Anda di halaman 1dari 10

PAPER GEOLOGI DASAR

TEORI PEMBENTUKAN BUMI

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 1

o FAISHAL SAINI (H061171310)


o AZHARDI HAMZAH (H061171313)
o TSAQIF RAZIN (H061171312)
o EPIFANIA NINA AGATHA S. (H061171512)
o MIRNAYANI (H061171514)

PROGRAM STUDI GEOFISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
Pengetahuan manusia tentang bumi berkembang dari waktu ke waktu.
Semula orang percaya bahwa bumi datar seperti piring terisi nasi di tengah dan
kuah dipiringnya. Para pelaut tidak berani berlayar jauh karena takut tiba pada tepi
bumi dan akan masuk jurang.

Thales (624-547 SM), seorang filsuf Yunani, berpendapat bahwa bumi


merupakan benda terapung yang ada di permukaan air. Pendapat itu, diperkuat
dengan adanya gejala gempa bumi, seperti tsunami.

Bumi terbentuk dimulai kurang lebih 4,56 milyar tahun yang lalu dan
mengalami beberapa perkembangan. Bumi sebagai salah satu planet yang
termasuk dalam sistem tata surya di alam semesta ini tidak diam melainkan
melakukan perputaran pada porosnya (rotasi) dan bergerak mengelilingi matahari
(revolusi) sebagai pusat sistem tata surya. Ilmu yang mempelajari tentang bumi
disebut geologi. Sedangkan cabang ilmu yang mempelajari khusus mengenai
materi dan proses pembentukannya baik permukaan atau di dalam bumi disebut
geologi fisik. Akan tetapi, bentuk permukaan bumi selalu mengalami perubahan.
Perubahan-perubahan tersebut akan terus terjadi sepanjang masa, baik secara
perlahan maupun secara cepat. Proses perubahan bentuk permukaan bumi
disebabkan oleh tenaga geologi. yaitu tenaga yang berasal dari dalam bumi
(endogen) dan tenaga yang berasa. dari luar bumi (eksogen). Kekuatan tenaga
endogen dapat menyebabkar. terjadinya gunung api dan gempa bumi yang sangat
dahsyat, sedangkan tenaga eksogen merupakan tenaga yang merusak bentuk-
bentuk permukaan bumi dari luar. Proses terbentuknya bumi tidak terlepas dari
proses terbentuknya tata surya kita. Dalam perkembangannya terciptalah beberapa
hipotesa tentang pembentukan bumi yang berkesinambungan dengan hipotesa
terbentuknya alam semesta. Terdapat berbagai macam teori-teori pembentukan
bumi di alam semesta yang akan diuraikan lebih lanjut sebagai berikut:
1. Teori ”Keadaan Tetap”

Teori ”keadaan tetap” atau teori ciptaan sinambung menyatakan bahwa


jagat raya selama berabad-abad selalu dalam keadaan yang sama dan zat hidrogen
senantiasa dicipta dari ketiadaan.

Penambahan jumlah zat, dalam teori ini memerlukan waktu yang sangat
lama, yaitu kira-kira seribu juta tahun untuk satu atom dalam satu volume ruang
angkasa. Teori ini diajukan oleh ahli astronomi Fred Hoyle dan beberapa ahli
astrofisika Inggris. Dalam teori ”keadaan tetap”, kita harus menerima bahwa zat
baru selalu diciptakan dalam ruang angkasa di antara berbagai galaksi, sehingga
galaksi baru akan terbentuk guna menggantikan galaksi yang menjauh. Orang
sepakat bahwa zat yang merupakan asal mula bintang dan galaksi tersebut adalah
hidrogen. Teori ini diterima secara skeptis oleh beberapa ahli yang lain, sebab hal
itu melanggar salah satu hukum dasar fisika, yaitu hukum kekekalan zat. Zat tidak
dapat diciptakan atau dihilangkan tetapi hanyalah dapat diubah menjadi jenis zat
lain atau menjadi energi. Sampai saat ini belum dapat dipastikan bagaimana
sesungguhnya jagat raya ini terbentuk. Teori-teori yang dikemukakan para ahli
tersebut tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan sendiri-sendiri.

2. Teori Nebula
Teori Kabut atau disebut juga Teori Nebula. Teori Nebula pertama kali
dikemukakan oleh Emanuel Swedenborg (1688-1772) tahun 1734 dan
disempurnakan oleh Immanuel Kant (1724-1804) pada tahun 1775.

Teori serupa juga dikembangkan oleh Pierre Marquis de Laplace secara


independen pada tahun 1796. Teori ini, yang lebih dikenal dengan Teori Nebula
Kant-Laplace, menyebutkan bahwa pada tahap awal, Tata Surya masih berupa
kabut raksasa. Kabut ini terbentuk dari debu, es, dan gas yang disebut nebula, dan
unsur gas yang sebagian besar hidrogen. Gaya gravitasi yang dimilikinya
menyebabkan kabut itu menyusut dan berputar dengan arah tertentu, suhu kabut
memanas, dan akhirnya menjadi bintang raksasa (matahari). Matahari raksasa
terus menyusut dan berputar semakin cepat, dan cincin-cincin gas dan es terlontar
ke sekeliling matahari. Akibat gaya gravitasi, gas-gas tersebut memadat seiring
dengan penurunan suhunya dan membentuk planet dalam dan planet luar.

Laplace berpendapat bahwa orbit berbentuk hampir melingkar dari planet-


planet merupakan konsekuensi dari pembentukan mereka. Teori Kabut (Nebula)
menceritakan kejadian tersebut dalam 3 (tiga ) tahap :

1. Matahari dan planet-planet lainnya masih berbentuk gas, kabut yang begitu
pekat dan besar.
2. Kabut tersebut berputar dan berpilin dengan kuat, dimana pemadatan terjadi di
pusat lingkaran yang kemudian membentuk matahari. Pada saat yang
bersamaan materi lainpun terbentuk menjadi massa yang lebih kecil dari
matahari yang disebut sebagai planet, bergerak mengelilingi matahari.
3. Materi-materi tersebut tumbuh makin besar dan terus melakukan gerakan
secara teratur mengelilingi matahari dalam satu orbit yang tetap dan
membentuk Susunan Keluarga Matahari.
3. Teori Planetesimal

Sekitar tahun 1900 seorang astronom yang bernama Forest Ray Moulton
dan seorang ahli geologi yang bernama T.C. Chamberlin (dari Universitas
Chicago), mengemukakan suatu teori baru yang mereka namakan hipotesis
planetesimal. Planetesimal adalah benda padat kecil yang mengelilingi suatu inti
yang bersifat gas.

Menurut Moulton dan Chamberlin, sebuah bintang yang menembus ruang


angkasa dengan cepat berada dekat sekali dengan matahari kita. Daya tarik yang
makin meninggi antar akedua bintang itu menyebabkan bintang yang satu
menaikkan pasang besar di bagian gas panas bintang yang lain. Pada saat pasang
matahari yang disebabkan oleh tarikan bintang yang lewat menjadi bertambah
besar, massa gas terlempar dari matahari dan mulai mengorbit. Beberapa
diantaranya mengikuti bintang lain ketika bintang itu meluncur ke ruang angkasa,
sedangkan yang lain tertahan oleh daya tarik matahri yang mulai bergerak
mengelilingi benda alam itu. Pasang matahari menurun kembali bila bintang lain
itu mulai mejauh. Massa gas yang terlempar dari matahari mapan dari suatu jalan
yang teratur dari sekeliling matahari. Ketika massa gas menjadi dingin, gas itu
berubah bentuknya menjadi cairan yang lama-kelamaan menjadi massa pada
kecil. Pecahan-pecahan yang disebut planetesimal tarik-menarik dan akhirnya
membentuk planet.

4. Teori Bintang Kembar

Teori bintang kembar adalah salah satu dari berbagai teori tentang
pembentukan tata surya dan evolusinya. Teori ini dikemukakan oleh seorang ahli
astronomi Inggris bernama R.A. Lyttleton, sekitar tahun 1956. Teori ini
menyatakan bahwa tata surya (yang terdiri atas matahari dan planet), pada
awalnya berasal dari 2 buah bintang kembar raksasa. Kemudian, salah satu dari
bintang kembar tersebut meledak (hancur) menghasilkan serpihan dan debu yang
akhirnya berevolusi membentuk planet dan asesorisnya, sedangkan bintang yang
tidak meledak itulah yang disebut matahari.

Karena bintang yang tidak meledak mempunyai gravitasi yang masih kuat,
maka serpihan dan debu dari bintang yang meledak tadi akan mengelilingi bintang
yang tidak meledak (matahari), namun tidak tersedot masuk. Dapat dijelaskan
disini bahwa debu – debu hasil ledakan tadi selanjutnya akan berkumpul dan
mempilin hingga akhirnya membentuk planet. Sedangkan serpihan-serpihan
berupa batuan akan membentuk jalur asteroid yang memisahkan planet dalam dan
planet luar.

Lyttleton mengemukakan alasan utama terciptanya teori ini karena


mengacu pada hasil penelitian sebelumnya terhadap tata surya lain. Bahwa
ternyata ada tata surya lain yang memiliki bintang kembar, oleh sebab itulah Ia
beranggapan bahwa alam semesta kita pun terbentuk dari hasil peledakan bintang
kembar. Kita ketahui bersama bahwa tata Surya terbagi menjadi beberapa bagian,
yaitu matahari, 4 planet bagian dalam, sabuk asteroid, 4 planet bagian luar, dan di
bagian terluar merupakan piringan tersebar dan Sabuk Kuiper. Kesemua bagian
ini yang sering kita sebut sebagai alam semesta.

5. Teori Big Bang

Big Bang (terjemahan bebas: Ledakan Dahsyat atau Dentuman Besar)


dalam kosmologi adalah salah satu teori ilmu pengetahuan yang menjelaskan
perkembangan dan bentuk awal dari alam semesta. Teori ini menyatakan bahwa
alam semesta ini berasal dari kondisi super padat dan panas, yang kemudian
mengembang sekitar 13.700 juta tahun lalu.

Para ilmuwan juga percaya bawa Big Bang membentuk sistem tata surya.
Ide sentral dari teori ini adalah bahwa teori relativitas umum dapat
dikombinasikan dengan hasil pemantauan dalam skala besar pada pergerakan
galaksi terhadap satu sama lain, dan meramalkan bahwa suatu saat alam semesta
akan kembali atau terus. Konsekuensi alami dari Teori Big Bang yaitu pada masa
lampau alam semesta punya suhu yang jauh lebih tinggi dan kerapatan yang jauh
lebih tinggi.

Pada tahun 1929 Astronom Amerika Serikat, Edwin Hubble melakukan


observasi dan melihat Galaksi yang jauh dan bergerak selalu menjauhi kita dengan
kecepatan yang tinggi. Ia juga melihat jarak antara Galaksi-galaksi bertambah
setiap saat. Penemuan Hubble ini menunjukkan bahwa Alam Semesta kita
tidaklah statis seperti yang dipercaya sejak lama, namun bergerak mengembang.
Kemudian ini menimbulkan suatu perkiraan bahwa Alam Semesta bermula dari
pengembangan di masa lampau yang dinamakan Dentuman Besar.

Pada saat itu dimana Alam Semesta memiliki ukuran nyaris nol, dan
berada pada kerapatan dan panas tak terhingga; kemudian meledak dan
mengembang dengan laju pengembangan yang kritis, yang tidak terlalu lambat
untuk membuatnya segera mengerut, atau terlalu cepat sehingga membuatnya
menjadi kurang lebih kosong. Dan sesudah itu, kurang lebih jutaan tahun
berikutnya, Alam Semesta akan terus mengembang tanpa kejadian-kejadian lain
apapun. Alam Semesta secara keseluruhan akan terus mengembang dan
mendingin.

Alam Semesta berkembang, dengan laju 5%-10% per seribu juta tahun.
Alam Semesta akan mengembang terus,namun dengan kelajuan yang semakin
kecil,dan semakin kecil, meskipun tidak benar-benar mencapai nol. Walaupun
andaikata Alam Semesta berkontraksi, ini tidak akan terjadi setidaknya untuk
beberapa milyar tahun lagi.
Pertanyaan dan Jawaban diskusi

1. (Muh. Ali Akbar) Dari semua teori pembentukan bumi yang mana
menurut kelompok anda yang memang menggambarkan pembentukan
bumi yang sebenarnya?
2. (Khusnul Khatimah) Apa bukti bahwa teori Big Bang merupakan teori
pembentukan bumi yang sebenarnya? Dan bagaimana agar masyarakat
awam bisa memahaminya?
3. (Khalis Giffary) Dalam teori Big Bang, alam semesta akan terus atau
kembali. Bagaimana maksud dari pernyataan tersebut?

Jawaban:

1. Menurut kelompok kami, teori yang masuk akal dalam menggambarkan


pembentukan bumi ialah teori Big Bang. Karena dari teori yang ada, teori
Big Bang paling banyak memiliki bukti ilmiah sehingga dapat diterima
oleh ilmuwan maupun masyarakat. Kemudian teori Big Bang dapat
menentukan akhir alam semesta.
2. Teori dentuman besar sekarang didukung oleh bukti yang sangat kuat
berdasarkan kedua penemuan sebagai berikut:
a) Radiasi latar belakang mikro dari berbagai arah di antariksa
merupakan radiasi dari Dentuman Besar
b) Rasio hidrogen terhadap helium penjelasan yang benar atas
pertanyaan mengapa terdapat hidrogen tiga kali lebih banyak
daripada helium dalam alam semesta. Ini bisa dilihat pada air yang
jumlahnya dibumi sangat banyak.
3. Ada satu teori yang dikembangkan untuk menguraikan nasib semesta.
Salah satunya disebut Big Crunch. Menurut teori itu, semesta akan
berakhir menjadi kesatuan yang sangat mampat. Situasi tersebut mungkin
bisa disebut kiamat. Berdasarkan teori Big Crunch, semesta akan
mengembang sebagai konsekuensi dari Big Bang. Namun, pengembangan
tak akan terus-menerus terjadi. Pada suatu titik, semesta akan berhenti
mengembang dan menyusut. Semua akan ditarik hingga hanya tersisa
lubang hitam terbesar. Untuk bisa membenarkan teori ini, beberapa ciri
semesta perlu diterangkan. Salah satunya soal densitas semesta. Harus ada
yang disebut densitas kritis untuk menerangkan bahwa semesta bisa
mampat lagi setelah mengembang.

Anda mungkin juga menyukai