Anda di halaman 1dari 5

MINERALISASI PADA ZONA DIVERGENT

Lingkungan tektonik menurut Wilson (1989) terbagi menjadi tiga jenis


Magmatisme pada Constructive Plate, magmatisme pada Destructive Plate dan
magmatisme pada Within Plate. Pada Constructive Plate Margin merupakan tatanan
tektonik yang terletak pada zona divergen yaitu zona antara dua lempeng atau lebih
yang saling menjauh sehingga magma dapat terbentuk pada dua daerah yakni pematang
tengah samudera (Mid Oceanic Ridge) dan Back Arc Basin.

a. Pematang tengah samudera (Mid Oceanic Ridge) merupakan daerah dimana


dua lempeng samudera yang saling menjauhi, magma pada tektonik ini berasal dari
pelelehan sebagian mantel bagian atas karena adanya pelepasan tekanan oleh batuan
induk karena proses divergen. Batuan yang terbentuk pada tatanan ini tektonik ini
bersifat mafik-ultramafik seperti peridotit, basal, atau gabro, batuan beku bertekstur
lava bantal dan kekar tiang.

b. Back Arc Basin merupakan tatanan tektonik yang terbentuk dibelakang busur
kepulauan, hal ini dapat terjadi akibat adanya rifting dibelakang zona penunjaman
selama proses subduksi berlangsung sehingga terbentuklah cekungan. Magma yang
dihasilkan pada zona ini bersifat basa seperti batuan beku basa.
Gambar : Hubungan antara keterdapatan mineral dengan posisi struktur tektonik
(Alzwar et al., 1987, dimodifikasi)
Proses Hidrotermal Pada Mid Oceanic Ridge

Di beberapa lokasi di Punggungan Tengah Samudera, lempeng raksasa


yang membentuk kulit bumi bergerak saling menjauh, meciptakan rekahan-rekahan
dan celah-celah pada lantai dasar samudera. Air laut merembas kedalaman rekahan-
rekahan ini yang selanjutnya terpanaskan oleh batuan cair atau magma yang terdapat
di bawah kerak bumi. Karena air laut ini terpanaskan, ia akan menyembur ke
permukaan melalui celah-celah yang terdapat pada lantai dasar samudera. Air yang
masuk melalui celah-celah tersebut menyembur kembali ke dalam lautan dengan
temperatur kurang lebih 400 oC, namun demikian air ini tidak mendidih sebab berada
dalam tekanan massa air laut di atasnya yang begitu besar. Pada saat tekanan pada
cairan hidrotermal ini bertambah, maka titik didihnya meningkat. Cerobong yang
tingginya bisa mencapai puluhan meter, terbuat dari mineral yang kaya akan logam dan
belerang. Cairan hidrotermal membawa ke arah atas berbagai macam logam termasuk
tembaga, seng dan besi dari kerak samudera. Pada saat cairan hidrotermal bercampur
dengan air laut, logam-logam ini bercampur dengan sulfida membentuk mineral-
mineral hitam. Cerobong ini tumbuh membesar seiring dengan mengalirnya cairan
hidrotermal dan terbentuknya mineral-mineral secara terus menerusnya. Para ahli
kebumian telah meneliti beberapa cerobong hidrotermal yang pertumbuhannya
mencapai 30 cm perhari. Cerobong hidrotermal ini bagaimanapun bersifat rapuh,
terkadang dapat roboh jika pertumbuhannya terlalu besar.

Cairan hidrotermal yang keluar melalui cerobong tidak selalu berbentuk aliran.
Di beberapa tempat, aliran ini merembas keluar dari celah-celah dasar laut. Cairan
hidrotermal dari hasil semburan ini biasanya lebih dingin dibandingkan cairan
hidrotermal yang keluar melalui cerobong. Cairan ini mengalir jauh lebih lambat.
Semburan cairan hidrotermal bercampur dengan air laut di bawah dasar laut, sehingga
semua mineral yang terbentuk dan tertinggal di bawah dasar laut. Beberapa semburan
hidrotermal mengandung sulfida. Mikroorganisme banyak terdapat dan hidup di atas
sulfida ini. Mikroorganisme ini menjadi bahan makanan bagi mahluk eksotis lainnya
yang hidup di sekitar cerobong hidrotermal.

Gambar : Sirkulasi Hidrotermal pada Mid Oceanic Ridge

Proses Hidrotermal Pada Back Arc Basin

Pada tipe Ekstensi, cekungan belakang busur jelas terlihat. Bila ekstensi hanya
membuat kerak benua retak-retak sebagai horst dan graben, maka cekungan ini
berbatuan dasar kerak benua. Bila Ekstensi berhasil membuat kerak benua retak
sampai memisah kemudian terjadi pemekaran dasar samudera, maka dasar cekungan
ini adalah kerak samudera. Agar ekstensi busur-belakang terbentuk, diperlukan zona
subduksi, tetapi tidak semua zona subduksi memiliki fitur ekstensi busur-belakang.
Cekungan busur belakang ditemukan di daerah di mana lempeng subduksi kerak
samudera sudah sangat tua. Usia yang dibutuhkan untuk membentuk busur
melengkung adalah litosfer samudera yang berusia 55 juta tahun atau lebih. Ini
termasuk area seperti pasifik barat tempat banyak pusat penyebaran busur belakang
berada. Sudut kemiringan dari lempeng subduksi ditunjukkan lebih besar dari 30 ° di
area sebaran busur belakang. Ini kemungkinan besar karena usia lempengan. Seiring
bertambahnya kerak samudera, lapisan ini menjadi lebih padat sehingga menghasilkan
sudut yang lebih curam. Penipisan lempeng utama pada back-arc (yaitu back-arc
rifting) dapat menyebabkan pembentukan kerak samudera baru (yaitu back-arc
spreading). Ketika litosfer membentang, mantel astenosfer di bawah ini naik ke
kedalaman yang dangkal dan sebagian mencair karena peleburan dekompresi
adiabatik. Saat lelehan ini mendekati permukaan menyebar dimulai.

Salah satu daerah di Indonesia yang terjadi proses hidrotermal pada back arc
basin yaitu didaerah Sangkaropi. Mineral-mineral yang dijumpai, sebagai hasil
mineralisasi larutan magma yang bereaksi dengan larutan hidrotermal. Mineralisasi
merupakan proses pembentukan mineral mineral baru. Salah satu ganesa mineral yang
terbentuk sebagai hasil mineralisasi pada daerah sangkaropi merupakan salah satu jenis
endapan mineral hidrotermal submarine yang terbentuk karena pengaruh gaya
extension tektonik yang terbentuk pada back arc basin. Hal ini diindikasikan oleh
batuan asalnya yang bersifat intermediate to felsic rocks ,adanya mineral-mineral yang
kaya akan unsur Cu serta Zn, yang menunjukkan bahwa terdapat black and white
smokey, nampak adanya proses replacment dimana mineral-mineral mengalami proses
oksidasi membentuk hematit. Dan pada daerah Sangkaropi nampak dijumpai adanya
stocworcks yaitu rekahan rekahan yang terisi oleh mineral mineral berupa mineral
feldspar. Rekahan ini akibat pembekuan magma di tepi intrusi, dan rekahan ini tidak
teratur akibat adanya gaya tensional. Geologi dan mineralogi dari biji sulfida daerah
sangkaropi memperlihatkan kesamaan dengan endapan-endapan jenis kuroko di
Jepang. Sfalerit (Sf), Galena (Gn), Pirit (Pi) dan Kalkopirit (Kl) merupakan mineral
sulfida yang umum dengan sejumlah kecil bornit (Bo), tenantit (Ten), tetrahedrit,
arsenopirit, kalkosit dan kovelit. Perak (Ag) terkonsentrasi di dalam tenantit. Tipe
endapan di Daerah Sangkaropi Tana Toraja Sulawesi Selatan, merupakan endapan
polimetalik Cu-Pb-Zn yang menunjukkan hubungan genetik yang sangat kuat dengan
volkanisme-asam bawah laut berumur Miosen, dalam tufa hijau. Berdasarkan studi
stratigrafivolkanik dan paleontologi, diketahui bahwa volkanisme-asam bawah laut
tersebut berhubungan dengan mineralisasi Kuroko di daerah Sangkaropi.

Dapat disimpulkan bahwa saat terjadi extension yang menghasilkan kekar-


kekar yang terbuka, dari kekar-kekar tersebut mineralisasi pun dapat terjadi melalui
proses hidrothermal.

Anda mungkin juga menyukai