Anda di halaman 1dari 9

Lingkungan Pengendapan Fasies Karbonat

1. Fasies Karbonat
1.1 Prinsip sedimentasi karbonat
Sedimentasi karbonat dihasilkan dari proses organik biokimia pada lingkungan
laut bersih, hangat, dan kedalaman dangkal. Derah tropik dansubtropik dapat
mencerminkan kondisi tersebut. Keadaan tertentu dapat dijadikan sebagai faktor
sedimentasi karbonat, misalkan karena adanya produksi sedimen yang tinggi dan
akumulasi kalsium karbonat dari cangkang organisme. Faktor-faktor yang
mempengaruhi sedimentasi karbonat adalah :
1. Garis lintang dan iklim
Karbonat terbentuk pada keadaan air hangat neritik (0-200 m) yang
terakumulasi pada garis lintang 30° utara dan selatan equator. Umumnya
terbentuk dari pecahan organisme seperti koral, dengan pertumbuhan
terbaik pada kedalaman kurang dari 30° m. Sedimen planktonik terbentuk
pada kedalaman lebih dalam dengan garis lintang 40° utara dan selatan.
Endapan pada air dingin neritik terletak pada 20° - 40°, terbentuk
bryozoa, moluska dan foraminifera. Iklim dapat mengontrol rata-rata
evaporasi atau hujan dan mempengaruhi komposisi air laut.
2. Penetrasi cahaya
Penetrasi cahaya berkurang seiring dengan bertambahnya kedalaman air,
tingginya garis lintang dan berkurangnya kejernihan air. Karbonat tumbuh
pada zona shallow neritik, diatas 10 – 20 m dari permukaan laut. Batas
terendah penetrasi cahaya berkisar antara 100 – 150 m yang merupakan
batas zona euphotic, zona dimana fotosintetik terjadi.
3. Salinitas
Keaneka ragaman dan kelimpahan organisme laut terdapat pada salinitas
normal marine yaitu 30 – 40 ppt (normal air laut sekitar 32 – 36 ppt).
4. Butiran Karbonat : asal mula dan fungsi, bentuk ukuran dan mineralogi.
Sedimentasi karbonat diklasifikasikan kedalam :
 Butiran skeletal diproduksi oleh organisme dan komposisi atau mineralogi
dari butiran merefleksikan organisme secara biologi, biofisik – biokimia
pada sebagian mineralogi. Komponen skeletal terdiri dari tumbuhan dan
hewan, dimana tumbuhan umumnya calcareous alga yang berfotosintesis,
dan cangkang hewan intervetebrata dalam karbonat. Prinsip mineralogi
dari organisme karbonat adalah kalsit dan aragonit.
 Butiran non skeletal dibentuk dari faktor fisika, kimia dan biologi dalam
lingkungan tertentu. Beberapa tipe butiran non skeletal yaitu lithoclast,
ooids, peloids, dan pellets. Butiran non skeletal tidak dibentuk oleh
pertumbuhan secara biologi dari cangkang tumbuhan maupun hewan.
Lumpur karbonat (carbonate mud) terdiri dari butiran yang memiliki ukuran
kurang dari 62 microns, termasuk lempung dan lanau.

1.2 Sistem dan lingkungan pengendapan karbonat


1.2.1 Morfologi Carbonate platform
Wilson (1975) membagi dua morfologi karbonat : carbonate ramp dan
carbonate platform. Ramp memiliki struktur relief yang rendah dimana dip yang
mengarah kecekungan memilliki sudut kurang lebih 1°. Karbonat berkembang
dari darat ke laut dengan kedalaman berkisar antara 100 – 150 m. Profil ramp
dipengaruhi oleh arus dan gelombang yang mempengaruhi juga pertumbuhan
karbonat. Secara umum sedimen teragitasi gelombang nearshore sehingga
semakin dalam air, terbentuk endapan dengan energi rendah.
Carbonate platform memiliki struktur relief yang tinggi dimana dip
perlahan-lahan mengarah ke cekungan dari batas carbonate shelf. Nilai slope
antara 10°-30° menurun kearah cekungan, tetapi secara lokal reef dapat turun
mencapai 90°. Morfologi carbonate platform dipengaruhi oleh hasil sistem
pengendapan platform, dimana morfologi platform ini termasuk kedalam salah
satu susunan rangkaian fasies.
1.2.2 Model pengendapan karbonat
Model pengendapan karbonat menggambarkan hubungan secara lateral
dari lingkungan sedimen yang sama dengan lingkungan karbonat pada waktu itu.
Pendekatan yang digunakan dalam mempelajari model pengendapan karbonat
adalah :
1. Menghubungkan sedimen karbonat yang terbentuk karena faktor-faktor
fisika (gelombang, arus dan penurunan muka air laut), biologi (organisme
dan nutrisi) dan kimia ( salinitas dan temperatur) dengan faktor karbonat
yang bermacam-macam pada lingkungan laut modern, yaitu determinasi
prinsip lingkungan pengendapan.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi lingkungan pengendapan sedimen,
seperti tekstur, struktur sedimen tipe butiran skeletal dan non skeletal, dan
kehidupan organisme dan pendeterminasian fasoes kunci sedimentasi atau
litologi batuan dan hubungan fasies secara lateral.
3. Hubungan fasies dari lingkungan pengendapan secara lokal menuju
kerangka geologi secara regional dan hubungan secara lateral dari
lingkungan pengendapan yang sama.
4. Mempertimbangkan bagaimana lingkungan pengendapan akan merespon
perubahan muka air laut, subsidence, dan perubahan iklim seperti pada
rangkaian fasies.
Selain itu suatu proses pengendapan dapat terjadi dalam suatu siklus
pengendapannya (parasikuen) :
 Progradasi, dimana bagian atas rangkaian parasikuen terdiri dari fasies
yang diendapkan lebih dangkal daripada bagian atas parasikuen
dibawahnya. Dengan kata lain pola susunan ini terjadi dimana setiap
parasikuen yang progresif lebih muda diendapkan lebih jauh ke dalam
cekungan. Pola susunan ini terjadi apabila kecepatan akomodasi lebih
kecil daripada kecepatan pengendapan.
 Agradasi, dimana bagian atas rangkaian parasikuen terdiri dari fasies yang
diendapkan pada kedalaman sama dengan bagian atas parasikuen
dibawahnya. Dengan kata lain pola susunan ini terjadi dimana setiap
parasikuen yang progresif lebih muda sudah diendapkan satu diatas
lainnya tanpa adanya pergeseran lateral yang berarti kearah daratan atau
kearah cekungan. Pola susunan ini terjadi apabila kecepatan akomodasi
sama dengan kecepatan pengendapan.
 Retrogradasi, dimana bagian atas rangkaian parasikuen terdiri dari fasies
yang diendapkan lebih dalam daripada bagian atas parasikuen dibawahnya.
Dengan kata lain pola susunan ini terjadi dimana setiap parasikuen yang
progresif lebih muda sudah diendapkan jauh kearah daratan walaupun
parasikuen individu itu prograde dan mendangkal keatas. Suatu pola
susunan progradasional terjadi apabila kecepatan akomodasi lebih besar
daripada kecepatan pengendapan.
1.2.3 Pembagian sistem lingkungan pengendapan karbonat
Proses dasar sedimentasi karbonat dan pertumbuhan fasies secara lateral
adalah disebut sebagai model standard facies belt (Wilson, 1975). Konsep facies
belt memberikan perkiraan untuk memahami pola fasies. Facies belt dirangkaikan
secara lateral berdasarkan faktor-faktor carbonat platform. Hubungan facies belt
secara lateral dibagi kedalam beberapa pola berdasarkan karakteristik model
standard carbonate facies belt dari Wilson (1975).
Berikut ini pembagian standard carbonate facies belt mulai dari offshore
hingga onshore :
1. Fasies cekungan (basin facies), dimana air sangat gelap dan dingin untuk
produksi bentonik yang berlimpah pada karbonat. Karbonat pada fasies ini
dipengaruhi oleh butiran yang halus atau butiran yang bersifat silika dan
bahan organik, membentuk karbonat yang berlaminasi dan clay mudstone.
2. Fasies paparan laut terbuka (open marine shelf fasies), terdiri dari sedimen
yang diendapkan pada sirkulasi dan pada kedalaman dimana masih
terdapat kandungan oksigen atau yang mempuyai salinitas normal tetapi
dibawah dasar gelombang dengan suhu yang cukup. Karbonat pada fasies
ini berupa wackstone dengan banyak fosil yang beaneka ragam, bioturbasi,
bergelombang, atau lapisan-lapisan nodular. Lapisan dicirikan oleh bentuk
tabular atau lentikular, dapat berupa jejak untuk beberapa meter, lapisan
yang lebih tebal dan lebih tipis berselingan, permukaan lapisan umumnya
menonjol, dengan unit calcareous shale atau unit shale antar lapisan yang
lebih tipis.
3. Fasies batas cekungan (basin-margin (base of slope) facies), sama dengan
fasies pada paparan tetapi dibentuk pada batas dari lingkungan karbonat
pada air yang dangkal. Lapisan tebalnya, berupa mudstone yang berwarna
gelap dan terang, umumnya bersifat chert, mengandung bahan skeletal dan
blok-blok yang berasal dari upslope.
4. Paltform foreslope facies, diendapkan diatas slope yang curam pada
bagian sayap carbonate platfom. Sedimen berupa skeletal wackstone dan
packstone, mungkin dengan blok-blok dari tempat lain yang terjadi akibat
longsoran atau aliran struktur sedimen.
5. Platform-margin organic reef or mound, pada kedalaman yang dangkal
dengan dipengaruhi gelombang. Karbonat pada fasies ini terdiri dari
boundstone dengan sebagian kecil grainstone dan packstone. Tidak
banyak berlapis tetapi permukaan yang terbuka dapat berkembang sebagai
hasil perubahan muka air laut atau subsiden yang perlahan.
6. Platform bars & ridges, terdiri dari karbonat yang mengandung pasir yang
berasal dari channels akibat aliran, sapuan gelombang pada bar dan pantai,
dan aeolian. Skeletal berwarna terang dan tipe ooid grainstone cross
bedded.
7. Open platform facies (lagoon), terdapat pada sirkulasi air yang normal
atau salinitas yang mendekati normal. Karbonat yang dapat terbentuk pada
fasies ini diantaranya grainstone, packstone, wackstone dan mudstone,
dimana dapat menunjukan keanekaragaman lingkungan, dengan ciri-ciri
bioturbasi atau cross bedded. Keaneka ragaman biota mengkarakteristikan
lingkungan paparan terbuka.
8. Restricted platform facies, umumnya hypersalin, kemungkinan lagoon dan
tidal flats terdapat pada kedalaman air dengan kandungan oksigen rendah.
Sedimen disini merupakan dolomitisasi lengkap peloid packstone,
stromatolite boundstone, skeletal wackstone dan mudstone. Beberapa
sedimen merupakan cross bedded, beberapa lagi merupakan bioturbasi dan
kemungkinan kemasnya berbentuk fenestral. Ciri-ciri fauna terbatas,
umunya terdiri dari foraminifera, ostrakoda, dan gastropoda kecil.
Beberapa individu tidak berkembang atau terdeformasi, hal ini mencirikan
lingkungan dengan tekanan tinggi.
9. Platform evaporite facies (sabkha), pada zona supratidal yang kering.
Sedimen biasanya dolomit yang berlapis dan anhidrit atau gypsum
nodular. Perubahan musim dan angin dapat membawa air laut menuju
daratan yang kering, membentuk sedikit endapan dari presipitasi halit atau
anhidrit atau lumpur karbonat yang paling halus. Kemungkinan
membentuk material terrigeneous akibat hembusan angin.
1.2.4 Siklus sedimentasi karbonat
Siklus sedimentasi merupakan elementa stratigrafi yang penting pada
carbonate platform. Siklus dari rangkaian sedimentasi secara vertikal dalam
lingkungan karbonat dangkal, mulai dari platform tidal flats bagian dalam sampai
platform sand shoals bagian luar, island dan reef. Siklus-siklus ini memiliki
ketebalan kurang dari beberapa meter, tetapi kadang-kadang dapat lebih dari
sepuluh meter. Siklus-siklus ini merupakan hasil dari produksi yang berlebih dari
faktor sedimentasi karbonat dan berkembang paling baik dalam lingkungan
normal hingga dangkal.
Sedimentasi karbonat lebih dicirikan oleh akumulasi sedimennya
dibandingkan dengan rata-rata penurunan platform. Hasil ini mengalami proses
migrasi secara lateral dalam lingkungan shoreface. Sedimen terdistribusikan
kembali dari platform menuju lagoon dan open platform, sampai slope dan
cekungan. Angin, gelombang, dan arus pasang surut adalah proses palig aktif yang
mempengaruhi perpindahan sedimen dalam air dangkal. Akumulai akhir
tergantung dari faktor-faktor lokal, seperti topografi yang berkembang sekarang,
aliran arus bawah laut secara lokal, dan orentasi arah angin pada platform. Secara
umum sedimen berpindah pada keadaan dimana energi berkurang (gelombang
energi rendah relatif terhadap tempat sedimen dihasilkan). Keadaan ini terdapat
pada lingkungan backreef atau forereef, atau shoreface yang paling rendah pada
daratan atau pasir pantai.
Hasil sedimen yang berlebih diakomodasikan oleh perpindahan fasies
secara lateral sebagai sedimen yang mengisi permukaan air laut atau sebagai
kontrol besar kecilnya perubahan yang terjadi, yaitu posisi relatif pada permukaan
air laut. Dalam rangkaian secara vertikal, lagoon dan sedimen platform terluar
diikuti oleh intertidal kemudian sedimen supratidal. Rangkaian vertikal dari
lingkungan sedimentasi ini disebut sebagai siklus pendangkalan keatas
(shallowing upward cycle). Hal ini merupakan dasar penggambaran dari
carbonate platform dan dapat dijadikan kunci pemodelan reservoir yang
mengontrol distribusi reservoir. Siklus pengendapan keatas ini merupakan siklus
umum sepanjang proses perekaman geologi. Ciri siklus ini secara vertikal
memiliki ketebalan dari 10 -100 m pada carbonate platform dikontrol oleh
produksi sedimen dan ruang akomodasi, perpindahan fasies, platform subsidence
dan fluktuasi muka air laut yang tinggi.
Siklus karbonat dapat juga merupakan pendalaman ke arah atas
(deepening upward). Tipe ini terjadi pada situasi tertentu dimana produksi
sedimen rendah karena kenaikan muka air laut yang sangat cepat. Rata-rata
akumulasi sedimen sangat rendah dibandingkan pembentukan ruang akomodasi
atau sama sekali tidak terjadi akumulasi sedimen, kondisis ini karena sedikit atau
tidak adanya produksi sedimen, oleh karena itu akumulasi sedimen sangat kecil.
Pada kasus ini sedimen yang diproduksi tidak cukup untuk mengisi atau menjaga
kedudukan permukaan air laut (kenaikan dasar dan permukaan air laut) sehingga
batas antara darat dan laut berpindah lebih mengarah ke darat dan fasies berpindah
menuju darat melewati platform. Hasilnya merupakan pendalaman atau
penurunan rangkaian sedimentasi secara vertikal.
Karakter dasar dari siklus pendangkalan ke atas adalah perubahan
lingkungan sedimentasi secara vertikal dari yang paling dalam hingga yang paling
dangkal. Idealnya siklus ini memiliki beberapa tahapan secara vertikal yang
berhubungan dengan lingkungan sedimentasinya. Hal ini terjadi pada platform
terdalam, tidal flat, dengan energi rendah dan patch reef dan platform terluar,
pantai dengan energi tinggi dan reef atau terumbu. Komposisi sedimen dan tekstur
mendefinisikan lithofasies, dan membantu untuk mengetahui tipe siklus yang
berbeda dan posisinya pada platform.
Beberapa lingkungan sedimentasi (secara vertikal) terjadi karena
berpindahnya sedimen secara lateral dari intertidal menuju subtidal. Rangkaian
vertikal lithofacies menunjukan bahwa lingkungan sedimentasi ini secara lateral
sering berhubungan satu sama lain. Hal ini merupakan prinsip dasar
sedimentologi, sesuai dengan hukum Walter, membantu untuk menghubungkan
rangkaian vertikal terhadap posisi lateral atau terhadap lingkungan
sedimentasinya.
Proses perubahan secara lateral (progradasi) dapat disamakan dengan
daratan yang terisolasi tetapi dalam skala yang lebih kecil. Rangkaian vertikal
beberapa siklus pendangkalan ke atas dihasilkan oleh perulangan perpindahan
secara lateral pada tidal flat. Tetapi rangkaian ini dipengaruhi oleh fluktuasi muka
air laut yang kecil. Penurunan muka air laut yang kecil dapat menyebabkan
perpindahan secara lateral (progradasi), tetapi kenaikan muka air laut yang kecil
dapat menyebabkan tenggelamnya platform dan menyebabkan tidal flat terletak
pada flatform bagian dalam. Diperbaharuinya hasil sedimen dalam lagoon akan
mengirim sedimen pada tidal flat dimana seluruh proses akan berulang.
Tubuh pasir sebagai batas antara darat dan laut yang memiliki energi
tinggi pada flatform terluar merespon perubahan muka air laut dengan proses
yang sama pada tidal flatform terdalam. Pasir dapat bertambah menuju sedimen
lepas pantai dan mungkin menuju lagoon (patch reef). Reef pada platform terluar
dapat menunjukan perubahan dari kumpulan reef yang dalam ke dangkal sebagai
reef yang tumbuh pada pasir yang dangkal. Pada sikuen yang ideal, atau model,
untuk suatu siklus terumbu dapat menunjukan rangkaian vetikal dari berbagai
macam tahapan terumbu. Rangkaian siklus dapat dimulai dari tahapan terumbu
pada kedalaman paling dangkal. Dalam hal ini, ilustrasi tersebut memperlihatkan
rangkaian terumbu lengkap yang diakhiri oleh tahapan terumbu air dangkal dan
dipisahkan ole subaerial exposure surfaces. Penurunan muka air laut yang kecil
menyingkap terumbu, dan menghentikan pertumbuhannya secara lokal, tetapi
mungkin juga terumbu tersebut berpindah ke arah posisi laut yang lebih sehat
pada flatform.
Siklus sedimentasi karbonat pendangkalan ke arah atas berkembang
karena rata-rata produksi sedimen melebihi rata-rata ruang yang dibentuk untuk
akumulasi sedimen (fungsi rata-rata perubahan relatif muka air laut). Produksi
sedimen tertiggi memberi pengaruh terhadap batas antara darat dan laut pada tidal
flat, pantai atau terumbu untuk berpindah. Pada kedudukan gelombang terumbu
energi tinggi, pertumbuhan koral yang berlebih mengalami runtuhan yang
diendapkan pada forereef untuk menjaga aktivitas gelombang dan perkembangan
terumbu semakin meluas.
Sedimen karbonat tidak selalu terbentuk akibat endapan hasil siklus jika
rata-rata akumulasi sedimen sama dengan rata-rata ruang akomodasinya. Situasi
ini umumnya terjadi pada lagoon paling dalam atau platform terbuka, dimana
memiliki kedalaman yang mencukupi atau pengurangan energi yang cukup
sehingga akumulasi sedimen tidak terpengaruh oleh frekuensi tinggi, perubahan
muka air laut dengan amplitudo rendah. Hal ini menghasilkan rangkaian vertikal
lithofacies sedimen yang sama. Hal ini dapat terjadi pada beberapa situasi
terumbu dangkal dan daratan, ketika sedimen bertambah, atau menerus sesuai
dengan kenaikan muka air laut. Rendahnya hasil produksi sedimen terjadi karena
penurunan atau berhentinya perumbuhan terumbu.
Hubungan antara produksi karbonat dengan respon sedimen terhadap
siklus atau skala stratigrafi platform adalah digambarkan untuk beberapa tahapan.
Jika produktivitas karbonat tinggi, sedimentasi karbonat dapat tetap tumbuh
dengan atau tanpa pengaruh perubahan muka air laut dimana tahapan ini
memproduksi pertambahan rangkaian dan tidak ada siklus yang jelas. Jika
permukaan air laut stabil, fasies sedimen akan bertambah atau fasies bergeser
menuju laut melewati batas platform atau tumbuh melewati lagoon. Dalam
tahapan dimana produksi sedimen berkurang, permukaan sedimen harus tetap
berada di atas permukaan laut dan darat. Akhirnya, pertumbuhan sedimen yang
rendah diawali oleh penurunan dan siklus pendalaman ke arah atas.

Anda mungkin juga menyukai