Anda di halaman 1dari 8

TEORI TEKTONIK LEMPENG (PLATE TECTONICS)

A. Pengertian
Teori tektonika lempeng (Plate Tectonics) adalah teori yang dikembangkan
untuk memberi penjelasan terhadap adanya bukti-bukti pergerakan skala besar yang
dilakukan oleh litosfer bumi
Bagian terluar dari interior bumi terbentuk dari dua lapisan. Di bagian atas
terdapat litosfer yang terdiri atas kerak dan bagian teratas mantel bumi yang kaku dan
padat. Di bawah lapisan litosfer terdapat astenosfer yang berbentuk padat tetapi bisa
mengalir seperti cairan dengan sangat lambat dan dalam skala waktu geologis yang
sangat lama karena viskositas dan kekuatan geser (shear strength) yang rendah. Lebih
dalam lagi, bagian mantel di bawah astenosfer sifatnya menjadi lebih kaku lagi.
Penyebabnya bukanlah suhu yang lebih dingin, melainkan tekanan yang tinggi.
Lapisan litosfer dibagi menjadi lempeng-lempeng tektonik (tectonic plates).
Di bumi, terdapat tujuh lempeng utama yeng terdiri dari 6 lempeng benua (lempeng
Afrika, lempeng Antartika, Lempeng Australia, Lempeng Eurasia,
meliputi Asia dan Eropa, Lempeng Amerika Utara, meliputi Amerika
Utara dan Siberia, lempeng Amerika Selatan) dan 1 lempeng samudra (Lempeng
Pasifik, meliputi Samudera Pasifik) dan banyak lempeng-lempeng yang lebih kecil
(lempeng India, lempeng Arabia, lempeng Karibia., lempeng Juan de Fuca, lempeng
Cocos, lempeng Nazca, lempeng Filipina, dan lempeng Scotia). Lempeng-lempeng
litosfer ini menumpang di atas astenosfer.
Llitosfer lebih dingin dan kaku, sedangkan astenosfer lebih panas dan secara
mekanik lemah. Selain itu, litosfer kehilangan panasnya melalui proses konduksi,
sedangkan astenosfer juga memindahkan panas melalui konveksi dan memiliki
gradien suhu yang hampir adiabatik. Pembagian ini sangat berbeda dengan pembagian
bumi secara kimia menjadi inti, mantel, dan kerak. Litosfer sendiri mencakup kerak
dan juga sebagian dari mantel.
Suatu bagian mantel bisa saja menjadi bagian dari litosfer atau astenosfer pada
waktu yang berbeda, tergantung dari suhu, tekanan, dan kekuatan gesernya. Prinsip
kunci tektonik lempengan adalah bahwa litosfer terpisah menjadi lempengan-
lempengan tektonik yang berbeda-beda. Lempengan ini bergerak menumpang di atas
astenosfer yang mempunyai viskoelastisitas sehingga bersifat seperti fluida.
Pergerakan lempengan bisa mencapai 10-40 mm/a (secepat pertumbuhan kuku jari)
seperti di Mid-Atlantic Ridge, ataupun bisa mencapai 160 mm/a (secepat
pertumbuhan rambut) seperti di Lempeng Nazca.
Lempeng-lempeng ini tebalnya sekitar 100 km dan terdiri atas mantel litosferik
yang di atasnya dilapisi dengan hamparan salah satu dari dua jenis material kerak.
Yang pertama adalah kerak samudera atau yang sering disebut dengan
"sima", gabungan dari silikon dan magnesium.
Yang kedua adalah kerak benua yang sering disebut "sial", gabungan
dari silikon dan aluminium.
Perbedaan antara kerak benua dengan kerak samudera ialah berdasarkan
kepadatan material pembentuknya.
Kerak samudera lebih padat daripada kerak benua dikarenakan perbedaan
perbandingan jumlah berbagai elemen, khususnya silikon.
Kerak benua lebih padat karena komposisinya yang mengandung lebih
sedikit silikon dan lebih banyak materi yang berat. Dalam hal ini, kerak
samudera dikatakan lebih bersifat mafik ketimbang felsik. Maka, kerak
samudera umumnya berada di bawah permukaan laut seperti sebagian
besar Lempeng Pasifik, sedangkan kerak benua timbul ke atas permukaan laut,
mengikuti sebuah prinsip yang dikenal dengan isostasi.

B. Jenis-Jenis Batas Lempeng


1. Batas Divergen
Terjadi pada dua lempeng tektonik yang bergerak saling memberai (break
apart). Ketika sebuah lempeng tektonik pecah, lapisan litosfer menipis dan
terbelah, membentuk batas divergen. Pada lempeng samudra, proses ini
menyebabkan pemekaran dasar laut (seafloor spreading). Sedangkan pada
lempeng benua, proses ini menyebabkan terbentuknya lembah retakan (rift valley)
akibat adanya celah antara kedua lempeng yang saling menjauh tersebut.

Gambar 1 Batas divergen tektonik lempeng

2. Batas Konvergen
Terjadi apabila dua lempeng tektonik tertelan (consumed) ke arah kerak bumi,
yang mengakibatkan keduanya bergerak saling menumpu satu sama lain (one slip
beneath another). Wilayah dimana suatu lempeng samudra terdorong ke bawah
lempeng benua atau lempeng samudra lain disebut dengan zona tunjaman
(subduction zones). Di zona tunjaman inilah sering terjadi gempa.

Gambar 2 Batas konvergen tektonik lempeng

Gambar 3 Konvergen lempeng benua-samudra (Oceanic-Continental)

Gambar 4 Konvergen lempeng samudra-samudra (OceanicOceanic)


Gambar 5 Konvergen lempeng benua-benua (ContinentalContinental)

3. Batas Transform
Terjadi bila dua lempeng tektonik bergerak saling menggelangsar (slide each
other), yaitu bergerak sejajar namun berlawanan arah. Keduanya tidak saling
memberai maupun saling menumpu. Batas transform ini juga dikenal sebagai
sesar ubahan-bentuk (transform fault).

Gambar 6 Batas transform tektonik lempeng


Jika dua lempeng bertemu pada suatu sesar, keduanya dapat bergerak
saling menjauhi, saling mendekati atau saling bergeser. Umumnya, gerakan ini
berlangsung lambat dan tidak dapat dirasakan oleh manusia namun terukur
sebesar 0-15cm pertahun. Kadang-kadang, gerakan lempeng ini macet dan saling
mengunci, sehingga terjadi pengumpulan energi yang berlangsung terus sampai
pada suatu saat batuan pada lempeng tektonik tersebut tidak lagi kuat menahan
gerakan tersebut sehingga terjadi pelepasan mendadak yang kita kenal sebagai
gempa bumi.

C. Faktor Pergerakan Lempeng


Pergerakan lempeng tektonik bisa terjadi karena kepadatan relatif litosfer
samudera dan karakter astenosfer yang relatif lemah. Pelepasan panas dari mantel
telah didapati sebagai sumber asli dari energi yang menggerakkan lempeng tektonik.
Pada waktu pembentukannya di mid ocean ridge, litosfer samudera pada mulanya
memiliki kepadatan yang lebih rendah dari astenosfer di sekitarnya, tetapi kepadatan
ini meningkat seiring dengan penuaan karena terjadinya pendinginan dan penebalan.
Besarnya kepadatan litosfer yang lama relatif terhadap astenosfer di bawahnya
memungkinkan terjadinya penyusupan ke mantel yang dalam di zona subduksi
sehingga menjadi sumber sebagian besar kekuatan penggerak-pergerakan lempengan.
Kelemahan astenosfer memungkinkan lempengan untuk bergerak secara mudah
menuju ke arah zona subduksi. Meskipun subduksi dipercaya sebagai kekuatan
terkuat penggerak-pergerakan lempengan, masih ada gaya penggerak lain yang
dibuktikan dengan adanya lempengan.
ENDAPAN MINERAL (MINERAL DEPOSIT)

DEFINISI
a. Ore adalah endapan bahan galian yang dapat diekstrak (diambil) mineral
berharganya secara ekonomis baik itu logam maupun bukan logam. Bijih
diekstraksi melalui penambangan, kemudian hasilnya dimurnikan lagi untuk
mendapatkan unsur-unsur yang bernilai ekonomis.
b. Gangue Minerals adalah mineral non logam yang bisa dimanfaatkan sebagai
hasil sampingan misalnya kuarsa, garnet, dll dalam jumlah yang cukup.
c. By product: adalah produk sekunder atau insidentil yang berasal dari proses
manufaktur, suatu reaksi kimia atau jalur biokimia, dan bukan produk utama atau
jasa yang dihasilkan. By product dapat bermanfaat dan berharga, atau dapat
dianggap limbah. Air juga bisa menjadi produk sampingan ketika reaksi
menyebabkan karbon dioksida.
d. Metallic minerals adalah Mineral yang mengandung satu jenis logam. Apabila
kandungan logamnya relative besar dan terikat secara kimia dengan unsur lain
disebut mineral bijih (ore-minerals). Sebagian besar mineral bijih bersifat logam
dan sebagian bersifat non logam (bauksit).. Mineral logam dibagi menjadi dua,
yaitu logam murni dan logam campuran. Logam murni digunakan dalam kondisi
murni tanpa campuran. Contoh logam murni adalah emas, timah, seng, dan
aluminium. Biasanya kaleng minuman menggunakan aluminium murni.
Sementara kabel listrik terbuat dari tembaga murni.
e. Waste Minerals adalah mineral non logam yang tidak ekonomis.
f. Mineral bijih adalah Batu yang mengandung satu atau lebih mineral metalik yang
untung jika ditambang.. Suatu endapan dikatakan bijih sebenarnya dilihat dari
nilai ekonomisnya, bila harga pengolahan dan harga pasaran berfluktuasi, suatu
saat endapan mineral dikatakan sebagai bijih dan di saat lain bukan lagi. Pada saat
ekstraksi didapatkan bahan logam dan juga bahan limbah (gangue) yang tidak
memiliki nilai ekonomis. Proses ekstraksi tersebut menghasilkan timbunan limbah
(tailing).

PEMBAGIAN KELOMPOK MINERAL BIJIH:


a. Bijih Silisius (Keiko) yang mengandung sulfiIda terutama kalkopirit, terdesssiminasi
dalam batuan tersilisifikasi.
b. Bijih Kuning (Oko), terutama pirit dengan sedikit kalkopirit dan Kuarsa.
c. Bijih hitam (Kuroko), percampuran kuat antara Sphalerite kaya besi berwarna gelap,
galena, barite, dan sejumlah kecil pirit dan kalkopirit ; wurzit, enargit, tetrahidrit,
markasit, serta sejumlah mineral lainnya yang ditemukan secara setempat dalam
jumlah kecil.
d. Urat (vein) dan massa besar gipsum (sekkoko), yang saling berhubungan tetapi dalam
tubuh yang terpisah- pisah.
e. Zona stringer, kaya kalkopirit dalam pipa- pipa bawah bijih (ryukoko)
f. Ferruginous (lapisan tetsusekiei), yang berada pada lapisan paling bawah.

FESE PEMBENTUKAN ENDAPAN PRIMER


a. Fase Magmatik Cair (Liquid Magmatic Phase)
Suatu fase pembentukan mineral, dimana mineral terbentuk langsung pada magma
(differensiasi magma), misalnya dengan cara gravitational settling.
Vesiculation, Magma yang mengandung unsur-unsur volatile seperti air
(H2O), (CO2), (SO2), (S) dan (Cl).
Diffusion, Pada proses ini terjadi pertukaran material dari magma dengan
material dari batuan yang mengelilingi reservoir magma.
Flotation, Kristal-kristal ringan yang mengandung sodium dan potasium
cenderung untuk memperkaya magma yang terletak pada bagian atas reservoar
dengan unsur-unsur sodium dan potasium.
Assimilation of Wall Rock, Selama emplacement magma, batu yang jatuh dari
dinding reservoir akan bergabung dengan magma.
Thick Horizontal Sill, Secara umum bentuk ini memperlihatkan proses
differensiasi magmatik asli yang membeku karena kontak dengan dinding
reservoir. Jika bagian sebelah dalam membeku terjadi Crystal Settling dan
menghasilkan lapisan, dimana mineral silikat yang lebih berat terletak pada
lapisan dasar dan mineral silikat yang lebih ringan.
b. Fase Pegmatitik (Pegmatitic Phase)
Pegmatit adalah batuan beku yang terbentuk dari hasil injeksi magma. Sebagai
akibat kristalisasi pada magmatik awal dan tekanan disekeliling magma, maka cairan
residual yang mobile akan terinjeksi dan menerobos batuan disekelilingnya sebagai
dyke, sill, dan stockwork.
c. Fase Pneumatolitik (Pneumatolitik Phase)
Proses reaksi kimia dari gas dan cairan dari magma dalam lingkungan yang
dekat dengan magma. Mineral kontak ini dapat terjadi bila uap panas dengan
temperatur tinggi dari magma kontak dengan batuan dinding yang reaktif. Mineral-
mineral kontak yang terbentuk antara lain : wolastonit, amfibol, kuarsa, epidot, garnet,
aktinolit, dll.
d. Fasa Hidrotermal
Hidrothermal adalah larutan sisa magma yang bersifat "aqueous" sebagai hasil
differensiasi magma. Hidrothermal ini kaya akan logam-logam yang relatif ringan,
dan merupakan sumber terbesar (90%) dari proses pembentukan endapan.
Berdasarkan cara pembentukan endapan, dikenal dua macam endapan hidrothermal,
yaitu :
Cavity filing, mengisi lubang-lubang (opening-opening) yang sudah ada di
dalam batuan.
Metasomatisme, mengganti unsur-unsur yang telah ada dalam batuan dengan
unsur-unsur baru dari larutan hidrothermal.
e. Fasa Vulkanik
Vulkanik adalah larutan sisa magma yang bersifat "aqueous" sebagai hasil
differensiasi magma. Hidrothermal ini kaya akan logam-logam yang relatif ringan,
dan merupakan sumber terbesar (90%) dari proses pembentukan endapan.
Berdasarkan cara pembentukan endapan, dikenal dua macam endapan hidrothermal,
yaitu :
Cavity filing, mengisi lubang-lubang (opening-opening) yang sudah ada di
dalam batuan.
Metasomatisme, mengganti unsur-unsur yang telah ada dalam batuan dengan
unsur-unsur baru dari larutan hidrothermal.

Anda mungkin juga menyukai