Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH SEJARAH INDONEISA

“Awal Kehidupan Manusia Indonesia”

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK I KELAS X IKA

ARFIAN AHADI MALIK PUTRA


DANINA
FEBY FEBRIANTI
WASIAT APRIANSYAH

MAN 3 SUMBAWA

TAHUN PELAJARAN 2022/2023


A. ASAL USUL BUMI DAN MAKHLUK HIDUP

Sejarah geologi Bumi meliputi peristiwa besar yang terjadi di Bumi pada masa lalu sesuai
dengan skala waktu geologi, sistem pengukuran kronologis berdasarkan penelitian terhadap
lapisan batuan planet (stratigrafi). Bumi terbentuk sekitar 4,54 miliar tahun yang lalu akibat
akresi nebula surya, massa berbentuk cakram debu dan gas yang merupakan sisa-sisa dari
pembentukan matahari, yang juga menciptakan seluruh Tata Surya.
Permukaan Bumi pada awalnya meleleh akibat aktivitas vulkanisme ekstrem dan sering
bertabrakan dengan benda langit lainnya. Pada akhirnya, lapisan luar planet ini mendingin
dan mengeras, yang kemudian membentuk kerak padat setelah uap air mulai terkumpul
di atmosfer. Bulan terbentuk tak lama setelah pembentukan Bumi, diduga akibat
terjadinya tabrakanantara benda langit seukuran Mars dengan Bumi, yang menyebabkan
beberapa massa benda langit ini menyatu dengan Bumi dan secara signifikan mengubah
komposisi internal Bumi. Akibat tabrakan ini, sebagian materi Bumi terlepas ke luar angkasa,
yang pada akhirnya membentuk Bulan. Pelepasan gas dan aktivitas vulkanis menciptakan
atmosfer primordial. Kondensasi uap air, dipadukan dengan es yang berasal
dari komet dan asteroid, menciptakan lautan.[1]
Permukaan Bumi terus mengalami proses pembentukan kembali selama ratusan juta tahun.
Akibatnya, benua terbentuk dan terbelah berulang kali. Benua bergerak di seluruh permukaan
Bumi dan bergabung untuk membentuk superbenua. Sekitar 750 juta tahun silam, superbenua
paling awal yang diketahui, Rodinia, mulai terpisah. Benua yang terpisah ini kemudian
membentuk Pannotia, 600 juta tahun silam, dan pada akhirnya membentuk Pangaea, yang
kemudian terpisah lagi 180 juta tahun silam.[2]
Zaman es dimulai sekitar 40 juta tahun silam, dan kemudian mencapai puncaknya pada
akhir Pliosen. Wilayah kutub telah mengalami siklus glasiasi dan pencairan es berulang kali,
yang berulang setiap 40.000-100.000 tahun. Periode glasial terakhir pada zaman es berakhir
sekitar 10.000 tahun yang lalu.[3]

Berikut adalah teori – teori dari para ahli tersebut:


1. Teori Ledakan Besar (Big Bang)
Teori Big Bang diperkenalkan oleh dua orang ilmuan yang bernama Gamow dan Alpher pada
tahun 1948. Mereka berpendapat bahwa bumi dan alam semesta terbentuk akibat dari suatu
ledakan yang amat sangat dahsyat yang diperkirakan berasal dari ledakan thermo nuklir.
Gamow dan Alpher menjelaskan bahwa secara teoritis dentuman atau ledakan tersebut
menghasilkan energi (panas) yang sangat tinggi sehingga menyebabkan ekspansi materi.
Ekspansi materi yaitu menjauhnya benda – benda langit, seperti bintang, planet dan sebangsa
asteroid
Teori ini juga dijadikan sebagai hipotesis oleh ahli astronomi pada abad ke 20, Edwin
Hubble. Dia mengatakan bahwa langit akan terus berkembang. Hipotesis tentang langit terus
berkembang ini kemudian diperkuat kembali dengan hasil pengamatan oleh Edwin Hubble di
Observatorium Mount Wilson, sehingga terbentuklah teori langit berekspansi.
Berdasarkan pengamatan melalaui teleskop ruang angkasa, diketahui bahwa bintang-bintang
akan terus bergerak menjauh dari titik koordinat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa langit
akan terus berkembang.
2. Teori Nebula
Teori kabut (nebula) dikeluarkan oleh Immanuel Kant (1755) serta Piere de Laplace (1796).
Teori mereka berdua kemudian dikenal dengan “Teori Kabut Kant-Laplace”. Teori ini
menyatakan bahwa pada awalnya ruang angkasa dipenuhi oleh gas yang sangat banyak.
Kemudian gas – gas tersebut berkumpul menjadi satu sehingga membentuk sebuah kabut
yang sangat besar (nebula).
Kabut tersebut memiliki gaya tarik – menarik yang sangat besar sehingga menyebabkan
kabut berputar dengan sangat cepat. Perputaran yang sangat cepat ini mengakibatkan materi –
materi pada bagian khatulistiwa terlempar ke luar dan terpisah dari kabut. Materi – materi
yang terlempar tersebut kemudian membeku dan memadat hingga terbentuklah planet –
planet dalam sistem tata surya. Sedangkan, bagian inti yang tidak ikut terlempar masih tetap
berpijar dan menjadi pusat dari tata surya, yaitu matahari.
3. Teori Pasang Surut Gas (Tidal)
Teori pasang surut gas ini dikeluarkan oleh James Jeans dan Harold Jeffreys pada tahun
1918. Teori ini menjelaskan bahwa pada awalnya ada sebuah bintang yang sangat besar dan
memiliki massa yang sama mendekati matahari, ketika matahari masih berbentuk gas. Hal ini
menyebabkan terjadinya fenomena pasang surut di dalam tubuh matahari.
Fenomena ini membentuk gelombang gunung raksasa pada matahari yang disebabkan gaya
tarik oleh bintang yang mendekat tersebut. Gunung-gunung itu terus membesar sehingga
membentuk semacam lidah pijar yang mengarah ke bintang. Kemudian Lidah pijar tersebut
keluar dan mendekati bintang seolah – olah tertarik oleh bintang tersebut.
Kemudian, pada lidah pijar tersebut terjadi gas-gas yang merapat sehingga pecah dan
berpencar. Material yang terpisah itu kemudian membentuk planet-planet, tetapi pada
keadaan ini planet masih berupa gas yang kemudian mendekat dan berputar mengelilingi
matahari. Pada proses inilah terjadi pendinginan sehingga planet – planet yang masih berupa
gas tersebut menjadi padat. Sedangkan Bintang besar yang menarik bagian tubuh matahari
tadi, menjauhi matahari kembali sehingga tidak mempengaruhi planet – planet yang telah
terbentuk.
4. Teori Kuiper
Teori Kuiper diperkenalkan oleh seorang Astronom yang bernama Gerard P. Kuiper pada
tahun 1905-1973. Ia menjelaskan bahwa alam semesta ini pada mulanya hanya berupa gas
purba. Gas – gas yang tersebut kemudian memapat sehingga membentuk sebuah benda yang
padat akibat dari gaya tarik antar molekul gas.
Sifat gas yang akan terus bergerak mengakibatkan benda yang telah terbentuk tersebut terus
bergerak dan berputar sehingga menjadi pipih dan padat pada bagian tengahnya. Pada saat
berputar, ada beberapa gumpalan kecil gas yang terlempar keluar sehingga menjadi cikal
bakal planet. Sedangkan Gumpalan gas yang memadat di tengah inilah yang merupakan cikal
bakal matahari.
Gesekan antar gas yang semakin memadat ini menimbulkan api sehingga mengusir kabut–
kabut gas yang menyelimuti cikal bakal planet hingga akhirnya planet tersebut tidak
terbungkus gas lagi. Sedangkan, planet yang letaknya jauh dari matahari kurang terpengaruh.
Oleh karena itu, planet yang jauh dari matahari terlihat besar karena diliputi oleh kabut gas.
5. Hipotesis Bintang Kembar
Teori ini dinyatakan oleh seorang ahli astronomi Inggris yang bernama R.A. Lyttleton pada
tahun 1930-an. R. A. Lyttleton menyatakan bahwa pada mulanya terdapat dua buah matahari
kembar yang saling berputar mengelilingi satu sama lain. Kemudian salah satu bintang
tersebut hancur karena tertabrak oleh sebuah bintang.
Matahari yang tertabrak tersebut hancur dan menjadi materi-materi kecil. Kemudian, serpihan
– serpihan matahari yang hancur tersebut mengelilingi matahari yang masih utuh karena
terperangkap oleh gaya grafitasi. Materi-materi kecil tersebut lalu mendingin dan menjadi
planet – planet seperti saat ini.
Pembagian zaman prasejarah berdasarkan geologi
• Pembabakan Zaman Prasejarah berdasarkan Geologi.Geologi adalah ilmu yang
mempelajari bumi secara keseluruhan. Berdasarkan geologi, terjadinya bumi sampai sekarang
dibagi ke dalam empat zaman. Zaman-zaman tersebut merupakan periodisasi atau
pembabakan prasejarah yang terdiri dari:. 1. Zaman Arkaikum
Zaman ini merupakan zaman tertua yang diperkirakan beruasia 2500 juta tahun. Pada
zamna ini keadaan bumi belum setabil dan masih panas. Kulit bumi dalam proses
pembentukan dan pada zaman ini belum ada tanda-tanda kehidupan.
• 2. Zaman Paleozoikum
Zaman ini diperkirakan berusia 340 juta tahun. Keadaan bumi belum setabil masih
berubah-ubah. Zaman ini juga disebut zaman primer karena mulai ada tanda-tanda
kehidupan.
Beberapa kejadian penting yang terjadi dalam kurun waktu tersebut adalah tiga
kepunahan masa utama. Kepunahan adalah total hilangnya seluruh anggota spesies atau
kelompok takson yang lebih tinggi. Kepunahan massa adalah kepunahan dalam jumlah besar
yang di alami spesies atau kolompok takson lebih tinggi yang tejadi dalam kurun waktu
hanya beberapa juta tahun.
Zaman ini dibagi menjadi 5 bagian, yaitu:
a. Cambrium
Kambrium adalah periode pada skala waktu geologi yang dimulai pada sekitar 542 ± 1,0
jtl (juta tahun lalu) dan berakhir pada sekitar 488,3 ± 1,7 juta tahun yang lalu. Mulai muncul
adanya tanda-tanda kehidupan di bumi, seperti : kerang dan ubur-ubur. Periode ini
merupakan periode pertama era Paleozoikum. Kelimpahan makhluk hidup yang di temukan
pada periode ini kemungkinan berhubungan dengan evolusi skeleton (rangka). Hal tersebut di
tunjukan oleh fosil hewan ditemukan yang mempunyai skleton
b. Silur
Silur adalah periode pada skala waktu geologi yang berlangsung mulai akhir periode
Ordovisium, sekitar 443,7 ± 1,5 juta tahun lalu, hingga awal periode Devon, sekitar 416,0 ±
2,8 juta tahun yang lalu. Mulai ada tanda-tanda kehidupan hewan bertulang belakang tertua.
Seperti : ikan.
pelindung di sebelah luar. Dalam era Paleozoik mulai terjadi penguasaan daratan oleh
makhluk hidup.
c. Devon
Devon adalah periode pada skala waktu geologi yang termasuk dalam era Paleozoikum
dan berlangsung antara 416 ± 2,8 hingga 359,2 ± 2,5 juta tahun yang lalu. Mulai ada tanda-
tanda kehidupan binatang jenis amphibi tertua.
d. Karbon
Karbon adalah suatu periode dalam skala waktu geologi yang berlangsung sejak akhir
periode Devon sekitar 359,2 ± 2,5 juta tahun yang lalu hingga awal periode Perm sekitar
299,0 ± 0,8 juta tahun yang lalu. Nama "karbon" diberikan karena adanya lapisan tebal kapur
pada periode ini yang ditemukan di Eropa Barat. Mulai ada tanda-tanda kehidupan binatang
merayap jenis reptil.
e. Perm
Perm atau permian adalah periode dalam skala waktu geologi yang berlangsung antara
299,0 ± 0,8 hingga 251,0 ± 0,4 juta tahun yang lalu. Periode ini merupakan periode terakhir
dalam era Paleozoikum. Mulai ada tanda-tanda kehidupan hewan darat, ikan air tawar, dan
amphibi. Zaman ini diakhiri dengan kepunahan massal.

3. Zaman Mesozaikum
Disebut juga disebut zaman sekunder yang diperkirakan berusia 140 juta tahun. Saat itu,
mulai muncul pohon-pohon besar dan hewan-hewan besar, seperti: Dinosaurus,
Atlantasaurus, Tyrannosaurus serta jenis burung-burung besar. Zaman ini berlangsung kurang
lebih 140 juta tahun. Iklim semakin membaik, curah hujan mulai berkurang. Sungai-sungai
besar dan danau banyak yang mengering dan berlumpur. Zaman ini disebut zaman reptil
karena didominasi perkembangan jenis reptil.
Zaman ini dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:
a. Trias : Pada masa ini terdapat kehidupan ikan, amphibi, dan reptil.
b. Jura : Pada masa ini terdapat kehidupan reptil dan sebangsa katak.
c. Calcium : Pada masa ini terdapat burung-burung pertama dan tumbuhan.
4. Zaman Neozoikum
Zaman ini diperkirakan berusia sekitar 65 juta-55 juta tahun. Keadaan bumi semakin
membaik, perubahan cuaca tidak begitu besar sehingga kondisinya lebih setabil dan
kehidupan berkembang dengan pesat.
Zaman ini dibedakan atas dua zaman, yaitu:
a) Zaman Tersier(Zaman Ketiga)
Zaman ini binatang menyusui berkembang sempurna sedangkan reptil berangsur-angsur
lenyap. Primata dan Kera manusia mulai nampak pada zaman ini.
b) Zaman Kuarter(Zaman Keempat)
Zaman ini merupakan awal kehidupan manusia. Ada 2 zaman di zaman keempat ini. yaitu:
1.Zaman Diluvium(Pleistosen)
Zaman Pleistosen disebut zaman es. Selama masa pleistosen telah terjadi 4 kali zaman es,
yaitu Gunz, Mindel, Rizs, Wurm. Masa diantara zaman es disebut masa interglasial(Bagian
barat Indonesia bersatu dengan Asia, sedangkan bagian Indonesia Timur bersatu dengan
Australia)
Tenggelamnya daratan yang menghubungkan Indonesia dengan Asia menyebabkan
terbentuknya paparan sunda. Sedangkan yang menghubungkan Indonesia dengan Australia
adalah Paparan Sahul.
2. Zaman Holosen
Pada zaman ini manusia kemampuan manusia makin meningkat seirama dengan
perkembangan fisik dan akal budinya. Corak kehidupannya hidup menetap di Gua-gua,
menjinakkan hewan buruan, dan bercocok tanam.
B. Perkembangan Makhluk Hidup
Sejarah Perkembangan Makhluk Hidup
Berdasarkan Sejarah melalui penelitian Geologi (Penelitian tentang lapisan kulit
bumi) berjuta juta tahun yang lalu dijelaskan perkembangan makhluk hidup dan
lingkungannya ,dari awal terbentuknya permukaan bumi , munculnya makhluk makhluk kecil
(microorganism)seperti protozoa yang kemudian berkembang menjadi makhluk yang lebih
komplek, dan kemudian munculah makhluk makhluk raksasa, dan muncul makhluk lainnya
seperti serangga, reptile, ikan, mamalia dan sebagainya.
Perkembangan makhluk hidup diBumi dapat dijelaskan dengan “Pembagian Jaman
Berdasarkan Geologi” :
(1) Zaman Arkaekum / Azoikum (ZAMAN TERTUA)
Zaman Arkaekum ± 2500 juta tahun, bumi masih berbentuk bola pijar berputar pada
porosnya, suhu udara panas, iklim dan cuaca tidak stabil, dan belum ada tanda tanda
kehidupan.
(2) Zaman Paleozoikum (ZAMAN KEHIDUPAN TUA)
Zaman paleozoikum ±340 juta tahun, iklim dan cuaca masih berubah rubah, curah
hujan sangat tinggi, keadaan lingkungan di bumi belum stabil. Hujan yang terus menerus
membanjiri permukaan bumi yang panas, mendinginkan, dan membentuk genangan air.
Pada Zaman ini mulai muncul tanda tanda kehidupan dengan munculnya makhluk pertama
di bumi “makhluk bersel satu (microorganisme) seperti protozoa, dan berkembang hewan
yang tidak bertulang punggung seperti jenis ikan dan jenis ganggang atau rumput rumputan
Sebagai bukti ditemukannya “fosil” hewan dan tumbuhan yang berusia berjuta juta tahun,
Zaman ini merupakan ZAMAN PERTAMA

(3) Zaman Mesozoikum (ZAMAN KEHIDUPAN PERTENGAHAN)


Zaman Mesozoikum ±140 juta tahun , keadaan iklim dan cuaca berangsur angsur
membaik, makhluk hidup yang muncul pada zaman ini adalah binatang binatang reptile
yang mempunyai ukuran badan sangat besar. Zaman mesozoikum disebut juga zaman
reptile atau ZAMAN KEDUA
(4) Zaman Neozoikum / Kaenozoikum
Zaman Neozoikum ±60 juta tahun, kedaan bumi semakin membaik , cuaca dan iklim
semakin stabil dan kehidupan semakin berkembang dengan pesat. Zaman Neozoikum
dibedakan menjadi dua,yaitu
4.1 Zaman Tersier merupakan ZAMAN KETIGA
Pada Zaman ini binatang purba yang raksasa mulai berkurang jumlahnya, sedikit demi
sedikit ,lama kelamaan punah karena tidak dapat lagi beradaptasi dengan lingkungan yang
ganas dan digantikan dengan munculnya binatang yang manis dan lucu antara lain binatang
menyusui, kera ,monyet, orang hutan dan Gigantropus (Manusia Kera Raksasa).
Giganthropus ditemukan di Bukit Siwalik di kaki pegunungan Himalaya dan didekat Simia
(India Utara).
4.2 Zaman Kuarter merupakan ZAMAN KEEMPAT
Pada zaman ini munculah tanda tanda kehidupan manusia purba , zaman ini dibedakan
menjadi:
4.2.1 Kala Pleistosen (DILUVIUM)
Zaman ini dinamakan juga zaman Es atau zaman Glasial. Keadaan permukaan bumi
semakin membaik ,daerah yang jauh dari Kutup terjadi hujan lebat yang terus menerus
sepanjang tahun . Es dari kutup Utara mencair hingga menutupi sebagian Eropa Utara,Asia
Utara, dan Amerika
4.2.2 Kala Holosen (ALLUVIUM)
Sebagian Es di kutub Utara sudah mencair mengakibatkan permukaan air laut naik.
Muncul pulau pulau di Nusantara dan dataran rendah di paparan Sunda dan paparan Sahul
tergenang air dan menjadi laut Transgresi. Pada Zaman ini mulai hidup jenis manusia Homo
Sapiens yaitu jenis manusia seperti sekarang.

C. TERBENTUKNYA KEPULAUAN INDONESIA


Struktur wilayah di planet Bumi terbagi menjadi dua, yaitu daratan dan lautan. Hampir 70
persen luasnya merupakan lautan dan sisanya adalah daratan yang berupa benua dan pulau-
pulau. Indonesia merupakan wilayah yang terdapat di salah satu benua di dunia ini, yaitu
terletak di benua Asia. Menurut Nur (2010), Kepulauan Indonesia merupakan kepulauan
yang istimewa karena kaya akan sumberdaya kebumian dan sering disebut pula dengan
“untaian jamrud khatulistiwa”. Secara astronomis Kepulauan Indonesia berada pada suatu
wilayah dengan posisi garis Lintang Bumi 07˚ LU – 12˚ LS dan posisi garis Bujur Bumi 95˚
BT – 141˚ BT.
Selain itu, Secara geologis Kepulauan Indonesia berada pada jalur penumjaman lempeng
bumi, seperti penunjaman Lempeng Samudra Indo-Australia dengan Lempeng Benua Eurasia
yang memanjang dari pantai barat Sumatera hingga pantai selatan Jawa terus ke timur sampai
Nusa Tenggara. Adanya proses penunjaman ini Kepulauan Indonesia terdapat deretan gunung
api terutama dari Sumatera, Jawa hingga Nusa Tenggara. Keterdapatan deretan gunung api
tersebut memberikan keuntungan bahwa tanah di sekitarnya akan menjadi subur dan
produktif. Namun juga adanya gunung api yang masih aktif tersebut bahaya letusan gunung
api juga harus diwaspadai.
Selain itu bahaya banjir lahar dingin terutama pada musim hujan juga tidak boleh dilupakan.
Jalur penunjaman lempeng bumi di wilayah Kepulauan Indonesia merupakan jalur penyebab
gempa tektonik yang mana bersifat regional dan umumnya kerusakan yang ditimbulkan
sangat parah. Jalur gempa tersebut secara geologis berdampingan dengan jalur gempa bumi.
Pembentukan benua yang terjadi di planet Bumi oleh beberapa ahli geologis dibedakan
menjadi dua, yaitu:
 Teori Continental Drift (pergerakan kontinen atau benua). Menurut teori continental
drift, pada saat awal pembentukan benua, dahulunya enam benua yang ada di bumi
menjadi satu benua yang utuh. Kemudian, lama kelamaan benua yang menjadi satu
tersebut mengalami pergeseran atau pergerakan akibat formasi atau pembentukan
susunan dasar bumi dan menyebabkan benua tersebut memisahkan diri satu sama lain
hingga sekarang menjadi enam benua yang terpisahkan oleh lautan dan samudera.
 Teori Plate-Tectonics (lempeng tektonik), pembentukan benua yang ada di bumi
disebabkan oleh adanya pergerakan jalur lempengan yang ada di dasar permukaan
bumi akibat dari pergerakan aktif sejumlah gunung berapi yang ada di bumi dimana
pergerakan aktif gunung berapi ini menyebabkan adanya gempa tektonik dengan
magnitude yang besar dan dahsyat sehingga membelah beberapa daratan menjadi
beberapa benua.
Dalam kesempatan kali ini, penjelasan berikut ini mengulas tentang sejarah proses
pembentukan kepulauan Indonesia dari sejumlah sudut pandang yang ada, beberapa
diantaranya adalah sebagai berikut ini:
1. Proses Geologis
Pembentukan kepulauan Indonesia dapat dijelaskan dari proses geologis yang terjadi pada
saat proses pembentukan alam, yaitu proses endogen dan eksogen. Tenaga endogen adalah
proses pembentukan alam yang bersumber dari aktifitas dinamik bumi. Aktifitas ini
menyebabkan adanya deformasi kerak bumi yang mengakibatkan adanya formasi daratan
akibat daya yang maha dahsyat sehingga sejumlah pulau di Indonesia terpisah antara satu
sama lain. Gerak endogen ini dapat diketahui dari adanya letusan gunung berapi dan gempa
bumi.
Kedua aktifitas ini menimbulkan adanya goncangan dan pensesaran pada permukaan daratan
atau pulau yang menyebabkan adanya peristiwa longsor di daerah yang memiliki tingkat
kecuraman yang tinggi dengan keadaan batuan yang tidak terkonsolidasi dengan baik.
Sedangkan gaya eksogen merupakan proses pembentukan alam yang bersumber dari luar
permukaan bumi. Gaya atau tenaga eksogen ini meliputi iklim, hujan, angin, dan perubahan
temperature batuan yang mengalami pelapukan atau mengalami proses geomorfologi.
2. Proses Tektonik Lempeng
Menurut pengertian tektonik lempeng, semua kerak bumi merupakan suatu lempeng yang
bersifat kaku terhadap satu dengan lainnya di atas suatu cairan yang plastis dimana masing-
masing lempeng tersebut bergerak menjauh dari pusatnya sehingga terjadinya
kemunculanyang berada di tengah samudera atau dengan kata lain mid oceanic ridge dan
kemudian menyusup ke bawah lempeng lainnya melalui suatu jalur pembengkokan atau
subduction zone atau bergeser terhadap lempeng lainnya dengan dibatasi oleh sesar mendatar
atau transfault form dengan kecepatan relatif 10 cm/th. Sehingga proses pembentukan
kepulauan Indonesia dapat terlihat pada pemunculan beberapa pulau yang ada di
sepanjang Samudera Hindia dan Samudera Pasifik.
3. Proses Tektonik Kepulauan
Kepulauan Indonesia berkaitan erat dengan perkembangan tektonik kepulauan yang berasal
dari proses lempeng tektonik. Berdasarkan klasifikasinya, kepulauan Indonesia terbentuk dari
tiga hasil pergerakan lempeng besar, yaitu lempeng Pasifik di sebelah barat,
lempeng samudera Hindia di sebelah selatan dan lempeng Asia di sebelah utara. Aktifitas
lempeng besar tersebut telah terjadi sejak zaman Neogen atau sekitar 50 juta tahun yang lalu
dan hingga sekarang ketiga lempeng tersebut masih aktif yang seringkali menyebabkan
adanya guncangan gempa bumi yang berskala ringan hingga berat.
Maka dari penjelasan di atas, kepulauan Indonesia terletak pada jalur lempeng samudera dan
benua dimana lempeng-lempeng tersebut beraktifitas layaknya ban berjalan atau convetor
belt dan lempeng-lempeng tersebut dipisahkan oleh adanya suatu batas lempeng yang sifat
pergerakannya adalah konvergen atau saling bertumbukan dan divergen atau sebar pisah.
Akibat dari aktifitas lempeng tersebut maka tidak mengherankan jika kepulauan Indonesia
sering mengalami gempa bumi dan letusan gunung berapi dimana dari dua aktifitas alam ini
menyebabkan beberapa hal, yaitu:
 Terbentuknya pulau-pulau baru;
 Adanya deformasi atau perubahan struktur geomorfologi di sejumlah wilayah
Indonesia;
 Adanya likuifaksi (tanah ambles) dan pergeseran tanah; dan
 Adanya perubahan topografi permukaan wilayah di Indonesia.
Beberapa daerah rawan gempa di Indonesia dan letusan gunung berapi diantaranya adalah
Pulau Krakatau, Pulau Alor, Pulau Sumatera, Pulau Sulawesi, Pulau Jawa-Bali, Nusa
Tenggara Barat dan Timur karena pulau tersebut berada di jalur aktif lempeng bumi dan jalur
pegunungan berapi. Maka, proses pendidikan tentang mitigasi bencana di Indonesia perlu
ditingkatkan dan dibudidayakan dengan jalan sosialisasi formal.

Anda mungkin juga menyukai