Teori pembentukan bumi tidak bisa dipisahkan dengan
terjadinya jagat raya. Hal ini memberi gambaran, bahwa bumi bersama benda-benda langit lainnya merupakan suatu tatanan yang awalnya pernah menjadi satu kesatuan, dan terus saling terkait hingga sekarang.
Pengertian jagad raya (universe)
Jagad raya adalah alam semesta yang sangat luas, mencakup
seluruh ruang dan waktu yang kontinyu berisi bermilyar-milyar benda angkasa, meliputi galaksi, debu kosmis, partikel dan lain-lain.
Teori Terjadinya Jagad Raya
1. Teori Ledakan Dahsyat (Big Bang Theory).
Dikemukakan oleh Goerge Lemaitre (1927) dan dikembangkan oleh Alexander Friedman & Edwin Huble (1929). Pada awalnya terdapat gumpalan kabut raksasa yang berkumpul di pusat dan berputar, membentuk cakram raksasa. Gumpalan raksasa tersebut makin padat dan panas, akhirnya meledak dengan dahsyat dan berserakan ke seluruh semesta membentuk galaksi dan nebula-nebula. 2. Teori Osilasi atau “Mengembang dan Memampat”. Jagat raya terbentuk karena adanya suatu siklus materi yang diawali masa mengembang (ekspansi) karena adanya reaksi inti hidrogen, sehingga terbentuklah galaksi-galaksi. Setelah mengembang akan meredup dan memampat lagi (yang didahului dengan keluarnya pancaran panas sangat tinggi). Setelah meredup/memampat, suatu ketika mengembang lagi, begitu seterusnya. 3. Teori “Keadaan Tetap”/stabil (Steady State Theory). Dicetuskan Fred Hoyle th 1948 dengan Thomas Gold & Hermann Bondi. Jagat raya selama berabad-abad selalu dalam keadaan yang sama dan zat hydrogen senantiasa dicipta dari ketiadaan. Alam semesta tidak terhingga ukurannya dan tak terhingga usianya. Zat baru selalu diciptakan (hydrogen) dalam ruang angkasa di antara berbagai galaksi, sehingga galaksi baru akan terbentuk guna menggantikan galaksi yang menjauh. 4. Teori “Alam Semesta Quantum” (William Lane Craig/1966)
Alam semesta adalah sudah ada selamanya dan akan selalu ada untuk selamanya pula. Ruang hampa pada hakikatnya tidak ada, yang ada adalah partikel-partikel sub atomik.
Teori Terjadinya Tata Surya & Bumi
1. Teori Kabut/Nebula (Kant-Laplace), 1755 dan 1796. Di jagat raya terdapat gas yang kemudian berkumpul menjadi kabut (nebula). Gaya tarik-menarik antar gas membentuk kumpulan kabut yang sangat besar ini berputar semakin cepat, menyebabkan materi kabut bagian luar khatulistiwa terlempar memisah dan memadat (karena pendinginan). Fragmen yang terlempar menjadi planet-planet dan bagian inti sebagai matahari. 2. Teori Planetesimal (Chamberlin dan Moulton) Pada awalnya telah terdapat “matahari asal’. Suatu ketika matahari kita ini didekati oleh sebuah bintang besar, maka terjadinya penarikan masa/gas pd permukaan matahari. Maka terjadilah peledakan gas yang hebat. Gas yang meledak ini keluar dari atmosfer matahari, mengembun dan membeku menjadi benda kecil dan padat (planetesimal). Planetesimal ini selanjutnya menjadi planet-planet. 3. Teori Pasang-Surut/Tidal (Jeans dan Jeffreys) Sebuah bintang besar mendekati matahari dalam jarak sangat dekat. Menyebabkan gas/masa matahari ketarik sehingga permukaan matahari pasang, dan semakin memanjang. Masa memanjang (gas lidang Panjang) tersebut lepas dari matahari. Dalam proses pendinginan mas/gas tersebut lepas menjadi planet, dan tetap mengorbit matahari. 4. Teori Bintang Kembar, Lyttleton, 1930 (Inggris) Awalnya Matahari merupakan bintang kembar yang satu dengan lainnya saling mengelilingi. Suatu masa, melintas bintang lain dan menabrak salah satu bintang kembar tersebut. Bintang yang ditabrak hancur menjadi bagian-bagian kecil dan mendingin menjadi planet-planet. Planet mengelilingi bintang yang tetap bertahan, yaitu Matahari. 5. Teori Awan Debu / Proto Planet Dikemukakan Carl von Weizsaecker (1940) & Gerard P. Kuiper (1950). Tata surya terbentuk dari gumpalan awan gas dan debu. Gumpalan awan/gas mengalami pemampatan. Partikel debu tertarik ke pusat awan dan membentuk gumpalan bola gas dan mulai berpilin. Gumpalan bola gas tersebut memipih berbentuk cakram. Bagian tengah cakram sangat tebal & saling menekan sehingga menimbulkan panas dan menjadi pijar (matahari). Bagian luar terlepas menjadi protoplanet. “TEORI PEMBENTUKAN BENUA” 1. Teori Kontraksi, oleh Descrates (1596-1650) Bahwa dahulu kala bumi merupakan sebuah bola panas yang lambat laun menyusut dan mengkerut karena proses pendinginan. Hasil pengkerutan di permukaan bumi terbentuk gunung, lembah dan daratan. Di dukung pula oleh James Dana (1847) & Elie de Baumant (1852) Pengerutan terjadi karena proses pendinginan bagian dalam bumi. Zat yang berbeda menyebabkan pengerutan yang tidak sama antara tempat satu dan tempat lain. 2. Teori Dua Benua/Laurasia-Gondwana (Eduard Suess, 1884) Pada awalnya Bumi memiliki dua benua, yaitu Laurasia (di Kutub Utara) dan Godwana (di Kutub Selatan). Kedua benua itu pecah, dan pecahannya bergerak ke bidang ekuator (efek rotasi bumi). Godwana pecah menjadi Amerika Selatan, Afrika, Australia, India, dan Antartika. Dan Laurasia pecah menjadi Amerika Utara, Eurasia, dan Greenland. 3. Teori Apungan benua (kontinental drift). Teori Tektonik ini dicetuskan Alfred Wegener 1912 & menerbitkan buku 1915). Bahwa benua yang padat (litosefer) sebenarnya terapung & bergerak di atas massa yang relatif lembek (asthenosfer). Gaya gravitasi menarik lempeng yg lebih berat/tua menjadi tersubduksi. Pada awalnya hanya ada satu “super continent” Pangaea (artinya semua daratan) yang dikelilingi Panthalassa (lautan). Selanjutnya, Pangaea pecah menjadi benua-benua yang lebih kecil, dan bergerak menuju ke tempatnya seperti saat ini. Buktinya: a. Kesamaan garis pantai timur Benua Amerika dengan garis pantai barat Eropa dan Afrika. b. Kesamaan geologis pantai timur Am-Sel dengan pantai barat Afrika. c. Kesamaan fosil. d. Greenland menjauhi Eropa (36 cm/th) e. Madagaskar menjauhi Arika (9 cm/th) f. Adanya ridge (bukit) di tengah samodera Atlantik. g. India mendesak Asia, sehingga menimbulkan Peg Himalaya. h. Bentangan samudra dan benua mengapung sendiri- sendiri.
4. Teori Konveksi, oleh Athur Holmes (1927) Dikembangkan oleh
Harry H. Hess (1962) dan Robert Diesz. Terdapat arus konveksi dari dalam mantel bumi yang terdiri dari massa berupa lava. Lava sampai ke permukaan bumi melalui punggung tengah samudra (mid oceanic ridge), tersebar di kedua sisi, membeku dan membentuk lapisan kulit bumi yang baru. 5. Teori lempeng tektonik (Tuso Wilson, 1968) Didukung oleh Mc Kenzie & Robert Parker. Teori ini paling banyak diterima. Kulit bumi terdiri atas beberapa lempeng tektonik yang berada di atas lapisan astenosfer. Lempeng tersebut selalu bergerak (seperti rakit/ban berjalan) karena adanya pengaruh arus konveksi. Pergerakan meliputi konvergen, divergen dan transform. Kecepatan bergeraknya beberapa cm/tahun.
Gerakan lempeng ada 3 :
1) Zona Konvergen : yaitu pertemuan lempeng yang saling
mendekat. Dampaknya : Terdapat palung laut Terdapat jalur pegunungan dan gunung api. Banyak barang tambang. Seing terjadi gempa bumi dan gunung meletus. 2) Zona Divergen : yaitu pertemuan lempeng saling menjauh. Dampaknya : Terdapat mid oceanic ridge (punggungan dasar laut). Dasar samodera meluas. 3) Zona transform fault/sesar mendatar: yaitu saling bergesekan pada sisinya ketika saling melewati. Dampaknya: Menimbulkan patahan(fault) atau sesar Menimbulkan gempa bumi.
Tujuh Lempeng utama Dunia
1) Lempeng Pasifik 2) Lempeng Amerika utara 3) Lempeng Afrika 4) Lempeng Eurasia 5) Lempeng India Australia 6) Lempeng Amerika Selatan 7) Lempeng Antartika
RINGKASAN MATERI BUKU “EVALUATION OF THE
EARTH” Secara umum, evolusi dapat dilihat dari beberapa aspek, antara lain: a. Evolusi kosmik: teori ini menjelaskan bahwa bumi yang ada sekarang ini berasal dari ledakan galaksi yang terjadi jutaan tahun lalu. b. Evolusi Biologi: teori ini didukung oleh penemuan fosil-fosil yang mendukung teori evolusi, baik fosil tumbuhan maupun hewan. c. Evolusi peradaban: manusia sebagai makhluk yang dibekali akal, pikiran, dan budi, juga mengalami evolusi dalam peradaban.