Anda di halaman 1dari 23

Oleh Kelompok Pualam

Teori Pembentukan Alam


Semesta
Teori Big Bang
Teori Big Bang
Dikemukakan oleh Lemaitre & Gamow (Could, 1988
hal. 5-7 ; Levin, 1978 hal. 151 ; Mintz, 1981 hal. 264 ;
Stanley, 1989 hal. 237 ; Stokes, 1973 hal. 152)
Ketika seluruh alam semesta ini merupakan suatu
singularitas (satu entitas) yang sangat terkompak
sehingga massa yang ada tidak mampu menahan
dirinya sendiri hingga akhirnya meledak.
Ledakan ini menyebabkan material-materilal yang
terkompak tadi menyebar dan menjadi cikal bakal dari
alam semesta ini.
Ledakan ini luar biasa besar sehingga dinamakan
dengan nama Ledakan Big Bang.
Teori Big Bang
Big Bang terjadi antara 10 hingga 13 miliar tahun yang lalu.
Akibatnya berkembang alam semesta seperti yang terjadi pada
masa kini.
Pada waktu terhambur, energi pancaran sangat kuat sehingga
partikel yang mulai terkumpul terpencar lagi.
Setelah beberapa juta tahun terjadi letusan, gaya berat ini mulai
mengumpulkan atom helium dan hydrogen dan memisahkannya
dari partikel lain, terbentuk primordial gas.
Akibat gaya berat, beberapa partikel tersebut saling tarik menarik
dan berkumpul. Maka terbentuklah masa yang besar (proto galaksi)
yang memancarkan cahaya dan energi pancaran yang lain.
Galaksi mempunyai bentuk spiral, eliptis maupun irregular; dengan
jumlah lebih dari 3 triliun.
Bumi termasuk pada Galaksi Bima Sakti (Milky Way) dengan anggota
lebih dari 100 miliar bintang, yang terputar secara spiral dengan
waktu 200 juta tahun untuk menyelesaikan sekali putaran!
Teori Steady State
Teori Steady State

Teori Keadaan Tetap (The steady state theory)


adalah menurut teori ini, alam semesta tidak ada
awalnya dan tidak akan berakhir. Alam semesta
selalu terlihat tetap seperti sekarang. Materi
secara terus-menerus datang berbentuk atom-
atom hidrogen dalam angkasa yang membentuk
galaksi lama yang bergerak menjauhi kita dalam
ekspansinya. Teori ini dikemukakan oleh H. Bondi,
T. Gold, dan F. Hoyle dari Universitas Cambridge
pada tahun 1948.
Teori Steady State
Teori ini berdasarkan prinsip kosmologi sempurna yang menyatakan
bahwa alam semesta di manapun dan selalu sama.teori ini ditunjang
oleh kenyataan bahwa galaksi baru mempunyai jumlah yang
sebanding dengan galaksi lama. Jadi, teori ini beranggapan bahwa
alam semesta itu tak terhingga besranya dan tak terhingga tuanya.
Walaupun populer pada awal abad ke-20, teori ini kini ditolak oleh
sebagian besar kosmolog profesional dan ilmuwan lain karena bukti
pengamatan menunjukkan kebenaran model ledakan dahsyat dan
usia alam semesta yang terbatas. Bukti yang dianggap meruntuhkan
teori ini adalah radiasi latar gelombang mikro kosmis yang diprediksi
oleh model ledakan dahsyat.
Teori keadaan tetap ini berlawanan sekali dengan teori big bang.
Dalam teori ini, ruang angkasa berkembang menjadi lebih kosong
sewaktu berbagai galaksi saling menjauh. Dalam teori tetap, kita
harus menerima bahwa zat baru selalu diciptakan dalam ruang
angkasadi antara berbagai galaksi, sehingga galaksi baru akan
terbentuk guna menggantikan galaksi yang menjauh. Orang sepakat
mengatakan bahwa zat baru itu ialah hidrogen. Yaitu sumber yang
menjadi asal usul bintang dan galaksi.
Teori Pembentukan Tata
Surya
Teori Buffon, teori cabikan

Lebih dari 200 tahun yang lalu, Buffon berteori


bahwa pada suatu ketika ada komet yang lewat
terlalu dekat dengan matahari. Sehingga sebagian
dari massa matahari yang panas tercabik lepas
dan kemudian mendingin menjadi planet-planet.
Teori Hypothesis planetesimal

Pada awal abad 20, teori cabikan Buffon diganti


dengan teori pembentukan planet asal dingin.
Salah satu teori pelopor adalah hypothesis
planetesimal yang dikemukakan oleh Chamberlin
dan moulton. Mereka mengemukakan hypothesis
bahwa pada suatu ketika matahari berpapasan
dengan bintang lain. Akibat gaya berat dari
bintang yang lewat tsb, material gas matahari
terlempar dan berpusing kemudian mendingin
menjadi padat yang kecil (planetesimal). Sejumlah
planetesimal tersebut mengumpul menjadi planet
baru.
Teori Nebula

Pada pertengahan abad 20, hypothesis planetesimal


mendapat perbaikan dari seorang ahli astronomi, yaitu
Weizacker dan Kuiper . Mereka berpendapat bahwa seluruh
tata surya terbentuk secara bersama oleh satu proses yaitu
hypothesis nebula. Berdasar teori ini, tata surya terbentuk
dari nebula. Masa debu dan gas ini sebagian besar tersusun
oleh hydrogen dan helium. Gas tersebut merupakan gas
primordial, yang diduga sisa dari letusan dasyat Big Bang.
Debu tersebut bergerak dengan kecepatan tinggi dan
mengalami rotasi. Akibat gravitasi, gerak debu semakin
cepat dan tinggi kerapatannya, sehingga menyebabkan suhu
semakin tinggi. Yang akhirnya membentuk cakram (disk
shaped) yaitu matahari. Debu yang mengelilingi matahari
akan membentuk planet dan satelit.
Gas nebula membentuk planetisimal lewat proses akresi,
gas-gas dan unsur-unsur H, He, Fe, Al, Si, Mg, Ca, O, K, Ni, S,
Na berputar dna mengumpul. Selanjutnya terjadi kontraksi
dan diferensiasi.
Teori Pembentukan Bumi
Beberapa pendapat tentang kapan
terbentuknya bumi

Saint Agustine : Berpendapat bahwa bumi telah berumur


6000 tahun
Johanes Kepler : Bumi terbentuk pada tahun 3877 SM, Hari
Minggu 27 April jam 11.00
James Usher : Bumi terbentuk tahun 4004 SM. Hari Minggu
23 Oktober jam 09.00
Lord Kelvin : Bumi terbentuk 100.000 tahun. Menghitung
umur bumi dengan cara menghitung penurunan suhu di
permukaan bumi dengan suhu asli bumi
Clair Patterson : Dengan menggunakan prinsip peluruhan
isotop radio aktif yang terjadi pada timbal di Bumi serta dari
meteorid, pada tahun 1956 berhasil mendapatkan angka
4,56 milyar tahun. Angka inilah yang sering dipakai
Perkembangan Konsep yang
menyangkut tentang Sejarah Bumi
Teori Genesis/Neptunisme (Teori AG. Werner (Cooper et al., 1986 hal. 54
62;Dott & Batten, 1988 hal. 34))
Bumi secara keseluruhan bersifat statis atau pasif. Batuan dibedakan
menjadi batuan beku dan batuan metamorf yang merupakan hasil
pengendapan samudera universil.
Teori Plutonisme / Uniformitarianisme (Teori dari James Hutton (Cooper
et al., 1986 hal. 56, 62; Dott & Batten, 1988 hal. 36 - 40))
Bumi bersifat dinamis. Pembentukan batuan beku, metamorf dan
pengangkatan pegunungan bersangkutpaut dengan panas dari dalam
bumi Erosi dari bentang alam dan penimbunan kembali oleh sedimen
baru menghasilkan putusnya rakaman pada batuan yang disebut
Unconformity (Ketidak selarasan)
Teori Malapetaka dan Penciptaan Khusus (Catastrophism and Special
Creation) dari Cuvier (Cooper et al., 1986 hal. 54, 75, 112, 154;Dott &
Batten, 1988 hal. 34)
Bumi mengalami sejumlah proses malapetaka dengan intensitas yang
besaar dan secara mendadak lalu mengakibatkan perubahan dan
kepunahanTerjadinya perbedaan dari kumpulan fosil pada berbagai
horizon batuan disebabkan karena terjadinya kepunahan selektif dari
beberapa spesies akibat katastrofi, selanjutnya diikuti penciptaan
khusus yang menghasilkan spesies baru
Katastrofisme Versus
Uniformitarianisme
Katastrofisme Uniformitarianisme

Dikemukakan oleh Dikemukakan Oleh


Jean Lopold Nicolas James Hutton (1726-
Frdric Cuvier (1769- 1797)
1832)
Katatrofisme

Bumi mengalami sejumlah proses malapetaka


dengan intensitas yang besar dan secara
mendadak lalu mengakibatkan perubahan dan
kepunahan
Terjadinya perbedaan dari kumpulan fosil pada
berbagai horizon batuan disebabkan karena
terjadinya kepunahan selektif dari beberapa
spesies akibat katastrofi, selanjutnya diikuti
penciptaan khusus yang menghasilkan spesies
baru
Uniformitarianisme

Peristiwa alam yang terjadi pada masa geologis lampau


dengan mengikuti hukum alam yang sama dengan hukum
alam yang berlaku pada masa kini, baik macam maupun
intensitasnya (the present is the key to the past)
Sebagai contoh, batuan yang mengandung fosil atau sisa
organisme yang hidup lebih dari 15 juta tahun lalu, dijumpai
pada puncak pegunungan yang tingginya 3000 meter di atas
permukaan laut sekarang ini. Ini berarti bahwa pegunungan
itu telah terangkat sekitar 3000 meter dalam waktu 15 juta
tahun.
Jadi rata-rata peningkatan permukaan bumi tersebut
hanya sekitar 0.2 milimeter setiap tahun. Sedangkan
rata-rata proses, erosi yang terjadi juga sangat kecil. Jadi
memerlukan puluhan sampai jutaan tahun oleh alam untuk
membentuk pegunungan dan meratakannya kembali.
Salah satu perbedaan utama antara katastrofisme
dan uniformitarianisme adalah bahwa
uniformitarianisme mensyaratkan asumsi garis
waktu yang luas, sedangkan katastrofisme tidak
memerlukan asumsi garis waktu yang panjang.
Saat ini kebanyakan ahli geologi menggabungkan
sudut pandang katastrofis dan uniformitarianis,
dengan pandangan bahwa sejarah Bumi adalah
sebuah cerita yang lamban dan bertahap yang
diselingi oleh kejadian bencana alam yang kadang-
kadang telah mempengaruhi Bumi dan
penduduknya.
Daftar Pustaka

Rahardjo, W. (2000). Bumi Sepanjang Waktu,


Yogyakarta, Universitas Gadjah Mada
Moulton, F.R. (1916). An Introduction to
Astronomy. The MacMillan Company. Available on
:
http://www.gutenberg.org/ebooks/32000?msg=we
lcome_stranger
https://history.aip.org/exhibits/cosmology/ideas/bi
gbang.htm
https://map.gsfc.nasa.gov/universe/bb_tests_cmb.
html

Anda mungkin juga menyukai