Anda di halaman 1dari 7

TUGAS GEOLOGI DASAR

“RANGKUMAN SEJARAH TERBENTUKNYA BUMI”

DOSEN PEMBIMBING

Husni Randa, ST.

DIKERJAKAN OLEH

M. Ardy Febriyanto P

(1B/2020D1D068)

PRODI S1 TEKNIK PERTAMBANGAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM

2020
RANGKUMAN SEJARAH TERBENTUKNYA BUMI
Sejarah Bumi berkaitan dengan perkembangan planet Bumi sejak terbentuk mencapai
kini.Hampir semua cabang ilmu dunia telah berkontribusi pada pemahaman peristiwa-
peristiwa utama di Bumi yang sudah lampau. Usia Bumi ditaksir sepertiganya usia dunia
semesta. Sejumlah perubahan biologis dan geologis luhur telah terjadi sepanjang rentang
waktu tersebut.

Bumi terbentuk anggar-anggar 4,54 miliar (4,54×109) tahun yang kesudahan


menempuh akresi dari nebula matahari. Pelepasan gas vulkanik diduga membentuk atmosfer
tua yang hampir tidak beroksigen dan beracun bagi manusia dan beberapa luhur makhluk
hidup saat kini. Beberapa luhur permukaan Bumi meleleh karena vulkanisme ekstrem dan
sering bertabrakan dengan benda angkasa lain. Sebuah tabrakan luhur diduga berakibat
kemiringan sumbu Bumi dan menghasilkan Bulan. Seiring waktu, Bumi mendingin dan
membentuk kerak padat dan memungkinkan cairan tercipta di permukaannya. Bentuk
kehidupan pertama timbul selang 2,8 dan 2,5 miliar tahun yang kesudahan. Kehidupan
fotosintesis timbul anggar-anggar 2 miliar tahun yang kesudahan, nan memperkaya oksigen
di atmosfer. Beberapa luhur makhluk hidup masih mempunyai ukuran kecil dan mikroskopis,
mencapai penghabisannya makhluk hidup multiseluler kompleks mulai kelahiran anggar-
anggar 580 juta tahun yang kesudahan. Pada periode Kambrium, Bumi merasai diversifikasi
filum besar-besaran yang sangat cepat.

Perubahan biologis dan geologis terus terjadi di planet ini sejak terbentuk. Organisme
terus berevolusi, berubah menjadi bentuk baru atau punah seiring perubahan Bumi. Anggota
tektonik lempeng melakukan peran penting dalam pembentukan lautan dan benua di Bumi,
termasuk kehidupan di dalamnya. Biosfer mempunyai kesudahan suatu peristiwa luhur
terhadap atmosfer dan perihal abiotik yang lain di planet ini, seperti pembentukan lapisan
ozon, proliferasi oksigen, dan penciptaan tanah.

A. Proses Terjadinya Bumi


Kita semua bertempat tinggal di permukaan bumi yang kita rasakan sangat
luas. Bayangkan saja, jari-jari yang dimiliki bumi mencapai 6.370 km. Panjang
keliling Khatulistiwa yang melewati negara kita sekitar 40.000 km. Jadi kalau
dibandingkan sama dengan 40 kali panjang Pulau Jawa.
Proses terbentuknya planet bumi tidak dapat dipisahkan dengan sejarah
terbentuknya tata surya. Hal ini dikarenakan bumi merupakan salah satu anggota
keluarga matahari, di samping planet-planet lain, komet, asteroid, dan meteor.
Bahkan para ilmuwan memperkirakan bahwa matahari terbentuk terlebih dahulu,
sedangkan planet-planet masih dalam wujud awan debu dan gas kosmis yang
disebut nebula berputar mengelilingi matahari. Awan, debu, dan gas kosmis
tersebut terus berputar dan akhirnya saling bersatu karena pengaruh gravitasi,
kemudian mengelompok membentuk bulatan-bulatan bola besar yang disebut
planet, termasuk planet bumi.
Pada saat terlahir (sekitar 4500 juta tahun yang lalu) bumi kita pada
awalnya masih merupakan bola pijar yang sangat panas, suhu permukaannya
mencapai 4.0000 C. Dalam jangka waktu jutaan tahun, secara berangsur-angsur
bumi kita mendingin. Akibat proses pendinginan, bagian luar bumi membeku
membentuk lapisan kerak bumi atau kulit bumi yang disebut litosfer, sedangkan
bagian dalam planet bumi sampai sekarang masih dalam keadaan panas dan
berpijar.
Sebagaimana dikemukakan di atas, bahwa pada awal pembentukannya, seluruh
bagian planet bumi relatif dingin. Kemudian pada proses selanjutnya, suhu bumi
semakin meningkat hingga mencapai suhu seperti saat ini. Berdasarkan penelitian
para ilmuwan, dijelaskan adanya tiga faktor yang menyebabkan naiknya suhu
bumi tersebut, yaitu sebagai berikut:

1. Akresi (accretion) yaitu naiknya suhu bumi akibat tumbukan benda-benda


angkasa atau meteor yang menghujani bumi. Energi dari benda-benda tersebut
berubah menjadi panas. Bayangkan saja, 5 ton berat benda angkasa, kemudian
menghantam bumi dengan kecepatan 90 KM per detik, di perkirakan memberikan
energi yang sama dengan ledakan nuklir sebesar 1000 ton.
2. Kompresi yaitu semakin memadatnya bumi karena adanya gaya gravitasi.
Bagian dalam bumi menerima tekanan yang lebih besar dibandingkan bagian
luarnya, sehingga pada bagian dalam bumi suhunya lebih panas. Tingginya
suhu di bagian dalam bumi (inti bumi) mengakibatkan unsur besi pada bumi
menjadi cair, sehingga inti bumi merupakan cairan.
3. Adanya disintegrasi atau penguraian unsur-unsur radioaktif seperti uranium,
thorium, dan potasium. Jumlah unsur-unsur tersebut sebenarnya relatif kecil
tetapi dapat meningkatkan suhu bumi. Atom-atom dari unsur-unsur tersebut
secara spontan terurai dan mengeluarkan partikel-partikel atom yang berubah
menjadi unsur lain dan diserap oleh batuan di sekitarnya.

Tahap – tahap terjadinya pelapisan di Bumi :

1. Tahap pada saat bumi merupakan planet yang homogen atau belum terjadi
diferensiasi dan zonafikasi.
2. Proses diferensiasi atau pemilahan, yaitu ketika material besi yang lebih berat
tenggelam menuju pusat bumi, sedangkan material yang lebih ringan bergerak
ke permukaan. Dengan demikian, bumi tidak lagi dalam keadaan homogen,
melainkan terdiri atas material yang lebih berat (besi) di pusat bumi dan
material yang lebih ringan di bagian yang lebih luar atau kerak bumi.
3. Proses zonafikasi, yaitu tahap ketika bumi terbagi menjadi beberapa zona atau
lapisan, yaitu inti besi yang padat, inti besi cair, mantel bagian bawah, zona
transisi, astenosfer yang cair, dan litosfer yang terdiri atas kerak benua dan
kerak samudera.

B. Pangea Dan Gondwan


Lapisan bumi yang tersusun dari berbagai proses secara sedemikian rupa,
nampaklah bagian-bagian yang di antaranya bagian terluar yang keras dan
bagian bawah yang relatif cair. Kita merasakan seolah-oleh permukaan bumi sesuatu yang
kaku dan diam (tidak bergerak). Ternyata sejak zaman dulu, permukaan bumi yang diam ini
telah mengalami perjalanan atau pergeseran yang jauh dari bentuknya semula. Di antara
para ilmuwan yang memberikan gagasan tentang adanya pergeseran di bumi yaitu Antonio
Snidar – Pellegrini yang mengamati benua-benua Afrika dan Amerika Selatan merupakan
benua
yang pernah bersatu.

C. Karakteristik Perlapisan Bumi


Setelah planet bumi ini terbentuk dari massa gas, lambat laun mengalami
proses pendinginan. Akibatnya bagian terluarnya menjadi keras, sedangkan,
bagian dalamnya masih tetap merupakan massa zat yang panas dalam keadaan
lunak. Sepanjang proses pendinginan berlangsung dalam jangka waktu jutaan
tahun, zat-zat pembentuk bumi yang terdiri atas berbagai jenis sifat kimia dan
fisikanya sempat memisahkan diri sesuai dengan perbedaan sifat-sifat tersebut.
Pada dasarnya planet bumi mempunyai struktur utama (dari permukaan sampai
ke dalam), yaitu sebagai berikut.
1. Litosfer (lapisan batuan pembentuk kulit bumi atau crust).
Litosfer berasal dari kata lithos berarti batu dan sfhere/sphaira berarti
bulatan atau lapisan. Dalam pengertian lain, litosfer adalah lapisan bumi
paling atas dengan ketebalan lebih kurang 70 km yang tersusun dari batuan
penyusun kulit bumi.
2. Astenosfer (lapisan selubung atau mantle)
Astenosfer, yaitu lapisan yang terletak di bawah litosfer dengan
ketebalan sekitar 2.900 km berupa material cair kental dan berpijar dengan
suhu sekitar 3.000 ᵒC
3. Barisfer (lapisan inti bumi atau core)
Barisfer, yaitu lapisan inti bumi yang merupakan bagian bumi paling
dalam yang tersusun atas lapisan Nife (Niccolum atau nikel dan ferrrum
atau besi)
4. Teori Terbentuknya Kulit Bumi
Kulit bumi dari waktu ke waktu selalu mengalami perubahan. Hal ini telah
menjadi bahan pemikiran para ahli untuk mengungkap proses perubahan dan
perkembangan kulit bumi pada masa lalu, sekarang dan prediksi pada masa
yang akan datang. Adapun berbagai teori terbentuknya kulit bumi yang dikemukakan para
ahli adalah sebagai berikut.
1. Teori kontraksi (Contraction theory) oleh Descrates (1596-1650).
Teori kontraksi (Contraction Theory/Theory of a Shrinking Earth)
dikemukakan oleh James Dana di AS tahun 1847 dan Elie de Baumant di Eropa tahun
1852. Mereka berpendapat bahwa kerak bumi mengalami pengerutan karena
terjadinya pendinginan di bagian dalam bumi akibat konduksi panas. Pengerutan-
Dengerutan itu mengakibatkan bumi manjadi tidak rata. Keadaan itu dianggap sama
seperti buah apel, yaitu jika bagian dalamnya mengering kulitnya akan mengerut.
Teori yang dikemukakan oleh kedua ahli itu mendapat banyak kritikan.
Kritikan itu antara lain menyatakan bahwa bumi tidak akan mengalami penurunan
suhu yang sangat irastis sehingga mengakibatkan terbentuknya oegunungan tinggi dan
lembah-lembah di permukaan bumi. Di dalam bumi juga terdapat banyak unsur
radioaktif yang selalu memancarkan panasnya sehingga ada tambahan nanas bumi.
Selain itu, reaksi-reaksi kimia antarmineral di dalam bumi dan pergeseran- pergeseran
kerak bumi akan menimbulkan panas.
2. Teori dua benua (Laurasia-Gondwana theory) oleh Edward Zuess (1884).
Eduard Zuess dalam bukunya The Face of the Earth (1884) dan Frank B.
Taylor (1910) mengemukakan teorinya bahwa pada mulanya terdapat dua benua di
kedua kutub bumi. Benua-benua tersebut diberi nama Laurentia (Laurasia) dan
Gondwana. Kedua benua itu kemudian bergerak secara perlahan ke arah ekuator
sehingga terpecah-pecah membentuk benua-benua seperti sekarang.
Amerika Selatan, Afrika, dan Australia dahulu menyatu dalam Gondwanaland,
sedangkan benua- benua lainnya menyatu dalam Laurasia. Teori Laurasia-Gondwana
diyakini oleh banyak ahli karena bentuk pecahan-pecahan benua tersebut apabila
digabungkan dapat tersambung dengan tepat. Namun, penyebab pecahnya benua-
benua tersebut belum dapat ditemukan.
3. Teori pengapungan benua (Continental drift theory) oleh Alfred Wegener pada
1912.
Teori apungan benua dikemukakan oleh Alfred Lothar Wegener tahun 1912
dalam bukunya The Origin of the Continent’s and Oceans. Wegener mengemukakan
teori tentang perkembangan bentuk permukaan bumi berhubungan dengan pergeseran
benua. Menurut Wegener, di permukaan bumi pada awalnya hanya terdapat sebuah
benua besar yang disebut Pangea (dalam bahasa Yunani berarti keseluruhan bumi),
serta sebuah samudra bernama Panthalasa. Benua tersebut kemudian bergeser secara
perlahan ke arah ekuator dan barat mencapai posisi seperti sekarang.
Teori apungan benua diperkuat dengan adanya kesamaan garis pantai antara
Amerika Selatan dan Afrika, serta kesamaan lapisan batuan dan fosil-fosil pada
lapisan di kedua daerah tersebut.
Gerakan tersebut menurut Wegener disebabkan oleh adanya rotasi bumi yang
menghasilkan gaya sentrifugal sehingga gerakan cenderung ke arah ekuator,
sedangkan adanya gaya tarik-menarik antara bumi dan bulan menghasilkan gerak ke
arah barat. Gerakan ke arah barat tersebut terjadi seperti halnya pada saat terjadinya
gelombang pasang, yaitu akibat revolusi bulan yang bergerak dari arah barat ke timur.
Akan tetapi, sekitar tahun 1960-an muncul kritik terhadap teori itu yang
mempertanyakan kemungkinan massa benua yang sangat besar dan berat dapat
bergeser di atas lautan yang keras.
4. Teori konveksi
Teori konveksi mengemukakan bahwa terjadi aliran konveksi ke arah vertikal di
dalam lapisan astenosfer yang agak kental. Aliran tersebut berpengaruh sampai ke kerak bumi
yang ada di atasnya. Aliran konveksi yang merambat ke dalam kerak bumi menyebabkan
batuan kerak bumi menjadi lunak. Gerak aliran dari dalam mengakibatkan permukaan bumi
menjadi tidak rata.
Salah seorang pengikut teori konveksi adalah Harry H. Hess dari Princenton
University. Pada tahun 1962 dalam bukunya History of the Ocean Basin, Hess
mengemukakan pendapatnya tentang aliran konveksi yang sampai ke permukaan bumi di mid
oceanic ridge (punggung tengah laut). Di puncak mid oceanic ridge tersebut lava mengalir
terus dari dalam kemudian tersebar ke kedua sisinya dan membeku membentuk kerak bumi
baru.
5. Teori Pergeseran Dasar Laut
Robert Diesz, seorang Ahli Geologi dasar laut Amerika Serikat mengembangkan teori
konveksi yang dikemukakan Hess. Penelitian topografi dasar laut yang dilakukannya
menemukan bukti-bukti baru tentang terjadinya pergeseran dasar laut dari arah punggung
dasar laut ke kedua sisinya.
Penyelidikan umur sedimen dasar laut Tiendukung teori tersebut, yaitu makin jauh
dari punggung dasar laut umurnya makin tua. Hal itu rerarti ada gerakan yang arahnya dari
punggung dasar laut. Beberapa contoh punggung dasar laut adalah cost Pacific Rise, Mid
Atlantic Ridge, Atlantic Indian Ridge, dan Pacific Atlantic Ridge.
6. Teori Lempeng Tektonik
Teori lempeng tektonik dikemukakan oleh ahli geofisika Inggris, Me Kenzie dan
Robert Parker. Kedua ahli itu menyampaikan teori yang menyempurnakan teori-teori
sebelumnya, seperti pergeseran benua, pergeseran dasar laut, dan teori konveksi sebagai satu
kesatuan konsep yang sangat berharga dan diterima oleh para ahli geologi.
Kerak bumi dan litosfer yang mengapung di atas lapisan astenosfer dianggap satu
lempeng yang saling berhubungan. Aliran konveksi yang keluar dari punggung laut menyebar
ke kedua sisinya, sedangkan di bagian lain akan masuk kembali ke lapisan dalam dan
bercampur dengan materi di lapisan itu. Daerah tempat masuknya materi tersebut merupakan
patahan (transform fault) yang ditandai dengan adanya palung laut dan pulau vulkanis.

Teori Lempeng Tektonik pada saat ini di permukaan bumi terdapat enam lempeng utama,
yaitu :
 Lempeng Eurasia, wilayahnya meliputi Eropa, Asia, dan daerah pinggirannya termasuk
Indonesia.
 Lempeng Amerika, wilayahnya meliputi Amerika Utara, Amerika Selatan, dan setengah
bagian barat Lautan Adantik.
 Lempeng Afrika, wilayahnya meliputi Afrika, setengah bagian timur Lautan Atlantik, dan
bagian barat Lautan Hindia.
 Lempeng Pasifik, wilayahnya meliputi seluruh lempeng di Lautan Pasifik.
 Lempeng India-Australia, wilayahnya meliputi lempeng Lautan Hindia serta subkontinen
India di- Australia bagian barat.
 Lempeng Antartika, wilayahnya meliputi kontinen Antartika dan lempeng Lautan
Antartika.

Pergerakan lempeng tektonik dapat menimbulkan bentukan-bentukan di permukaan


bumi yang berbeda-beda. Keragaman bentukan tersebut dipengaruhi oleh arah dan kekuatan
gerak lempeng. Ada 3 kemungkinan kekutan pergerakan 2 lempeng, yaitu sama-sama kuat,
sama-sama lemah, dan yang satu kuat, sedangkan yang lain lemah.

Batas lempeng-lempeng tektonik ditandai oleh adanya bentukan-bentukan alam


akibat aktivitas lempeng itu sendiri. Batas lempeng tektonik dapat dibedakan menjadi tiga
jenis, yaitu batas konvergen, batas divergen, dan batas sesar mendatar.
DAFTAR PUSTAKA

Afriyadi, Teguh. 2015. Pengembangan buku saku geografi kompetensi dasar sejarah
pembentukan bumi sebagai bahan ajar pada kelas X di MA NU AL
Hikmah Semarang. Universitas Negeri Semarang

http://nusantara.nusantara.web.id/id1/408-299/Sejarah-Bumi_88009_nusantara-
nusantara.html

https://geograpik.blogspot.com/2019/10/terlengkap-teori-perkembangan-muka-
bumi.html

Anda mungkin juga menyukai