Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kegiatan belajar adalah suatu proses interaksi sosial antara pendidik (guru)
dan peserta didik (siswa) dalam suatu proses pembelajaran. Guru memiliki peran
yang sangat penting, bukan hanya sebagai penyampai materi, tetapi juga sebagai
panutan, pemberi motivasi, penyeleksi dan pengatur sekaligus pelaku dalam
pembelajaran. Oleh karena itu, guru harus membuat kelas menjadi menarik dan
menyenangkan sehingga kelas menjadi kondusif dan efesien dalam meningkatkan
prestasi belajar siswa.
Terpenuhinya fasilitas belajar seperti sarana prasarana dalam belajar dan
adanya kondisi lingkungan belajar yang baik dapat mendukung proses
pembelajaran sehingga kegiatan berlangsung secara efektif dan efisien.
Pembelajaran yang efektif dan efisien dapat meningkatan prestasi belajar siswa.
Telebih lagi dewasa ini semakindirasakan betapa pentingnya peranan fasilitas dan
lingkungan yang baik dalam pembelajaran agar tercapai tujuan pendidikan yang
diharapkan. Namun, pentingnya keberadaan fasilitas dan lingkungan yang baik,
seringkali terabaikan. Hal ini, terbukti dengan seringnya pemberitaan baik di
media cetak maupun media elektronik mengenai potret buram pendidikan di tanah
air.Dalam pemberitaan tersebut sering kali mengeluhkan adanya bangunan
sekolahyang roboh atau rusak dan ironisnya yang kurang mendapat perhatian dari
pemerintah baik pemerintah setempat maupun pemerintah pusat.
Hal tersebut tentunya akan sangat menghambat proses belajar karena
proses belajar tidak dapat berlangsung dengan baik. Jika proses belajar tidak dapat
berlangsung dengan baik dan lancar, maka tujuan dari pembelajaran juga tidak
akan dapat tercapai dengan baik. Hal ini juga akan berdampak pada prestasi siswa
yang nantinya merujuk pada kualitas lembaga sekolah dan pada akhirnya
pemerintah. Fasilitas danlingkungan belajar merupakan faktor yang sama-sama
berasal dari luar diri siswa yang biasanya berpengaruh secara tidak langsung
terhadap peningkatan prestasi siswa. Akan tetapi, tidak tersedianya fasilitas dan
lingkungan belajar yang baik dapat menjadi masalah dan penghambat proses

1
belajar dan pencapaian prestasi belajar yang baik oleh karena terabaikan
ketersediaannya. Pencapaian prestasi belajar yang baik menunjukkan keberhasilan
dalam proses pembelajaran, begitu juga sebaliknya tidak tercapainya prestasi
belajar yang baik menunjukkan kurang berhasilnya dalam proses pembelajaran.
Dengan demikian, pemenuhan dan pengelolaan fasilitas dan lingkungan belajar
yang baik untuk kelancaran proses belajar perlu diperhatikan oleh setiap sekolah.
Sebab, terpenuhinya fasilitas dan lingkungan yang baik, dapat meminimalisir
kesulitan belajar yang dialami oleh peserta didik. Tingkat kesulitan belajar yang
rendah, menciptakan kelancaran proses belajar sehingga terjadi peningkatan
prestasi belajar siswa.
Berhasil tidaknya pembelajaran didalam kelas ternyata sangat didukung
oleh faktor lingkungan. Lingkungan itu bisa berupa lingkungan dikeluarga,
masyarakat dan tentunya sekolah. Lingkungan juga mempengaruhi hubungan
sosial, belajar dan psikologis peserta didik. Untuk itu, lingkungan seharusnya juga
menjadi hal yang harus diperhatikan untuk meningkatkan kemampuan peserta
didik dalam proses belajar.
Berdasarkan hal tersebut, kami ingin membahas lebih dalam mengenai
analisis Siswa dan lingkungan sebagai salah satu faktor penentu prestasi peserta
didik.

B. Rumusan Masalah

1. Apa saja karakteristik Siswa?

2. Apa saja yang mempengaruhi lingkungan belajar siswa?

C. Tujuan Masalah

Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kulah Belajar dan
Pembelajaran serta untuk menambah wawasan pengetahuan tentang Teori
Pengolahan Informasi dalam Memori Manusia.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Analisis Siswa
1. Pengertian Analisis Siswa
Analisis pembelajar atau analisis karakteristik siswa merupakan kegiatan
melakukan pengamatan, namun sebelumnya dapat mempertimbangkan siapa
pembelajar untuk tepat instruksi tertentu. Kita akan merujuk pada peserta didik
yang merupakan target populasi.
Kadang-kadang target populasi juga disebut sebagai tujuan sasaran atau
kelompok sasaran. Hal ini disebut menggunakan deskriptor seperti usia, tingkat
kelas, topik yang dipelajari, pengalaman kerja, atau posisi pekerjaan/ jabatan.
Sebagai contoh, satu perlengkapan bahan mungkin ditujukan untuk suatu sistem
program, kelas lima merupakan kelas tingkat membaca, kelompok menengah,
atau tingkat sekolah tinggi. Contoh-contoh ini adalah jenis dari deskripsi yang
biasanya tersedia untuk bahan pengajaran. Namun desainer instruksional harus
memahami penjelasan umum dan lebih spesifik tentang keterampilan yang
dibutuhkan oleh peserta didik untuk siapa bahan yang ditujukan.
Hal ini penting untuk membuat perbedaan antara target populasi dan apa
yang disebut sebagai uji coba terhadap peserta didik. Target populasi adalah
representasi abstrak dari jangkauan terluas mungkin semua pengguna, seperti
mahasiswa, siswa kelas desainer untuk instruksi yang akan dikembangkan. Hal ini
diasumsikan bahwa uji coba peserta didik terhadap anggota target populasi.
Informasi apa yang perlu diketahui desainer tentang target populasi
mereka? Informasi yang berguna yaitu (1) pengetahuan awal, (2) pengetahuan
yang diperlukan suatu topik, (3) sikap terhadap materi pembelajaran dan cara
penyampaian (4) motivasi akademik, (5) tingkat pendidikan dan kemampuan
siswa, (6) pemilihan pembelajaran umum, (7) sikap terhadap kelompok dalam
memberikan pembelajaran (8) karakteristik kelompok. Hal tersebut dirinci dengan
masing-masing kategori.

1) Pengetahuan Awal

3
Sebelum memulai instruksi/pembelajaran, anggota populasi harus sudah
menguasai keahlian tertentu (misalnya pengetahuan awal) yang terkait dengan
tujuan pembelajaran. Sumber penelitian juga membahas karakteristik lain dari
peserta didik, dikategorikan sebagai khusus atau umum yang mendasar, yang
berhubungan dengan pengetahuan peserta didik, pengalaman, dan sikap. Ini
juga mempengaruhi hasil dari pembelajaran siswa.

2) Pengetahuan Sebelumnya Tentang Suatu Topik


Pada dasarnya penting untuk menentukan apa yang sudah diketahui tentang
topik yang akan diajarkan, terkadang siswa benar-benar tidak menyadari atau
kurang memahami pengetahuan tentang subjek yang dipelajari. Selanjutnya,
siswa hanya memahami sebagian atau kesalahpahaman tentang topik tersebut.
Ketika kita mengajar, peserta didik dapat mencoba untuk menafsirkan apa
mereka pahami dan yang mereka ketahui dari pembelajaran sebelumnya.
Mereka membangun pengetahuan baru dengan didasari pemahaman mereka
sebelumnya, karena itu, sangat penting bagi para desainer untuk menentukan
jangkauan dan sifat dari pengetahuan siswa sebelumnya.

3) Sikap terhadap Isi Materi dan Cara Penyampaian


Siswa mungkin memiliki kesan atau sikap tentang topik yang akan diajarkan
dan bahkan mungkin bagaimana pembelajaran akan disampaikan. Para
desainer harus menentukan, dari sampel perlengkapan pembelajar, berbagai
pengetahuan pengalaman sebelumnya, dan sikap terhadap isi materi yang
tercakup dalam instruksi/ pembelajaran. Desainer juga harus menentukan
harapan pembelajar tentang bagaimana instruksi/pembelajaran yang akan
disampaikan.

4) Motivasi Akademik
Banyak pengajar mempertimbangkan tingkat motivasi pembelajar sebagai
faktor yang paling penting dalam pembelajaran yang sukses. Guru
mengungkapkan bahwa ketika peserta didik memiliki sedikit motivasi atau
ketertarikan terhadap topik, pembelajaran tidak akan berlansung baik. Keller
(1987) mengembangkan model berbagai jenis motivasi yang diperlukan untuk

4
belajar sukses, dan ia menyarankan bagaimana menggunakan informasi ini
untuk merancang pengajaran yang efektif. Model Keller disebut model ARCS
(perhatian, relevansi, kepercayaan diri, dan kepuasan). Model ini akan dibahas
secara rinci dalam bab tentang strategi pembelajaran; itu akan digunakan di sini
untuk menunjukkan bagaimana untuk mendapatkan informasi dari peserta
didik selama analisis peserta didik.

Keller menyarankan untuk menanyakan beberapa pertanyaan kepada peserta


didik seperti ini: seberapa relevennkah tujuan instruksional pembelajaran ini
terhadap kebutuhan siswa? Aspek-aspek apa saja yang harus dipenuhi
didalamnya? Seberapa yakin siswa dapat berhasil untuk melakukan tujuan?
Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan ini akan memberikan wawasan pada target
populasi dan ke arah masalah pada desain pembelajaran. Hal ini penting untuk
mengetahui bagaimana peserta didik rasakan sebelum Anda merancang
instruksi atau mendesain pembelajaran. Kami akan membahas implikasi dari
motivasi akademik pelajar dan menjelaskan prosedur untuk mengumpulkan
data motivasi setelah mempertimbangkan karakteristik yang lebih umum dari
peserta didik.

5) Tingkat Pendidikan dan Kemampuan Siswa


Tentukan tingkat prestasi dan kemampuan umum peserta didik. Informasi ini
akan memberikan wawasan ke dalam jenis pengalaman instruksional. Mereka
mungkin memiliki kemampuan tertentu dan mungkin kemampuan mereka
dapat memberikan pendekatan baru dari yang berbeda berdasarkan instruksi
pembelajaran.

6) Pemilihan Cara Pembelajaran atau Pembelajaran yang disukai


Cari tahu tentang keterampilan populasi yang menjadi sasaran belajar dan
pemilihan pembelajaran umum mereka untuk mencari cara baru belajar. Dalam
kata lain, apakah pembelajar terpaku pada pendekatan diskusi kuliah/ceramah
untuk belajar, atau mereka sukses dengan cara seminar kelas, studi kasus,
kelompok kecil pembelajaran berbasis masalah? Banyak telah ditulis tentang
“gaya belajar” dan menilai gaya pribadi siswa belajar sehingga pembelajaran

5
yang dapat disesuaikan untuk efektivitas maksimum pembelajaran. Penelitian
menunjukkan bahwa gaya siswa dapat diidentifikasi, tetapi gaya seperti itu
sering berasal dari ekspresi pelajar berdasakan pengalaman pribadi pada sasat
mendengarkan, melihat, membaca, diskusi kelompok kecil, dan sebagainya.

7) Sikap Siswa terhadap Organisasi Pelatihan atau Pendidikan


Tentukan sikap terhadap populasi sasaran kelompok saat instruksi
pembelajaran. Apakah mereka pandangan, positif baik dari managemen
maupun rekan-rekan mereka, atau mereka agak kurang merespon tentang
kepemimpinan seseorang dan kemampuan mereka untuk pembelajaran yang
sesuai? Mereka dengan sikap positif tentang kelompok dan rekan-rekan mereka
yang lebih cenderung untuk menggunakan keterampilan.

8) Karakteristik Kelompok
Sebuah analisis yang cermat dari siswa akan memberikan beberapa informasi
tambahan yang dapat berpengaruh dalam desain pembelajaran.

Yang pertama adalah tingkat heterogenitas atau keberagaman dalam populasi


sasaran terhadap variabel-variabel penting. Jelas, mencari cara untuk
memahami keragaman sangat penting. Hal ini tidak hanya menerima deskripsi
mengenai peserta didik; hal ini membutuhkan interaksi dengan peserta didik
untuk mengembangkan kesan dari apa yang diketahui siswa dan yang mereka
butuhkan.

Variabel ini akan digunakan peserta didik untuk memilih dan mengembangkan
tujuan untuk pembelajaran, dan hal tersebut akan mempengaruhi berbagai
komponen dari strategi instruksional. Mereka akan membantu desainer
mengembangkan strategi motivasi untuk pembelajaran dan akan menyarankan
berbagai jenis contoh yang dapat digunakan untuk mengilustrasikan poin-poin
tertentu, cara-cara bagaimana pembelajaran dapat (atau tidak mungkin) akan
diberikan atau cara untuk membuat praktek keterampilan yang relevan bagi
peserta didik .

6
2. Karakteristik Siswa
Karakteristik atau kepribadian seseorang dapat berkembang secara
bertahap. Berikut ini adalah krakteristik perkembangan pada masa anak samapai
masa puber.
 Krakteristik perkembangan masa anak awal (2-6 tahun)

Masa anak awal berlangsung dari usia 2-6 tahun, yaitu setelah anak
meninggalkan masa bayi dan mulai mengikuti pendidikan formal di SD.
Tekanan dan harapan sosial untuk mengikuti pendidikan sekolah
menyebabkan perubahan perilaku, minat, dan nilai pada diri anak. Pada
masa ini, anak sedang dalam proses pengembangan kepribadian yang unik
dan menuntut kebebasan. Perilaku anak sulit diatur, bandel, keras kepala,
dan sering membantah dan melawan orang tua. Hal ini memang sangat
menyulitkan para pendidik. Tak heran, apabila para guru Playgroup sampai
SD harus lebih bersabar dalam melangsungkan pembelajaran atau
mendidik siswa. Disiplin mulai bisa diterapkan pada anak sehingga anak
dapat mulai belajar hidup secara tertib. Dan sikap para pedidik sangat
berpengaruh terhadap perkembangan anak.

 Krakteristik perkembangan masa anak akhir (6-12 tahun)

Karakteristik atau ciri-ciri periode masa anak akhir, sama halnya


dengan ciri-ciri periode masa anak awal dengan memperhatikan sebutan
atau label yang digunakan pendidik. Orang tua atau pendidik menyebut
masa anak akhir sebagai masa yang menyulitkan karena pada masa ini
anak lebih banyak dipengaruhi oleh teman-teman sebaya daripada oleh
orang tuanya. Kebanyakan anak pada masa ini juga kurang memperhatikan
dan tidak bertanggung jawab terhadap pakaian dan benda-benda miliknya.
Para pendidik memberi sebutan anak usia sekolah dasar, karena pada
rentang usia ini (6-12 tahun) anak bersekolah di sekolah dasar. Di sekolah
dasar, anak diharapkan memperoleh dasar-dasar pengetahuan dan
keterampilan yang dianggap penting untuk keberhasilan melanjutkan studi
dan penyesuaian diri dalam kehidupannya kelak.

7
 Krakteristik perkembangan masa puber (11/12 – 14/15 tahun)

Masa puber adalah suatu periode tumpang tindih antara masa anak
akhir dan masa remaja awal. Periode ini terbagi atas tiga tahap, yaitu
tahap: prapuber, puber, dan pascapuber. Tahap prapuber bertumpang tindih
dengan dua tahun terakhir masa anak akhir. Tahap puber terjadi pada batas
antara periode anak dan remaja, di mana ciri kematangan seksual semakin
jelas (haid dan mimpi basah). Tahap pascapuber bertumpang tindih dengan
dua tahun pertama masa remaja. Waktu masa puber relatif singkat (2-4
tahun) ini terjadi pertumbuhan dan perubahan yang sangat pesat dan
mencolok dalam proporsi tubuh, sehingga menimbulkan keraguan dan
perasaan tidak aman pada anak puber. Peubahan fisik dan sikap puber ini
berakibat pula pada menurunnya prestasi belajar, permasalahan yang
terkait dengan penerimaan konsep diri, serta persoalan dalam berhubungan
dengan orang di sekitarnya. Orang dewasa maupun pendidik perlu
memahami sikap perilaku anak puber yang kadang menaik diri, emosional,
perilaku negative dan lain-lain, serta membantunya agar anak dapat
menerima peran seks dalam kehidupan bersosialisasi dengan orang atau
masyarakat di sekitarnya.

B. Implikasi Terhadap Penyelenggaraan Pendidikan

 Faktor Fisik

Dalam penyelenggaraan pendidikan, perlu diperhatikn sarana dan


prasarana yang ada jangan sampai menimbulkan gangguan pada peserta
didik. Misalnya: tempat didik yang kurang seuai, ruangan yang gelap dan
terlalu sempit yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan. Disamping
itu juga perlu diperhatikan waktu istirahat yang cukup. Penting juga untuk
menjaga supaya fisik tetap sehat adanya jam-jam olah raga bagi peserta
didik di luar jam pelajaran. Misalnya: melalui kegiatan ekstra kurikuler
kelompok olah raga, bela diri, dan sejenisnya.

 Faktor Psikososial

8
Perkembangan emosi peserta didik sengat erat kaitannya dengan
faktor-faktor: perubahan jasmani, perubahan dalam hubungannya dengan
orang tua, perubahan dalam hubungannya dalam teman-teman, perubahan
pandangan luar (dunia luar) dan perubahan dalam hubungannya dengan
sekolah. Oleh karena itu perbedaan individual dalam perkembangan emosi
sangat dimungkinkan terjadi, bahkan diramalkan pasti dapat terjadi.
Dalam rangka menghadapi luapan emosi remaja, sebaiknya
ditangani dengan sikap yang tenang dan santai. Orang tua dan pendidik
harus bersikap tenang, bersuasana hati baik dan penuh pengertian. Orang
tua dan pendidik sedapat mungkin tidak memperlihatkan kegelisahannya
maupun ikut terbawa emosinya dalam menghadapi emosi remaja.
Dengan singkat dapat dikatakan bahwa untuk mengurangi luapan
emosi peserta didik perlu dihindari larangan yang tidak terlalu penting.
Mengurangi pembatasan dan tututan terhadap remaja harus disesuaikan
dengan kemampuan mereka. Sebaiknya memberi tugas yang dapat
diselesaikan dan jangan memberi tugas dan peraturan yang tidak mungkin
di lakukan.
 Faktor Sosial-Kulture

Usia remaja adalah usia yang sedang tumbuh dan berkembang baik
secara kuantitatif maupun secara kualitatif, baik fisik maupun psikisnya.
Menganggap dirinya bukan anak-anak lagi, tetapi sekelilingnya
menganggap mereka belum dewasa. Dengan beberapa problem yang
dialaminya pada masa ini, akibatnya mereka melepaskan diri dari orang
tau dan mengarahkan perhatiannya pada lingkuan di luar keluarganya
untuk bergabung dengan teman sekebudayaannya, guru dan sebagainya.
Lingkungan teman memgang peranan dalam kehidupan remaja.
Selanjutnya sekolah sebagai lembaga pendidikan formal yang
diserahi tugas untuk mendidik, tidak kecil peranannya dalam rangka
mengembangkan hubungan sosial peserta didik. Jika dalam hal ini guru
tetap berpegang sebagai tokoh intelektual dan tokoh otoritas yang
memegang kekuasaan penuh sepeerti ketika anak-anak belum menginjak

9
remaja, maka sikap sosial atau hubungan sosial anak akan sulit untuk
dikembangkan.

C. Pengertian Lingkungan Belajar

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI) lingkungan diartikan


sebagai bulatan yang melingkungi (melingkari). Pengertian lainnya yaitu sekalian
yang terlingkung di suatu daerah. Dalam kamus Bahasa Inggris peristilahan
lingkungan ini cukup beragam diantaranya ada istilah circle, area, surroundings,
sphere, domain, range, dan environment, yang artinya kurang lebih berkaitan
dengan keadaan atau segala sesuatu yang ada di sekitar atau sekeliling.
Dalam literatur lain disebutkan bahwa lingkungan itu merupakan kesatuan
ruang dengan semua benda dan keadaan makhluk hidup termasuk di dalamnya
manusia dan perilakunya serta makhluk hidup lainnya. Lingkungan itu terdiri dari
unsur-unsur biotik (makhluk hidup), abiotik (benda mati) dan budaya manusia.
Lingkungan belajar oleh para ahli sering disebut sebagailingkungan pendidikan.
Lingkungan pendidikan adalah segala kondisidan pengaruh dari luar terhadap
kegiatan pendidikan (Hadikusumo,1996:74). Sedangkan lingkungan pendidikan
menurut Tirtarahardjadan La Sulo (1994:168) adalah latar tempat berlangsungnya
pendidikan.
Lingkungan itu mencakup segala material dan stimulus didalam dan diluar
diri individhu, baik bersifat fisiologis, psikologis, maupun sosial-kultural. Setain
(seorang ahli psikologi Amerika) mengatakan bahwa apa yang dimaksud dengan
lingkungan (environment) ialah meliputi kondisi-kondisi dalam dunia ini yang
dalam cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita, pertumbuhan,
perkembangan atau life processes kita kecuali gen-gen dan bahkan gen-gen dapat
pula dipandang sebagai menyiapkan lingkungan (to provide environment) bagi
gen yang lain.
Berdasarkan pengertian dari definisi-definisi di atas dapatdisimpulkan
bahwa yang dimaksud lingkungan belajar adalah tempatberlangsungnya kegiatan
belajar yang mendapatkan pengaruh dari luarterhadap keberlangsungan kegiatan
tersebut.

10
D. Jenis-Jenis Lingkungan Belajar
Menurut Sertain, lingkungan dapat dibagi menjadi 3 bagian sebagai
berikut :

a. Lingkungan alam atau luar (external or physical environment)


Lingkungan alam atau lingkungan fisik adalah segala sesuatu yang sifatnya
alamiah, seperti sumber daya alam (air, hutan, tanah, batu-batuan), tumbuh-
tumbuhan dan hewan (flora dan fauna), sungai, iklim, suhu, dan
sebagainya.Lingkungan alam sifatnya relatif menetap, oleh karena itu jenis
lingkungan ini akan lebih mudah dikenal dan dipelajari oleh anak. Sesuai
dengan kemampuannya, anak dapat mengamati perubahan-perubahan yang
terjadi dan dialami dalam kehidupan sehari-hari, termasuk juga proses
terjadinya.
Dengan mempelajari lingkungan alam ini diharapkan anak akan lebih
memahami gejala-gejala alam yang terjadi dalam kehidupannya sehari-hari,
lebih dari itu diharapkan juga dapat menumbuhkan kesadaran sejak awal untuk
mencintai alam, dan mungkin juga anak bisa turut berpartisipasi untuk menjaga
dan memelihara lingkungan alam.

b. Lingkungan dalam (internal environment)


Lingkungan dalam adalah segala sesuatu yang termasuk lingkungan luar atau
alam. akan tetapi, makanan yang sudah dalam perut kita, kita katakan berada
antara external dan internal environment kita.

c. Lingkungan sosial atau masyarakat (social environment)


Selain lingkungan alam sebagaimana telah diuraikan di atas jenis lingkungan
lain yang kaya akan informasi bagi anak usia dini yaitu lingkungan sosial.Hal-
hal yang bisa dipelajari oleh anak usia dini dalam kaitannya dengan
pemanfaatan lingkungan sosial sebagai sumber belajar ini misalnya:

a. Mengenal adat istiadat dan kebiasaan penduduk setempat di mana anak


tinggal.

11
b. Mengenal jenis-jenis mata pencaharian penduduk di sektiar tempat tinggal
dan sekolah.
c. Mengenal organisasi-organisasi sosial yang ada di masyarakat sekitar
tempat tinggal dan sekolah.
d. Mengenal kehidupan beragama yang dianut oleh penduduk sekitar tempat
tinggal dan sekolah.
e. Mengenal kebudayaan termasuk kesenian yang ada di sekitar tempat
tinggal dan sekolah.
f. Mengenal struktur pemerntahan setempat seperti RT, RW, desa atau
kelurahan dan kecamatan.

Menurut Ki Hajar Dewantara, Macam-Macam lingkungan pendidikan


mencakup
1) lingkungan keluarga,
2) lingkungan sekolah, dan
3) lingkunganmasyarakat (Munib, 2004:76).

Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati membagi lingkungan yang dihadapioleh


seroang anak pada pokoknya dibedakan menjadi:
a. Lingkungan Dalam, merupakan lingkungan yang ada di dalam peserta
didik.
b. Lingkungan Phisik, merupakan lingkungan yang ada disekitar anak yang
meliputi, jenis tumbuh-tumbuhan, hewan, keadaan tanah, rumah dan juga
benda padat.
c. Lingkungan Budaya, merupakan lingkungan yang berwujud kesusastraan,
kesenian, ilmu pengetahuan, dan lain sebagainya.
d. Lingkungan Sosial, merupakan lingkungan yang berwujud manusia dan
hubungannya dengan atau antar manusia di sekitar anak.
e. Lingkungan Spiritual, merupakan lingkungan yang berupa agama,
keyakinan, yang dianut masyarakat disekitarnya dan ide- ide yang muncul
dalam masyarakat dimana anak hidup

3. Pengaruh Lingkungan Belajar Tehadap Hubungan Sosial, Belajar, Dan


Psikologi

12
a. Pengaruh Lingkungan Terhadap Hubungan Sosial
1. Lingkungan membuat individu sebagai makhluk sosial.
Yang dimaksud dengan lingkungan pada uraian ini hanya meliputi orang-orang
atau manusia-manusia lain yang dapat memberikan pengaruh dan dapat
dipengaruhi, sehingga kenyataannya akan menuntut suatu keharusan sebagai
makhluk sosial yang dalam keadaan bergaul satu dengan yang
lainnya.Terputusnya hubungan manusia dengan masyarakat manusia pada
tahun-tahun permulaan perkembangannya, akan mengakibatkan berubahnya
tabiat manusia sebagai manusia. Berubahnya tabiat manusia sebagai manusia
dalam arti bahwa ia tidak akan mampu bergaul dan bertingkah laku dengan
sesamanya.Dapat kita bayangkan andaikata seorang anak manusia yang sejak
lahirnya dipisahkan dari pergaulan manusia sampai kira-kira berusia 10 tahun
saja, walaupun diberinya cukup makanan dan minuman, akan tetapi serentak
dia dihadapkan kepada pergaulan manusia, maka sudah dapat dipastikan bahwa
dia tidak akan mampu berbicara dengan bahasa yang biasa, canggung pemalu
dan lain-lain. Sehingga kalaupun dia kemudian dididik, maka penyesuaian
dirinya itu akan berlangsung sangat lambat sekali.

2. Perkembangan aspek keterampilan sosial


Lingkungan secara alami mendorong anak untuk berinteraksi dengan anak-
anak yang lain bahkan dengan orang-orang dewasa. Pada saat anak mengamati
objek-objek tertentu yang ada di lingkungan pasti dia ingin menceritakan hasil
penemuannya dengan yang lain. Supaya penemuannya diketahui oleh teman-
temannya anak tersebut mencoba mendekati anak yang lain sehinga terjadilah
proses interaksi/hubungan yang harmonis.Anak-anak dapat membangun
keterampilan sosialnya ketika mereka membuat perjanjian dengan teman-
temannya untuk bergantian dalam menggunakan alat-alat tertentu pada saat
mereka memainkan objek-objek yang ada di lingkungan tertentu. Melalui
kegiatan sepeti ini anak berteman dan saling menikmati suasana yang santai
dan menyenangkan.

b. Pengaruh lingkungan belajar tehadap hubungan belajar

13
Anak-anak belajar melalui interaksi langsung dengan benda-benda atau ide-ide.
Lingkungan menawarkan kepada guru kesempatan untuk menguatkan kembali
konsep-konsep seperti warna, angka, bentuk dan ukuran.Memanfaatkan
lingkungan pada dasarnya adalah menjelaskan konsep-konsep tertentu secara
alami. Konsep warna yang diketahui dan dipahami anak di dalam kelas tentunya
akan semakin nyata apabila guru mengarahkan anak-anak untuk melihat konsep
warna secara nyata yang ada pada lingkungan sekitar.

Dari hasil analisis data secara simultan terbukti bahwa terdapathubungan yang
substansial antara fasilitas belajar dan lingkungan belajardengan prestasi belajar
siswa. Dengan kata lain, terdapat hubungan yang cukuptinggi antara fasilitas
belajar dan lingkungan belajar terhadap prestasi belajarsiswa. Bila ditinjau dari
nilai signifikansinya, maka fasilitas belajar danlingkungan belajar sama-sama
memiliki pengaruh terhadap prestasi belajar.Dari nilai koefisiennya dapat dilihat
bahwa fasilitas belajar dan lingkunganbelajar memiliki pengaruh positif terhadap
prestasi belajar. Dengan demikian,dapat disimpulkan bahwa makin baik fasilitas
belajar dan lingkungan belajar

c. Pengaruh lingkungan belajar terhadap psikologis


Lingkungan pada umumnya memberikan tantangan untuk dilalui oleh anak-anak.
Pemanfaatannya akan memungkinkan anak untuk mengembangkan rasa percaya
diri yang positif. Misalnya bila anak diajak ke sebuah taman yang terdapat
beberapa pohon yang memungkinkan untuk mereka panjat. Dengan memanjat
pohon tersebut anak mengembangkan aspek keberaniannya sebagai bagian dari
pengembangan aspek emosinya.Rasa percaya diri yang dimiliki oleh anak
terhadap dirinya sendiri dan orang lain dikembangkan melalui pengalaman hidup
yang nyata. Lingkungan sendiri menyediakan fasilitas bagi anak untuk
mendapatkan pengalaman hidup yang nyata.

E. Beberapa kondisi yang mempengaruhi Suasana Lingkungan


Lingkungan belajar adalah tempat berlangsungnya kegiatan belajar yang
mendapatkan pengaruh dari luar terhadap keberlangsungan kegiatan tersebut.

14
Lingkungan yang merupakan sumber belajar memiliki pengaruh dalam proses
pembelajaran. Lingkungan dalam arti sempit adalah alam sekitar di luar diri
individu atau manusia. Lingkungan itu mencakup segala material dan stimulus di
dalam dan di luar individu, baik yang bersifat fisiologis, psikologis, maupun
sosio-kultural (Dalyono,2007:129).

Slameto (2003: 60) mengemukakan bahwa lingkungan belajar siswa yang


berpengaruh terhadap hasil belajar siswa terdiri dari lingkungan keluarga,
lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Lingkungan yang pertama yaitu
lingkungan keluarga. Keluarga merupakan lingkungan pendidikan pertama pra
sekolah yang dikenal anak pertama kali dalam pertumbuhan dan
perkembangannya. Lingkungan keluarga adalah segenap stimuli, interaksi, dan
kondisi dalam hubungannya dengan prilaku ataupun karya orang lain yang berada
disekitar sekelompok orang yang terikat oleh darah, perkawinan, atau adopsi.
Lingkungan keluarga sangat berpengaruh terhadap siswa karena lingkungan
keluarga merupakan lingkungan yang utama bagi perkembangan seorang anak. Di
dalam keluarga seorang anak mengalami proses sosialisasi untuk pertama kalinya.
Menurut Slameto (2003: 60-64) lingkungan keluarga terdiri dari:

1. Cara orang tua mendidik


Peran orang tua dapat dilihat dari bagaimana orang tua tersebut dalam
mendidik anaknya, kebiasaan-kebiasaan baik yang ditanamkan agar
mendorong semngat anak untuk belajar.

2. Relasi antara anggota keluarga


Relasi antar anggota keluarga yang terpenting adalah relasi antara anak dengan
seluruh anggota keluarga terutama orang tua dengan anaknya atau anak dengan
anggota keluarga lain.

3. Suasana rumah
Agar rumah menjadi tempat belajar yang baik amka perlu diciptakan susana
rumah yang tenang dan tentram. Susana tersebut dapat tercipta apabila dalam

15
keluarga tercipta hubungan yang harmonis antar orang tua dengan anak atau
anak dengan anggota keluarga yang lain.

4. Keadaan ekonomi keluarga


Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak. Anak yang
sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan pokoknya juga membutuhkan
fasilitas belajar.

5. Perhatian orang tua


Anak perlu mendapat dorongan dan perhatian orang tua. Kadang-kadang anak
menjadi lemah semangat, maka orang tua wajib memberi perhatian dan
mendorongnyanya membantu sedapat mungkin kesulitan yang dialami anak
disekolah.

Menurut Munib (2004: 76) secara umum lingkungan diartikan sebagai


kesatuan ruang dengan semua benda, daya keadaan dan mahluk hidup, termaksut
manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perilaku kehidupan
dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lainnya. Lingkungan pendidikan
menurut Purwanto (2004: 141) digolongkan menjadi tiga, yaitu
1) Lingkungan keluarga, yang disebut juga lingkungan pertama.
2) Lingkungan sekolah, yang disebut juga lingkungan kedua.
3) Lingkungan masyarakat, yang disebut juga lingkungan ketiga.
Menurut Syah (2006: 152) lingkungan belajar sebagai faktor eksternal
siswa yang mempengaruhi prestasi belajar dapat digolongkan menjadi dua yaitu
sebagai berikut.

1. Lingkungan sosial
Lingkungan sosial di sekolah adalah seluruh warga sekolah, baik itu guru,
karyawan maupun teman-teman sekelas, dan semua dapat mempengaruhi
semangat belajar seorang siswa. Lingkungan sosial siswa di rumah antara lain
masyarakat, tetangga dan juga teman-teman bergaul siswa dirumah yang
mempunyai andil cukup besar dalam mempengaruhi belajar siswa. Lingkungan

16
sosial yang dominan dalam mempengaruhi kegiatan belajar siswa adalah orang
tua dan keluarga itu sendiri. Bentuk dan isi serta cara-cara pendidikan di dalam
keluarga akan selalu mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya watak, budi
pekerti, dan kepribadian setiap manusia.

2. Lingkungan non sosial


Lingkungan non sosial siswa yang berpengaruh terhadap belajarnya
diantaranya adalah gedung sekolah dan letaknya, ruang tempat tinggal siswa,
alat-alat belajar, keadaan belajar dan waktu belajar siswa, dan mass media.
Adapun yang termaksut dalam mass media adalah bioskop, radio, televisi, surat
kabar, majalah, buku-buku ,dan sebaginya. Diantara mass media tersebut yang
berpengaruh besar terhadap belajar anak adalah televisi.

17
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Dalam pengelolaan proses pembelajaran guru harus memiliki kemampuan


mendesain program, menguasai materi pelajaran, mampu menciptakan
kondisi kelas yang kondusif, terampil memanfaatkan media dan memilih
sumber, memahami cara atau metode yang digunakan sesuai kebutuhan dari
karakteristik anak.

2. Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan


memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi
gangguan dalam proses belajar mengajar. Pengelolaan kelas terdiri dari dua
kata, yaitu pengelolaan dan kelas. Istilah lain dari kata yang aslinya dari
bahasa inggris, yaitu management, yang berarti ketatalaksanaan, tata
pimpinan, pengelolaan.

3. Lingkungan belajar adalah segala sesuatu yang berada di sekitar peserta didik
yang dapat membuat peserta didik merasa senang, aman, nyaman dan
termotivasi untuk belajar yang meliputi lingkungan sekolah, lingkungan
keluarga, dan lingkungan masyarakat.

B. Saran

Guru perlu menghimbau orang tua siswa supaya ikut mengawasi belajar
anaknya. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga agar anak tidak melupakan
kewajibanbelajarnya. Sekolah juga perlu meningkatkan kualitas dan kuantitas
fasilitasbelajar yang menunjang kegiatan belajar mengajar disertai dengan
pengelolaan yang baik. Selain meningkatkan fasilitas yang ada, sekolahjuga perlu
menciptakan lingkungan yang nyaman dan efektif untuk kegiatanbelajar mengajar.
Sebab, peningkatan kualitas dan kuantitas fasilitas belajar

18
DAFTAR PUSTAKA

Drs. M. Dalyono. 2005. Psikologi pendidikan. Jakarta; jl jend. Sudirman


Kav 36-A. penerbit Rineka Cipta
Johar, Dr RAhmah dkk, Strategi Belajar Mengajar,2006. Banda Aceh
Richard I. Arends, Learning To Teach, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2008

19

Anda mungkin juga menyukai