, asam karbonat , oksigen dan agen lainnya beroperasi terus
menerus, dan tidak berhenti sampai seluruh massa telah runtuh ke bawah dan
sebagian besar bahan-bahan yang telah diselesaikan menjadi produk baru atau
terbawa dalam larutan air. Dalam klasifikasi batuan perubahan sekunder
umumnya dianggap tidak penting: batuan diklasifikasikan dan digambarkan
seolah-olah mereka idealnya segar, meskipun hal ini jarang terjadi di alam.

Sekunder perubahan
Perubahan epigenetik (proses sekunder) dapat diatur di bawah sejumlah judul,
masing-masing yang khas dari kelompok batuan atau mineral pembentuk batuan,
meskipun biasanya lebih dari satu perubahan akan ditemukan berlangsung di batu
yang sama. silisifikasi , penggantian mineral silika kristal atau kripto-kristal, yang
paling umum di felsic batuan, seperti riolit , tetapi juga ditemukan pada ular, dll
Kaolinization adalah dekomposisi dari feldspar , yang merupakan mineral yang
paling umum di beku batu, ke kaolin (bersama dengan kuarsa dan lainnya mineral
lempung ), yang terbaik adalah ditunjukkan oleh granit dan syenites .
serpentinisasi adalah perubahan olivin ke serpentin (dengan magnetit ), ini khas
dari peridotites , namun terjadi di sebagian besar mafik batuan . Dalam
uralitization sekunder hornblende menggantikan augit , ini terjadi sangat umum di
diabases , chloritization adalah perubahan augit (biotit atau hornblende) untuk
klorit , dan terlihat di diabases banyak, batuan diorit dan greenstones .
Epidotization terjadi juga di batuan dari kelompok ini, dan terdiri dalam
pengembangan epidot dari biotit, hornblende, augit atau plagioklas feldspar.

Transisi ke malihan
Ini berlian adalah mineral dari dalam batuan beku atau metamorf yang
terbentuk pada suhu tinggi dan tekanan. Rocks terkena suhu tinggi dan tekanan
dapat berubah secara fisik atau kimia untuk membentuk batuan yang berbeda,
yang disebut metamorfik. Metamorfosis Daerah mengacu pada efek pada massa
batuan besar di daerah yang luas, biasanya dikaitkan dengan peristiwa bangunan
gunung dalam sabuk orogenic . Batuan ini biasanya menunjukkan band yang
berbeda berbeda mineralogi dan warna, yang disebut foliation . Jenis lain utama
dari metamorfosis disebabkan ketika tubuh batuan datang ke dalam kontak dengan
intrusi batuan beku yang memanas ini batu negara sekitarnya. Ini kontak
metamorfosis menghasilkan sebuah batu yang diubah dan kembali mengkristal
oleh panas yang ekstrim dari magma dan / atau dengan penambahan cairan dari
magma yang menambahkan bahan kimia ke batuan sekitarnya ( metasomatism ).
Setiap jenis yang sudah ada batuan dapat dimodifikasi oleh proses metamorfosis.
Transisi ke sedimen
Batuan yang tersingkap ke atmosfer yang tidak stabil dan bervariasi tunduk
pada proses pelapukan dan erosi . Pelapukan dan erosi memecahkan batu asli ke
dalam fragmen yang lebih kecil dan membawa pergi bahan terlarut. Bahan ini
terfragmentasi terakumulasi dan dimakamkan oleh bahan tambahan. Sementara
butir individu pasir masih anggota dari kelas batuan itu terbentuk dari, batu yang
terdiri dari biji-bijian seperti menyatu bersama adalah sedimen. Batuan sedimen
dapat dibentuk dari lithification dari fragmen kecil terkubur ( klastik batuan
sedimen), akumulasi dan lithification bahan yang dihasilkan oleh hidup organisme
( biogenik batuan sedimen - fosil ), atau bahan kimia lithification diendapkan dari
larutan mineral bantalan karena evaporasi ( endapan batuan sedimen). Batuan
klastik dapat terbentuk dari fragmen rusak terpisah dari batuan yang lebih besar
dari jenis apa pun, karena proses seperti erosi atau dari bahan organik, seperti
sisa-sisa tanaman. Biogenik dan endapan batuan terbentuk dari pengendapan
mineral dari bahan kimia terlarut dari semua jenis batuan lainnya.

Anda mungkin juga menyukai