PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kegiatan belajar adalah suatu proses interaksi sosial antara pendidik (guru)
dan peserta didik (siswa) dalam suatu proses pembelajaran. Guru memiliki peran
yang sangat penting, bukan hanya sebagai penyampai materi, tetapi juga sebagai
panutan, pemberi motivasi, penyeleksi dan pengatur sekaligus pelaku dalam
pembelajaran. Oleh karena itu, guru harus membuat kelas menjadi menarik dan
menyenangkan sehingga kelas menjadi kondusif dan efesien dalam meningkatkan
prestasi belajar siswa.
Terpenuhinya fasilitas belajar seperti sarana prasarana dalam belajar dan
adanya kondisi lingkungan belajar yang baik dapat mendukung proses
pembelajaran sehingga kegiatan berlangsung secara efektif dan efisien.
Pembelajaran yang efektif dan efisien dapat meningkatan prestasi belajar siswa.
Telebih lagi dewasa ini semakindirasakan betapa pentingnya peranan fasilitas dan
lingkungan yang baik dalam pembelajaran agar tercapai tujuan pendidikan yang
diharapkan. Namun, pentingnya keberadaan fasilitas dan lingkungan yang baik,
seringkali terabaikan. Hal ini, terbukti dengan seringnya pemberitaan baik di
media cetak maupun media elektronik mengenai potret buram pendidikan di tanah
air.Dalam pemberitaan tersebut sering kali mengeluhkan adanya bangunan
sekolahyang roboh atau rusak dan ironisnya yang kurang mendapat perhatian dari
pemerintah baik pemerintah setempat maupun pemerintah pusat.
Hal tersebut tentunya akan sangat menghambat proses belajar karena
proses belajar tidak dapat berlangsung dengan baik. Jika proses belajar tidak dapat
berlangsung dengan baik dan lancar, maka tujuan dari pembelajaran juga tidak
akan dapat tercapai dengan baik. Hal ini juga akan berdampak pada prestasi siswa
yang nantinya merujuk pada kualitas lembaga sekolah dan pada akhirnya
pemerintah. Fasilitas danlingkungan belajar merupakan faktor yang sama-sama
berasal dari luar diri siswa yang biasanya berpengaruh secara tidak langsung
terhadap peningkatan prestasi siswa. Akan tetapi, tidak tersedianya fasilitas dan
lingkungan belajar yang baik dapat menjadi masalah dan penghambat proses
1
belajar dan pencapaian prestasi belajar yang baik oleh karena terabaikan
ketersediaannya. Pencapaian prestasi belajar yang baik menunjukkan keberhasilan
dalam proses pembelajaran, begitu juga sebaliknya tidak tercapainya prestasi
belajar yang baik menunjukkan kurang berhasilnya dalam proses pembelajaran.
Dengan demikian, pemenuhan dan pengelolaan fasilitas dan lingkungan belajar
yang baik untuk kelancaran proses belajar perlu diperhatikan oleh setiap sekolah.
Sebab, terpenuhinya fasilitas dan lingkungan yang baik, dapat meminimalisir
kesulitan belajar yang dialami oleh peserta didik. Tingkat kesulitan belajar yang
rendah, menciptakan kelancaran proses belajar sehingga terjadi peningkatan
prestasi belajar siswa.
Berhasil tidaknya pembelajaran didalam kelas ternyata sangat didukung
oleh faktor lingkungan. Lingkungan itu bisa berupa lingkungan dikeluarga,
masyarakat dan tentunya sekolah. Lingkungan juga mempengaruhi hubungan
sosial, belajar dan psikologis peserta didik. Untuk itu, lingkungan seharusnya juga
menjadi hal yang harus diperhatikan untuk meningkatkan kemampuan peserta
didik dalam proses belajar.
Berdasarkan hal tersebut, kami ingin membahas lebih dalam mengenai
analisis Siswa dan lingkungan sebagai salah satu faktor penentu prestasi peserta
didik.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kulah Belajar dan
Pembelajaran serta untuk menambah wawasan pengetahuan tentang Teori
Pengolahan Informasi dalam Memori Manusia.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Analisis Siswa
1. Pengertian Analisis Siswa
Analisis pembelajar atau analisis karakteristik siswa merupakan kegiatan
melakukan pengamatan, namun sebelumnya dapat mempertimbangkan siapa
pembelajar untuk tepat instruksi tertentu. Kita akan merujuk pada peserta didik
yang merupakan target populasi.
Kadang-kadang target populasi juga disebut sebagai tujuan sasaran atau
kelompok sasaran. Hal ini disebut menggunakan deskriptor seperti usia, tingkat
kelas, topik yang dipelajari, pengalaman kerja, atau posisi pekerjaan/ jabatan.
Sebagai contoh, satu perlengkapan bahan mungkin ditujukan untuk suatu sistem
program, kelas lima merupakan kelas tingkat membaca, kelompok menengah,
atau tingkat sekolah tinggi. Contoh-contoh ini adalah jenis dari deskripsi yang
biasanya tersedia untuk bahan pengajaran. Namun desainer instruksional harus
memahami penjelasan umum dan lebih spesifik tentang keterampilan yang
dibutuhkan oleh peserta didik untuk siapa bahan yang ditujukan.
Hal ini penting untuk membuat perbedaan antara target populasi dan apa
yang disebut sebagai uji coba terhadap peserta didik. Target populasi adalah
representasi abstrak dari jangkauan terluas mungkin semua pengguna, seperti
mahasiswa, siswa kelas desainer untuk instruksi yang akan dikembangkan. Hal ini
diasumsikan bahwa uji coba peserta didik terhadap anggota target populasi.
Informasi apa yang perlu diketahui desainer tentang target populasi
mereka? Informasi yang berguna yaitu (1) pengetahuan awal, (2) pengetahuan
yang diperlukan suatu topik, (3) sikap terhadap materi pembelajaran dan cara
penyampaian (4) motivasi akademik, (5) tingkat pendidikan dan kemampuan
siswa, (6) pemilihan pembelajaran umum, (7) sikap terhadap kelompok dalam
memberikan pembelajaran (8) karakteristik kelompok. Hal tersebut dirinci dengan
masing-masing kategori.
1) Pengetahuan Awal
3
Sebelum memulai instruksi/pembelajaran, anggota populasi harus sudah
menguasai keahlian tertentu (misalnya pengetahuan awal) yang terkait dengan
tujuan pembelajaran. Sumber penelitian juga membahas karakteristik lain dari
peserta didik, dikategorikan sebagai khusus atau umum yang mendasar, yang
berhubungan dengan pengetahuan peserta didik, pengalaman, dan sikap. Ini
juga mempengaruhi hasil dari pembelajaran siswa.
4) Motivasi Akademik
Banyak pengajar mempertimbangkan tingkat motivasi pembelajar sebagai
faktor yang paling penting dalam pembelajaran yang sukses. Guru
mengungkapkan bahwa ketika peserta didik memiliki sedikit motivasi atau
ketertarikan terhadap topik, pembelajaran tidak akan berlansung baik. Keller
(1987) mengembangkan model berbagai jenis motivasi yang diperlukan untuk
4
belajar sukses, dan ia menyarankan bagaimana menggunakan informasi ini
untuk merancang pengajaran yang efektif. Model Keller disebut model ARCS
(perhatian, relevansi, kepercayaan diri, dan kepuasan). Model ini akan dibahas
secara rinci dalam bab tentang strategi pembelajaran; itu akan digunakan di sini
untuk menunjukkan bagaimana untuk mendapatkan informasi dari peserta
didik selama analisis peserta didik.
5
yang dapat disesuaikan untuk efektivitas maksimum pembelajaran. Penelitian
menunjukkan bahwa gaya siswa dapat diidentifikasi, tetapi gaya seperti itu
sering berasal dari ekspresi pelajar berdasakan pengalaman pribadi pada sasat
mendengarkan, melihat, membaca, diskusi kelompok kecil, dan sebagainya.
8) Karakteristik Kelompok
Sebuah analisis yang cermat dari siswa akan memberikan beberapa informasi
tambahan yang dapat berpengaruh dalam desain pembelajaran.
Variabel ini akan digunakan peserta didik untuk memilih dan mengembangkan
tujuan untuk pembelajaran, dan hal tersebut akan mempengaruhi berbagai
komponen dari strategi instruksional. Mereka akan membantu desainer
mengembangkan strategi motivasi untuk pembelajaran dan akan menyarankan
berbagai jenis contoh yang dapat digunakan untuk mengilustrasikan poin-poin
tertentu, cara-cara bagaimana pembelajaran dapat (atau tidak mungkin) akan
diberikan atau cara untuk membuat praktek keterampilan yang relevan bagi
peserta didik .
6
2. Karakteristik Siswa
Karakteristik atau kepribadian seseorang dapat berkembang secara
bertahap. Berikut ini adalah krakteristik perkembangan pada masa anak samapai
masa puber.
Krakteristik perkembangan masa anak awal (2-6 tahun)
Masa anak awal berlangsung dari usia 2-6 tahun, yaitu setelah anak
meninggalkan masa bayi dan mulai mengikuti pendidikan formal di SD.
Tekanan dan harapan sosial untuk mengikuti pendidikan sekolah
menyebabkan perubahan perilaku, minat, dan nilai pada diri anak. Pada
masa ini, anak sedang dalam proses pengembangan kepribadian yang unik
dan menuntut kebebasan. Perilaku anak sulit diatur, bandel, keras kepala,
dan sering membantah dan melawan orang tua. Hal ini memang sangat
menyulitkan para pendidik. Tak heran, apabila para guru Playgroup sampai
SD harus lebih bersabar dalam melangsungkan pembelajaran atau
mendidik siswa. Disiplin mulai bisa diterapkan pada anak sehingga anak
dapat mulai belajar hidup secara tertib. Dan sikap para pedidik sangat
berpengaruh terhadap perkembangan anak.
7
Krakteristik perkembangan masa puber (11/12 – 14/15 tahun)
Masa puber adalah suatu periode tumpang tindih antara masa anak
akhir dan masa remaja awal. Periode ini terbagi atas tiga tahap, yaitu
tahap: prapuber, puber, dan pascapuber. Tahap prapuber bertumpang tindih
dengan dua tahun terakhir masa anak akhir. Tahap puber terjadi pada batas
antara periode anak dan remaja, di mana ciri kematangan seksual semakin
jelas (haid dan mimpi basah). Tahap pascapuber bertumpang tindih dengan
dua tahun pertama masa remaja. Waktu masa puber relatif singkat (2-4
tahun) ini terjadi pertumbuhan dan perubahan yang sangat pesat dan
mencolok dalam proporsi tubuh, sehingga menimbulkan keraguan dan
perasaan tidak aman pada anak puber. Peubahan fisik dan sikap puber ini
berakibat pula pada menurunnya prestasi belajar, permasalahan yang
terkait dengan penerimaan konsep diri, serta persoalan dalam berhubungan
dengan orang di sekitarnya. Orang dewasa maupun pendidik perlu
memahami sikap perilaku anak puber yang kadang menaik diri, emosional,
perilaku negative dan lain-lain, serta membantunya agar anak dapat
menerima peran seks dalam kehidupan bersosialisasi dengan orang atau
masyarakat di sekitarnya.
Faktor Fisik
Faktor Psikososial
8
Perkembangan emosi peserta didik sengat erat kaitannya dengan
faktor-faktor: perubahan jasmani, perubahan dalam hubungannya dengan
orang tua, perubahan dalam hubungannya dalam teman-teman, perubahan
pandangan luar (dunia luar) dan perubahan dalam hubungannya dengan
sekolah. Oleh karena itu perbedaan individual dalam perkembangan emosi
sangat dimungkinkan terjadi, bahkan diramalkan pasti dapat terjadi.
Dalam rangka menghadapi luapan emosi remaja, sebaiknya
ditangani dengan sikap yang tenang dan santai. Orang tua dan pendidik
harus bersikap tenang, bersuasana hati baik dan penuh pengertian. Orang
tua dan pendidik sedapat mungkin tidak memperlihatkan kegelisahannya
maupun ikut terbawa emosinya dalam menghadapi emosi remaja.
Dengan singkat dapat dikatakan bahwa untuk mengurangi luapan
emosi peserta didik perlu dihindari larangan yang tidak terlalu penting.
Mengurangi pembatasan dan tututan terhadap remaja harus disesuaikan
dengan kemampuan mereka. Sebaiknya memberi tugas yang dapat
diselesaikan dan jangan memberi tugas dan peraturan yang tidak mungkin
di lakukan.
Faktor Sosial-Kulture
Usia remaja adalah usia yang sedang tumbuh dan berkembang baik
secara kuantitatif maupun secara kualitatif, baik fisik maupun psikisnya.
Menganggap dirinya bukan anak-anak lagi, tetapi sekelilingnya
menganggap mereka belum dewasa. Dengan beberapa problem yang
dialaminya pada masa ini, akibatnya mereka melepaskan diri dari orang
tau dan mengarahkan perhatiannya pada lingkuan di luar keluarganya
untuk bergabung dengan teman sekebudayaannya, guru dan sebagainya.
Lingkungan teman memgang peranan dalam kehidupan remaja.
Selanjutnya sekolah sebagai lembaga pendidikan formal yang
diserahi tugas untuk mendidik, tidak kecil peranannya dalam rangka
mengembangkan hubungan sosial peserta didik. Jika dalam hal ini guru
tetap berpegang sebagai tokoh intelektual dan tokoh otoritas yang
memegang kekuasaan penuh sepeerti ketika anak-anak belum menginjak
9
remaja, maka sikap sosial atau hubungan sosial anak akan sulit untuk
dikembangkan.
10
D. Jenis-Jenis Lingkungan Belajar
Menurut Sertain, lingkungan dapat dibagi menjadi 3 bagian sebagai
berikut :
11
b. Mengenal jenis-jenis mata pencaharian penduduk di sektiar tempat tinggal
dan sekolah.
c. Mengenal organisasi-organisasi sosial yang ada di masyarakat sekitar
tempat tinggal dan sekolah.
d. Mengenal kehidupan beragama yang dianut oleh penduduk sekitar tempat
tinggal dan sekolah.
e. Mengenal kebudayaan termasuk kesenian yang ada di sekitar tempat
tinggal dan sekolah.
f. Mengenal struktur pemerntahan setempat seperti RT, RW, desa atau
kelurahan dan kecamatan.
12
a. Pengaruh Lingkungan Terhadap Hubungan Sosial
1. Lingkungan membuat individu sebagai makhluk sosial.
Yang dimaksud dengan lingkungan pada uraian ini hanya meliputi orang-orang
atau manusia-manusia lain yang dapat memberikan pengaruh dan dapat
dipengaruhi, sehingga kenyataannya akan menuntut suatu keharusan sebagai
makhluk sosial yang dalam keadaan bergaul satu dengan yang
lainnya.Terputusnya hubungan manusia dengan masyarakat manusia pada
tahun-tahun permulaan perkembangannya, akan mengakibatkan berubahnya
tabiat manusia sebagai manusia. Berubahnya tabiat manusia sebagai manusia
dalam arti bahwa ia tidak akan mampu bergaul dan bertingkah laku dengan
sesamanya.Dapat kita bayangkan andaikata seorang anak manusia yang sejak
lahirnya dipisahkan dari pergaulan manusia sampai kira-kira berusia 10 tahun
saja, walaupun diberinya cukup makanan dan minuman, akan tetapi serentak
dia dihadapkan kepada pergaulan manusia, maka sudah dapat dipastikan bahwa
dia tidak akan mampu berbicara dengan bahasa yang biasa, canggung pemalu
dan lain-lain. Sehingga kalaupun dia kemudian dididik, maka penyesuaian
dirinya itu akan berlangsung sangat lambat sekali.
13
Anak-anak belajar melalui interaksi langsung dengan benda-benda atau ide-ide.
Lingkungan menawarkan kepada guru kesempatan untuk menguatkan kembali
konsep-konsep seperti warna, angka, bentuk dan ukuran.Memanfaatkan
lingkungan pada dasarnya adalah menjelaskan konsep-konsep tertentu secara
alami. Konsep warna yang diketahui dan dipahami anak di dalam kelas tentunya
akan semakin nyata apabila guru mengarahkan anak-anak untuk melihat konsep
warna secara nyata yang ada pada lingkungan sekitar.
Dari hasil analisis data secara simultan terbukti bahwa terdapathubungan yang
substansial antara fasilitas belajar dan lingkungan belajardengan prestasi belajar
siswa. Dengan kata lain, terdapat hubungan yang cukuptinggi antara fasilitas
belajar dan lingkungan belajar terhadap prestasi belajarsiswa. Bila ditinjau dari
nilai signifikansinya, maka fasilitas belajar danlingkungan belajar sama-sama
memiliki pengaruh terhadap prestasi belajar.Dari nilai koefisiennya dapat dilihat
bahwa fasilitas belajar dan lingkunganbelajar memiliki pengaruh positif terhadap
prestasi belajar. Dengan demikian,dapat disimpulkan bahwa makin baik fasilitas
belajar dan lingkungan belajar
14
Lingkungan yang merupakan sumber belajar memiliki pengaruh dalam proses
pembelajaran. Lingkungan dalam arti sempit adalah alam sekitar di luar diri
individu atau manusia. Lingkungan itu mencakup segala material dan stimulus di
dalam dan di luar individu, baik yang bersifat fisiologis, psikologis, maupun
sosio-kultural (Dalyono,2007:129).
3. Suasana rumah
Agar rumah menjadi tempat belajar yang baik amka perlu diciptakan susana
rumah yang tenang dan tentram. Susana tersebut dapat tercipta apabila dalam
15
keluarga tercipta hubungan yang harmonis antar orang tua dengan anak atau
anak dengan anggota keluarga yang lain.
1. Lingkungan sosial
Lingkungan sosial di sekolah adalah seluruh warga sekolah, baik itu guru,
karyawan maupun teman-teman sekelas, dan semua dapat mempengaruhi
semangat belajar seorang siswa. Lingkungan sosial siswa di rumah antara lain
masyarakat, tetangga dan juga teman-teman bergaul siswa dirumah yang
mempunyai andil cukup besar dalam mempengaruhi belajar siswa. Lingkungan
16
sosial yang dominan dalam mempengaruhi kegiatan belajar siswa adalah orang
tua dan keluarga itu sendiri. Bentuk dan isi serta cara-cara pendidikan di dalam
keluarga akan selalu mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya watak, budi
pekerti, dan kepribadian setiap manusia.
17
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
3. Lingkungan belajar adalah segala sesuatu yang berada di sekitar peserta didik
yang dapat membuat peserta didik merasa senang, aman, nyaman dan
termotivasi untuk belajar yang meliputi lingkungan sekolah, lingkungan
keluarga, dan lingkungan masyarakat.
B. Saran
Guru perlu menghimbau orang tua siswa supaya ikut mengawasi belajar
anaknya. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga agar anak tidak melupakan
kewajibanbelajarnya. Sekolah juga perlu meningkatkan kualitas dan kuantitas
fasilitasbelajar yang menunjang kegiatan belajar mengajar disertai dengan
pengelolaan yang baik. Selain meningkatkan fasilitas yang ada, sekolahjuga perlu
menciptakan lingkungan yang nyaman dan efektif untuk kegiatanbelajar mengajar.
Sebab, peningkatan kualitas dan kuantitas fasilitas belajar
18
DAFTAR PUSTAKA
19