Anda di halaman 1dari 9

A.

The Floor Of The Ocean


When we look at portraits of our earth taken from outer space, then planet Earth is
dominated by oceans. About 71% of earth is covered by ocean and the remaining 29% is
covered by land.
A.Dasar Lautan
Jika melihat bumi kita dari luar angkasa, maka planet bumi ini didominasi oleh lautan.
Sekitar 71% dari bumi adalah lautan dan sisanya 29% adalah daratan.

1. Ocean Sedimentation
Except in some places, such as places close to the summit of the middle of the ocean,
the ocean floor is covered by sediment deposits. Some of the sedimentary material is
deposited by turbid currents, and the rest is sedimentary material that is deposited slowly
from the sea level.
According to Allan Ludman and Nicholas K. Coch in their book entitled Physical
Geology they identified three types of ocean sedimentation:
1. Sedimentasi Lautan
Selain di beberapa tempat, seperti tempat yang dekat dengan puncak tengah lautan,
dasar lautan tertutup oleh material sedimen. Sebagian material sedimen diendapkan oleh
arus keruh dan sisanya diendapkan perlahan dari permukaan laut.
Menurut Allan Ludman dan Nicholas K. Coch dalam buku mereka yang berjudul
Physical Geology sedimentasi lautan diidentifikasi menjadi tiga:

a. Terrigenous Sediment
Terrigenous sediment is land-derived sediment that has found its way to the sea floor. The
sediment that makes up the continental rise and the abyssal plains is mostly terrigenous
and apparently has been deposited by turbidity currents or similar processes. Once
terrigenous sediment has found its way down the continental slope, contour currents may
distribute it along the continental rise. On active continental margins, oceanic trenches
may act as traps for terrigenous sediment and prevent it from spreading out onto the deep-
sea floor beyond the trenches. This sediment carried by river flows and ocean current.
a. Sedimen Terrigenous
Sedimen Terrigenous adalah sedimen yang berasal dari darat dan telah mencapai dasar
laut. Sebagian sedimen yang membentuk kenaikan benua dan dataran abbysal adalah
terrigenous dan telah diendapkan oleh arus keruh atau proses yang serupa. Saat sedimen
terrigenous menemukan jalannya menuruni lereng benua, arus kontur dapat
mendistribusikannya sepanjang kenaikan benua. Di pinggiran benua yang aktif, palung
samudera dapat menjadi peringkat sedimen yang sangat berbahaya dan dapat mencegah
endapan sedimen menyebar ke dasar laut dalam di luar parit. Sedimen terrigenous terbawa
ke dasar laut oleh sungai dan arus laut.

b. Biogenic Sediment
Biologic activity provides a significant portion of the sediment in many area of the oceans,
particulary in areas where organic activity is high and the input of terrigenous sediment is
low. The biogenic sediment consist of the skeletons of small organisms.
b. Sedimen Biogenik
Aktivitas biologis memberikan pengaruh yang besar dalam sedimentasi di banyak lautan,
khususnya wilayah di mana aktivitas organic tinggi dan masukan sedimen terrigenous
rendah. Sedimen biogenic tersusun atas kerangka organisme kecil.

c. Authigenic Sediment
Authigenic Sediment occurs because chemical reaction between ions dissolved in seawater
and materials on the bottom. Authigenic sediment are more abundant in areas where
terrigenous sedimentation rates are relatively low.
c. Sedimen Autigenik
Sedimen autigenik terjadi karena reaksi kimia antara ion yang terlarut dalam air laut dan
material di dasar laut. Sedimen autigenik banyak ditemukan di daerah di mana tingkat
sedimen terrigenous relative rendah.

2. Oceanic Sediment Facies


Facies is a body of rock or sediment marked by a particular combination of
compositional, physical and biological structures that distinguish it from bodies of
rock/sediment above, below and adjacent to it. A sedimentary facies has a characteristic
set of properties that makes it distinctive, which the geologist defines. Usually facies are
defined based on a suite of characteristics in rocks/sediment. The example facies:
2. Fasies Sedimen Laut
Fasies adalah badan batuan atau sedimen yang ditandai dengan kombinasi tertentu
dari struktur komposisi, fisik, dan biologi yang membedakannya dengan batuan di atas,
dibawah, dan di sekitarnya. Fasies sedimen memiliki sifat khas yang membuatnya
berbeda. Biasanya fasies dibedakan berdasarkan karakteristik dalam batuan/sedimen.
Contoh fasies:

a. Facies Based on Grain Size


o Coarse-grained sandstone with 1-5% pebbles
o Fine-grained, well-sorted sandstone
o Mudstone
a. Fasies Berdasarkan Ukuran Butiran
o Batupasir berbutir kasar dengan 1-5% kerikil
o Batupasir berbutir halus dan tersortir dengan baik
o Batu lumpur

d. Facies Based on Sedimentary Structures


o Fine-grained sandstone with current ripple cross lamination
o Fine-grained sandstone with upper planar lamination
o Fine-grained sandstone lacking cross stratification, but with abundant burrows
b. Fasies Berdasarkan Strukur Sedimentasi
o Batupasir berbutir halus dengan laminasi silang riak arus
o Batupasir berbutir halus dengan laminasi planar atas
o Batupasir berbutir halus tidak memiliki stratifikasi silang, tetapi dengan liang
yang melimpah

e. Facies Based on Grain Composition


o Coarse-grained sandstone with 25% lithic fragments, 25% feldspar, and 50%
quartz
o Coarse-grained sandstone with 80% quartz, 10% mica, and 10% feldspar
o Coarse-grained sandstone with 99% quartz, and trace gold fakes
c. Fasies Berdasarkan Komposisi Butir
o Batupasir berbutir kasar dengan 25% fragmen litik, 25% feldspar, dan 50%
kuarsa
o Batupasir berbutir kasar dengan 80% kuarsa, 10% mika, dan 10% feldspar
o Batupasir berbutir kasar dengan 99% kuarsa dan jejak emas palsu
B. Usia Lautan
Usia kerak samudera telah ditentukan oleh pemetaan sistematis kekuatan Bumi dan
medan magnet. Kerak samudera tertua berusia sekitar 280 juta tahun di Mediterania Timur
dan bagian tertua dari laut lepas berusia sekitar 180 juta tahun di kedua sisi Atlantik Utara.
Hal ini sangat mengejutkan mengingat usia dari Bumi adalah sekitar 4,6 milyar tahun. Tentu
saja alasannya adalah semua dasar laut yang lebih tua dari itu telah terdorong ke atas menjadi
bagian dari kerak benua. Misalnya, ada pecahan dasar laut di British Columbia yang berasal
dari sekitar 380 sampai 220 juta tahun yang lalu.

C.Asal-Usul Lautan
Terdapat beberapa teori yang menyatakan tentang terbentuknya lautan. Ada yang
mengatakan lautan terbentuk akibat adanya aktivitas vulkanik yang mengandung uap air
terkondensasi dan menghasilkan hujan hingga lama kelamaan menjadi lautan. Ada juga teori
yang mengatakan bahwa sejak pertama terbentuk sudah ada air di bumi. Selain dua teori
tersebut ada juga yang mengatakan bahwa peningkatan kandungan oksigen di atmosfer akibat
proses fotosintesis oleh mikroba juga berperan dalam pembentukan air di Bumi.
Berdasarkan suatu hipotesa, bumi pada 4,2 milyar tahun lalu sudah memiliki lautan
bahkan beku di sebagian sisinya. Hal ini terjadi karena pada saat itu matahari hanya
memancarkan 70% energinya. Namun keadaan udara pada saat itu sangat panas karena
kandungan atmosfer pada masa itu didominasi oleh CO2.
Lautan berperan penting dalam meninginkan suhu Bumi dengan menyerap CO2 di
atmosfer secara perlahan yang kemudian diserap oleh lempeng tektonik di zona subduksi.
Setelah mendinginnya kondisi udara tersebut muncullah kehidupan di muka Bumi yang
diawali pembentukan mikroba.
Pada awal terbentuknya, hanya terdapat satu benua yang bernama Pangaea dan satu
lautan yang bernama Panthalassa. Pada saat itu, tinggi permukaan air lebih rendah
dibandingkan dengan saat benua sudah terpecah. Hal ini disebabkan oleh perubahan pada
lapisan kerak bumi di dasar laut. Perubahan tersebut juga menyebabkan lautan menjadi
terpisah secara geografis. Pada saat ini, samudera yang ada menjadi lima bagian yaitu Pasifik,
Atlantik, Hindia, Arktik, dan Antartika.
1. Empat Model Untuk Asal-Usul Cekungan Samudera
a. The Expanding Earth Model
Ocean basins form when the earth’s surface stretches and then breaks, forming
topographically low area (ocean) and high area (continent and mountain). Ocean ridges
would represent the tension cracks through which basalitic magma would have resulted
from the ripping apart of large continents during expansion.
a. Model Bumi Mengembang
Cekungan samudera terbentuk ketika permukaan bumi merenggang dan kemudin retak
membentuk wilayah rendah (samudera) dan wilayah tinggi (benua dan pegunungan)
secara topografis. Punggungan samudera mewakili retakan tegangan yang dilalui magma
basalitik yang dihasilkan dari patahan benua besar selama ekspansi.

f. The Shrinking Earth Model


This model envisages ocean basins as large downbuckled parts of the earth’s outer surface.
Topographically high features such as ocean ridges, island arcs, and Hawaiian type island
chains, as well as low areas such as ocean trenches, could represent differential crumpling
within the basins.
b. Model Bumi Menyusut
Model ini membayangkan cekungan samudera sebagai bagian besar yang terkikis di
permukaan bumi. Topografis tinggi seperti punggungan laut, busur pulau, dan kepulauan
tipe Hawaii, serta daerah rendah seperti palung laut dapat mewakili runtuhan dalam
cekungan.

g. The Pulsating Earth Model


The pulsating earth model explains the different physiographic features by a combination
and contraction. The basins themselves may form during expansion, along with the ocean
ridges, but other features such as island arcs probably formed during shrinking phases.
c. Model Bumi Berdenyut
model bumi berdenyut menjelaskan perbedaan fisiografi dengan kombinasi dan kontraksi.
Cekungan tersebut dapat terbentuk saat terjadi ekspansi bersama dengan punggungan laut,
tetapi bagian lain seperti busur pulau mungkin terbentuk selama fase penyusutan.

h. Plate Tectonic Model


The ocean basins are constantly in a state of simultaneous growth and destruction. Ocean
ridges are places where new basalitic ocean floor basement is brought to the surface from
the mantle. Forces in the mantle spread the ocean basins wider and wider while new basalt
rises to make new ocean floor. In contrast, island arcs and trenches are places where the
ocean floor is returned to the mantle by the process of subduction. The entire process is
much like a gigantic natural recycling mechanism involving the ocean floor.
c. Model Lempeng Tektonik
Cekungan samudera secara konstan berada dalam kondisi pertumbuhan dan kehancuran
yang simultan. Punggungan samudera adalah tempat di mana basement dasar laut basalitik
baru dibawa ke permukaan dari mantel bumi. Kekuatan di mantel bumi menyebarkan
cekungan laut lebih luas lagi. Sementara basalitik baru naik untuk membuat dasar laut
baru. Sebaliknya, busur dan palung pulau adalah tempat di mana dasar laut dikembalikan
ke mantel bumi melalui proses subduksi. Keseluruhan proses ini seperti mekanisme daur
ulang alami raksasa yang melibatkan dasar laut.

3. Mengevaluasi Model
Dari keempat model yang telah disebutkan di atas, model bumi mengembang, model
bumi menyusut, dan model bumi berdetak memiliki kelemahannya masing-masing dalam
penjelasan tentang topografi dari cekungan samudera. Sebagai contoh, model bumi
mengembang tidak menjelaskan mengenai pegunungan laut dan kepulauan tipe Hawaii.
Hanya teori lempeng tektonik yang dibuat berdasarkan pada data yang diperoleh
selama penelitian oseanografi yang dapat menjelaskan bagian-bagian dari cekungan
samudera secara memuaskan.

D. Perspektif: Retakan Galapagos: Jendela di Interior Bumi


The Galapagos rift is an oceanic spreading ridge between the Cocos plate to the north
and the Nazca plate to the south. A large area of hydrothermal vents along the crest of the
Galapagos rift was discovered in 1977. The location listed here is the position of Clambake
vent, which was surrounded by very youthful sediment-free flows of basaltic sheet lava. This
position is at the northern limit of the location error circle for a 1972 earthquake swarm and
only a few kilometers south of a concurrent fish kill that may have been associated with
extrusion of these young flows. Morphology of the flows suggested that they were less than 5
years old. The Galapagos rift at this point consists of a small rift valley 3-4 km wide with
walls 200-250 m high. A low axial ridge formed by the youngest sediment-free lava flows
rises about 20 m above the valley floor, flanked by older marginal ridges. A 2002 expedition
discovered evidence for new lava flows covering markers emplaced in 1990.
The Galaagos II expedition has provided a fascinating insight into the biologic,
chemical, and geologic processes along ocean ridges. The research utilize the research
submarine ALVIN to study a portion of the Galapagos rift. Scientist found that condition on
the ridge were quite different from what they had expect. The sea floor was not barren but
was covered with great numbers of animals. Such consentration of life can survive in cold,
deep, and dark water because of the relationship between the bottom water and the rock
below the sea floor. As the water descend, they become heated and dissolve mineral matter
from the hot rock below the surface. The hot water eventually return to the surface, rich in
minerals and gasses such as hydrogen sulfide, and emerge through fractures and vents on the
sea floor.

Retakan Galapagos adalah punggung lautan yang menyebar antara lempang cocos di
utara dan lempeng Nazca di selatan. Area besar ventilasi hidrotermal di sepanjang puncak
retakan Galapagos ditemukan pada tahun 1977. Lokasi yang disebutkan di sini adalah
ventilasi Clambake yang dikelilingi oleh aliran lava lembaran balistik yang masih muda.
Tempat ini berada di batas utara lingkaran lokasi gempa 1972 dan hanya beberapa kilometer
di selatan dari tempat ikan-ikan mati secara bersamaan yang mungkin telah dikaitkan dengan
ekstrusi aliran ini. Morfologi aliran menunjukkan bahwa mereka berusia kurang dari tahun.
Retakan Galapagos pada titik ini terdiri dari lembah retakan kecil selebar 3-4 km dengan
kedalaman 200-250 m. punggung laut gandar rendah yang dibentuk oleh aliran lava bebas
sedimen termuda naik sekitar 20 m di atas lantai lembah, diapit oleh punggungan marjinal
yang lebih tua. Sebuah ekspedisi pada tahun 2002 menemukan bukti aliran lava baru yang
menutupi penanda yang diletakkan pada tahun 1990.
Ekspedisi Galapagos II telah memberikan pengetahuan menarik tentang proses
biologis, kimia, dan geologi di sepanjang punggungan laut. Penelitian ini memanfaatkan
kapal selam penelitian ALVIN untuk mempelajari sebagian retakan Galapagos. Ilmuwan
menemukan bahwa kondisi di punggung laut sangat berbeda dari apa yang diharapkan. Dasar
laut tidak tandus akan tetapi ditutupi hewan dalam jumlah besar. Kehidupan tersebut dapat
bertahan dalam air yang dingin, dalam, dan gelap karena hubungan antara air bagian bawah
dan batu di bawah permukaan dasar laut. Ketika air turun, air tersebut menjadi hangat dan
melarutkan bahan mineral dari batu panas di bawah permukaan. Air panas akhirnya kembali
ke permukaan dengan kandunan mineral dan gas seperti hidrogen sulfida, dan muncul
melalui patahan dan ventilasi dasar laut.
E. Sumber Daya Laut
Sumber daya laut telah dimanfaatkan oleh manusia bahkan sejak awal kehidupan
manusia di bumi. Sumber daya laut yang dimanfaatkan oleh manusia adalah ikan, kerang,
rumput laut, dan air laut itu sendiri. Ikan dan rumput laut dimanfaatkan untuk bahan pangan.
Kerang dapat diambil mutiara dan cangkangnya untuk perhiasan. Sementara air laut dapat
dimanfaatkan untuk menjadi garam.
Dalam Al-Quran juga dijelaskan mengenai sumber daya yang ada di dalam lautan.
Misalnya dalam surah An-Nahl ayat 14 yang artinya: Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan
lautan (untukmu), agar kamu dapat memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan
kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera
berlayar padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya
kamu bersyukur.
Selain yang telah disebutkan di atas, laut juga memiliki manfaat sebagai media
transportasi yang telah terbukti sejak zaman penjelajahan samudera yang membawa umat
manusia untuk menjelajahi bumi. Demikian juga dengan bangsa Eropa yang datang ke
Indonesia dengan media pelayaran laut.
Daftar Pustaka

Adib. (2019, April 8). Darimana Asal Mula Lautan Itu? Diambil kembali dari Oceanpulse:
https://oceanpulse.id/darimana-asal-mula-laut-itu/#:~:text=Teori%20Asal%20Mula
%20Laut,-Terdapat%20beberapa%20teori&text=Ada%20yang%20mengatakan
%20akibat%20aktivitas,hingga%20lama%20kelamaan%20menjadi
%20lautan.&text=Tabrakan%20antara%20Bumi%20dengan%20kome
Earle, S., & Panchuk, K. (2015). Physical Geology. British Columbia: Thompson River
University.
Galapagos Rift. (t.thn.). Diambil kembali dari Global Vulcanism Program:
https://volcano.si.edu/volcano.cfm?vn=334070
Ludman, A., & Coch, N. K. (1982). Physical Geology. Amerika Serikat: McGraw-Hill Book
Company.
Mus Lim. (2014, Maret 6). POTENSI SUMBER DAYA LAUT DALAM ALQURAN. Diambil
kembali dari MUSLIM BLOG: https://mu5lim.blogspot.com/2014/03/potensi-
sumber-daya-laut-dalam-alquran.html
Plummer, C. C., Carlson, D. H., & Hammersley, L. (2016). Physical Geology. Amerika
Serikat: McGraw-Hill education.
Sumner, D. (2020). Sedimentary Facies. Sediments and Strata.
Wong, T. (2014, May 29). Bagian-Bagian Lantai Samudra. Diambil kembali dari Maverick:
https://4ways-indonesia.blogspot.com/2014/05/bagian-bagian-lantai-samudera-
ocean.html

Anda mungkin juga menyukai