Anda di halaman 1dari 11

1

Rancangan Desain Instruksional sebuah produk tentang rencana


Instruksional yang berisi perencanaan instruksional (blue print) untuk
pengembangan  bahan instruksional dan media yang akan digunakan untuk
mencapai tujuan. Hasil dari rancangan desain Instruksional berupa bahan
Instruksional dan media serta material Instruksional. Tahapan yang digunakan
merancang desain Instruksional yaitu perencanaan, pengembangan, evaluasi, dan
management proses.
Untuk merancang desain Instruksional model dick carey mengikuti
langkah-langkah yang telah ditetapkan. Ada sepuluh langkah dasar dalam
mengembangkan desain Instruksional menurut dick and carey. Langkah ketiga
adalah menganalisis pembelajar dan konteks yang akan dibahas dalam papper ini.

1. Menganalisis Pembelajar Dan Konteks (Analyze Learner and Context)


Kenyataan di lapangan banyak ditemui adanya ketidakcocokan antara
Instruksional dengan kemampuan pebelajar, dengan lingkungan tempat belajar
dan dengan lingkungan setelah pembelajar menggunakan keterampilan. Oleh
karena itu perancang tidak hanya menganalisis dan menentukan apa yang akan
diajarkan, tetapi juga menganalisis karakteristik dari peserta didik, konteks di
mana belajar akan dilakukan, dan konteks di mana keterampilan pada akhirnya
akan digunakan. Untuk keperluan ini kita melakukan analisis pembelajar dan
analisis konteks.
Alasan lain bagi perancang untuk menganalisis pembelajar dan konteks
adalah bahwa analisis ini tidak dapat dilakukan dalam satu kantor. Desainer harus
berbicara dengan pembelajar, instruktur, dan manajer; mereka harus mengunjungi
ruang kelas, fasilitas pelatihan, dan peserta didik tempat kerja untuk menentukan
keadaan di mana peserta didik akan mendapatkan dan menggunakan keterampilan
baru mereka.
Untuk melakukan analisis pembelajar dan konteks ada tiga analisis yang
dilakukan, yaitu analisis pembelajar, analisis konteks performansi dan analisis
konteks learning.
2

1.1. Menganalisis Pembelajar (Analyze Learner)


Sebelum kita membahas analisis pembelajar, baik kita tahu dulu siapa
pembelajar dalam desain yang akan dibuat. Pembelajar disini kadang disebut
sebagai populasi target atau kelompok sasaran. Kita akan mengacu pada pebelajar
ini sebagai target population yaitu mereka adalah orang-orang yang akan dikenai
Instruksional secara tepat.
Kadang-kadang target populasi juga disebut sebagai tujuan sasaran atau
kelompok sasaran. Hal ini disebut menggunakan deskriptor seperti usia, tingkat
kelas, topik yang dipelajari, pengalaman kerja, atau posisi pekerjaan/ jabatan.
Sebagai contoh, satu perlengkapan bahan mungkin ditujukan untuk suatu sistem
program, kelas lima merupakan kelas tingkat membaca, kelompok menengah,
atau tingkat sekolah tinggi. Contoh-contoh ini adalah jenis dari deskripsi yang
biasanya tersedia untuk bahan pengajaran. Namun desainer instruksional harus
memahami penjelasan umum dan lebih spesifik tentang keterampilan yang
dibutuhkan oleh peserta didik untuk siapa bahan yang ditujukan.
Hal ini penting untuk membuat perbedaan antara target populasi dan apa
yang disebut sebagai uji coba terhadap peserta didik. Target populasi adalah
representasi abstrak dari jangkauan terluas mungkin semua pengguna, seperti
mahapeserta didik, peserta didik kelas desainer untuk instruksi yang akan
dikembangkan. Hal ini diasumsikan bahwa uji coba peserta didik terhadap
anggota target populasi.
Informasi yang dibutuhkan oleh perancang pembelajaran adalah berkaitan
dengan: (1) perilaku masukan, (2) pengetahuan awal pada topik, (3) sikap
terhadap konten dan sistem penyampaian yang potensial (4) motivasi akademik,
(5) tingkat pendidikan dan kemampuan, (6) kecenderungan belajar secara umum,
(7) sikap terhadap pengorganisasian pembelajaran, dan (8) karakteristik kelompok
(Umamah, 2012:35).
1) Perilaku Masukan
Sebelum memulai instruksi/pembelajaran, anggota populasi harus sudah
menguasai keahlian tertentu (yaitu perilaku masukan) yang terkait dengan tujuan
pembelajaran. Sumber penelitian juga membahas karakteristik lain dari peserta
3

didik, dikategorikan sebagai khusus atau umum yang mendasar, yang


berhubungan dengan pengetahuan peserta didik, pengalaman, dan sikap. Ini juga
mempengaruhi hasil dari pembelajaran peserta didik.
2) Pengetahuan Awal Pada Topik
Pada dasarnya penting untuk menentukan apa yang sudah diketahui
tentang topik yang akan diajarkan, terkadang peserta didik benar-benar tidak
menyadari atau kurang memahami pengetahuan tentang subjek yang dipelajari.
Selanjutnya, peserta didik hanya memahami sebagian atau kesalahpahaman
tentang topik tersebut. Ketika kita mengajar, peserta didik dapat mencoba untuk
menafsirkan apa mereka pahami dan yang mereka ketahui dari pembelajaran
sebelumnya. Mereka membangun pengetahuan baru dengan didasari pemahaman
mereka sebelumnya, karena itu, sangat penting bagi para desainer untuk
menentukan jangkauan dan sifat dari pengetahuan peserta didik sebelumnya.
3) Sikap Terhadap Konten dan Sistem Penyampaian yang Potensial
Peserta didik mungkin memiliki kesan atau sikap tentang topik yang akan
diajarkan dan bahkan mungkin bagaimana pembelajaran akan disampaikan.
Contoh, target populasi tidak tertarik dalam penguasaan rumus-rumus dan teknik-
teknik yang diperlukan dalam listrik karena mereka tidak tertarik. Mereka akan
tertarik belajar terhadap keterampilan-keterampilan baru jika perusahaan
menyediakan mereka dengan personal digital assistant (PDA) yang akan
mensinkronisasikan file-file dengan komputer. Para desainer harus menentukan,
dari sampel perlengkapan pembelajar, berbagai pengetahuan pengalaman
sebelumnya, dan sikap terhadap isi materi yang tercakup dalam instruksi/
pembelajaran. Desainer juga harus menentukan harapan pembelajar tentang
bagaimana instruksi/pembelajaran yang akan disampaikan.
4) Motivasi Akademik
Banyak pengajar mempertimbangkan tingkat motivasi pembelajar sebagai
faktor yang paling penting dalam pembelajaran yang sukses. Guru
mengungkapkan bahwa ketika peserta didik memiliki sedikit motivasi atau
ketertarikan terhadap topik, pembelajaran tidak akan berlansung baik. Keller
(1987) mengembangkan model berbagai jenis motivasi yang diperlukan untuk
4

belajar sukses, dan ia menyarankan bagaimana menggunakan informasi ini untuk


merancang pengajaran yang efektif. Model Keller disebut model ARCS
(perhatian, relevansi, kepercayaan diri, dan kepuasan). Model ini akan dibahas
secara rinci dalam bab tentang strategi pembelajaran; itu akan digunakan di sini
untuk menunjukkan bagaimana untuk mendapatkan informasi dari peserta didik
selama analisis peserta didik.
Keller menyarankan untuk menanyakan beberapa pertanyaan kepada
peserta didik seperti ini: seberapa relevennkah tujuan instruksional pembelajaran
ini terhadap kebutuhan peserta didik? Aspek-aspek apa saja yang harus dipenuhi
didalamnya? Seberapa yakin peserta didik dapat berhasil untuk melakukan tujuan?
Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan ini akan memberikan wawasan pada target
populasi dan ke arah masalah pada desain pembelajaran. Hal ini penting untuk
mengetahui bagaimana peserta didik rasakan sebelum Anda merancang instruksi
atau mendesain pembelajaran. Kami akan membahas implikasi dari motivasi
akademik pelajar dan menjelaskan prosedur untuk mengumpulkan data motivasi
setelah mempertimbangkan karakteristik yang lebih umum dari peserta didik.
5) Tingkat Pendidikan dan Kemampuan Peserta didik
Tentukan tingkat prestasi dan kemampuan umum peserta didik. Informasi
ini akan memberikan wawasan ke dalam jenis pengalaman instruksional. Mereka
mungkin memiliki kemampuan tertentu dan mungkin kemampuan mereka dapat
memberikan pendekatan baru dari yang berbeda berdasarkan instruksi
pembelajaran.
6) Pemilihan Cara Pembelajaran atau Pembelajaran yang disukai
Cari tahu tentang keterampilan populasi yang menjadi sasaran belajar dan
pemilihan pembelajaran umum mereka untuk mencari cara baru belajar. Dalam
kata lain, apakah pembelajar terpaku pada pendekatan diskusi kuliah/ceramah
untuk belajar, atau mereka sukses dengan cara seminar kelas, studi kasus,
kelompok kecil pembelajaran berbasis masalah? Banyak telah ditulis tentang
“gaya belajar” dan menilai gaya pribadi peserta didik belajar sehingga
pembelajaran yang dapat disesuaikan untuk efektivitas maksimum pembelajaran.
Penelitian menunjukkan bahwa gaya peserta didik dapat diidentifikasi, tetapi gaya
5

seperti itu sering berasal dari ekspresi pelajar berdasakan pengalaman pribadi
pada sasat mendengarkan, melihat, membaca, diskusi kelompok kecil, dan
sebagainya.
7) Sikap Peserta didik terhadap Organisasi Pelatihan atau Pendidikan
Tentukan sikap terhadap populasi sasaran kelompok saat instruksi
pembelajaran. Apakah mereka pandangan, positif baik dari managemen maupun
rekan-rekan mereka, atau mereka agak kurang merespon tentang kepemimpinan
seseorang dan kemampuan mereka untuk pembelajaran yang sesuai? Mereka
dengan sikap positif tentang kelompok dan rekan-rekan mereka yang lebih
cenderung untuk menggunakan keterampilan.
8) Karakteristik Kelompok
Sebuah analisis yang cermat dari peserta didik akan memberikan beberapa
informasi tambahan yang dapat berpengaruh dalam desain pembelajaran. Yang
pertama adalah tingkat heterogenitas atau keberagaman dalam populasi sasaran
terhadap variabel-variabel penting. Jelas, mencari cara untuk memahami
keragaman sangat penting. Hal ini tidak hanya menerima deskripsi mengenai
peserta didik, hal ini membutuhkan interaksi dengan peserta didik untuk
mengembangkan kesan dari apa yang diketahui peserta didik dan yang mereka
butuhkan.
Variabel ini akan digunakan peserta didik untuk memilih dan
mengembangkan tujuan untuk pembelajaran, dan hal tersebut akan mempengaruhi
berbagai komponen dari strategi instruksional. Mereka akan membantu desainer
mengembangkan strategi motivasi untuk pembelajaran dan akan menyarankan
berbagai jenis contoh yang dapat digunakan untuk mengilustrasikan poin-poin
tertentu, cara-cara bagaimana pembelajaran dapat (atau tidak mungkin) akan
diberikan atau cara untuk membuat praktek keterampilan yang relevan bagi
peserta didik .
Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk menganalisis peserta didik.
Salah satunya adalah mengunjungi sekolah untuk melakukan interview terstruktur
dengan kepala sekolah, guru dan peserta didik. Hasil interview akan memberikan
6

masukan yang berguna tentang perilaku masukan peserta didik, tujuan personal,
sikap terhadap konten dan organisasi dan tingkat keterampilan yang dimiliki.
Selama kunjungan sekolah perancang dapat mengobservasi performansi
peserta didik dan konteks pembelajaran. Di samping itu juga bisa menggunakan
survey dan daftar pertanyaan untuk mendapatkan informasi tentang minat peserta
didik, tujuan, sikap, dan laporan keterampilan. Sebagai tambahan laporan
keterampilan bisa dilakukan pra-tes untuk mengidentifikasi perilaku masukan,
pengetahuan awal dan keterampilan terkini.

1.2. Analisis Konteks Performansi (Analysis of Performance Context)


Analisis Kontek Performasi adalah analisa untuk mengetahui lingkungan
pebelajar dimana  akan menerapkan keterampilan tersebut. Berdasarkan perspektif
konstruktif, analisa konteks yang dilakukan secara benar dapat membantu para
perancang dalam menciptakan elemen-elemen yang tepat dalam lingkungan
belajar dan membantu pebelajar dalam mengembangkan konsep yang optimal
untuk belajar dan mengingat.
Perancang harus konsen pada pengaturan karakteristik yang meliputi
keterampilan dan pengetahuan yang akan digunakan. Pengajaran yang
menyenangkan merupakan bagian yang integral, yang berkaitan dengan analisa
kebutuhan. Analisa kebutuhan berdasarkan pada idenfikasi permasalahan kinerja
yang dapat diselesaikan melalui pengajaran. Pengajaran harus memberikan
kontribusi terhadap keterampilan dan sikap pebelajar yang akan digunakan, jika
tidak di tempat kerja, hal ini bisa diterapkan di ruang kelas. Oleh karena itu
seorang perancang harus mengetahui lingkungan pebelajar yang mana para
pebelajar akan menerapkan keterampilan tersebut. Beberapa konteks pada seting
performansi yang memerlukan analisis meliputi : (1) dukungan manajerial dan
supervisor, (2) Menganalisis konteks fisik dimana keterampilan akan digunakan,
(3) Aspek sosial dalam situs, (4) Relevansi keterampilan dengan tempat kerja
(Umamah, 2012:36).
Berdasarkan perspektif konstruktif, analisa konteks yang dilakukan secara
benar dapat membantu para perancang dalam menciptakan elemen-elemen yang
7

tepat dalam lingkungan belajar dan membantu pebelajar dalam mengembangkan


konsep yang optimal untuk belajar dan mengingat.
1) Dukungan Manajerial dan Supervisor
Kita harus belajar tentang pengorganisasian yang mendukung terhadap
pengharapan pebelajar untuk menerima keterampilan-ketrampilan tersebut.
Penelitian menegaskan bahwa satu indikator kuat dalam penggunaan keterampilan
baru tersebut adalah pengaturan (disebut Transfer of training) yang harus diterima
oleh pebelajar.
2) Aspek Fisik
Aspek kedua dari analisa konteks adalah aspek fisik dimana keterampilan
tersebut akan diterapkan. apakah mereka menggunakannya berdasarkan
perlengkapan, fasilitas, peralatan, waktu, atau sumber-sumber yang lain ? Data-
data ini dapat digunakan untuk merancang sebuah pelatihan sehingga
keterampilan tersebut dapat diterapkan pada lingkungan atau situasi yang mirip
dengan tempat kerja.
3) Aspek Sosial
Pemahaman terhadap konteks sosial dimana keterampilan tersebut
diterapkan merupakan point yang penting untuk merancang pengajaran yang
efektif. Dalam menganalisa aspek sosial tersebut, beberapa pertanyaan yang
relevan dapat diajukan yaitu: apakah pebelajar bekerja sendiri atau merupakan
amggota tim? Apakah pebelajar bekerja secara mandiri atau apakah mereka
bekerja mempresentasikan konsep atau ide nya dalam pertemuan staf atau
supervisor ? apakah keterampilan yang dipelajari berguna dalam organisasi
tersebut atau apakah pebelajar tersebut merupakan orang pertama ?
4) Keterampilan Yang Relevan Dengan Tempat Kerja
Untuk memastikan bahwa keterampilan baru yang akan diterima oleh pebelajar
sesuai dengan kebutuhan yang sudah diidentifikasi, kita seharusnya
memprediksikan keterampilan-ketrampilan yang relevan yang akan dipelajari oleh
pebelajar tersebut dengan situasi tempat mereka bekerja.
Walaupun beberapa analisis instruksional dapat dilakukan di kantor, tetapi
analisis konteks tetap membutuhkan para perancang untuk melakukan
8

pengamatan mengamati kondisi yang sesuai. Pengamatan-pengamatan ini akan


mempengaruhi keseluruhan bagian proyek di masa yang akan datang, karena
mereka tidak hanya memberikan informasi penting pada proyek melalui input
langsung, tetapi juga memperkuat keahlian dan wawasan perancang. Tujuan dari
kunjungan ini adalah untuk mengumpulkan data dari para siswa dan pengelola
yang potensial dan mengamati lingkungan kerja, dimana keahlian-keahlian baru
akan digunakan.
Prosedur yang bisa digunakan untuk mengumpulkan data menggunkan
interview dan observasi. Outout yang akan dihasilkan berupa (1) deskripsi
lingkungan fisik dan organisasi, dimana keterampilan baru akan digunakan, dan
(2) daftar beberapa faktor khusus yang mungkin dapat memfasilitasi peserta didik
dalam menggunakan keterampilan barunya (Umamah, 2012:36).

1.3. Analisis Konteks Lingkungan Pembelajaran (Analysis of Learning


Environment)
Terdapat dua aspek untuk analisis konteks pembelajaran, yaitu
menentukan apa dan bagaimana seharusnya. Apa di sini adalah suatu tinjauan
kondisi yang mana instruksi tersebut terjadi. Hal ini mungkin hanya terjadi di satu
lokasi, seperti suatu pusat pelatihan bersama, atau salah satu dari banyaknya
lokasi yang dihadiri oleh seorang klien. Bagaimana seharusnya di sini dapat
berupa fasilitas, perlengkapan, dan sumber yang cukup mendukung instruksi yang
diinginkan. Dalam analisis konteks pembelajaran, fokusnya meliputi unsur-unsur
berikut ini: (1) kesesuaian lokasi dengan kebutuhan instruksional. (2) penyesuaian
lokasi untuk mendorong aspek-aspek lokasi kerja atau lokasi pelaksanaan, (3)
penyesuaian lokasi untuk menggunakan beragam strategi instruksional dan
pelatihan pendekatan penyampaian, dan (4) hambatan-hambatan yang muncul,
sehingga dapat mempengaruhi rancangan dan penyampaian instruksi. Paragraf
berikut akan menguraikan secara singkat masing-masing bidang ini.
a. Penyesuaian lokasi dengan Kebutuhan Instruksional
Dalam pernyataan sasaran instruksional yang dirancang pada tahap awal
model ini, peralatan dan item pendukung lainnya juga diperlukan untuk
9

menunjukkan sasaran yang disusun. Apakah lingkungan pembelajaran


yang Anda kunjungi mencakup sasaran-sasaran ini? Dapatkah lingkungan
tersebut sesuai dengan sasaran yang ada?
b. Penyesuaian Lokasi untuk Mendorong Lokasi Kerja
Persoalan lain adalah penyesuaian lingkungan pelatihan dengan
lingkungan kerja. Dalam lingkungan pelatihan, suatu upaya yang harus
dilakukan untuk mendorong faktor-faktor dari lingkungan kerja yang
secara kritis memang untuk ditampilkan. Apakah hal tersebut
memungkinkan untuk dilakukan dalam konteks pelatihan yang telah
dirancang? Apakah yang harus diubah atau ditambahkan?
c. Penyesuaian untuk Pendekatan
Penyampaian Susunan kebutuhan peralatan dari pernyataan sasaran
menunjukkan bagaimana seharusnya berkaitan dengan konteks
pembelajaran, dan juga, konteks pelaksanaan.
d. Batasan-batasan Lokasi Pembelajaran yang Mempengaruhi Rancangan
dan Penyampaian.
Seorang instruktur mengajar dua puluh hingga dua puluh empat siswa
dalam suatu ruang kelas yang masih menggunakan metode pelatihan
bersama. Pendidikan umum sendiri dipimpin oleh guru dengan dua puluh
hingga dua puluh empat siswa. Meskipun demikian, sejumlah pendekatan
instruksional-mandiri dan fasilitas telah tersedia, dan lebih banyak
instruksi akan disampaikan pada suatu komputer kerja yang mencakup
sistem pendukung pelaksanaan elektronik. Ketika sistem-sistem ini
menjadi lebih mampu dan tersedia untuk penggunaan pelatihan, maka
prinsip-prinsip rancangan sistematis akan menjadi lebih diterapkan,
bahkan untuk pengembangan instruksi yang efisien dan efektif.
Dalam banyak cara, analisis konteks pembelajaran bersifat sama terhadap
lokasi kerja. Tujuan utama analisis ini adalah untuk mengenali fasilitas dan
batasan yang ada dari lokasi tersebut. Prosedur yang diikuti dalam menganalisa
konteks pembelajaran adalah untuk merencanakan wawancara dengan instruktur,
pengelola lokasi, dan siswa, jika memungkinkan. Begitu juga dengan analisis
10

konteks pelaksanaan, maka rangkaian pertanyaan wawancara juga harus


disiapkan. Hasil-hasil pokok dari analisis konteks pembelajaran ini adalah sebagai
berikut: (1) sebuah deskripsi tentang sejauh mana tingkat lokasi yang digunakan
untuk menyampaikan pelatihan dengan keahlian yang diperlukan untuk beralih ke
lokasi kerja, dan (2) sebuah susunan batasan yang akan menjadi implikasi-
implikasi penting untuk proyek.
11

DAFTAR RUJUKAN

Dick, W. & Carey, L. Carey,J. 2001. The Systematic Design of Instruction. (5ͬ ͩ
ed). New York: Wesley Educational Publisher Inc.

Degeng, N.S dan Miarso, Y. 1993. Buku Pegangan Teknologi Pendidikan.


Jakarta:PAU-Universitas Terbuka.

Depdiknas, 2006. Permendiknas No.22, 23, 24 Th. 2006. Kurikulum Tingkat


Satuan Pendidikan.

Suparman, M.A. 2001. Disain Instruksional. Jakarta: PAU-PAI Dirjend Dikti.


Depdiknas.

Umamah, N. 2012. Menciptakan Desain Pembelajaran. Jember: Universitas


Jember.

Anda mungkin juga menyukai