Tata Surya adalah sebuah sistem tata surya yang terdiri dari sebuah bintang, yaitu Matahari, serta
delapan planet yang mengelilinginya: Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Yupiter, Saturnus, Uranus,
dan Neptunus.
Selain planet-planet ini, terdapat juga beberapa benda kecil lainnya seperti komet, asteroid, dan
satelit yang mengorbit planet-planet tersebut. Namun, bagaimana tata surya ini bisa terbentuk?
Berikut ini adalah teori-teori tentang pembentukan tata surya
Pembentukan tata surya telah menjadi misteri yang menarik bagi ilmuwan sepanjang sejarah
manusia. Hingga saat ini, ada lima teori pembentukan tata surya yang dikenal, masing-masing
memiliki keunikan dan asumsi yang berbeda.
Inti yang terletak di tengah kabut dan memiliki suhu paling panas, akhirnya menjadi
matahari yang berpijar, sementara inti yang terletak di pinggiran kabut mendingin dan
menjadi planet.
Teori pembentukan tata surya menurut Laplace dapat dijelaskan dengan analogi seorang
ice skater yang menarik tangannya saat berputar dengan kecepatan tinggi. Seiring
berputarnya ice skater, ia membentuk sebuah piringan. Hal yang serupa terjadi dengan
kabut gas yang berotasi cepat dan membentuk tata surya.
2. Teori Planetesimal
Pada sekitar tahun 1900, Forest Ray Moulton, seorang ahli astronomi, dan T.C. Chamberlin,
seorang ahli geologi, mengusulkan teori terbentuknya tata surya yang disebut sebagai Hipotesis
Planetesimal. Teori ini menjelaskan tentang proses pembentukan tata surya dimana planetesimal,
yaitu benda padat kecil, mengelilingi suatu inti gas.
Inti dari teori ini adalah ketika sebuah bintang yang berada dekat dengan Matahari dan
menembus ruang angkasa dengan cepat, daya tarik gravitasi antara keduanya semakin tinggi dan
menyebabkan pasang naik massa gas yang dikandung oleh kedua bintang.
Saat pasang naik, gas dalam tubuh Matahari mencapai puncaknya dan beberapa bagian kecil
massa Matahari terlepas atau terlempar dan mulai mengorbit di sekitar Matahari. Setelah bintang
tersebut menjauh dari Matahari, pasang Matahari kembali menurun ke arah normal.
Massa gas yang terlempar dan mengorbit di sekitar Matahari ini lama kelamaan mendingin dan
membeku (memadat) membentuk planetesimal atau benda-benda padat, yang pada akhirnya
membentuk planet.
Teori ini juga dikenal sebagai Teori Pasang Surut Gas. Menurut teori ini, suatu bintang yang
mendekati Matahari akan menghasilkan gaya gravitasi yang cukup kuat untuk mengisap filamen
gas yang berbentuk cerutu dari tubuh Matahari.
Filamen ini kemudian membesar pada bagian tengahnya dan mengecil di kedua bagian ujungnya,
membentuk planet. Planet-planet yang terletak di bagian tengah seperti Yupiter, Saturnus, dan
Uranus memiliki ukuran lebih besar daripada planet yang terletak di bagian tepi.
Namun suatu saat, tiba-tiba bintang lain melintas dan menabrak salah satu bintang kembar
tersebut, yang menyebabkannya hancur menjadi pecahan kecil yang terus berputar dan kemudian
mendingin menjadi planet-planet dan benda-benda lain yang mengelilingi bintang tetap yang
bertahan, yaitu Matahari.
Gumpalan super atom raksasa tersebut meledak sekitar 15 miliar tahun yang lalu, dan ledakan
dahsyat tersebut menyebar membentuk awan dan hidrogen. Setelah berusia ratusan tahun, debu
dan hidrogen tersebut kemudian membentuk bintang-bintang dengan ukuran yang bervariasi.
Hukum pertama menjelaskan bahwa setiap planet bergerak mengelilingi Matahari dengan
lintasan elips dan Matahari berada pada salah satu fokus elips tersebut. Hukum kedua
menyatakan bahwa garis yang menghubungkan planet dan Matahari melintasi area yang sama
dalam waktu yang sama.
Artinya, planet akan bergerak lebih cepat saat berada lebih dekat dengan Matahari dan lebih
lambat saat berada lebih jauh. Hukum ketiga menjelaskan bahwa waktu yang dibutuhkan oleh
sebuah planet untuk menyelesaikan satu putaran sebanding dengan jarak rata-rata planet tersebut
dari Matahari.
Kepler juga menemukan bahwa orbit planet di tata surya tidaklah bulat sempurna, melainkan
elips, sebuah penemuan yang sangat penting dalam astronomi modern. Selain itu, teorinya
memberikan dasar bagi Isaac Newton untuk mengembangkan Hukum Gravitasi Newton yang
menjelaskan tentang gaya tarik-menarik antara benda-benda di tata surya.
Dengan teorinya tentang gerakan planet dan bentuk orbit, Kepler telah memberikan sumbangsih
yang sangat besar dalam memahami bagaimana tata surya kita terbentuk dan bergerak.
Selama evolusinya, salah satu dari bintang tersebut kemungkinan besar mengalami
penggumpalan dan terjebak di sekitar Matahari sebagai satelit alami, kemudian meledak dan
melepaskan diri ke ruang angkasa. Teori ini didukung oleh banyak ahli astronomi karena
ditemukan banyak bintang ganda atau kembar dalam pengamatan astronomi modern.
Kesimpulan
Setiap teori pembentukan tata surya memiliki pendapat dan bukti yang berbeda-beda, namun
semuanya mengajukan ide bahwa tata surya terbentuk dari benda-benda yang terlempar dan
bergabung bersama membentuk bintang dan planet.
Johannes Kepler juga memberikan kontribusinya dengan menjelaskan tiga hukum gerak planet
yang memberikan dasar-dasar gerakan planet mengitari matahari. Dengan mempelajari sejarah
teori-teori ini, kita dapat memahami lebih lanjut tentang asal mula tata surya dan alam semesta
secara umum.
Macam Teori Permukaan Bumi
Sedangkan Wegener telah mendalilkan satu benua super, Pangea, Du Toit berteori
bahwa ada dua daratan besar yaitu Laurasia di utara dan Gondwana di selatan,
dipisahkan oleh daerah samudera yang disebut Tethys.
Laurasia diperkirakan telah terfragmentasi ke benua Amerika Utara, Eropa dan Asia
saat ini sekitar 66 juta hingga 30 juta tahun yang lalu, interval yang mencakup akhir
Periode Kapur dan sebagian besar Periode Paleogen.
Perkembangan benua Gondwana terjadi pada masa Precambrian Akhir, sekitar 600
juta tahun yang lalu, dan tahap pertama perpisahannya dimulai pada Periode Jurassic
Awal, sekitar 180 juta tahun yang lalu.
Nama Gondwanaland diciptakan oleh ahli geologi Austria Eduard Suess mengacu pada
formasi Paleozoidik dan Mesozoinia Atas di wilayah Gondwana, India tengah, yang
mirip dengan formasi dengan usia yang sama di benua Belahan Bumi Selatan.
Bentuk geomorfologi yang cocok dari garis pantai Afrika barat dan Amerika Selatan
timur pertama kali dilaporkan oleh Francis Bacon pada tahun 1620 sebagai peta Afrika
dan Dunia Baru pertama kali tersedia.
Konsep bahwa semua benua Belahan Bumi Selatan pernah bergabung bersama
diungkapkan oleh Alfred Wegener, seorang ahli meteorologi Jerman, pada tahun 1912.
Dia membayangkan satu daratan besar, Pangaea (atau Pangea). Gondwana terdiri dari
bagian selatan benua super ini.