Isadora Mayasari D1101131031 Aluminium terdapat melimpah di dalam kulit bumi, jumlahnya sekitar 8%. Dengan kelimpahan sebesar itu, aluminium merupakan unsur ketiga terbanyak setelah oksigen dan silikon serta merupakan unsur logam yang paling melimpah. Namun, aluminium merupakan logam yang mahal karena pengolahannya yang sulit. Mineral aluminium yang bernilai ekonomis adalah bauksit (Al2O3.2 H2O). Sifat Kimia Dan Sifat Fisik Aluminium Sifat Kimia Alumunium Aluminium merupakan unsur yang sangat reaktif sehingga mudah teroksidasi. Sifat-sifat Aluminium yang lebih unggul bila dibandingkan dengan logam lain adalah sebagai berikut: 1. Ringan 2. Kuat 3. Ketahanan terhadap korosi 4. Daya hantar listrik yang baik 5. Toksifitas Sifat Fisik Alumunium Hantaran panas (25oC) 0,49 cal/det oC Kekentalan (700oC) 0,0127 poise Panas peleburan 94,6 cal/gr Titik lebur 660oC Titik didih 2452oC Potensial elektroda (25 oC) -1,67 volt Proses Pembuatan Alumunium Aluminium termasuk logam yang mudah bereaksi sehingga tidak terdapat alam bentuk unsur bebas di alam. Unsur aluminium terdapat pada kulit bumi dalam bentuk senyawa oksida, seperti bijih bauksit (Al2O3.2H2O) atau tanaah liat (Al2Si2O7.2H2O). Proses Bayer Merupakan proses pemurnian bijih bauksit untuk memperoleh aluminium oksida (alumina). Bijih bauksit mengandung 50-60% Al2O3 yang bercampur dengan zat-zat pengotor terutama Fe2O3 dan SiO2. Untuk memisahkan Al2O3 dari zat-zat yang tidak dikehendaki, kita memanfaatkan sifat amfoter dari Al2O3 Pengolahan bijih bauksit menjadi aluminium dapat dilakukan dalam proses Bayer. Tahapan dalam Proses Bayer: 1. Pertama, bijih bauksit diambil dari tambang. 2. Lalu, bijih bauksit tersebut dihancurkan atau dihaluskan secara mekanik. 3. Impurities (pengotor) dihilangkan dengan cara memanaskan serbuk bauksit dalam udara sehingga logam-logam lain teroksidasi. Misalnya besi teroksidasi menjadi Fe2O3. 4. Kemudian, serbuk bijih yang telah dipanaskan direaksikan dengan soda kaustik atau larutan Natrium hidroksida (NaOH) pekat dan diproses di pabrik penggilingan untuk menghasilkan lumpur (suspensi berair) yang mengandung partikel-partikel bijih yang sangat halus. 5. Suspensi berair tadi dipompa ke digester, yaitu sebuah tangki yang berfungsi seperti panci presto. Larutan ini diproses pada suhu dan tekanan yang tinggi untuk melarutkan alumina dalam bijih. Larutan dipanaskan sampai 230-520 F (110-270 C) dan dengan tekanan 50 lb / dalam 2 (340 kPa). Kondisi ini, dilakukan selama sekitar setengah jam atau hingga beberapa jam. Pada prosesnya penambahan NaOH dilakukan untuk memastikan bahwa seluruh senyawa aluminium yang terkandung terlarut. Proses ini akan memisahkan bijih dari kotoran yang tidak larut seperti senyawa silika, besi dan titanium. Lanjutan. 6. Larutan panas dilewatkan melalui serangkaian tangki. 7. Larutan kemudian dipompa ke dalam tangki pengendapan. Larutan SiO32- dan [Al(OH)4]- akan ditampung.Ketika suspensi berair berada di dalam tangki ini, pengotor yang tidak larut dalam NaOH akan mengendap di bagian bawah tangki. Residu (disebut "red mud" atau lumpur merah) yang terakumulasi di dasar tangki terdiri dari pasir halus, oksida besi, dan oksida dari unsur lain seperti titanium. Al2O3 dan SiO2 akan larut, sedangkan Fe2O3 dan pengotor lainnya tidak larut (mengendap). Al2O3 (s) + 2OH- (aq) + 3H2O(l) 2Al(OH)4- (aq) SiO2 (s) + 2OH- (aq) SiO32- (aq) + H2O(l) 8. Setelah pengotor telah diendapkan, masih ada larutan yang tersisa (filtrat) yang kemudian dipompa melalui serangkaian filter (penyaring). Setiap partikel-partikel halus dari pengotor yang masih ada dalam larutan juga akan tersaring. Lanjutan. 9. Larutan yang telah disaring akan dipompa melalui serangkaian tangki pengendapan. 10. Larutan itu kemudian direaksikan dengan asam encer, yaitu larutan HCl. Ion silikat tetap larut, sedangkan ion aluminat akan diendapkan sebagai Al(OH)3. AlO2- (aq) + H+ (aq) Al(OH)3 (s) Atau dengan cara dialirkan CO2 ke dalam larutan tersebut sehingga ion aluminat akan diendapkan sebagai Al(OH)3. AlO2- (aq) + H2O(l) Al(OH)3 (s) 11. Endapan kristal atau Al(OH)3 (s) (mengendap di bagian bawah tangki) sedangkan SiO32- tetap larut. 12. Kemudian endapan Al(OH)3 disaring dan diambil. 13. Setelah dicuci, endapan Al(OH)3 dipindahkan ke pengering untuk dilakukan proses kalsinasi (pemanasan untuk melepaskan molekul air yang secara kimiawi terikat pada molekul alumina). Suhu 2.000 F (1.100 C) akan mendorong lepasnya molekul air, sehingga hanya tinggal Kristal alumina anhidrat. Setelah meninggalkan tungku pengering, kristal akan melewati pendingin. 14. Setelah itu, maka terbentuklah serbuk Al2O3 murni (korundum). 2Al(OH)3(s) Al2O3 (s) + 3H2O(g) Senyawa Amfoter adalah senyawa yang dapat bersifat asam atau basa, tergantung kondisi lingkungannya. Senyawa amfoter akan bersifat asam dalam suasana basa dan sebaliknya akan bersifat basa dalam suasana atau lingkungan asam kuat. Contoh: Alumunium hidroksida Al(OH)3 Kata ini berasal dari kata Yunani amphoteroi, yang berarti keduanya. Banyak logam (seperti seng, timah, timbal, aluminium, dan berilium) membentuk oksida atau hidroksida amfoter. Amfoterisme bergantung pada keadaan oksidasi dari oksidanya. Salah satu spesies amfoter adalah molekul-molekul amfiprotik, yang dapat baik menyumbang ataupun menerima sebuah proton (H+). Oksida Amfoter, ialah suatu oksida logam atau oksida metaloida yang dapat bersifat baik sebagai oksida basa, maupun sebagai oksida asam. Senyawa oksida yang termasuk oksida amfoter adalah : ZnO, PbO, SnO, SnO2, Al2O3, Cr2O3, As2O3, As2O5, Sb2O3, Sb2O5 . Karena oksida-oksida tersebut bersifat amfoter maka basa atau asamnya yang bersangkutan juga bersifat amfoter yaitu hidroksida-hidroksida amfoter dan asam-asam amfoter. Berikut adalah sejumlah pemanfaatan unsur aluminium dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam industri.
Na3AlF6 : bahan pembuatan aluminium
KAl(SO4)2.12H2O : penjernihan air Al2O3.nH2O : bahan baku pembuatan aluminium Al(OH)3 : pengikat zat warna pada kain Al : alat-alat dapur, alat-alat listrik, dan sayap pesawat terbang Bauksit 1. Berdasarkan genesanya : a. Bauksit pada batuan klastik yang kasar Jenis ini berasal dari batuan beku yang telah berubah menjadi metamorf di daerah yang beriklim tropis dan berumur Tersier Awal. Permukaan daerahnya telah mengalami erosi dan dijumpai bauksit dalam bentuk boulder. Tekstur pisolitik dan bentuknya menyudut dengan kadar bauksit tinggi dalam bohmit dengan posisi letaknya sesuai dengan kemiringan lereng
b. Bauksit pada terrarosa
Jenis terrrarosa banyak terdapat di sekitar Mediterranian di Eropa Selatan yang merupakan fraksi-fraksi dari hasil pelapukan batukapur atau dolomite dan sebagian diaspor (Al2O3H2O). Jenis ini mempunyai ikatan monohidrat, karena itulah endapan jenis terarosa mempunyai kadar alumina yang besar dibandingkan endapan jenis laterit. c. Bauksit pada batuan sedimen klastik. Dijumpai pada lingkungan pengendapan sungai stadium tua atau pada delta. Karena tertransportasi, material rombakan terbawah ke laut. Sedimen klastik berada di atas ketinggian dasar melapuk mengandung perlapisan gravel pasir, lempung koalinit dan kadang lignit membentuk delta corong. Deposit bauksit jenis ini yang ekonomis adalah berumur Paleosen.
d. Bauksit pada batuan karbonat
Deposit bauksit pada batu gamping kadarnya tinggi dan berumur Paleosen. Perkembangannya tidak berada dipermukaan tetapi pada kubah-kubah gamping.
e. Bauksit pada batuan phospat
Al phospat berwarna abu-abu, putih kehijauan dan bersifat parous yang terisi oleh berbagai material. Lapisan bawahnya mengandung lempung antara montmorilonit dengan atapulgit. Beberapa lapisan dalam bentuk Ca-posfat, berstruktur oolitik dan dijumpai pula pseudo- oolitik fluorapatit. Di bagian ini mengandung Al posfat dengan mineral krandalit [(Ca Al3H(OH6) / (PO4)] yang sangat dominan dibandingkan dengan augilit [(Al2 (OH3) / (PO4)]. 2. Berdasarkan Letak Depositnya
a. Deposit Bauksit residual
Diasosiasikan dengan kemiringan lereng yang menegah sampai hamper datar pada batuan nefelin syenit. Permukaan bauksit kemiringannya lebih dari 5 dan batasan yang umum adalah 25. Pada batuan syenit bagian bawah bertekstur granitik. Zona diatasnya menunjukan vermikuler, pisolitik dan tekstur konkresi lainnya. Di bawah zona knkresi adalah zona pelindian dengan dasar fragmen lempung kaolinit. walaupun dasar zona pelindian ini melengkung, tidak dapat menghilangkan tekstur granitis. kaolinit nepelin syenit dipisahkan dengan bauksit bertekstur granitis oleh kaolinit yang kompak dan kasar.
b. Deposit bauksit koluvial
Diselubungi oleh kaolinit, nefelin, syenit. Deposit ini terletak di bawah lampung dan termasuk swamp bauxite dengan tekstur pisolitik dan oolitik yang masih terlihat jelas serta berada di daerah lembah. Di bagia atas deposit, kaolinit terus berkembang, dapat memotong secara mendatar atau menggantikan matriks yang tebal dari tekstur pisolitik. di beberapa tempat, lapisan lignnit yang mendatangkan lempung dapat pula memotong badan bijih bauksit sehingga bauksit tersebut menjadi alas dari lapisan lignit ini.
c. Deposit bauksit alluvial pada perlapisan
Dapat berupa Perlapisan silang siur, dipisahkan dengan gravel yang bertekstur pisolitik. Bauksit tipe ini halus dan tertutup oleh alur runtuhan dari tipe deposit bauksit koluvial.
d. Deposit bauksit alluvial pada konglomerat kasar
Deposit tipe ini umumnya menutupi bauksit boulder dengan konglomerat kasar, terutama dari lempung karbonat dan pasir TERIMA KASIH