Anda di halaman 1dari 32

Teori Terbentuknya Kulit Bumi

APRIL 13, 2013ESCMEMBERDEVITA TINGGALKAN KOMENTAR


SEJARAH PEMBENTUKAN KULIT BUMI

Bumi merupakan salah satu planet dalam sistem tata surya yang diyakini
terbentuk bersamaan dengan terbentuknya tata surya itu sendiri, yaitu sekitar
5.000 juta tahun yang lalu. Para ahli memperkirakan bahwa matahari terbentuk
terlebih dahulu, sedangkan planet-planet termasuk bumi masih dalam wujud
awan, debu, dan gas kosmis yang disebut nebula yang berputar mengelilingi
matahari. Awan, debu, dan gas kosmis tersebut terus berputar dan pada
akhirnya bersatu karena pengaruh gravitasi, kemudian mengelompok
membentuk bulatan-bulatan bola besar disebut planet, termasuk di dalamnya
Planet Bumi.
Bumi pada awalnya merupakan planet yang sangat panas, suhu permukaannya
mencapai 4.000 C. Dalam jangka waktu jutaan tahun, suhu bumi kemudian
turun dan mengakibatkan terjadinya pembekuan bagian permukaan bumi
disebut kerak atau kulit bumi (litosfer), sedangkan bagian dalam Planet Bumi
sampai saat ini masih dalam keadaan panas dan berpijar.

1.StrukturBumi

a. Kerak Bumi

Kerak bumi berasal dari batuan yang terdiri atas berbagai jenis mineral. Batuan
dapat dikelompokkan menjadi tiga tipe dasar, yaitu batuan gunung api, batuan
endapan, dan batuan metamork.

1. Batuan gunung api (secara harah berarti batuan yang dihasilkan dari api). Dahulu
merupakan lelehan yang panas sekali, yang kemudian memadat di permukaan bumi, seperti
batuan basalt. Batuan ini merupakan asal mula berbagai batuan kerak bumi. Batuan
gunungapi disebut juga dengan batuan beku.
2. Batuan endapan berasal dari bermacam-macam butiran batu yang bergerak dan menyebar
karena pengaruh angin, air, atau penyebab lain. Batuan ini terletak di atas lahan atau dasar
laut, yang secara bertahap saling bertindihan dan melekat. Batuan endapan membentuk
beberapa lapisan yang tebalnya bermacam-macam, mulai dari beberapa sentimeter sampai
dengan beribu-ribu meter. Lapisan-lapisan ini membentuk sebagian besar lapisan kerak
bumi. Di antara batuan ini yang terpenting adalah batu pasir, batu kapur, dan batu serpih.
3. Batuan metamork terbentuk dari hasil batuan gunungapi dan batuan endapan yang
berubah dalam waktu yang berabad-abad. Berbagai faktor yang berperan dalam proses
metamorsme atau pembentukan batuan berubah bentuk adalah tekanan, panas, adanya air,
dan berbagai perubahan kimia dan lamanya waktu berproses. Partikel-partikel batuan asli
berubah menjadi berbagai susunan baru. Dengan cara ini, mineral baru dapat tercipta.
Kadang-kadang batuan berubah bentuk masih menunjukkan sifat aslinya, dan kadang-
kadang dapat berbentuk batuan yang baru sama sekali. Contoh batuan metamork, antara
lain marmer, batu tulis, dan gneiss granit. Marmer berasal dari batu kapur, batu tulis dari
serpih, sedangkan gneiss granit dari bermacam granit.
Lapisan atas kerak bumi di daerah daratan biasanya dilapisi tanah. Tanah terdiri
atas partikel batuan yang banyak mengandung zat organik yang berasal dari
pembusukan makhluk hidup zaman purba. Tanah mendukung kehidupan
tanaman di bumi dan juga binatang karena makanan hewan, baik langsung
maupun tidak langsung berasal dari tanaman.
b. Penampang Bumi dan Lapisan-Lapisannya
Setelah Bumi ini terbentuk dari massa gas seperti telah dikemukakan melalui
hipotesis tentang terbentuknya bumi, lambat laun mengalami proses
pendinginan sehingga bagian terluarnya menjadi keras. Adapun bagian
dalamnya masih tetap, yaitu berupa massa zat yang panas dalam keadaan
lunak.
Sepanjang proses pendinginan yang berlangsung dalam jangka waktu jutaan
tahun, zat-zat pembentuk bumi terdiri atas berbagai jenis sifat kimia dan
sikanya sempat memisahkan diri sesuai dengan perbedaan sifat-sifat tersebut.
Hasil-hasil penelitian terhadap sik bumi menunjukkan bahwa batuan-batuan
pembentuk bumi mulai dari kerak bumi sampai inti bumi memiliki komposisi
mineral dan unsur kimia yang berbeda-beda.

Pada dasarnya Planet Bumi memiliki struktur utama sebagai berikut.

1. Litosfer (Lapisan Batuan Pembentuk Kulit Bumi atau Crust). Litosfer berasal dari kata
lithos berarti batu dan sfhere (sphaira) berarti bulatan (lapisan). Dengan demikian, litosfer
diartikan lapisan batuan pembentuk kulit bumi. Dalam pengertian lain litosfer adalah
lapisan bumi paling atas dengan ketebalan lebih kurang 66 km tersusun atas batuan
penyusun kulit bumi. Karena merupakan bagian paling keras seperti kerak maka disebut
juga kerak bumi.
2. Astenosfer (Lapisan Selubung atau Mantle). Astenosfer adalah lapisan yang terletak di
bawah litosfer dengan ketebalan sekitar 2.900 km berupa material cair kental dan berpijar
dengan suhu sekitar 3.000 C. Astenosfer merupakan campuran dari berbagai bahan yang
bersifat cair, padat, dan gas dengan suhu tinggi.
3. Barisfer (Lapisan Inti Bumi atau Core). Barisfer adalah lapisan inti bumi yang merupakan
bagian bumi paling dalam tersusun atas lapisan Nife (Niccolum atau nikel dan ferrum atau
besi). Lapisan ini dapat pula dibedakan atas dua bagian, yaitu inti luar dan inti dalam.
Inti Luar (Outer Core) adalah inti bumi yang ada di bagian luar. Tebal lapisan mencapai 2.200
km, tersusun dari besi dan nikel yang bersifat cair, kental, dan panas yang berpijar dengan
suhu sekitar 3.9000 C.
Inti Dalam (Inner Core) adalah inti bumi yang ada di lapisan dalam dengan ketebalan sekitar
2.500 km. Inti dalam tersusun atas besi dan nikel pada suhu yang sangat tinggi, yaitu
sekitar 4.800 C, akan tetapi tetap dalam keadaan padat dengan densitas sekitar 10
gram/cm3.

Lapisan Bumi (sumber :http://b.cdn.tendaweb.com)


2. Teori Pembentukan dan Perubahan Kulit Bumi
Kulit bumi dari waktu ke waktu mengalami perubahan, hal ini kemudian menjadi
bahan pemikiran para ahli untuk mengungkap proses perubahan dan
perkembangan kulit bumi pada masa lalu, sekarang, dan prediksi pada masa
yang akan datang. Teori-teori mengenai terbentuknya kulit bumi yang
dikemukakan para ahli antara lain sebagai berikut.

a. Teori Kontraksi (Contraction Theory)


Teori ini dikemukakan kali pertama oleh Descrates (15961650). Ia menyatakan
bahwa bumi semakin lama semakin susut dan mengerut disebabkan terjadinya
proses pendinginan sehingga di bagian per- mukaannya terbentuk relief berupa
gunung, lembah, dan dataran. Teori Kontraksi didukung pula oleh James
Dana(1847) dan Elie de Baumant (1852). Keduanya berpendapat bahwa bumi
mengalami pengerutan karena terjadi proses pendinginan pada bagian dalam
bumi yang mengakibatkan bagian permukaan bumi mengerut membentuk
pegunungan dan lembah-lembah.

b. Teori Dua Benua (Laurasia-Gondwana Theory)


Teori ini menyatakan bahwa pada awalnya bumi terdiri atas dua benua yang
sangat besar, yaitu Laurasia di sekitar kutub utara dan Gondwana di sekitar
kutub selatan bumi. Kedua benua tersebut kemudian bergerak perlahan ke arah
equator bumi sehingga pada akhirnya terpecah-pecah menjadi benua-benua
yang lebih kecil. Laurasia terpecah menjadi Asia, Eropa, dan Amerika Utara,
sedangkan Gondwana terpecah menjadi Afrika, Australia, dan Amerika Selatan.
Teori Laurasia-Gondwana kali pertama dikemukakan oleh Edward Zuess pada
1884.

Gambar 2.6 Benua Laurasia dan Benua Gondwana


(Sumber: http://land.heim.at/toskana/210137/)
c. Teori Pengapungan Benua (Continental Drift Theory)
Teori pengapungan benua dikemukakan oleh Alfred Wegener pada 1912. Ia
menyatakan bahwa pada awalnya di bumi hanya ada satu benua maha besar
disebut Pangea. Menurutnya benua tersebut kemudian terpecah-pecah dan terus
mengalami perubahan melalui pergerakan dasar laut. Gerakan rotasi bumi yang
sentripugal, mengakibatkan pecahan benua tersebut bergerak ke arah barat
menuju ekuator. Teori ini didukung oleh bukti-bukti berupa kesamaan garis
pantai Afrika bagian barat dengan Amerika Selatan bagian timur, serta adanya
kesamaan batuan dan fosil di kedua daerah tersebut.

d. Teori Konveksi (Convection Theory)


Menurut Teori Konveksi yang dikemukakan oleh Arthur Holmes dan Harry H.
Hess dan dikembangkan lebih lanjut oleh Robert Diesz, dikemukakan bahwa di
dalam bumi yang masih dalam keadaan panas dan berpijar terjadi arus konveksi
ke arah lapisan kulit bumi yang berada di atasnya. Ketika arus konveksi yang
membawa materi berupa lava sampai ke permukaan bumi di mid oceanic ridge
(punggung tengah samudra), lava tersebut akan membeku membentuk lapisan
kulit bumi yang baru sehingga menggeser dan menggantikan kulit bumi yang
lebih tua. Bukti dari adanya kebenaran Teori Konveksi yaitu terdapatnya mid
oceanic ridge, seperti mid Atlantic Ridge, dan Pasic-Atlantic Ridge di
permukaan bumi. Bukti lainnya didasarkan pada penelitian umur dasar laut yang
membuktikan semakin jauh dari punggung tengah samudra, umur batuan
semakin tua. Artinya, terdapat gerakan yang berasal dari mid oceanic ridge ke
arah yang berlawanan disebabkan oleh adanya arus konveksi dari lapisan di
bawah kulit bumi.

e. Teori Lempeng Tektonik (Tectonic Plate Theory)


Teori Lempeng Tektonik dikemukakan oleh Tozo Wilson. Berdasarkan Teori
Lempeng Tektonik, kulit bumi terdiri atas beberapa lempeng tektonik yang
berada di atas lapisan astenosfer yang berwujud cair kental. Lempeng- lempeng
tektonik pembentuk kulit bumi selalu bergerak karena adanya pengaruh arus
konveksi yang terjadi pada lapisan astenosfer dengan posisi berada di bawah
lempeng tektonik kulit bumi.

Berdasarkan arahnya, gerakan lempeng-lempeng tektonik dapat dibedakan


menjadi tiga jenis, yaitu sebagai berikut.

1. Konvergensi, yaitu gerakan saling bertumbukan antarlempeng tektonik. Tumbukan


antarlempeng tektonik dapat berupa tumbukan antara lempeng benua dan benua, atau
antara lempeng benua dan lempeng dasar samudra. Zona atau tempat terjadinya tumbukan
antara lempeng tektonik benua dan benua disebut zona konvergen. Contohnya tumbukan
antara lempeng India dan lempeng benua Eurasia yang menghasilkan terbentuknya
pegunungan lipatan muda Himalaya dan merupakan pegunungan tertinggi di dunia dengan
puncak tertingginya, Mount Everest. Contoh lainnya, tumbukan lempeng Italia dengan
Eropa yang menghasilkan terbentuknya jalur Pegunungan Alpen. Zona berupa jalur
tumbukan antara lempeng benua dan lempeng dasar samudra, disebut zona subduksi
(subduction zone), contohnya, tumbukan antara lempeng benua Amerika dan lempeng
dasar Samudra Pasik yang menghasilkan terbentuknya Pegunungan Rocky dan

Andes.
1. Divergensi, yaitu gerakan saling menjauh antarlempeng tektonik, contohnya gerakan saling
menjauh antara lempeng Afrika dan Amerika bagian selatan. Zona berupa jalur tempat
berpisahnya lempeng-lempeng tektonik disebut zona divergen (zona sebar pisah).

1. Sesar Mendatar (Transform), yaitu gerakan saling bergesekan (berlawanan arah)


antarlempeng tektonik. Contohnya gesekan antara lempeng Samudra Pasik dan lempeng
daratan Amerika Utara yang mengakibatkan terbentuknya Sesar San Andreas yang
membentang sepanjang kurang lebih 1.200 km dari San Francisco di utara sampai Los
Angeles di selatan Amerika Serikat. Zona berupa jalur tempat bergesekan lempeng-
lempeng tektonik disebut Zona Sesar Mendatar (zona transform).

https://devitasarix2.wordpress.com/2013/04/13/teori-terbentuknya-kulit-

bumi/

Teori Terbentuknya Kulit Bumi


15.51 Denish Al-Fetich

Kulit bumi dari waktu ke waktu selalu mengalami perubahan. Hal ini telah menjadi bahan pemikiran para ahli untuk

mengungkap proses perubahan dan perkembangan kulit bumi pada masa lalu, sekarang dan prediksi pada masa

yang akan datang. Adapun berbagai teori terbentuknya kulit bumi yang dikemukakan para ahli antara lain sebagai

berikut.

1. Teori kontraksi (Contraction theory)

Teori ini dikemukakan pertama kali oleh Descrates (1596-1650). Ia menyatakan bahwa bumi semakin lama

semakin susut dan mengkerut yang disebabkan oleh terjadinya proses pendinginan, sehingga di bagian

permukaannya terbentuk relief berupa gunung, lembah, dan dataran.


Teori kontraksi didukung pula oleh James Dana (1847) dan Elie de Baumant (1852). Mereka berpendapat bahwa

bumi mengalami pengerutan karena terjadi proses pendinginan di bagian dalam bumi yang mengakibatkan

bagian permukaan bumi mengerut membentuk pegunungan dan lembah-lembah.

2. Teori dua benua (Laurasia-Gondwana theory)

Teori ini menyatakan bahwa pada awalnya bumi terdiri atas dua benua yang sangat besar, yaitu Laurasia di

sekitar kutub utara dan Gondwana di sekitar kutub selatan bumi. Kedua benua tersebut kemudian bergerak

perlahan ke arah equator bumi, sehingga akhirnya terpecah-pecah menjadi benua benua yang lebih kecil.

Laurasia terpecah menjadi Asia, Eropa dan Amerika Utara, sedangkan Gondwana terpecah menjadi Afrika,

Australia dan Amerika Selatan. Teori Laurasia-Gondwana kali pertama dikemukakan oleh Edward Zuess pada

1884.

Gambar 2.6 Benua Laurasia dan Benua Gondwana

(Sumber: http://land.heim.at/toskana/210137/)
3. Teori pengapungan benua (Continental drift theory)

Teori pengapungan benua dikemukakan oleh Alfred Wegener pada 1912. Ia menyatakan bahwa pada awalnya di

bumi hanya ada satu benua maha besar yang disebut Pangea. Menurutnya benua tersebut kemudian terpecah-

pecah dan terus bergerak melalui dasar laut. Gerakan rotasi bumi yang sentripugal, mengakibatkan pecahan

benua tersebut bergerak ke arah barat menuju equator. Teori ini didukung oleh bukti-bukti berupa kesamaan

garis pantai Afrika bagian barat dengan Amerika Selatan bagian timur, serta adanya kesamaan batuan dan fosil

pada kedua daerah tersebut.

4. Teori konveksi (Convection theory)

Menurut teori konveksi yang dikemukakan oleh Arthur Holmes dan Harry H. Hess dan dikembangkan lebih lanjut

oleh Robert Diesz, menyatakan bahwa di dalam bumi yang masih dalam keadaan panas dan berpijar terjadi arus

konveksi ke arah lapisan kulit bumi yang berada di atasnya, sehingga ketika arus konveksi yang membawa materi

berupa lava sampai ke permukaan bumi di mid oceanic ridge (punggung tengah samudera), lava tersebut akan

membeku membentuk lapisan kulit bumi yang baru menggeser dan menggantikan kulit bumi yang lebih tua.

Bukti kebenaran teori konveksi adalah terdapatnya tanggul dasar samudera (Mid Oceanic Ridge), seperti Mid

Atlantic Ridge dan Pasific-Atlantic Ridge. Bukti lainnya didasarkan pada penelitian umur dasar laut yang

membuktikan bahwa semakin jauh dari punggung tengah samudera, umur batuan semakin tua. Artinya terdapat

gerakan yang berasal dari Mid Oceanic Ridge ke arah berlawanan yang disebabkan oleh adanya arus konveksi dari

lapisan di bawah kulit bumi.


Gambar 2.7 Arus Konveksi

(Sumber: Koleksi penulis, 2007)

5. Teori lempeng tektonik (Plate Tectonic theory)

Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa planet bumi terdiri atas sejumlah lapisan. Lapisan bagian atas bumi

merupakan bagian yang tegar dan kaku berada pada suatu lapisan yang plastik atau cair. Hal ini mengakibatkan

lapisan permukaaan bumi bagian atas menjadi tidak stabil dan selalu bergerak sesuai dengan gerakan yang

berada di bawahnya. Keadaan inilah yang melatarbelakangi lahirnya teori Lempeng Tektonik. Lahirnya teori

lempeng tektonik (tectonic Plate theory) pada tahun 1968 merupakan kenyataan mutakhir dalam geologi yang

menunjukkan terjadinya evolusi bentuk permukaan bumi.

Teori lempeng tektonik dikemukakan oleh Tozo Wilso. Berdasarkan teori ini, kulit bumi atau litosfer terdiri atas

beberapa lempeng tektonik yang berada di atas lapisan astenosfer, Lempeng-lempeng tektonik pembentuk kulit

bumi selalu bergerak karena pengaruh arus konveksi yang terjadi pada lapisan astenosfer yang berada di bawah

lempeng tektonik kulit bumi.

Litosfer sebagai lapisan paling luar dari badan bumi, bagaikan kulit ari pada kulit manusia dan merupakan lapisan
kerak bumi yang tipis. Prinsip teori tektonik lempeng adalah kulit bumi terdiri atas lempeng-lempeng yang kaku

dengan bentuk tidak beraturan. Dinamakan lempeng karena bagian litosfer mempunyai ukuran yang besar di

kedua dimensi horizontal (panjang dan lebar), tetapi berukuran kecil pada arah vertikal (ketebalan). Bandingkan

dengan daun meja, daun pintu, atau lantai di kelas kalian! Lempeng ini terdiri atas lempeng benua (tebal sekitar

40 km) dan lempeng samudera (tebal sekitar 10 km). Kedua lempeng tersebut berada di atas lapisan astenosfer

dengan kecepatan rata-rata 10 cm/tahun atau 100 km/10 juta tahun.

Astenosfer merupakan suatu lapisan yang cair (kental) dan sangat panas. Panasnya cairan astenosfer senantiasa

memberikan kekuatan besar dari dalam bumi untuk menggerakkan lempeng-lempeng secara tidak beraturan.

Kekuatan ini dinamakan tenaga endogen yang telah menghasilkan berbagai bentuk di permukaan bumi. Di bumi

ini litosfer terpecah-pecah menjadi sekitar 12 lempeng.

Teori lempeng tektonik banyak didukung oleh fakta ilmiah, terutama dari data penelitian geologi, geologi

kelautan, kemagnetan purba, kegempaan, pendugaan paleontologi, dan pemboran laut dalam. Lahirnya teori

lempeng tektonik sebenarnya merupakan jalinan dari berbagai konsep dan teori lama seperti Teori Apungan

Benua, Teori Arus Konveksi, Teori Pemekaran Lantai samudera, dan Teori Sesar Mendatar, sebagaimana telah

dijelaskan pada teori-teori di atas.

Berdasarkan kajian para ahli, lempeng tektonik yang tersebar di permukaan bumi dapat dilihat pada gambar

berikut ini.
Gambar 2.8 Lempeng-lempeng Litosfer

(Sumber: Modifikasi dari Frank P. dan Raymond S., 1985)

Lempeng-lempeng tersebut selalu bergerak dan mendesak satu sama lain. Lempeng tektonik bagian atas

disebut lempeng samudera, sedangkan lempeng tektonik pada bagian atas terdapat masa kontinen

disebut lempeng benua. Kedua lempeng ini memiliki sifat yang berbeda. Apabila dua lempeng yang

berbeda sifat tersebut saling mendekat, umumnya lempeng samudera akan ditekuk ke bawah lempeng

benua hingga jauh ke dalam lapisan astenosfer. Bertemunya antara dua lempeng seperti ini dinamakan

gerakan bertumbukan (subduction), sedangkan daerah yang menjadi tempat tumbukan lempeng-

lempeng disebut subduction zone.

Selain saling mendekat kemudian bertumbukan, gerakan lempeng juga ada yang saling menjauh dengan

lempeng lainnya, dinamakan gerak divergent atau disebut juga sebagai proses pemekaran. Hasil

pemekaran lempeng yang berada di atas benua disebut rifting, sedangkan pemekaran yang berada di

samudera disebut spreading. Contoh proses ini adalah pecahnya Benua Pangea pada Zaman Trias

dengan membentuk celah sepanjang pinggiran Atlantik yang memisahkan Afrika dan Amerika Latin.

Coba kamu perhatikan kedua benua tersebut! Pasti nampak seperti sebuah sobekan kertas yang

keduanya menunjukkan ciri-ciri bekas sobekan yang berpasangan. Selain itu, ada juga gerakan lempeng

yang hanya bersinggungan atau berpapasan, disebut juga transcurrent fault.

Setiap gerakan lempeng yang berbeda tersebut, akan mempengaruhi gejala dan fenomena alam di atas

permukaan bumi. Secara lengkap, prinsip pergerakan lempeng-lempeng tektonik adalah sebagai

berikut:

a. Konvergensi

Konvergensi, yaitu gerakan saling bertumbukan antarlempeng tektonik. Tumbukan antarlempeng tektonik

dapat berupa tumbukan antara lempeng benua dengan benua atau antara lempeng benua dengan

lempeng dasar samudera. Zone atau tempat terjadinya tumbukan antara lempeng tektonik benua

dengan benua disebut Zone Konvergen. Contohnya tumbukan antara lempeng India dengan lempeng

Benua Eurasia yang menghasilkan terbentuknya pegunungan lipatan muda Himalaya yang merupakan
pegunungan tertinggi di dunia dengan puncak tertingginya, yaitu Mount Everest. Contoh lainnya,

tumbukan lempeng Italia dengan Benua Eropa yang menghasilkan terbentuknya Pegunungan Alpen.

Zone berupa jalur tumbukan antarlempeng benua dengan lempeng dasar samudera, disebut Zone Subduksi

atau zone tunjam, contohnya tumbukan antara lempeng benua Amerika dengan lempeng dasar

Samudera Pasifik yang menghasilkan terbentuknya Pegunungan Rocky dan Pegunungan Andes.

Fenomana yang dihasilkannya:

1) lempeng samudera menghujam ke bawah lempeng benua;

2) terbentuk palung laut di tempat tumbukan tersebut;

3) pembengkakan tepi lempeng benua yang merupakan deretan pegunungan;

4) terdapat aktivitas vulkanisme, intrusi dan ekstrusi;

5) daerah hiposentra gempa dangkal dan dalam;

6) penghancuran lempeng akibat pergesekan lempeng;

7) timbunan sedimen campuran atau melange.

Contoh:

Pegunungan di pantai barat Amerika, deretan Pulau Sumatera, Jawa dan Nusa Tenggara, merupakan akibat

pembengkakan lempeng benua. Bermunculan puncak gunungapi dan terjadi gempa di sepanjang pulau

dan pegunungan tersebut. Ingatlah bahaya gempa yang menimbulkan Tsunami di Aceh dan Sumatera

Utara pada akhir Desember 2004, gempa tersebut timbul akibat adanya tumbukan antara lempeng

samudera Australia terhadap lempeng benua Asia.

Gambar 2.9 Daerah tumbukan dua lempeng


(Sumber: http://www.platetectonics.com/book/images/Subduction2.gif)

b. Divergensi

Divergensi yaitu gerakan saling menjauh antarlempeng tektonik contohnya gerakan saling menjauh antara

lempeng Afrika dengan Amerika bagian selatan. Zone berupa jalur tempat berpisahnya lempeng-

lempeng tektonik disebut Zone Divergen (zone sebar pisah). Fenomena yang terjadi, sebagai berikut:

1) Perenggangan lempeng yang disertai pertumbukan kedua tepinya.

2) Pembentukan tanggul dasar samudera (med ocean ridge) di sepanjang tempat perenggangan lempeng-

lempeng tersebut.

3) Aktivitas vulkanisme laut dalam yang menghasilkan lava basa berstruktur bantal (lava bantal) dan

hamparan leleran lava encer, dan

4) Aktivitas gempa.

Contoh:

Di Lautan Atlantik, tanggul dasar samudera memanjang dari dekat Kutub Utara sampai mendekati Kutub

Selatan. Celah ini menjadikan benua Amerika bergerak saling menjauh dengan benua Eropa dan Afrika.

Gambar 2.10 Dua lempeng saling menjauh

(http://www.windows.ucar. edu/earth/images/earths_crust_small.gif)
c. Sesar mendatar

Sesar mendatar (Transform), yaitu gerakan saling bergesekan (berlawanan arah) antarlempeng tektonik.

Contohnya, gesekan antara lempeng Samudera Pasifik dengan lempeng daratan Amerika Utara yang

mengakibatkan terbentuknya Sesar San Andreas yang membentang sepanjang kurang lebih 1.200 km

dari San Francisco di utara sampai Los Angeles di selatan Amerika Serikat. Zone berupa jalur tempat

bergesekan lempeng-lempeng tektonik disebut Zone Sesar Mendatar (Zone Transform). Bentukan alam

yang dihasilkan antara lain patahan atau sesar mendatar. Gerak patahan atau sesar ini dapat

menimbulkan gempa bumi. Contoh: Sesar Sam Andreas di California.

Gambar 2.11 Dasar pergeseran horizontal di Samudera Atlantik

(Sumber: http://www.stvincent.ac.uk/Resources/EarthSci/)

Tenaga endogen yang telah mengakibatkan adanya variasi bentuk muka bumi, tidak hanya terjadi di

daratan melainkan juga di dasar laut.

Demikian artikel "Teori Terbentuknya Kulit Bumi" ini saya susun, artikel ini saya ambil dari ( BSE ) Geografi

Memahami Geografi Kelas X karangan Bagja Waluya.

http://rumolaznet.blogspot.co.id/2011/11/teori-terbentuknya-kulit-bumi.html
Teori Pembentukan Muka Bumi
Haloo semuaaa :D kali ini mimin lagi UTS, nah pas banget besok mau uts geo, sekalian

ku share yaa, biar adek adek atau temen temen bisa mbaca dan be smart one :D.

Oke gak perlu basa basi lagi, Cekidot! :D

A. Teori-teori Pembentukan Muka Bumi

1. Teori Kontraksi (James Dana &Elie De Baumant)

Teori ini mengemukakan bahwa permukaan bumi tidak rata dikarenakan

bagian bawahnya mengalami pendinginan secara drastis, sehingga permukaan bumi

mengkerut. Terhadap teori ini timbul berbagai kritik, misalnya pandangan bahwa

bumi tidak akan mengalami pendinginan secara drastis karena terdapat banyak

unsur radioaktif, reaksi antar unsur penyusun batuan, pergeseran kerak bumi dan

rotasi bumi yang selalu menghasilkan panas.

2. Teori Laurasia-Gondwana (Eduard Zuess & Frank B. Taylor)

Mula- mula ada dua benua yang berlokasi di kedua kutub bumi, yaitu laurasia

di utara dan gonwana di selatan. Kemudian keduanya bergerak perlahan-lahan ke

equator kemudian terpecah menjadi beberapa benua seperti yang ada sekarang.

Amerika Selatan, Afrika, Australia & India dikatakan dahulu bagian dari benua

Gonwana, sedang bunua lain bagian dari benua Laurasia

3. Teori Apungan Benua(Alfred Wegener)

Benua-benua yang ada saat ini dahulunya bersatu yang dikenal sebagai

super-kontinen yang bernama Pangea. Super-kontinen Pangea ini diduga terbentuk

pada 200 juta tahun yang lalu yang kemudian terpecah-pecah menjadi bagian-

bagian yang lebih kecil yang kemudian bermigrasi (drifted) ke posisi seperti saat ini.

Bukti bukti tentang adanya super-kontinen Pangaea pada 200 juta tahun

yang lalu didukung oleh fakta fakta sebagai berikut:

a. Kecocokan / kesamaan Garis Pantai :


Adanya kecocokan garis pantai yang ada di benua Amerika Selatan bagian

timur dengan garis pantai benua Afrika bagian barat. Kedua garis pantai ini apabila

dicocokan atau dihimpitkan satu dengan lainnya akan berhimpit. Wegener menduga

bahwa kedua benua tersebut pada awalnya adalah satu. Berdasarkan adanya

kecocokan bentuk garis pantai inilah kemudian Wegener mencoba untuk

mencocokkan semua benua-benua yang ada di muka bumi.

b. Persebaran Fosil :

Diketemukannya fosil-fosil yang berasal dari binatang dan tumbuhan yang

tersebar luas dan terpisah di beberapa benua :

1. Fosil Cynognathus, suatu reptil yang hidup sekitar 240 juta tahun yang lalu dan

ditemukan di benua Amerika Selatan dan benua Afrika.

2. Fosil Mesosaurus, suatu reptil yang hidup di danau air tawar dan sungai yang

hidup sekitar 260 juta tahun yang lalu, ditemukan di benua Amerika Selatan dan

benua Afrika.

3. Fosil Lystrosaurus, suatu reptil yang hidup di daratan sekitar 240 juta tahun yang

lalu, ditemukan di benua benua Afrika, India, dan Antartika.

4. Fosil Clossopteris, suatu tanaman yang hidup 260 juta tahun yang lalu, dijumpai di

benua benua Afrika, Amerika Selatan, India, Australia, dan Antartika.

c. Kesamaan Jenis Batuan :

Jalur pegunungan Appalachian yang berada di bagian timur benua Amerika

Utara dengan sebaran berarah timur laut dan secara tiba-tiba menghilang di pantai

New Foundlands. Pegunungan yang umurnya sama dengan pegunungan

Appalachian juga dijumpai di British Island dan Scandinavia. Kedua pegunungan

tersebut apabila diletakkan pada lokasi sebelum terjadinya pemisahan/

pengapungan, kedua pegunungan ini akan membentuk suatu jalur pegunungan yang

menerus.

Dengan cara mempersatukan/ mencocokan kenampakan bentuk-bentuk

geologi yang dipisahkan oleh suatu lautan memang diperlukan, akan tetapi data-data
tersebut belum cukup untuk membuktikan hipotesa pengapungan benua (continental

drift). Dengan kata lain, jika suatu benua telah mengalami pemisahan satu dan

lainnya, maka mutlak diperlukan bukti-bukti bahwa struktur geologi dan jenis batuan

yang cocok/sesuai. Meskipun bukti-bukti dari kenampakan geologinya cocok antara

benua-benua yang dipisahkan oleh lautan, namun belum cukup untuk membuktikan

bahwa daratan/benua tersebut telah mengalami pengapungan.

4. Teori Konveksi(Arthur Holmes)

Mengemukakan bahwa terdapat adanya aliran konveksi dalam lapisan

astenosfer dimana pengaruhnya sampai ke kerak bumi di atasnya. Penyebab dari

aliran konveksi ini diduga sebagai akibat perbedaan densitas di lapisan atas dan

bawah dalam astenosfer.

5. Teori Pemekaran Dasar Samudera(Robert Diezt)

Sesudah perang dunia ke II, sejak tahun 1950-an, alat-alat seperti

echosunder, magnetometer, gravitemeter, seismograf dan sebagainya mulai

dikembangkan sehingga memungkinkan penelitian geologi di dasar laut yang dalam.

Terungkaplah bahwa bukan hanya benua yang bergeser melainkan dasar laut juga

melainkan pergeseran. Diketemukan adanya rangkaian pegunungan dasar laut yang

umumnya terletak di tengah dasar laut yang dikenal sebagai Mid- Ocean Ridge.

Arah pergeseran dasar laut yaitu dari Mid-Ocean Ridge ke dua arah yang

berlawanan. Tahun 1962 Harry H. Hess dalam bukunya History of the Ocean Basin,

mengemukakan hipotesisnya bahwa aliran konveksi di asthenosfer ada yang sampai

ke permukaan bumi yaitu di Mid-Ocean Ridge. Di puncak Mid-Oceanic Ridge

tersebut lava mengalir keluar kemudian menyebar kedua lereng pegunungan

tersebut. Ahli geologi dasar laut Amerika Serikat, Robert Diets, kemudian

mengembangkan hipotesis Hess. Perkembangan penelitian topografi dasar laut

membawa bukti- bukti baru mengenai terjadinya pergeseran dasar laut dari arah Mid-

Oceanic Ridge ke kedua sisinya. Kenyataan seperti itu juga terlihat oleh Ekspedidi

Glomar Chalengger pada tahun 1968. Penyelidikan umur sedimen dasar laut juga
mendukung hipotesis tersebut, dimana semakin jauh dari Mid-Ocean Ridge, maka

semakin tua umur batuan sedimen. Ini berarti ada pergeseran dasar laut dari

arah Mid-Ocean Ridge. Beberapa dari Mid-Ocean Ridge tersebut adalah: Mid-

Atlantic Ridge, East Pasific Rise, Atlantic-Indian Ridge, Pasific-Antartic Ridge

6. Teori Tektonik Lempeng(Dan Mc Kenzie dan Robert Parker)

Teori ini adalah penyempurnaan dari teori-teori sebelumnya, yaitu teori

konveksi, apungan benua, dan pemekaran dasar samudera. Menurut teori ini kulit

bumi (kerak bumi) yang disebut litosfer terdiri dari lempengan yang mengambang di

atas lapisan yang lebih kental yang disebut astenosfer. Ada dua jenis kerak bumi,

yaitu kerak samudra dan kerak benua. Kerak bumi menutupi seluruh permukaan

bumi. Namun, akibat adanya aliran panas yang mengalir di astenosfer menyebabkan

kerak bumi pecah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil. Bagian-bagian itulah yang

disebut lempeng kerak bumi (lempeng tektonik). Aliran panas tersebut untuk

selanjutnya menjadi sumber kekuatan terjadinya pergerakan lempeng. Lempeng

tektonik; merupakan dasar dari terbangunnya system kejadian gempa bumi,

peristiwa gunung berapi, pemunculan gunung api bawah laut, dan peristiwa geologi

lainnya

B. Lempeng Kerak Bumi

Lempeng kerak bumi dibagi menjadi dua kelompok, yaitu lempeng mayor (lempeng

besar) dan lempeng minor (lempeng kecil).

1. 7 Lempeng Utama yaitu:

a. Lempeng Pasific (Pasific Plate), Ini merupakan Lempeng Samudera yang meliputi

Seluruh Samudera Pasifik.

b. Lempeng Eurasia (Eurasian Plate), Lempeng ini merupakan lempeng benua,

meliputi Asia dan Eropa.


c. Lempeng India-Australia (Indian-Australian Plate), Lempeng ini merupakan lempeng

samudera meliputi Australia (tergabung dengan Lempeng India antara 50 sampai 55

juta tahun yang lalu).

d. Lempeng Afrika (African Plate),Ini merupakan lempeng benua, meliputi seluruh

Afrika.

e. Lempeng Amerika Utara (North American Plate), Lempeng ini merupakan lempeng

benua, meliputi Amerika Utara dan Siberia timur laut.

f. Lempeng Amerika Selatan (South American Plate), Ini merupakan lempeng benua

yang meliputi Amerika Utara.

g. Antartika (Antartic Plate), Lempeng ini merupakan lempeng benua yang meliputi

seluruh Antartika.

2. 6 Lempeng Minor yaitu:

a. Lempeng Nasca (Nasca plate), diapit oleh Pacific Plate, Cocos Plate, South

American Plate, Antartic Plate.

b. Lempeng Arab (Arabian Plate), diapit oleh oleh African Plate, Iranian Plate dan

Turkish Plate

c. Lempeng Karibia (Caribian Plate), diapit oleh South American Plate, North

American Plate dan Cocos Plate

d. Lempeng Philippines (Phillippines Plate), diapit oleh Pacific Plate, Indian

Australian Plate dan Eurasian Plate.

e. Lempeng Scotia (Scotia Plate), Lempeng ini terletak di antara Antartica plate dan

South American Plate.

f. Lempeng Cocos (Cocosa Plate), diapit oleh Nazca Plate, Rivera Plat, Caribbean

Plate dan North American Plate.

C. Pergerakan Lempeng tektonik

Berdasarkan arah gerak lempeng pada batas interaksi lempeng, dikenal ada

3 tipe batas lempeng


1. Konvergen, yaitu batas dua lempeng yang saling mendekati/ bertabrakan.

Jika lempeng dasar laut bertabrakan dengan lempeng dasar laut maka salah

satunya akan mengalami subduksi, membenam dibawah yang lain. Lempeng yang

turun menghasilkan palung laut dan pada kedalaman 50-100 km sebagian mulai

mengalami peleburan menghasilkan magma andesit. Magma andesit yang terbentuk

menyusup keatas melalui retakan- retakan akibat tabrakan antar lempeng,

membentuk busur vulkanik berupa deretan pulau-pulau vulkanis sejajar dengan

palung. Contohnya Lempeng Pasifik bertubrukan dengan Lempeng Asia, dimana

lempeng pasifik mengalami subduksi dibawah Irian-Filipina-Jepang.

Jika lempeng dasar laut bertabrakan dengan lempeng benua maka lempeng

dasar laut membenam di bawah lempeng benua karena batuan dasar laut lebih

berat. Kenampakan yang dihasilkan sama saja dengan tabrakan dasar laut dengan

dasar laut, hanya letak palung dekat tepi benua dan busur vulkanik tidak berupa

pulau-pulau vulkanik melainkan pegunungan tepi benua. contohnya subduksi

Lempeng Nazca dibawah Lempeng Amerika Selatan.

Jika lempeng benua bertabrakan dengan lempeng benua maka kedua

lempeng benua akan saling bertumpuk satu sama lain, karena batuannya sama-

sama ringan, maka tidak ada yang menunjam dibawah yang lain. Hasilnya adalah

rangkaian pegunungan di pedalaman benua baru yang lebih besar, hasil

penggabungan dua benua. Contohnya terbentuknya Pegunungan Himalaya, dimana

Lempeng India bergerak ke utara bertabrakan dengan Lempeng Eurasia.

2. Divergen, yaitu batas dua lempeng yang saling menjauh.

Pergerakan lempeng yang saling menjauh akan menyebabkan penipisan dan

peregangan kerak bumi hingga terjadi aktivitas keluarnya material baru yang

membentuk jalur vulkanisme. Meskipun saling menjauh, kedua lempeng ini tidak

terpisah karena di belakang masing-masing lempeng terbentuk kerak lempeng yang

baru. Proses ini berlangsung secara continue. Tipe batas lempeng ini umumnya di
jumpai di pegunungan tengah samudra (MidOcean Ridge) seperti Mid-Atlantik

Ridge, East Pasifik Rise, Atlantik Indian Ridge, Pacifik Antartik Ridge. Contohnya

terbentuknya gunung api di punggung tengah samudra di Samudra Pasifik dan

Benua Afrika

3. Transform, yaitu batas dua lempeng yang saling berpapasan.

Pergerakan lempeng yang saling melewati terjadi karena gerak lempeng

sejajar dengan arah yang berlawanan sepanjang perbatasan antarlempeng. Pada

pergerakan ini kedua perbatasan lempeng hanya bergesekan. Oleh karena itu, tidak

terjadi penambahan atau pengurangan luas permukaan. Namun, gesekan

antarlempeng ini kadang-kadang dengan kekuatan dan tegangan yang besar

sehingga dapat menimbulkan gempa yang besar. Contoh hasil dari pergerakan

lempeng ini adalah Patahan San Andreasdi Kalifornia. Patahan tersebut terbentuk

karena Lempeng Amerika utara bergerak ke arah selatan, sedangkan Lempeng

Pasifik bergerak ke arah utara.

D. Struktur- Struktur Diastropik

Muka bumi terbentuk melalui berbagai proses antara lain melalui proses

distropisme berupa patahan atau lipatan. Terjadinya bentuk muka bumi dipengaruhi

oleh adanya gerakan-gerakan kerak bumi. Gerakangerakan tersebut mengakibatkan

terjadinya perubahan bentuk yang menghasilkan pola baru yang disebut struktur

diastropik. Pola baru yang termasuk dalam struktur diastropik adalah pelengkungan,

pelipatan, patahan, dan retakan.

1. Struktur Pelengkungan (Warping)

Lapisan batuan yang baru terbentuk cenderung mendatar. Lapisan yang

semula mendatar bila mendapat tekanan vertikal tidak merata dan akan membentuk

struktur batuan yang melengkung. Pelengkungan dapat mengarah ke atas yang


disebut kubah (dome) dan dapat mengarah ke bawah yang disebut cekungan

(basin).

2. Struktur Lipatan (Folding)

Struktur lipatan terbentuk apabila lapisan itu mengalami tekanan lemah.

Akibat tekanan tersebut lapisan yang semula mendatar akan terlipat-lipat. Bagian

puncak lipatan disebut antiklinal dan lembah lipatan disebut sinklinal. bentuk lipatan

dapat dibedakan menjadi lima macam, yaitu sebagai berikut:

a. Flekstur (flexsure), yaitu suatu keadaan peralihan antara lekukan dengan putusnya

lapisan batuan.

b. Lipatan tegak (upright fold) = lerengnya simetris.

c. Lipatan miring (oblique fold) = lereng-lerengnya tidak simetris.

d. Lipatan terletak (overturned fold) = lipatan yang satu menutupi lipatan yang lain.

e. Lipatan menutup (lying fold) = lipatan yang satu menutupi lipatan yang lain namun

ukurannya kebih besar.

3. Struktur Patahan (Faulting)

Struktur patahan terbentuk apabila tekanan cukup kuat sehingga tidak dapat

dinetralisasi oleh sifat plastis batuan. Berdasarkan arah gerak batuan di sepanjang

bidang patahan dikenal lima tipe patahan, yaitu sebagai berikut :

Normal Fault

Normal fault adalah patahan yang arah gerak blok batuannya mengikuti arah gaya

berat, yaitu ke bawah sepanjang bidang patahan.

Reserve Fault

Reserve fault adalah patahan yang arah gerak blok batuannya berlawanan dengan

arah gerak normal fault, yaitu mengarah ke atas.

Strike-slip Fault
Strike-slip Fault adalah patahan yamg arah gerak blok batuannya mendatar

sepanjang bidang patahan.

Obligue-slip Fault

Obligue-slip Fault adalah patahan yang arah gerak blok batuannya saling menjauhi

dalam arah mendatar atau arah lain sehingga membentuk jurang yang lebar.

Rotational Fault

Rotational Fault adalah patahan yang arah gerak blok batuannya memutar pada

bidang patahan.

4. Struktur Retakan ( Jointing )

Struktur retakan terbentuk karena gaya regangan yang menyebabkan batuan

menjadi retak-retak. Pada struktur retakan blok batuan masih tetap di tempatnya dan

tidak mengalami pergeseran tempat.

E. Bentukan Geomorfologi

1. Bentuk Lahan Asal Struktural

Bentuk lahan asal struktural tersusun dari seseri lapisan, baik yang telah

terusik oleh suatu tekanan maupun yang belum terusik. Terbentuk karena adanya

proses endogen berupa tektonisme atau diatropisme. Proses ini meliputi

pengangkatan, penurunan dan pelipatan kerak bumi sehingga terbentuk struktur

geologi lipatan dan patahan. Selain itu terdapat struktur horizontal yang merupakan

struktur asli sebelum mengalami perubahan.

Satuan bentuk lahan asal struktural :

Pegunungan blok sesar

Teras struktural

Gawir sesar

Graben (slenk)
Pegunungan/ perbukitan antiklinal

Horst

Pegunungan/ perbukitan sinklinal

2. Bentuk Lahan Asal Volkanis

Volkanisme adalah berbagai fenomena yang berkaitan dengan gerakan

magma naik ke permukaan bumi. Akibat dari proses ini terjadi berbagai bentukan

yang secara makro disebut bentukan vulkanis, hal ini lebih didasarkan pada batuan

penyusun berupa batuan vulkanis dengan berbagai jenisnya.

Indikasi bentuk lahan vulkanis :

a. Pola aliran radial sentrifugal menyebar secara menjari menjauhi satu titik

b. Pada titik puncak terdapat depresi yang merupakan crater. Indikasi ini terdapat pada

volkan stadia muda, pada stadia dewasa atau tua posisi crater tidak selalu di titik

puncak.

c. Apabila materinya piroklastik badan vulkan meruncing

d. Apabila lava intermediet membentuk struktur bantal

3. Bentuk Lahan Asal Denudasional

Merupakan suatu bentuk lahan yang terjadi akibat proses- proses pelapukan

erosi, gerak masa batuan dan proses pengendapan. Dengan demikian dapat terjadi

karena degradasi dan agradasi.

Satuan bentuk lahan asal denudasional

a. Pegunungan/ perbukitan denudasional

b. Peneplain

c. Inselberg (perbukitan sisa terpisah)

d. Lereng kaki

e. Lahan rusak
f. Kerucut talus

4. Bentuk Lahan Asal Fluvial

Bentuk lahan asal fluvial adalah semua bentuk lahan yang terjadi akibat

adanya proses aliran baik yang terkonsentrasi berupa aliran sungai maupun yang

tidak terkonsentrasi yang berupa limpasan permukaan. Akibat adanya aliran air

tersebut maka akan terjadi mekanisme proses erosi, transportasi dan sedimentasi.

Faktor faktor yang mempengaruhi aktivitas aliran

a. Curah hujan

b. Porositas dan permeabilitas batuan

c. Daerah berbatuan kapur, aktivitas aliran berada di bawah permukaan (under ground

run off)

d. Daerah kering dengan vegetasi kurang, di tempet ini aktivitas aliran besar.

e. Daerah impermeabel, aktivitas aliran bertambah sebagai surface run offkarena air

tertahan oleh lapisan impermeabel di bawah permukaan.

5. Bentuk Lahan Asal Marin

Bentuk lahan yang di hasilkan oleh aktivitas laut yaitu oleh adanya

gelombang dan arus laut. Akibat keberadaan gelombang dan arus laut akan

menghasilkan bentuk lahan asal marin baik bentuk lahan erosional (seperti: dinding

terjal) maupun deposisional (seperti : delta, beting gisik, sediment marin, tombolo

dan spit)

Bentuk topografi pantai :

a. Bentuk bentuk hasil erosi (gua laut, celah, teras- teras)

b. Bentuk- bentuk sisa erosi (cliff, stack, arc, head land)

c. Bentuk- bentuk hasil pengendapan (gisik, gosong pasir, guguk pasir pantai)

6. Bentuk Lahan Asal Solusional


Bentuk lahan asal solusional terbentuk akibat proses pelarutan batuan yang

terjadi pada daerah berbatuan karbonat tertentu. Tidak semua batuan karbonat

terbentuk topografi karst. Topografi karst dibentuk oleh bentukan lahan asal

solusional sehingga dihasilkan pelarutan batuan gamping/ kapur dengan tenaga

pelarut aliran air permukaan, air perkolasi, dan aliran bawah tanah.

Bentuk lahan karst :

a. Bentuk lahan negatif

Doline

Uvala

Polje

Lembah buta (Blind valley)

b. Bentuk lahan positif

Kerucut karst

Menara karst

Gua kapur

Stalaktit dan Stalakmit

7. Bentuk Lahan Asal Aeolian

Bentuk lahan yang dihasilkan oleh gerakan angin. Angin merupakan salah

satu agen yang menyebabkan erosi setelah air, gelombang dan es. Bentuk lahan ini

umumnya berkembang di daerah beriklim kering (arid). Angin hanya mengangkut

material yang ringan dengan besar butir yang paling kecil, sehingga bentuk lahan

asal aeolian ini tersusun materi materi lepas dengan tekstur yang halus.

Bentuk bentuk hasil erosi angin :

a. Desert pavement

b. Blow out

c. Ventifact
d. Yardang

Bentuk bentuk hasil pengendapan angin :

a. Loess

b. Endapan pasir

c. Gumuk pasir

http://muhammadhafidavi.blogspot.co.id/2013/09/teori-pembentukan-muka-bumi.html

Proses Pembentukan Muka Bumi

Nicolai | Sabtu, Maret 10, 2012 | Pengetahuan Sosial |

Pemukaan bumi terdiri atas berbagai bentuk dari yang datar, bergelombang atau
berbukit sampai bergunung. Keragaman tersebut tidak terjadi begitu saja, melainkan
melalui berbagai proses dan waktu yang sangat lama. Keragaman tersebut terjadi
karena tenaga endogen dan tenaga eksogen yang ada di bumi. Bagaimana tenaga
endogen dan tenaga eksogen membentuk ketampakan alam di bumi? Ikutilah uraian
berikut ini.

1. Tenaga Endogen
Tenaga endogen adalah tenaga yang berasal dari dalam bumi yang menyebabkan
perubahan pada kulit bumi. Tenaga endogen ini sifatnya membentuk permukaan
bumi menjadi tidak rata. Mungkin saja di suatu daerah dulunya permukaan bumi rata
(datar) tetapi akibat tenaga endogen ini berubah menjadi gunung, bukit atau
pegunungan. Pada bagian lain permukaan bumi turun menjadikan adanya lembah
atau jurang. Tenaga tersebut dapat dibedakan berdasarkan penyebab menjadi
tenaga tektonik (diastropisme), vulkanik (vulkanisme) dan gempa (seisme).

A. Diastropisme
Diastropisme adalah tenaga yang bekerja dari dalam bumi yang mengakibatkan
pergeseran dan perubahan posisi lapisan batuan sehingga mengubah bentuk muka
bumi. Gerakan tersebut dapat dibedakan menjadi
gerakan epirogenesis dan orogenesis.

Epirogenesis adalah pengangkatan jalur kerak bumi sehingga membentuk pengunungan


yang berlangsung sangat lambat dan meliputi daerah yang sangat luas.

Orogenesis adalah proses pembentukan pegunungan (mountain building) atau


pengangkatan kerak bumi karena tumbukan lempeng. Proses tersebut menghasilkan
pengunungan. Misalnya Pengunungan Hilmalaya. Jadi, gunung api tidak termasuk
orogenesis karena tenaga yang membentuknya adalah tenaga vulkanisme bukan
diastropisme.

B. Vulkanisme

Gunung Api terbentuk karena

pertemuan dua lempeng.

Vulkanisme adalah segala kegiatan magma dari lapisan dalam litosfer menyusup ke
lapisan yang lebih atas atau sampai keluar permukaan bumi. Aktivitas tersebut
menghasilkan bentukan berupa kerucut atau kubah yang berdiri sendiri yang disebut
gunung api.

C. Faktor Penyebab Terjadinya Gempa


Gempa merupakan getaran yang terjadi karena gerakan batuan yang melewati batas
kelentingan atau kelengkungan. Jika batas kelentingan tersebut melampaui makan
akan menghasilkan sebuat getaran.

Gempa dibedakan menjadi gempa tektonik, vulkanik, dan longsoran. Gempa Tektonik
adalah gempa yang terjadi akibat tumbukan lempeng-lempeng litosfer. Gempa
vulkanik adalah gempa yang terjadi karena adanya aktivitas gunungapi. Gempa
longsoran adalah gempa yang terjadi akibat longsor atau runtuhnya tanah perbukitan
atau gua kapur.

Besar kecilnya kekuatan getaran gempa diukur dengan menggunakan alat yang
disebut seismograf. Kekuatan gempa dapat ditentukan dengan menggunakan Skala
Ritcher.

2. Tenaga Eksogen
Tenaga eksogen yaitu tenaga yang berasal dari luar bumi. Sifat umum tenaga eksogen
adalah merombak bentuk permukaan bumi yang dipengaruhi oleh tiga proses, yaitu
pelapukan, erosi, dan sedimentasi.

A. Proses Pelapukan
Batuan yang telah terbentuk melalui berbagai proses akhirnya lama kelamaan akan
mengalami proses penghancuran atau pelapukan. Batuan yang berukuran besar
akan terpecah menjadi batuan yang berukuran lebih kecil, bahkan sampai menjadi
debu. Pelapukan dapat dibedakan menjadi pelapukan fisika, kimia dan biologik-
mekanik.

Pelapukan fisika atau disebut pula desintegrasi adalah proses penghancuran batuan
menjadi bagian-bagian yang lebih kecil tanpa mengubah dekomposisi atau susunan
kimiawinya. Proses ini bisa terjadi karena penyinaran matahari, perubahan suhu, dan
pembekuan air pada celah-celah batuan.
Batuan yang pecah karena proses pemanasan dan perubahan suhu.

Pelapukan Kimia atau disebut pula dekomposisi adalah proses penghancuran


batuan dengan mengubah susunan kimiawi batuan yang terlapukan.
Berlangsungnya proses tersebut memelukan. Contohnya, tercampurnya batu oleh
limbah pabrik yang mengandung bahan kimia.
Pelapukan Kimia pada Batuan.

Pelapukan biologik-mekanik atau organik adalah pelapukan yang disebabkan oleh


makhluk hidup, baik tumbuhan maupun binatang. Akar-akar yang masuk ke dalam
tanah memiliki kekuatan yang sangat tinggi, sehingga dapat menghancurkan batuan.

B. Proses Erosi
Erosi adalah suatu proses penghancuran tanah dan kemudian dipindahkan ke
tempat lain oleh kekuatan air, es, angin, dan gravitasi.
Erosi oleh air hujan membentuk parit.
Batuan yang tererosi oleh angin.

C. Proses Sedimentasi
Sedimentasi adalah proses pengendapan materi-materi hasil erosi yang dibawa oleh
tenaga pengangkut seperti air, angin, gelombang laut, dan glester.

Read more: http://ilmu-modern.blogspot.com/2012/03/proses-pembentukan-muka-

bumi.html#ixzz4pnz684Mg

http://ilmu-modern.blogspot.co.id/2012/03/proses-pembentukan-muka-bumi.html

Anda mungkin juga menyukai