Disusun Oleh
Kata kunci: Big Bang, Alam semesta, Bumi & Lempeng Tektonik
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Alam semesta merupakan semua ruang, waktu dan isinya termasuk planet,
bintang, galaksi dan semua bentuk materi dan energy lainnya. Ada beberapa teori
pembentukan alam semesta, salah satu yang paling terkenal ada teori dentuman
besar atau big bang, teori big bang dikemukakan pertama kali oleh Abbe Georges
Lemaitre, yaitu seorang kosmolog yang berasal dari Belgia sekitar tahun 1927.
Planet bumi berada di dalam alam semesta ini, dan bumi memiliki
karakteristik beraneka ragam dengan berbagai jenis susunan, mulai dari bagian
paling dalam atau inti hingga lapisan paling luar bumi. Dari berbagai karakteristik
ini kita bisa mempelajari berbagai hal dan segala fenomena yang terjadi di bumi
bisa kita pelajari.
2. Tujuan
Pembuatan makalah ini dilakukan untuk memahami segala sesuatu yang ada
di alam semesta beserta isinya dan terutama bumi yang kita tinggali dengan segala
fenomena yang ada akibat dari proses pembentukan alam semesta itu sendiri.
3. Metode Penelitian
Menurut George dalam Djiwandono (2015:201) mengungkapkan bahwa
“studi pustaka adalah pencarian sumber-sumber atau opini pakar tentang suatu hal
yang berkaitan dengan tujuan penelitian”. Menurut Sugiyono (2017:291)
mengungkapkan bahwa “studi kepustakaan berkaitan dengan kajian teoritis dan
referensi lain yang terkait dengan nilai, budaya, dan norma yang berkembang pada
situasi sosial yang diteliti”. Dengan ini penulis menggunakan studi kepustakaan
berupa buku-buku dan juga jurnal ilmiah terkait dengan penulisan tugas Alam
Semesta dan Fenomena Planet Bumi.
Gambar 2.1 Tahapan evolusi alam semesta berdasarkan teori Big Bang
Semakin lama ukurannya bertambah dengan sangat cepat dan tepat pada detik
0 atau waktu mulainya ruang waktu, gumpalan bola tersebut meledak dan
memuntahkan isinya di alam semesta. Ledakan tersebut terjadi sekitar 15 milyar
tahun yang lalu. Saat terjadi ledakan besar tersebut (big bang), menghasilkan energi
dalam jumlah yang sangat besar di alam semesta yang nantinya membentuk seluruh
materi pembangun di alam semesta. Tidak hanya itu, atom hidrogen yang ikut
terlempar keluar lambat laun berkumpul untuk membentuk debu dan awan hidrogen
atau biasa disebut nebula.
Nebula tersebut makin lama semakin memadat dan memiliki suhu jutaan
derajat celcius. Nebula atau awan hidrogen inilah yang menjadi awal mula
pembentuk bintang-bintang. Bintang-bintang tersebut nantinya berkumpul untuk
membentuk kelompok yang kemudian disebut sebagai galaksi, diantaranya ada
Galaksi Bima Sakti, Galaksi Andromeda, Galaksi Triangulum. Dari galaksi inilah
tempat lahirnya milyaran tata surya dan salah satunya yang kita tinggali saat ini.
3. Bumi
Planet Bumi diyakini telah terbentuk oleh pertambahan bahan matahari
primordial yang komposisinya mirip dengan chondrites. Ketika planet ini tumbuh
lebih besar, energi kinetik dari bahan pertambahan diubah menjadi panas di planet
ini. Selama tahap akresi awal ini, Bumi terasa panas. Akresi tidak hanya
menghasilkan panas dalam jumlah besar, tetapi juga peluruhan radioaktif
memberikan panas tambahan. Sumber panas penting lainnya adalah pembentukan
inti besi-nikel cair. Batuan tertua di Bumi menunjukkan bahwa medan magnet yang
kuat sudah ada 4 miliar tahun yang lalu. Medan magnet dihasilkan oleh konveksi di
inti luar logam cair. Energi yang dilepaskan oleh besi dan nikel yang tenggelam
untuk membentuk inti menghasilkan panas yang cukup untuk melelehkan sebagian
besar Bumi.
Planet ini mulai mendingin dan memadat, dan karena variasi dan perubahan
kimia karena peningkatan tekanan dengan kedalaman, sebuah planet yang
dikategorikan diproduksi. Kita telah melihat bahwa besi dan nikel tenggelam untuk
membentuk inti dalam 30 juta tahun pertama. Saat mereka tenggelam, volume yang
setara dari bahan panas dengan kepadatan lebih rendah akan naik ke permukaan,
yang akan memungkinkan panasnya terpancar ke luar angkasa dan membantu
mendinginkan diri planet ini.
Gambar 2.3 Proses pemadatan dan pendinginan planet karena meningkatnya
tekanan kerana kedalaman
Pendinginan dengan mentransfer bahan panas ke daerah yang lebih dingin ini
dikenal sebagai pendinginan konvektif, dan meskipun bagian luar planet ini
sekarang padat, pendinginan konvektif masih tetap menjadi cara paling efektif yang
dimiliki planet ini menyingkirkan panas. Pemadatan planet ini telah menjadi proses
yang panjang dan lambat, dan berlanjut hingga hari ini, dengan bagian luar inti
masih cair. Selama pendinginan konvektif planet ini, proses beku didistribusikan
kembali elemen, dan hasilnya adalah planet yang berlapis secara komposisi.
BAB III
KESIMPULAN
BAB III
KESIMPULAN
Bagian bumi terdiri dari inti, mantel, dan keraknya. Inti, yang sebagian besar
terdiri dari besi dan nikel, terdiri dari padatan dalam dan inti cairan luar. Mantel dibagi
menjadi atas dan bawah oleh diskontinuitas seismik yang menonjol pada kedalaman
660 km. Diskontinuitas Mohorovičić menandai batas antara mantel dan kerak, pada
kedalaman 7 hingga 10 km di bawah lautan dan 25 hingga 70 km di bawah benua.
Volume terbesar kerak baru terbentuk pada batas lempeng yang berbeda, sebagian
besar di sepanjang punggungan tengah laut. Pada batas konvergen, kerak samudera
disubduksi ke dalam mantel, tetapi kerak baru dibentuk oleh letusan banyak gunung
berapi.
DAFTAR PUSTAKA